ENERGI METABOLIS DAN DAYA CERNA BAHAN KERING RANSUM YANG MENGANDUNG BERBAGAI PENGOLAHAN DAN LEVEL CACING TANAH (LUMBRICUS RUBELLUS)

dokumen-dokumen yang mirip
RETENSI NITROGEN DAN ENERGI METABOLIS RANSUM YANG MENGANDUNG CACING TANAH (Lumbricus rubellus) PADA AYAM PEDAGING

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA

PENGGUNAAN TEPUNG LIMBAH PENGALENGAN IKAN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER. Arnold Baye*, F. N. Sompie**, Betty Bagau**, Mursye Regar**

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PENGARUH PENGGUNAAN DAUN MURBEI (Morus alba) SEGAR SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN RANSUM TERHADAP PERFORMANS BROILER

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

PENGARUH PENAMBAHAN DL-METIONIN TERHADAP NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER STARTER BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI SKRIPSI ZINURIA WAFA

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP DAGING DADA AYAM PEDAGING YANG DIBERI RANSUM MENGGUNAKAN TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus rubellus)

SKRIPSI BUHARI MUSLIM

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

BOBOT POTONGAN KARKAS DAN LEMAK ABDOMEN AYAM RAS PEDAGING YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus rubellus)

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

BIJI SAGA POHON (Adenanthera pavonina, LINN) SEBAGAI SUMBER PROTEIN ALTERNATIF BAGI TERNAK AYAM

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

MATERI DAN METODE. Materi

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

PENGARUH PENGGUNAAN LEMAK SAPI DALAM RANSUM SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN ENERGI JAGUNG TERHADAP BERAT BADAN AKHIR DAN PROSENTASE KARKAS ITIK BALI

Pengaruh Penambahan Lisin dalam Ransum terhadap Berat Hidup, Karkas dan Potongan Karkas Ayam Kampung

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

ENERGI METABOLIS DAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI RANSUM AYAM BROILER YANG MENGANDUNG LIMBAH RESTORAN SEBAGAI PENGGANTI DEDAK PADI

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI

Pengaruh Pemberian Kulit Ari Biji Kedelai Hasil Fermentasi dengan Aspergillus niger dalam Ransum terhadap Bobot Karkas Ayam Pedaging

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

PEMBERIAN TEPUNG KENCUR (Kaemferia galanga linn.) DALAM RANSUM AYAM BROILER RENDAH ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP ENERGI METABOLIS DAN RETENSI PROTEIN

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum ) TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA KAMBING LOKAL

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

Nelwida 1. Intisari. Kata Kunci : Broiler, Retensi, Biji Alpukat, Jagung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

M. Datta H. Wiradisastra Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung ABSTRAK

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

Nilai Kecernaan Protein Ransum yang Mengandung Bungkil Biji Jarak (Ricinus communis, Linn) Terfermentasi pada Ayam Broiler (Tjitjah Aisjah)

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

(PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) ABSTRACT ABSTAAK PENDAHULUAN

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

MATERI DAN METODE. Materi

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA ( Panicum Maximum ) TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING LOKAL

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

BAB III MATERI DAN METODE. ransum terhadap profil kolesterol darah ayam broiler dilaksanakan pada bulan

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

PENGARUH PEMBERIAN KULLIT KOPI TERFERMENTASI DENGAN ARAS BERBEDA DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN TERNAK BABI

MANFAAT DEDAK PADI YANG DIFERMENTASI OLEH KHAMIR SACCHAROMYCES CEREVISIAE DALAM RANSUM ITIK BALI JANTAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

Mairizal 1. Intisari. Kata Kunci : Fermentasi, Kulit Ari Biji Kedelai, Aspergillus Niger, Ayam Pedaging.

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SITRAT DALAM RANSUM SEBAGAI ACIDIFIER TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN BOBOT BADAN AKHIR PADA ITIK JANTAN LOKAL

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

Ade Trisna*), Nuraini**)

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada 12 September 2014 sampai dengan 20 Oktober 2014

KELI NCI LOKAL. Oleh Bambang Hariadi, Kartiarso dan ~achmat 'Herman Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kadar Kolesterol, Trigliserida, HDL dan LDL

PENGARUH PEMBERIAN BUI PHASEOLUS LUNATUS DALAM RANSUM TERHADAP KONSUMSI PAKAN DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN AY AM KAMPUNG

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH ROTI DALAM RANSUM AYAM BROILER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EFISIENSI RANSUM SERTA

PERSENTASE KARKAS AYAM PEDAGING YANG DIBERI TEPUNG CACING TANAH SEBAGAI SUPLEMEN PAKAN PENGGANTI ANTIBIOTIK

Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro

Transkripsi:

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 0 ENERGI METABOLIS DAN DAYA CERNA BAHAN KERING RANSUM YANG MENGANDUNG BERBAGAI PENGOLAHAN DAN LEVEL CACING TANAH (LUMBRICUS RUBELLUS) (Metabolizable Energy and Dry Matter Digestibility of Rations Containing Several Processing and Level of Lumbricus Rubellus) HETI RESNAWATI, I.A.K. BINTANG dan HARYONO Balai Penelitian Ternak, PO Box 22, Bogor 6002 ABSTRACT An experiment was conducted to evaluate the effect of processing and level of earth worm (Lumbricus rubellus) in the ration on metabolizable energy and dry matter digestibility. Twenty four roassters of Babcock strain aged 2 months were located into individual cages. The treatments were T0/S0 (Ration without earth worms), T; T0; T (Ration with earth worms meal) and S; S0; S (Ration with raw earth worms). Randomized Completely Design with factorial (2x4) and replications was used for metabolizable energy and dry matter digestibility analysis. Results showed that dry matter digestibility were significantly (P<0.0) influenced by processing and level of earth worm in the ration, but the interaction of both treatments were not significant (P>0.0). Metabolizable energy were highly significant (P<0.0) influenced by processing, and interaction between processing and earth worm levels (P<0.0). It was recommended that earth worms meal can be used until % in the broiler ration. Key words: Metabolizable energy, digestibility, processing, earth worms ABSTRAK Suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengolahan dan level pemberian cacing tanah (Lumbricus rubellus) dalam ransum terhadap kandungan energi metabolis dan daya cerna bahan kering. Sebanyak 24 ekor ayam jantan petelur umur 2 bulan strain Babcock ditempatkan dalam 24 kandang individu. Perlakuan adalah T0/S0=(Ransum basal tanpa cacing tanah). T=(% tepung cacing), T0=(0% tepung cacing), T=(% tepung cacing), S=(% cacing segar), S0=(0% cacing segar) dan S=(% cacing segar). Rancangan percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua pengolahan (tepung dan segar), empat level pemberian (0; ; 0; %) dan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan dan level cacing tanah dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,0) terhadap daya cerna bahan kering, sedangkan interaksinya tidak berbeda nyata (P>0,0), sedangkan level dan interaksinya berbeda nyata (P<0,0) terhadap energi metabolis. Pemberian cacing tanah dalam bentuk tepung maupun segar dapat diberikan sampai level % dalam ransum ayam pedaging. Kata kunci: Energi metabolis, daya cerna, pengolahan, cacing tanah 69

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 0 PENDAHULUAN Penyediaan pakan yang cukup dalam kuantitas dan kualitasnya merupakan salah satu faktor untuk menunjang keberhasilan suatu usaha peternakan. Sumber protein hewani untuk menyusun ransum unggas sampai saat ini masih menggunakan tepung ikan yang sebagian besar masih di import, karena produksi tepung ikan lokal belum dapat memenuhi kebutuhan. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah ini adalah dengan meningkatkan pendayagunaan sumber hayati yang belum lazim (inkonvensional). Cacing tanah (Lumbricus rubellus) mengandung protein (6476%) lebih tinggi dibandingkan dengan tepung ikan (8%). Selain itu kandungan asam aminonya lengkap, berlemak rendah, mudah dicerna dan tidak mengandung racun (RUKMANA, 989 dan PALUNGKUN, 999). Oleh karena itu, cacing tanah merupakan pakan yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan dalam teknologi budidaya dan pasca produksinya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan energi metabolis dan daya cerna bahan kering dari berbagai jenis pengolahan dan level pemberian cacing tanah untuk ransum ayam pedaging. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan di kandang percobaan program unggas, Balai Penelitian Ternak Ciawi pada bulan Juni s.d. September 00. Materi yang digunakan sebanyak 24 ekor ayam jantan jenis coklat strain Babcock umur 2 bulan, ditempatkan dalam kandang individu terbuat dari kawat yang masingmasing berukuran panjangxlebarxtinggi (xx60 cm) didalam ruangan khusus. Air minum diberikan secara ad libitum dengan penambahan vitamin/anti stress untuk menjaga kondisi ayam selama percobaan dilakukan. Bahan pakan yang digunakan terdiri dari cacing tanah (Lumbricus rubellus) segar setelah digiling/dilumatkan dan tepung cacing tanah yang diproses dengan pengeringan sinar matahari. Masingmasing bahan pakan tersebut sebelum diberikan pada ayam dicampur dengan ransum basal yang terdiri dari 7 macam ransum yang komposisi bahan pakan dan kandungan zat nutrisi dari semua perlakuan ransum tercantum pada Tabel. Peralatan yang digunakan untuk melakukan percobaan ini terdiri dari timbangan ayam, timbangan elektronik untuk sampel, pipa corong (funnel) dengan pendorong khusus untuk mencekok ransum pada ayam, tempat penampung kotoran, kantong plastik, oven pengering dan mesin giling sampel sebelum dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Pengukuran daya cerna bahan kering dan energi metabolis ransum dilakukan berdasarkan metode SIBBALD (98). Ransum percobaan diberikan setelah ayam sebelumnya dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam, kemudian ransum dicekokkan melalui mulut ayam dengan menggunakan alat bantu khusus berbentuk pipa corong (funnel) sebanyak 40 gram per ekor. Kemudian dilakukan penampungan kotoran ayam (feces) selama 6 jam. Seluruh sampel kotoran tersebut dikeringkan dalam oven (60 0 70 0 C) kemudian ditimbang bobot keringnya. Sampel ransum yang diberikan dan sampel feces dianalisis kandungan/persentase bahan keringnya (dry matter), kemudian daya cerna bahan pakan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: 70

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 0 TPr x BKr(TF x BKfTFe x BKe) Daya Cerna (BK) = x 00% TPr x BKr Keterangan: BK = Bahan Kering TPr = Total Pemberian ransum BKr = Bahan Kering ransum TF = Total Feces BKf = Bahan Kering feces Tfe = Total Feces puasa (Endogenous) Bke = Bahan Kering feces puasa Tabel. Komposisi dan kandungan zat nutrisi ransum percobaan Ransum Bahan pakan T0/S0 T T0 T S S0 S (%) Jagung Dedak padi Minyak kelapa Bk. kedele Tepung ikan Tepung cacing Cacing segar Tepung tulang Ca Co Premix 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 Jumlah: 00 00 00 00 00 00 00 Kandungan zat nutrisi: Protein (%) 2,28 22,2 2,8 24, 22,2 2,8 24, E.M. (Kkal/kg) 268, 2448, 2662, 26, 2444, 2662, 26, Keterangan: T0 = Ransum Basal tanpa cacing tanah S0 = Ransum Basal tanpa cacing tanah segar T = Ransum Basal+% tepung cacing tanah S = Ransum Basal+% cacing tanah segar T0 = Ransum Basal+0% tepung cacing S0 = Ransum Basal+0% cacing tanah segar T = Ransum Basal+% tepung cacing tanah S = Ransum Basal+% cacing tanah segar Pengukuran energi dilakukan dengan alat "Bomb calorimeter" di laboratorium. Nilai Energi Metabolis (EM) dari bahan pakan diperoleh dengan menghitung jumlah energi yang dikonsumsi dikurangi dengan energi yang terbuang dalam feces dan energi endogenous dengan menggunakan rumus (SIBBALD, 98) sebagai berikut: 7

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 0 (TPr x BKr x EBr){(TF x BKf x EBf)(TFe x BKe x EBe)} E M = (Kkal/kg) TPr x BKr Keterangan: EM = Energi Metabolis, dengan satuan Kilo kalori/kg pakan TPr = Total Pemberian ransum TF = Total Feces Tfe = Total Feces puasa BKr = Bahan kering ransum BKf = Bahan Kering Feces Bke = Bahan Kering Feces puasa Ebr = Energi bruto ransum Ebf = Energi Bruto feces Ebe = Energi Bruto feces puasa (Endogenous) Pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur dianalisis dengan sidik ragam dan untuk mengetahui perbedaan dari masingmasing perlakuan dilakukan uji Duncan (STEEL dan TORRIE, 98). HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Cerna Bahan Kering Persentase daya cerna bahan kering dari masingmasing ransum perlakuan tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan daya cerna (%) bahan kering pada berbagai pengolahan dan level pemberian cacing tanah Pengolahan cacing Level cacing tanah (%) tanah 0 0 Rataan: Te p u n g 4,40,78 62,28 66,07 8,6 A S e g a r 4,40 4,84 49,0 62,78 2,08 B Rataan : 4,40 b 46,8 c,79 b 64,4 a Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris atau lajur yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P <0,0) Hasil analisis sidik ragam, menunjukkan bahwa faktor pengolahan dan level pemberian cacing tanah dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,0) terhadap daya cerna bahan kering ransum, sedangkan interaksi antara keduanya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Rataan daya cerna ransum yang menggunakan tepung cacing lebih tinggi (8,6%) dibandingkan dengan rataan daya cerna ransum yang menggunakan cacing tanah segar (2,08%). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh TILMAN et al. (989) bahwa daya cerna makanan dipengaruhi oleh komposisi kimia, proses pengolahan dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Pemberian level cacing tanah dalam ransum sangat nyata (P<0,0) mempengaruhi daya cerna bahan kering. Makin tinggi pemberian level cacing tanah dalam bentuk tepung maupun segar maka daya cerna bahan keringnya makin meningkat. Keadaan ini menunjukkan bahwa kandungan zatzat 72

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 0 makanan dari cacing tanah mudah dicerna dalam saluran pencernaan ayam, sehingga dapat dianjurkan penggunaannya sampai level % dalam ransum ayam pedaging. Energi metabolis Kandungan energi metabolis pada semua perlakuan tercantum pada Tabel. Tabel. Rataan energi metabolis (Kkal/kg) pada berbagai pengolahan dan level pemberian cacing tanah Pengolahan cacing tanah Level cacing tanah (%) 0 0 Rataan T e p u n g 2 2997 4 2962 29 A S e g a r 2 28 288 2472 24 B Rataan : 2 b 268 ab 2767 a 277 a Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris atau lajur yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P <0,0) Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengolahan cacing tanah berpengaruh sangat nyata (P<0,0) terhadap energi metabolis, sedangkan level pemberian dan interaksi antara kedua faktor memperlihatkan perbedaan yang nyata (P<0,0). Energi metabolis ransum yang mengandung cacing tanah dalam bentuk tepung lebih tinggi dibandingkan dengan EM ransum yang mengandung cacing tanah segar. Hal ini berarti kandungan zatzat nutrisi cacing tanah dalam bentuk tepung lebih mudah dimetabolisme menjadi energi. Sejalan dengan yang dikemukakan ANGGORODI (974) dan DADANG (996), bahwa nilai energi suatu bahan makanan ditentukan oleh metabolisme kandungan zatzat makanannya. Makin tinggi pemberian cacing tanah segar maka energi metabolis cenderung makin meningkat. Hal ini kemungkinan antara lain sebabkan oleh makin meningkatnya kandungan air didalam ransum sehingga daya cerna energi makin meningkat. Level pemberian cacing tanah 0% dalam bentuk tepung maupun segar menunjukkan hasil rataan energi metabolis paling tinggi (2767 Kkal/kg). KESIMPULAN Ditinjau dari nilai daya cerna bahan kering dan energi metabolis maka: Pemberian cacing tanah dalam bentuk tepung lebih baik dibandingkan dengan segar. Level pemberian cacing tanah bisa digunakan sampai % dalam ransum ayam pedaging. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan zatzat nutrisi cacing tanah lainnya terutama asamasam amino dan asamasam lemaknya. 7

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 0 DAFTAR PUSTAKA ANGGORODI. 979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta. DADANG, S. 996. Tehnik Analisa Protein Kasar. Buletin Teknik Pertanian. Balai Penelitian Ternak, Ciawi Bogor. FARREL, D.J. 974. Effects of Dietary Energy Concentration on Utilization of Energy by Broiler Chickens and Body Composition Determined by Carcass Analysis and Predicted Using Tritium. Br. Poultry Sci. :2. PALUNGKUN, R. 999. Beternak Cacing Tanah Lumbricus rubellus. Penebar Swadaya. Jakarta. RUKMANA, R. 989. Budi Daya Cacing Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. SIBBALD, IR. 98. A Bioassay for True Metabolizable Energy in Feeding Stuffs. Poultry Science : 008. STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 989. Principles and Procedures of Statistics. Mc.Grow Hill Book Co. New York. TILMAN, A.D. HARTADI, SOEDOMO, SOEHARTO dan SOEKARNO. 989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 74