ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU



dokumen-dokumen yang mirip
NILAI TAMBAH OLAHAN HASIL PERTANIAN PADA USAHA GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) MESRA JAYA KELURAHAN SAWAH LEBAR LAMA KOTA BENGKULU PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. Kumpulan dan i seluruh elemen (responden) tersebut dinamakan populasi.

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja atau purposive pada agroindustri

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN AGROINDUSTRI OPAK SINGKONG DI DESA JOLONTORO KECAMATAN SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

Lampiran 1. Biaya bahan baku Dodol, kurma salak, keripik salak dan sirup salak. Lampiran 2. Biaya Bahan Penunjang Dodol Salak

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang)

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI DESA NEGARATENGAH KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH PRODUK JAMU (Studi Kasus PT. Jamu Jokotole Bangkalan) Istifadhah 1, Abdul Azis jakfar 2, dan Askur Rahman 3

KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG. Agus Muharam 1 )

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu. Pengusaha olahan

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU

Available online at www. jurnal.abulyatama.ac.id/agriflora ISSN X (Online) Universitas Abulyatama. Jurnal Agriflora

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara)

Lampiran 1. Analisis Biaya Produksi Pala Menjadi Sirup Pala Dalam Sebulan (3x produksi) di Kabupaten Bireuen

III KERANGKA PEMIKIRAN

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

ANALSIS NILAI TAMBAH KERIPIK BUAH DI KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK TEMPE BU SITI DI DESA BULUH RAMPAI KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN IMBALAN JASA FAKTOR PRODUKSI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, tepatnya di

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

Jurnal S. Pertanian 1 (1) : (2017) ISSN :

ANALISIS PENDAPATAN DAN TITIK IMPAS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH DARI USAHA PENGOLAHAN MARNING DAN EMPING JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

Analisis Nilai Tambah dan BEP Kacang Garing Sihobuk di Desa Silangkitang Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di CV. Rumah Alam Jaya (RAJ) Organik terletak

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai dari bulan April Juni di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango.

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA PRODUK OLAHAN KERUPUK WORTEL DAN SIRUP WORTEL

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS NILAI TAMBAH SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK OLAHAN SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) DI KABUPATEN SLEMAN Meta

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS NILAI TAMBAH PISANG NANGKA (Musa paradisiaca,l) (Studi Kasus di Perusahaan Kripik Pisang Krekes di Loji, Wilayah Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

Teknologi Pengolahan Hasil Ubi Jalar dan Ubi Kayu

ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI KERIPIK NENAS DAN KERIPIK NANGKA DI DESA KUALU NENAS KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

Magrobis Journal 1 ANALISIS USAHA KERIPIK SINGKONG MERK PEDAS GILA PADA KECAMATAN TENGGARONG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA. Oleh : Arista Damayanti *)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi pertanian dan

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

Lama Berusaha Status Keterangan. Jlh Tenaga Kerja (Tahun) (Tahun) Keluarga (Orang) (Tahun) Kepemilikan Usaha (m 2 ) TKDK TKLK

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG MOCAF

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN BIJI KEMIRI DI DESA PANGGOI KECAMATAN MUARA DUA KOTA LHOKSEMAWE (Studi Kasus Usaha Ibu Asmiati) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH EMPING TEKI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DESA KERTASADA KABUPATEN SUMENEP

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

SOCIETA III - 2 : , Desember 2014 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekartawi (2001) agroindustri dapat diartikan 2 hal yaitu:

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

Transkripsi:

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU Andi Ishak, Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu erhr94@yahoo.co.id ABSTRAK Usaha pengolahan hasil produk pertanian skala rumah tangga oleh wanita tani memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan nilai tambah suatu produk primer. Usaha pengolahan hasil yang dilakukan oleh wanita tani juga berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan waktu luang, dan peningkatan pendapatan wanita tani dan keluarganya. Salah satu produk tanaman yang banyak ditemui baik di lahan pekarangan atau kebun petani adalah ubi kayu. Di Bengkulu, tanaman ini relatif memiliki nilai yang rendah. Oleh karena itu berbagai produk pengolahan hasil pertanian yang berbahan baku ubi kayu telah banyak dilakukan oleh masyarakat sehingga mudah ditemui di pasaran. Upaya pengolahan hasil tersebut dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah produk ubi kayu. Salah satu produk olahan ubi kayu skala rumah tangga yang telah diusahakan oleh wanita tani di Kota Bengkulu adalah rengginang ubi kayu (renggining). Produk renggining mirip dengan rengginang namun bila rengginang berbahan dasar beras ketan, maka renggining berbahan dasar ubi kayu. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai tambah, tingkat keuntungan, dan titik impas dalam pengolahan renggining skala rumah tangga. Lokasi penelitian pada Kelompok Wanita Tani Melati Jaya I di Kelurahan Sawah Lebar Lama, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu pada bulan September 2012. Data yang dikumpulkan adalah input dan output pengolahan produk renggining melalui pengamatan proses produksi renggining dan wawancara dengan wanita tani pengolah renggining. Data dianalisis menggunakan analisis nilai tambah mengikuti Metode Hayami, analisis R/C ratio, dan analisis titik impas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tambah produk renggining sebesar Rp. 9.335/kg dengan rasio nilai tambah 59,74% atau Rp. 7.085/kg yang diperoleh Kelompok Wanita Tani. Marjin yang didapatkan dalam pengolahan renggining adalah Rp. 12.625/kg, dengan R-C ratio sebesar 2,14. Titik impas (BEP) pengolahan produk renggining bila dilihat dari nilai produksi sebesar 204,55 kg, sedangkan BEP biaya adalah Rp. 5.113.636,36. Kata kunci: ubi kayu, nilai tambah, renggining, wanita tani, Kota Bengkulu. PENDAHULUAN Peran kaum wanita di bidang pertanian dalam mendukung perekonomian keluarga merupakan sesuatu yang nyata dan tidak terbantahkan, khususnya dalam usaha pengolahan hasil produk pertanian skala rumah tangga untuk meningkatkan nilai tambah. Usaha pengolahan hasil yang dilakukan oleh wanita tani juga berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan waktu luang, dan peningkatan pendapatan wanita tani dan keluarganya. Suprapto (1999) menyatakan bahwa nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan, atau penyimpanan dalam suatu produksi. Reni Kustiari (2011) menambahkan bahwa

nilai tambah dalam proses pengolahan dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk dan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin tercakup komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya, dan balas jasa pengusaha pengolahan. Usaha pengolahan produk pertanian skala rumah tangga yang relatif banyak ditemui adalah pengolahan produk ubi kayu. Potensi ubi kayu untuk dijadikan produk olahan sangat besar karena berbagai macam industri memanfaatkan ubi kayu sebagai bahan baku. Menurut Haryati La Kamisi (2011), ubi kayu dapat dijadikan bahan baku industri makanan, tekstil, bahan bangunan, kertas, pakan ternak, farmasi, lem, dan biofuel untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Pengolahan hasil ubi kayu dalam skala kecil atau rumah tangga juga ditemui di Kota Bengkulu dalam berbagai produk makanan seperti tape, keripik pedas, getuk, kue, dan rengginang. Selain bahan bakunya mudah diperoleh di pasaran, juga harga ubi kayu relatif murah di Bengkulu yaitu sekitar Rp. 3.000/kg. BPS Provinsi Bengkulu (2011) melaporkan bahwa produksi ubi kayu di Kota Bengkulu pada tahun 2010 mencapai 4.302 ton atau 9,8% dari total produksi ubi kayu Provinsi Bengkulu. Rengginang yang terbuat dari ubi kayu oleh masyarakat di Bengkulu disebut renggining. Kegiatan produktif pengolahan renggining memerlukan berbagai input produksi seperti ubi kayu, bahan penunjang dan tenaga kerja. Kegiatan ini akan meningkatkan daya guna dari faktor produksi sehingga meningkatkan nilai tambah produk ubi kayu. Oleh karena itu yang menarik untuk diketahui dalam penelitian ini adalah berapa besarnya nilai tambah, tingkat keuntungan, dan titik impas dalam pengolahan renggining skala rumah tangga di Kota Bengkulu. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei melalui wawancara dengan kelompok wanita tani pengolah renggining dan pengamatan proses pengolahannya. Survei dilakukan pada Kelompok Wanita Tani Melati Jaya I di Kelurahan Sawah Lebar Lama, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu pada bulan September 2012. Lokasi dipilih secara sengaja yang merupakan sentra pengolah renggining di Kota Bengkulu. Data yang dikumpulkan yaitu data usaha pengolahan renggining meliputi biaya produksi, jumlah produksi, harga produk, dan keuntungan. Data dianalisis untuk memperoleh nilai tambah produk renggining, keuntungan atau efisiensi dan titik impas (Break Even Point / BEP) usaha pengolahan renggining. Besarnya nilai tambah dihitung dengan Metode Hayami sehingga diperoleh nilai tambah produk ubi kayu segar menjadi renggining dalam setiap kali proses produksi. Keuntungan dianalisis dengan R-C ratio, sedangkan analisis titik impas (BEP) dihitung untuk mengetahui BEP Produksi dan BEP Biaya.

Pedoman Penulisan Full Paper Hermawan dkk (2012) Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal, dan manajemen (Haryati La Kamisi, 2011) yang dapat dinyatakan sebagai berikut: Nilai tambah = f (K, B, T, U, H, h, L) Dimana: K = kapasitas produksi; B = jumlah bahan baku yang digunakan; T = tenaga kerja yang terlibat; U = upah tenaga kerja; H = harga output; h = harga bahan baku; L = harga input lain. Cara perhitungan nilai tambah ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Cara perhitungan nilai tambah renggining dalam satu kali proses produksi mengikuti Metode Hayami (Hayami et al., 1987 dalam Slamet, 2005). Variabel Nilai Cara perhitungan Output, Input dan Harga Hasil produksi renggining (kg) 1 Bahan baku ubi kayu (kg) 2 Tenaga kerja (org) 3 Faktor konversi 4 =1/2 Koofisien tenaga kerja 5 =3/2 Harga produk renggining (Rp/kg) 6 Upah tenaga kerja (Rp/org) 7 Penerimaan dan Keuntungan Harga ubi kayu (Rp/kg) 8 Sumbangan input lain (Rp/kg) 9 Nilai produksi renggining (Rp/kg) 10 =4x6 Nilai tambah (Rp/kg) 11a =10-9-8 Rasio nilai tambah (%) 11b =(11a/10)x100% Imbalan tenaga kerja (Rp/kg) 12a =5x7 Pangsa tenaga kerja (%) 12b =(12a/11a)x100% Keuntungan (Rp/kg) 13a =11a-12a Tingkat keuntungan (%) 13b =(13a/11a)x100% Balas jasa faktor produksi Marjin (Rp/kg) 14 =10-8 Imbalan tenaga kerja (%) 14a =(12a/14)x100% Sumbangan input lain (%) 14b =(9/14)x100% Keuntungan pemilik modal (%) 14c =(13a/14)x100% Perhitungan keuntungan diketahui dengan menggunakan analisis Revenue Cost Ratio (R-C ratio). Nilai R-C ratio = 1 artinya usaha tidak untung/rugi, nilai R-C ratio > 1 berarti usaha menguntungkan/efisien, nilai R-C ratio < 1 berarti usaha merugikan/tidak efisien. R-C ratio dihitung dengan rumus sebagai berikut: Prosiding Seminar Nasioanal Optimalisasi Pekarangan untuk Peningkatan Perekonomian Masyarakat dan Pengembangan Agribisnis. 3

R-C ratio = Penerimaan Biaya Analisis titik impas merupakan suatu cara untuk mengetahui berapa volume atau penjualan minimum produk agar perusahaan tidak mengalami kerugian atau tidak memperoleh keuntungan. Titik impas dihitung berdasarkan analisis biaya dan pendapatan. Biaya total diperoleh dari penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel. Persamaannya total biaya, pendapatan dan penerimaan adalah sebagai berikut: TC = TFC + TVC π = TR TC TR = P x Q Dimana: TC = biaya total; TFC = total biaya tetap; TVC = total biaya variabel (tidak tetap); π = pendapatan bersih; TR = penerimaan; Q = jumlah produk yang dihasilkan; P = harga produk per satuan. Titik impas produksi (BEP-produksi) dihitung dengan rumus: BEP-produksi = TFC P - TVC Sedangkan titik impas biaya (BEP-biaya) didapat berdasarkan persamaan: BEP-biaya = TFC 1 - TVC TR HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Kelompok Wanita Tani Melati Jaya I Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati Jaya I di Kelurahan Sawah Lebar Lama, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu dibentuk pada tahun 2003 melalui Program Peningkatan Pendapatan Petani/Nelayan Kecil (P4K). Saat ini KWT beranggotakan 12 orang dan melakukan usaha pengolahan hasil renggining, keripik pisang, dan jajanan pasar. KWT Melati Jaya I sejak tahun 2008 mendapatkan bantuan dana BLM PUAP dari Departemen Pertanian bersama 2 KWT lainnya yang seluruhnya tergabung dalam Gapoktan Mesra Jaya. Selain kegiatan produktif, di dalam KWT juga dilakukan pemupukan modal (arisan), simpan pinjam, dan kegiatan sosial (pengajian, kunjungan sosial) yang dilakukan secara rutin setiap bulan sekali. Proses Pembuatan Renggining Pembuatan renggining dilakukan 2 kali seminggu. Dalam satu kali proses

Pedoman Penulisan Full Paper Hermawan dkk (2012) produksi rata-rata dihasilkan 25 kg renggining dengan bahan baku utama yaitu ubi kayu sebanyak 40 kg. Proses pembuatan renggining dimulai dengan pengupasan ubi kayu. Setelah dikupas, ubi kayu dicuci sebanyak 2 kali agar bersih dari sisa-sisa kotoran. Selanjutnya diparut dengan menggunakan mesin pemarut ubi. Hasil parutan direndam dalam air sekitar 30 menit untuk menghilangkan rasa pahit ubi kayu. Setelah direndam, hasil parutan diperas dan dicampur dengan tepung sagu dan bumbu. Adonan kemudian dicetak dan dikukus sekitar 15 menit, kemudian dijemur sekitar 6-8 jam (1 hari) di bawah sinar matahari sampai kering sebelum dikemas dalam plastik. Proses pembuatan renggining ditampilkan pada Gambar 1. Gambar 1. Proses pembuatan renggining. Proses pengolahan renggining minimal dikerjakan oleh 3 orang wanita yang dimulai sekitar jam 09.00 s/d 17.00. Sebelum mengolah renggining mereka harus mengurus kebutuhan rumah tangga. Istirahat untuk sholat dan makan siang dimulai pukul 12.00 s/d 14.00, sebelum mereka kembali bekerja. Dalam 1 kali proses pengolahan, curahan waktu kerja sekitar 7 jam. Nilai Tambah Renggining Analisis nilai tambah renggining disajikan pada Tabel 2. Terlihat bahwa dari 40 kg ubi kayu segar dapat diproduksi 25 kg renggining dengan melibatkan tenaga kerja wanita tani sebanyak 3 orang. Harga jual renggining adalah Rp. 25.000/kg. Dalam 1 kg ubi kayu dapat dihasilkan 0,63 kg renggining, dengan nilai tambah Rp. 9.335/kg. Dengan demikian terdapat peningkatan nilai tambah ubi kayu dengan masukan teknologi pengolahan hasil renggining yang diperoleh oleh wanita tani. Hal ini sejalan dengan pendapat Hernanto (2003) bahwa penerapan teknologi akan berpengaruh terhadap biaya dan penerimaan petani. Marjin yang diperoleh dari pengolahan renggining sebesar Rp. 12.625/kg. Prosiding Seminar Nasioanal Optimalisasi Pekarangan untuk Peningkatan Perekonomian Masyarakat dan Pengembangan Agribisnis. 5

Imbalan tenaga kerja terhadap marjin sebesar 17,82% atau Rp. 2.250/kg. Sumbangan input lain 26,06% (Rp. 3.290/kg). Keuntungan yang diperoleh pemilik modal adalah 56,12% dari marjin (Rp. 7.085/kg). Tabel 2. Analisis nilai tambah pengolahan ubi kayu menjadi renggining di KWT Melati Jaya I, Kota Bengkulu. Variabel Nilai Output, Input dan Harga Hasil produksi renggining 25 kg Bahan baku ubi kayu 40 kg Tenaga kerja 3 HOK Faktor konversi 0,63 Koofisien tenaga kerja 0,08 Harga produk renggining Rp. 25.000/kg Upah tenaga kerja Rp. 30.000/HOK Penerimaan dan Keuntungan Harga ubi kayu Rp. 3.000/kg Sumbangan input lain Rp. 3.290/kg Nilai produksi renggining Rp. 15.625/kg Nilai tambah Rp. 9.335/kg Rasio nilai tambah 59,74% Imbalan tenaga kerja Rp. 2.250/kg Pangsa tenaga kerja 24,10% Keuntungan Rp. 7.085/kg Tingkat keuntungan 75,90% Balas jasa faktor produksi Marjin Rp. 12.625/kg Imbalan tenaga kerja 17,82% Sumbangan input lain 26,06% Keuntungan pemilik modal 56,12% Sumber: data primer diolah (2012). Efisiensi Usaha Pengolahan Renggining Efisiensi usaha pengolahan renggining secara finansial ditentukan dengan menghitung Revenue per cost ratio yaitu pembagian antara penerimaan usaha pengolahan renggining dibagi dengan biaya produksinya. Jumlah penerimaan diperoleh dari jumlah produksi renggining dikalikan dengan harga jualnya, sedangkan biaya produksi adalah biaya tidak tetap (biaya variabel) yang dikeluarkan dalam proses produksi renggining. Dalam sekali proses produksi renggining di KWT Melati Jaya I dihasilkan 25 kg renggining dengan harga jual Rp. 25.000/kg, sehingga penerimaan berjumlah Rp. 625.000. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan sebesar Rp. 292.250 adalah untuk pembelian ubi kayu, bahan tambahan (bumbu-bumbu, tepung sagu), kayu bakar, plastik kemasan, dan biaya tenaga kerja. Selisih antara penerimaan dan biaya sebesar Rp. 332.750 merupakan keuntungan usaha, dengan R-C ratio 2,14. Nilai tersebut memberikan arti bahwa setiap pengeluaran dalm proses pengolahan

Pedoman Penulisan Full Paper Hermawan dkk (2012) sebesar 1 rupiah akan diperoleh penerimaan sebesar 2,14 rupiah. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa usaha pengolahan renggining efisien (R-C ratio > 1) sehingga layak untuk dikembangkan. Tabel 3 menunjukkan perhitungan R-C ratio dalam pengolahan renggining. Tabel 3. Perhitungan efisiensi usaha pengolahan renggining. Uraian Jumlah Harga Satuan (Rp.) Jumlah harga (Rp.) Biaya produksi (biaya variabel) Ubi kayu 40 kg 3.000 120.000 Tepung sagu 1 kg 5.000 5.000 Bawang merah 0,75 kg 15.000 11.250 Bawang putih 0,75 kg 20.000 15.000 Masako 8 bks 500 4.000 Garam 0,5 kg 4.000 2.000 Kayu bakar 10 ikat 3.000 30.000 Plastik kemasan 1 kg 15.000 15.000 Tenaga kerja 3 HOK 30.000 90.000 Jumlah biaya produksi - - 292.250 Hasil renggining 25 kg 25.000 625.000 Keuntungan - - 332.750 R-C ratio - - 2,14 Sumber: data primer diolah (2012). Titik Impas (BEP) Usaha Pengolahan Renggining BEP usaha pengolahan renggining dalam bentuk volume produksi dan biaya produksi disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. BEP usaha pengolahan renggining di KWT Melati Jaya I, Kota Bengkulu. No Variabel Nilai 1. Biaya tetap (Rp.) 2.722.500 Baskom besar (2 bh) 50.000 Baskom kecil (1 bh) 15.000 Dandang sedang (1 bh) 80.000 Cetakan renggining (20 bh) 75.000 Tempat jemur (15 bh) 52.500 Parutan ubi (1 unit) 1.500.000 Hand sealer (1 unit) 900.000 Tungku (1 bh) 50.000 2. Biaya tidak tetap/variabel (Rp.) 292.250* 3. Total biaya produksi (Rp.) 3.014.750 4. Jumlah produksi (kg) 25 5. Harga jual (Rp./kg) 25.000 6. Penerimaan (Rp.) 625.000 7. Keuntungan (Rp.) 332.750 8. BEP a. BEP-produksi (kg) 204,55 b. BEP-biaya (Rp.) 5.113.636,36 Sumber: data primer diolah (2012). * nilai biaya tidak tetap/variabel telah dirinci pada Tabel 3. Prosiding Seminar Nasioanal Optimalisasi Pekarangan untuk Peningkatan Perekonomian Masyarakat dan Pengembangan Agribisnis. 7

Pada Tabel 4 terlihat bahwa BEP pengolahan renggining tercapai apabila produk telah terjual sebanyak 204,55 kg dengan penerimaan sebesar Rp. 5.113.636,36. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tambah produk renggining di Kota Bengkulu sebesar Rp. 9.335/kg dengan rasio nilai tambah 59,74% atau Rp. 7.085/kg yang diperoleh Kelompok Wanita Tani. Marjin yang didapatkan dalam pengolahan renggining adalah Rp. 12.625/kg, dengan R-C ratio sebesar 2,14. Titik impas (BEP) pengolahan produk renggining bila dilihat dari nilai produksi sebesar 204,55 kg, sedangkan BEP biaya adalah Rp. 5.113.636,36. DAFTAR PUSTAKA BPS Provinsi Bengkulu. 2011. Provinsi Bengkulu Dalam Angka Tahun 2011. BPS Provinsi Bengkulu. Bengkulu. Haryati La Kamisi. 2011. Analisis Usaha dan Nilai Tambah Agroindustri Kerupuk Singkong. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) 4(2):82-87. Hernanto, F. 2003. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Reni Kustiari. 2011. Analisis Nilai Tambah dan Balas Jasa Faktor Produksi Pengolahan Hasil Pertanian. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Petani dan Pembangunan Pertanian di Bogor, 12 Oktober 2011. Slamet, U.U. 2005. Nilai Tambah dan Balas Jasa Faktor Produksi Pengolahan Hasil-hasil Pertanian. Bulletin Penelitian Nomor 8:1-8. Suprapto, A. 1999. Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan dalam memasuki Pasar Global. Makalah disampaikan dalam Lokakarya Nasional Musyawarah Nasional V POPMASEPI d Medan, 16 Maret 1999.