Agus Prianggono 1, Riyadi 2, Triyanto 3

dokumen-dokumen yang mirip
TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Kata kunci: pemecahan masalah matematika, proses berpikir kreatif, tahapan Wallas, tingkat berpikir kreatif

PROSIDING ISSN:

PROFIL BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS AKSELERASI DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA TERBUKA. Eni Defitriani Universitas Jambi

Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH DIVERGEN SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

PENERAPAN MODEL WALLAS UNTUK MENGIDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN INFORMASI BERUPA GAMBAR 1

Nofiela Nuning Hendriyati 1, Dinawati Trapsilasiwi 2, Susanto 3

P 1 Proses Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar (SD) Berkemampuan Matematika Tinggi Dalam Pemecahan Masalah Matematika Terbuka

PROFIL PROSES BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH OPEN-ENDED BERDASARKAN TEORI WALLAS

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi manusia. Kemampuan berpikir kreatif merupakan hasil dari interaksi

ABSTRAK. Prodi Pend. Mat. FKIP UNPATTI Ambon. ISSN: Buletin Pendidikan Matematika Volume 6 Nomor 2, Oktober 2004.

ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KINESTETIK DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN TAHAPAN WALLAS

PROBLEM POSING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

KATEGORI BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SURAKARTA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI POKOK HIMPUNAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN GENDER PADA MATERI BANGUN DATAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA MELALUI WHAT S ANOTHER WAY? PADA MATA KULIAH ILMU BILANGAN

BAB II KAJIAN TEORITIK

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA

JURNAL. Oleh: DANIK RATNAWATI Dibimbing oleh : 1. Drs. Darsono, M.Kom. 2. Feny Rita Fiantika, S.Pd.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

PROFIL KREATIVITAS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF

: CHOIRUL HUDAYA K

Pengembangan Rubrik Keterampilan Berpikir Kreatif dalam Memecahkan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP Attaufiq Jambi

Unnes Journal of Mathematics Education IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN PBL DENGAN TUGAS PENGAJUAN MASALAH

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JURNAL IMPLEMENTASI TEORI TENTANG TINGKAT BERFIKIR KREATIF DALAM MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTS MA ARIF BAKUNG UDANAWU BLITAR

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

Doni Dwi Palupi 1, Titik Sugiarti 2, Dian kurniati 3

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PENYELESAIAN SOAL OPEN-ENDED MATERI STATISTIKA PADA KELAS IX SMP

matematika mengacu pada pengertian berpikir kreatif secara umum, yaitu berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang

KREATIVITAS SISWA DALAM PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD-INDEPENDENT (FI) DAN FIELD-DEPENDENT (FD)

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI BANGUN DATAR

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN KUADRAT PADA PEMBELAJARANMODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN. (Artikel) Oleh NINDY PROFITHASARI

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI POLA BARISAN BILANGAN

PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (TKBK) SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED PADA MATERI SEGIEMPAT DI KELAS VIII SMP

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh :

IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN TUGAS PENGAJUAN MASALAH

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA GAYA BELAJAR VISUAL DALAM MEMECAHKAN MASALAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penyelesaian soal open ended, pedoman wawancara dan lembar tes kepribadian.

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PADA MATERI SEGITIGA DI SMP

CREATIVE PROBLEM SOLVING: BAGAIMANA PENGARUHNYA TERHADAP KREATIVITAS SISWA?

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TAHAPAN WALLAS DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT(AQ) SISWA

BERPIKIR KREATIF DALAM PEMBELAJARAN RME

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH DIMENSI TIGA

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

Yaumil Sitta Achir, Budi Usodo, Rubono Setiawan* Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN BERDASARKAN ANALISIS NEWMAN PADA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEC.

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA BERDASARKAN GAYA KOGNITIF DALAM PEMECAHAN MASALAH BERBASIS PEMODELAN MATEMATIKA

PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII-A MTs MUHAMMADIYAH 6 KARANGANYAR DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR

PROFIL KREATIVITAS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PLOSO BERKEMAMPUAN MATEMATIKA TINGGI DALAM PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 LIMBOTO DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI HIMPUNAN JURNAL

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 19 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HALAMAN JUDUL JURNAL SKRIPSI

KREATIVITAS PENGAJUAN SOAL DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MATERI BANGUN SEGI EMPAT KELAS VII SMP

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

ANALISIS KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENJENJANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN IDENTIFKASI TAHAP BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN DAN MENGAJUKAN MASALAH MATEMATIKA

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL

IDENTIFIKASI KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN NEWMAN S ERROR ANALYSIS (NEA) PADA PEMECAHAN MASALAH OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR

PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU UNTUK MENGGALI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Supardi Uki S (2012: 248), siswa hanya diarahkan untuk

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar

Alamat Korespondensi : 1) Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan,

Oleh Nila Kesumawati Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP Universitas PGRI Palembang

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SD DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW)

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKAPADA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tetap relevan dengan perkembangan teknologi informasi dan perkembangan

Diniatul Hidayani Sipahutar 1, Dinda Kartika Prodi Pendidikan Matematika Unimed Medan.

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL

PENGEMBANGAN RUBRIK BERPIKIR KREATIF SISWA MENENGAH ATAS DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

Pendahuluan. Elsa Yuli Kurniawati et al., Analisis Pola Berpikir...

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA POKOK BAHASAN PELUANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali

PROSES BERPIKIR SISWA KELAS VII E DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS ABSTRAK

Profil Kreativitas Mahasiswa Berdasarkan Gaya Berpikirnya dalam Memecahkan Masalah Fisika di Universitas Negeri Makassar

PRISMA 1 (2018)

KREATIVITAS OPEN ENDED PROBLEM SISWA KELAS VIII G SMPN 17 MALANG

IDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI TIPE SOAL OPEN ENDED

Keywords : The Level of Student's Performance, Critical Thinking, and Performance Task

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PEMECAHAN MASALAH TIPE WHAT S ANOTHER WAY Tatag Yuli Eko Siswono 1 Whidia Novitasari 2

Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Kreatif pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Materi Atom, Ion, dan Molekul SMP Islam Al Falah

Keywords : Worksheet, Problem Solving, Circles. PENDAHULUAN

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI ARITMATIKA SOSIAL BERDASARKAN NEWMAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 PONOROGO

PROSES METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI BANYUMAS TESIS

Transkripsi:

ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURURUAN (SMK) DALAM PEMECAHAN DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT Agus Prianggono 1, Riyadi 2, Triyanto 3 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Pacitan 2 Prodi Magister Pendidikan Matematika, PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta 3 Prodi Magister Pendidikan Matematika, PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract : This research was aimed at identifying and describing students creativity level, creative thinking process and the factors which cause the students became not creative in solving and posing mathematics problems. This study was a descriptive qualitative research, which used case study method. Identifying the students creativity level and the steps of creative thinking were conducted by problem-solving and problem-posing tasks (TPPM). The creativity levels divided into three levels, namely creative, less creative and not creative. The creativity criteria were based on the fluency, flexibility and originality. The stages of creative thinking process were refered to creative thinking model developed by Wallas which has some stages. They are preparation, incubation, illumination, and verification. The data analysis was conducted using Miles and Huberman model. At the preparation stage, less creative students were able to gather relevant information to solve the problem. At the incubation stage, less creative and not creative students were need time to recall what they have learned previously. Not creative students tended to stop and did not find any idea to solve the problem. At the illumination stage, less creative students were able to find ideas, but only give a single solution and did not give another solution. At the verification stage, less creative students and not creative students re-checked their work. The factors which cause the students became not creative in solving and posing the problem were: students failed in finding ideas to complete the task, which had never been done before. Students were trapped in using only a way in solving and posing problems. They weren t able to use various ideas in solving and posing the problems. Keywords : creativity, problem-solving, problem-posing, creative thingking processes. PENDAHULUAN Dewasa ini teknologi dan industri berkembang pesat, perkembangan tersebut memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia. Untuk menghadapi perkembangan teknologi dan industri tersebut, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan berpikir logis, bersifat kritis, kreatif, inisiatif dan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan. Dalam dunia pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), merupakan salah satu wadah untuk menciptakan SDM yang dibutuhkan dalam menghadapi perkembangan teknologi dan industri. Hal ini sejalan dengan standar kompetensi lulusan SMK kelompok teknologi dan rekayasa (KTSP, 2010) yang salah satu diantaranya adalah membentuk peserta didik sebagai individu yang memiliki dasar pengetahuan luas dan kuat, kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, 133

inovatif dan analitis secara mandiri, untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Berdasarkan uraian tentang harapan dan tujuan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif pada siswa SMK. Dalam penelitian ini, untuk mengidentifikasi tingkat kreativitas siswa, dilakukan berdasarkan kriteria aspek kreativitas yang dikemukakan oleh Silver, untuk mengidentifikasi proses berpikir kreatif siswa, dilakukan dengan berpedoman pada tahapan proses berpikir yang dikembangkan oleh Wallas. Kreativitas merupakaan suatu hal yang jarang sekali diperhatikan dalam pembelajaran matematika. Guru biasanya menempatkan logika sebagai prioritas utama dalam pembelajaran matematika dan menganggap kreativitas merupakan hal yang kurang penting. Pehkonen (1997) mendefinisikan bahwa kreativitas merupakan kinerja (performance) seorang individu yang menghasilkan sesuatu yang baru dan tidak terduga. Ismaimuza (2010) mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan menemukan hubungan atau keterkaitan baru, melihat sesuatu dari perspektif baru, atau membentuk kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang ada dalam pikiran. Kreativitas merupakan produk dari aktivitas berpikir kreatif. Siswono (2004) mengatakan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu proses yang digunakan ketika kita mendatangkan / memunculkan suatu ide baru. Hal itu menggabungkan ide-ide yang sebelumnya belum dilakukan. Berpikir kreatif yang dikaitkan dengan berpikir kritis merupakan perwujudan dari tingkat berpikir tinggi (higher order thinking). Sementara menurut Martin (2009), kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk. Pada umumnya, berpikir kreatif dipicu oleh masalah-masalah yang menantang. Metode yang mungkin dilakukan guru untuk mendorong keterampilan berpikir kreatif siswa dalam belajar matematika adalah melalui pemecahan masalah (problem solving) dan pengajuan masalah (problem posing). Masalah yang dimaksud adalah soal dengan latar belakang masalah berupa pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, topik yang luas, soal yang sudah dikerjakan atau informasi tertentu yang diberikan guru kepada siswa. Menurut Silver (1997), untuk mengidentifikasi dan menganalisis tingkat kreativitas dalam pemecahan masalah dan pengajuan masalah, umumnya digunakan tiga aspek kreativitas yang merupakan tiga komponen utama dalam Torrance Test of Creative Thinking (TTCT) yaitu aspek kefasihan (fluency), aspek fleksibelitas (flexibility) dan 134

aspek kebaruan (originality). Fluency atau kelancaran mengacu pada sejumlah besar ide, gagasan, atau alternatif dalam memecahkan persoalan. Kelancaran menyiratkan pemahaman, tidak hanya mengingat sesuatu yang dipelajari. Flexibility atau fleksibilitas mengacu pada produksi gagasan yang menunjukkan berbagai kemungkinan. Fleksibilitas melibatkan kemampuan untuk melihat berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda serta menggunakan banyak strategi atau pendekatan yang berbeda. Originality atau kebaruan mengacu pada solusi yang berbeda dalam suatu kelompok atau sesuatu yang baru atau belum pernah ada sebelumnya. Dalam penelitian ini tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa dikelompokkan dalam tiga tingkatan kreativitas mengacu pada pengelompokkan tingkat kreativitas yang dikemukakan oleh Siswono (2004) yaitu tingkatan siswa kreatif, kurang kreatif dan tidak kreatif. Siswa dikatakan kreatif jika mampu memenuhi ketiga kriteria aspek kreativitas, baik itu aspek kefasihan, aspek fleksibelitas, maupun aspek kebaruan. Siswa dikatakan kurang kreatif jika memenuhi salah satu atau dua kriteria aspek kreativitas. Siswa dikatakan tidak kreatif jika tidak memenuhi ketiga kriteria aspek kreativitas. Siswono (2004) mengatakan bahwa untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa, pedoman yang digunakan adalah proses kreatif yang dikembangkan oleh Wallas karena merupakan salah satu teori yang paling umum dipakai untuk mengetahui proses berpikir kreatif dari para penemu maupun pekerja seni yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap yaitu tahap persiapan (preparation), tahap inkubasi (incubation), tahap iluminasi (illumination) dan tahap verifikasi (verification). Pada tahap persiapan, seseorang (siswa) mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data yang relevan, dan mencari pendekatan untuk menyelesaikannya. Pada tahap inkubasi, seseorang (siswa) seakan-akan melepaskan diri secara sementara dari masalah tersebut. Pada tahap illuminasi, seseorang (siswa) mendapatkan sebuah pemecahan masalah yang diikuti dengan munculnya inspirasi dan ide-ide yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi dan gagasan baru. Pada tahap verifikasi, seseorang (siswa) menguji dan memeriksa pemecahan masalah tersebut terhadap realitas. Pada tahap verifikasi ini, siswa memerlukan pemikiran kritis dan konvergen. Penelitian tentang kreativitas siswa dalam matematika telah dilakukan (Siswono & Kurniawati, 2004). Penelitian tersebut melihat kemampuan pengajuan masalah sebagai suatu kemampuan kreatif. Produk pengajuan masalah ditinjau dengan menggunakan kriteria kreativitas, yaitu kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility) dan kebaruan (originality), serta pada aspek proses kreatifnya yang menekankan pada segi kognitif 135

siswa ketika memecahkan dan mengajukan masalah. Hasil penelitian Siswono & Kurniawati (2004) terhadap siswa kelas 7 SMPN 26 Surabaya menunjukkan bahwa dalam proses berfikir kreatif, masing-masing siswa pada kelompok tingkatan kreativitas yaitu kelompok kreatif, kurang kreatif dan tidak kreatif memiliki karakteristik yang berbeda dalam tiap tahapan proses berpikir. Penelitian tersebut memberikan bukti empirik hubungan antara berpikir kreatif dengan pemecahan dan pengajuan masalah matematika. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah tingkatan kreativitas siswa kelas X SMK Negeri 1 Pacitan dalam menyelesaikan tugas pemecahan dan pengajuan masalah matematika? 2. Bagaimanakah proses berpikir kreatif siswa kelas X SMK Negeri 1 Pacitan dalam menyelesaikan tugas pemecahan dan pengajuan masalah matematika, pada setiap tingkatan kreativitas berpedoman pada tahapan proses berpikir kreatif model Wallas? 3. Apakah faktor penyebab siswa tidak kreatif dalam menyelesaikan tugas pemecahan dan pengajuan masalah matematika? METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yang berupaya untuk mendeskripsikan proses berpikir kreatif matematis siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam pemecahan dan pengajuan masalah matematika. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Pacitan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 1 Pacitan. Moleong (2006) menjelaskan sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen atau lainnya. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua instrumen penelitian yaitu instrumen utama dan instrumen bantu. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah penulis sendiri, instrumen bantu pada penelitian ini adalah tugas pemecahan dan pengajuan masalah (TPPM) dan pedoman wawancara. Sebelum digunakan, instrumen bantu penelitian tersebut divalidasi terlebih dahulu oleh para ahli di bidang pendidikan matematika dan pendidikan bahasa Indonesia. Subjek dalam penelitian ini dipilih berdasarkan hasil TPPM. Adapun prosedur pemilihan subjek pada penelitian ini adalah sebagai berikut (1) memberikan Tugas Pemecahan dan Pengajuan Masalah (TPPM) kepada seluruh subjek pelitian; (2) mengelompokkan jawaban subjek berdasarkan hasil TPPM; (3) menganalisis hasil TPPM 136

dengan berpedoman pada kriteria aspek kreativitas, dan selanjutnya mengelompokkan subjek ke dalam tingkatan kreativitas, yaitu kreatif, kurang kreatif, dan tidak kreatif; (4) memilih subjek yang merepresentasikan jawaban dari masing-masing kelompok jawaban secara purposive, yaitu berdasarkan kecukupan informasi atau data yang diperlukan, sehingga tidak ada ketentuan jumlah subjek yang akan dipilih; (5) subjek yang dipilih selanjutnya diwawancarai untuk memverifikasi data hasil TPPM dan menggali data tentang proses berpikir kreatif dari masing-masing subjek penelitian. Kriteria aspek kreativitas yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada kriteria aspek kreativitas dari Silver (1997), sebagai berikut. Aspek Kreativitas Kefasihan Fleksibilitas Kebaruan Tabel 1 Kriteria Aspek Kreativitas Pemecahan dan Pengajuan Masalah Pemecahan Masalah Siswa menyelesaikan masalah dengan beragam ide penyelesaian yang disajikan secara lengkap dan benar. Siswa menyelesaikan masalah dengan satu cara (metode) kemudian dengan cara (metode) yang lain. Disajikan secara lengkap dan benar. Siswa mampu memberikan jawaban dari masalah dengan satu metode (cara) penyelesaian yang tidak biasa digunakan oleh individu (siswa) pada tingkat pengetahuannya. Pengajuan Masalah Siswa mampu membuat masalah (soal) sekaligus penyelesaiannya yang beragam dan benar. Siswa mengajukan masalah (soal) yang dapat dipecahkan dengan cara (metode) yang berbeda-beda. Disajikan secara lengkap dan benar. Siswa memeriksa beberapa masalah yang diajukan kemudian mengajukan suatu masalah (soal) yang berbeda dari siswa yang lain. Disajikan secara lengkap dan benar. Berdasarkan kriteria aspek kreativitas pada Tabel 1 di atas, siswa dikatakan kreatif jika memenuhi tiga aspek kreativitas. Siswa dikatakan kurang kreatif jika memenuhi salah satu atau dua aspek kreativitas, sedangkan siswa dikatakan tidak kreatif jika tidak memenuhi ketiga kriteria aspek kreativitas. Data yang diperoleh dari hasil TPPM dan hasil wawancara selanjutnya diverifikasi dengan metode triangulasi. Data yang sama dari hasil TPPM dan wawancara ditetapkan sebagai data yang valid dari hasil penelitian ini. Data yang valid tersebut dianalisis dengan berpedoman pada tahapan analisis data model Miles dan Hubermann (Sugiyono, 2011) yang meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil validasi instrumen penelitian menunjukkan bahwa instrumen TPPM dan pedoman wawancara dinyatakan valid oleh validator. Instrumen TPPM terdiri dari tiga 137

soal yaitu soal pertama dan soal kedua berupa soal pemecahan masalah, sedangkan soal ketiga berupa soal pengajuan masalah. Selanjutnya instrumen TPPM diberikan kepada siswa dan diperoleh data tentang tingkatan kreativitas siswa. Dari hasil analisis data TPPM pada masing-masing tingkatan kreativitas diketahui bahwa siswa cenderung tidak kreatif dalam pemecahan masalah dan pengajuan masalah, artinya siswa tidak memenuhi kriteria aspek kreativitas baik itu kefasihan, fleksibelitas maupun kebaruan. Seperti terlihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 2 Jumlah dan Persentase Siswa Tiap Tingkatan Kreativitas Masalah Pertama Masalah Kedua Masalah Ketiga Tingkat Jumlah Persentase Siswa tase Siswa tase Jumlah Persen- Jumlah Persen- Kreativitas Siswa Kreatif - 0% - 0% - 0% Kurang Kreatif 1 0,8% 2 1,6% 12 9,8% Tidak Kreatif 121 99,2% 120 98,4% 110 90,2% Berdasarkan Tabel 2 di atas terlihat bahwa tidak terdapat siswa yang masuk pada tingkat siswa kreatif baik untuk pemecahan masalah maupun pengajuan masalah. Hal ini terjadi karena tidak ada siswa yang mampu memenuhi ketiga aspek kreativitas. Analisis hasil pekerjaan siswa pada tingkatan siswa kurang kreatif menunjukkan bahwa siswa hanya memenuhi satu aspek kreativitas yaitu aspek kebaruan. Siswa teridentifikasi memenuhi aspek kebaruan karena jawaban yang diberikan siswa berbeda dari jawaban siswa yang lain. Siswa pada tingkatan ini tidak memenuhi aspek kefasihan dan aspek fleksibelitas. Siswa tidak memenuhi aspek kefasihan karena siswa hanya memberikan satu ide penyelesaian, artinya siswa hanya mampu menyusun satu model matematika dari sebuah soal cerita. Siswa tidak memenuhi aspek fleksibelitas karena dalam menyelesaikan soal, siswa hanya menggunakan satu metode penyelesaian. Analisis hasil pekerjaan siswa pada tingkatan tidak kreatif menunjukkan bahwa siswa tidak memenuhi aspek kefasihan, aspek fleksibelitas maupun aspek kebaruan. Siswa tidak memenuhi aspek kefasihan, karena pada sebagian siswa ada yang hanya mampu menyusun satu ide penyelesaian berupa model matematika dari sebuah soal cerita, dan ada sebagian siswa yang tidak mampu menyusun model matematika. Siswa tidak memenuhi aspek fleksibelitas, karena pada sebagian siswa mampu menyelesaikan ide penyelesaian (model matematika) hanya dengan satu cara penyelesaian, dan sebagian yang lain tidak mampu menyelesaikan masalah. Siswa tidak memenuhi aspek kebaruan, karena baik ide maupun cara penyelesaian yang digunakan hampir seragam, artinya 138

jawaban siswa satu mirip dengan jawaban siswa yang lain, hal ini karena mengadopsi cara penyelesaian yang telah dipelajari bersama guru di kelas. Penyelesaian masalah ketiga atau soal pengajuan masalah, tidak terdapat siswa pada tingkatan siswa kreatif. Hal ini karena tidak ada siswa yang memenuhi ketiga aspek kreativitas baik itu aspek kefasihan, aspek fleksibelitas maupun aspek kebaruan. Analisis hasil pekerjaan siswa pada tingkatan kurang kreatif menunjukkan bahwa terdapat siswa yang memenuhi dua aspek kreatifitas yaitu aspek kefasihan dan aspek fleksibelitas, dan ada siswa yang hanya memenuhi satu aspek kreativitas yaitu aspek kebaruan. Siswa yang memenuhi aspek kefasihan teridentifikasi bahwa siswa mampu menyusun lebih dari satu soal. Soal yang disusun tersebut mengadopsi soal yang pernah dipelajari sebelumnya. Siswa yang memenuhi aspek fleksibelitas teridentifikasi bahwa siswa mampu menyelesaikan soal yang dibuat dengan menggunakan lebih dari satu metode yang berbeda. Sedangkan untuk siswa yang memenuhi aspek kebaruan teridentifikasi bahwa siswa mampu menyusun soal yang berbeda dari soal yang disusun oleh siswa lain, meskipun penyelesaian dari soal yang dibuat tersebut menggunakan metode penyelesaian yang telah dipelajari sebelumnya. Analisis hasil pekerjaan siswa pada tingkatan tidak kreatif dalam menyelesaikan masalah ketiga menunjukkan bahwa siswa tidak memenuhi aspek kefasihan, aspek fleksibelitas maupun aspek kebaruan. Siswa tidak memenuhi aspek kefasihan karena ada sebagian siswa yang tidak mampu menyusun soal, sebagian yang lain hanya mampu menyusun satu soal. Siswa tidak memenuhi aspek flesibelitas karena ada sebagian siswa yang tidak mampu menyusun soal, sebagian siswa yang lain hanya mampu menyelesaikan soal yang dibuat dengan menggunakan satu metode penyelesaian. Siswa tidak memenuhi aspek kebaruan karena soal yang dibuat siswa cenderung mengadopsi soal yang pernah dikerjakan sebelumnya. Proses berpikir kreatif siswa dalam pemecahan dan pengajuan masalah matematika berpedoman pada tahapan proses berpikir kreatif yang dikembangkan oleh Wallas yang menunjukkan bahwa pada tahap persiapan, siswa kurang kreatif lebih mampu mengumpulkan informasi yang relevan untuk menyelesaikan soal dibandingkan siswa yang tidak kreatif. Kemampuan mengumpulkan informasi ini menunjukkan bahwa siswa memahami tugas yang diberikan dengan baik. Informasi yang dikumpulkan bersumber dari informasi yang diberikan soal, serta dari apa yang sudah dipelajari sebelumnya. Siswa cenderung mengaitkan informasi yang ada pada soal dengan materi-materi yang berkaitan dengan konsep persamaan kuadrat yang dipelajari di kelas. 139

Pada tahap inkubasi, siswa kurang kreatif dan siswa tidak kreatif cenderung melaksanakan proses berpikir yang sama. Pada siswa kurang kreatif cenderung berhenti sejenak untuk mengingat apa yang pernah dipelajari sebelumnya, sekaligus berpikir untuk mendapatkan ide penyelesaian dari soal yang dikerjakan. Sebagian siswa kurang kreatif juga beralih mengerjakan soal yang lain terlebih dahulu, dan sejenak meninggalkan soal yang sedang dikerjakan. Sebagian siswa tidak kreatif cenderung berhenti dan tidak menemukan ide untuk menyelesaikan soal, sebagian yang lain ada yang beralih mengerjakan soal yang lain terlebih dahulu. Pada tahap illuminasi, siswa kurang kreatif mampu menemukan ide penyelesaian (model matematika), sekaligus menemukan strategi untuk menyelesaikan ide penyelesaian tersebut. Sebagian siswa tidak kreatif ada yang mampu menemukan ide penyelesaian dan sekaligus menyelesaikan idenya tersebut, tetapi sebagian yang lain tidak mampu menemukan ide penyelesaian. Pada tahap ini siswa cenderung mencoba mengerjakan soal dikertas lain, baru kemudian menyalin dilembar jawaban yang sudah disediakan. Dalam menyusun soal, siswa kurang kreatif cenderung menentukan jawaban dari soal terlebih dahulu, baru kemudian menyusun soalnya. Pada tahap verifikasi, siswa kurang kreatif memeriksa kembali hasil pekerjaannya dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Namun karena keterbatasan waktu untuk mengerjakan soal, akibatnya perbaikan yang dilakukan kurang maksimal sehingga masih terdapat sedikit kekeliruan dan menuliskan jawaban. Sebagian siswa tidak kreatif memeriksa kembali hasil pekerjaannya, bahkan ada yang mengganti pekerjaannya. Tetapi sebagian yang lain tidak memeriksa kembali hasil pekerjaannya, siswa cenderung sudah merasa yakin dengan pekerjaan yang dilakukan. Faktor yang menyebabkan siswa tidak kreatif dalam pemecahan masalah teridentifikasi bahwa menurut siswa, soal pemecahan masalah yang disajikan termasuk soal yang sulit. Menurut siswa, soal dianggap sulit karena siswa tidak terbiasa dengan bentuk soal yang menggali kreativitas, atau siswa tidak terbiasa mengerjakan soal cerita. Siswa cenderung mengadopsi cara penyelesaian yang diajarkan oleh guru, dengan kata lain langkah pengerjaan atau cara penyelesaian yang digunakan guru dalam menyelesaikan soal menjadi panduan utama bagi siswa untuk menyelesaikan soal. Siswa tidak terbiasa menggunakan pikirannya secara bebas untuk menyelesaikan masalah. Akibatnya, siswa merasa kesulitan ketika dihadapkan pada masalah yang berbeda dari masalah yang biasa dikerjakan. Faktor yang menyebabkan siswa tidak kreatif dalam pengajuan masalah teridentifikasi bahwa siswa tidak terbiasa dengan tugas untuk 140

menyusun soal, siswa tidak terbiasa untuk berkreasi dalam menyusun soal, oleh sebab itu pada umumnya dalam membuat soal siswa tidak memperhatikan perintah yang diberikan. Siswa cenderung membuat soal yang serupa dengan soal yang biasa dikerjakan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Siswa kelas X di SMK Negeri 1 Pacitan secara umum berada pada tingkatan siswa tidak kreatif dalam pemecahan dan pengajuan masalah matematika. 2. Tahapan proses berpikir kreatif siswa dalam pemecahan dan pengajuan masalah berpedoman pada tahapan proses berpikir model Wallas menunjukkan bahwa (a) pada tahap persiapan, siswa kurang kreatif cenderung mampu mengumpulkan informasi yang diperlukan dengan baik. Pada siswa tidak kreatif cenderung kurang mampu mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan soal; (b) pada tahap inkubasi, siswa kurang kreatif cenderung berhenti sejenak dan beralih mengerjakan soal yang lain. Pada siswa tidak kreatif ada yang berhenti sejenak dan beralih mengerjakan soal yang lain, ada juga yang terus melanjutkan pekerjaanya. Pada tahap illuminasi dalam proses pengajuan masalah, siswa kurang kreatif dan siswa tidak kreatif sama-sama mengalami kesalahan dalam memahami perintah, sehingga soal yang disusun siswa tidak sesuai dengan perintah dalam tugas pemecahan masalah; (c) pada tahap illuminasi, siswa kurang kreatif mampu menemukan sebuah ide penyelesaian, namun siswa kesulitan mencari ide penyelesaian lain selain ide yang telah diperoleh. Pada siswa tidak kreatif, sebagian siswa ada yang mampu menemukan ide penyelesaian, tetapi sebagian besar siswa tidak mampu menemukan ide penyelesaian; (d) pada tahap verifikasi, siswa kurang kreatif memeriksa kembali pekerjaannya, namun cenderung kurang teliti dalam memeriksa pekerjaan tersebut. Pada siswa tidak kreatif, sebagian siswa ada yang memeriksa kembali pekerjaannya, namun sebagian yang lain tidak memeriksa pekerjaannya karena sudah yakin dengan pekerjaannya tersebut. 3. Siswa mengalami beberapa kesulitan yang menyebabkan siswa menjadi tidak kreatif dalam menyelesaikan tugas pemecahan dan pengajuan masalah. Kesulitan siswa dalam pemecahan masalah antara lain karena (a) siswa tidak terbiasa menyelesaikan soal yang memerlukan kreativitas dalam menyelesaikannya; (b) siswa tidak terbiasa menyelesaikan soal cerita dengan banyak cara penyelesaian; (c) siswa cenderung terpaku pada cara penyelesaian yang diajarkan guru, siswa belum mampu berkreasi 141

untuk menemukan penyelesaian lain dari soal. Kesulitan siswa dalam pengajuan masalah karena siswa tidak terbiasa menyusun soal, siswa kesulitan untuk menyusun soal beserta penyelesaiannya. Siswa cenderung menyusun soal yang serupa dengan soal yang pernah dikerjakan sebelumnya. Guru perlu mengembangkan pembelajaran matematika yang menuntut kemampuan berpikir siswa dalam pemecahan masalah dan pengajuan masalah. Utamanya untuk masalah yang mempunyai banyak solusi, agar dapat melatih kreativitas siswa. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai kreativitas siswa dalam pemecahan masalah dan pengajuan masalah pada materi-materi yang lain, atau melalui pendekatan dan sudut pandang yang lain agar dapat diidentifikasi kesulitan-kesulitan siswa dalam mengembangkan potensi kreatif yang dimilikinya. DAFTAR PUSTAKA Ismaimuza, D. 2010. Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif. Disertasi pada PPs UPI. (Unpublished). Martin, H. 2009. Convergent and Divergent Thinking. [Online] Tersedia: http://www.eruptingmind.com/convergent-divergent-creative-thinking/ Moloeng, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pehkonen, E. 1997. The State-of-Art in Mathematical Creativity. Zentralbaltt fur Didaktic der Mathematic (ZDM) - The Int. J. on Math. Edu., 29(3). Electronic Edition ISSN 1615-679X. Silver, E.A. 1997. Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Problem Posing. Zentralbaltt fur Didaktic der Mathematic (ZDM) - The Int. J. on Math. Edu., 29(3). Electronic Edition ISSN 1615-679X. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta. Siswono, T.Y.E. dan Kurniawati, Y. 2004. Penerapan Model Wallas untuk Mengidentifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Pengajuan Masalah Matematika dengan Informasi Berupa Gambar 1. J. Nas. MATEMATIKA, Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, Tahun 2004 ISSN: 0852-7792. Siswono, T.Y.E. 2004. Identifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Pengajuan Masalah (Problem Posing) Matematika Berpandu dengan Model Wallas dan Creative Problem Solving (CPS). Buletin Pendidikan Matematika, Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pattimura, Ambon. 6(2): 114-124, Oktober 2004. ISSN 1412-2278. 142