IMPLIKASI KEBIJAKAN SMALL RESEARCH ISEI, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 DAMPAK KEBIJAKAN PAJAK PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI, PERDAGANGAN, DAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI

Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI DAN SINKRONISASI PENYUSUNAN PROGRAM KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO TAHUN 2013 Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

PERAN SEKTOR INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEANEKARAGAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

Jakarta, 15 Desember 2015 YANG SAYA HORMATI ;

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar

KONTROVERSI TI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN BABEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional

Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Kunjungan Kerja ke PT. Wilmar Nabati Indonesia Gresik, 17 April 2015

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

Policy Brief Perbaikan Regulasi Lahan Gambut Dalam Mendukung Peran Sektor Industri Kelapa Sawit Indonesia 2017

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang dihasilkan dari produk CPO, diolah menjadi Stearin Oil

PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018?

NO. PENANYA PERTANYAAN JAWABAN. Apakah ada rencana ekspansi pabrik kelapa sawit ke depannya?

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp miliar.

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

Transkripsi:

IMPLIKASI KEBIJAKAN SMALL RESEARCH ISEI, 2015 SEMINAR NASIONAL & KONGRES ISEI XIX MENGHIDUPKAN KEMBALI SEKTOR INDUSTRI SEBAGAI PENGGERAK EKONOMI NASIONAL SURABAYA, 7-9 OKTOBER 2015

PELAKSANA SMALL RESEARCH ISEI 2015 ISEI Cabang Medan (Prof Ramli dkk): Pengembangan Industri Berbasis Kelapa Sawit di Sumatera Utara, Pengarah: Dr Deni P Purbasari ISEI Cabang Palembang (Dr Marlina Widiyanti dkk): Pengembangan Industri Kreatif Tenun Songket di Kota Palembang, Pengarah: Prof Ina Primiana ISEI Cabang Jember (Dr M. Fathorozzi dkk): Pengembangan Industri Kakao Kabupaten Jember Berbasis Value Chain, Pengarah: Dr Abdul Mongid ISEI Cabang Banjarmasin (Dr Titik Sugiati dkk): Dayasaing UKM Pengolahan Ikan sebagai Upaya Mengembangkan Pusat Industri Perikanan di Kotabaru Kalimantan Selatan, Pengarah: Dr Nimmi Zulbainarni ISEI Cabang Kendari (Prof Muh. Syarif dkk): Membangun Industri Nikel Sultra, Pengarah: Prof Hermanto Siregar. 1

PANGSA SEKTORAL (% TERHADAP PDB INDONESIA) PENDAHULUAN 2010 2011 2012 2013 2014 Industri Pengolahan 22.0 21.8 21.5 21.0 21.0 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Sumber: BRS-BPS, 5 Februari 2015. 13.8 13.5 13.4 13.4 13.4 13.5 13.6 13.2 13.3 13.4 - Pangsa atau kontribusi sektor industri pengolahan dalam 5 tahun terakhir cenderung menurun dari 22 menjadi 21 persen, padahal sektor ini diharapkan sebagai pembentuk value added utama perekonomian Indonesia - Pangsa sektor pertanian dan sektor perdagangan kurang-lebih tetap berada pada kisaran 13-14 persen. 2

12.00% 10.00% Laju Pertumbuhan PDB, Sektor Industri, dan Sektor Perdagangan Indonesia (% / tahun) 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 6.38% 6.17% 6.03% 6.26% 5.62% 3.79% 5.58% 5.02% 4.49% 4.63% 0.00% 2010 2011 2012 2013 2014 PDB Industri Pengolahan Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil & Spd Motor Sumber: BRS-BPS, 5 Februari 2015. - Kecuali tahun 2011, laju pertumbuhan sektor industri selalu lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDB Indonesia. - Bila ingin bertumbuh lebih cepat, laju pertumbuhan industri pengolahan harus dipercepat perlu pengembangan industri dalam berbagai bentuknya. 3

BEBERAPA TEMUAN: 1. INDUSTRI KELAPA SAWIT Industri hilir kelapa sawit memiliki multipliers output, pendapatan, tenaga kerja, dan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan usaha hulu perkebunan kelapa sawit Hilirisasi produk-produk turunan sawit tidak mudah dilakukan karena pembelinya sangat selektif (sulit penetrasi pasar bila produk belum dikenal serta bila tidak ada jaminan kualitas dan kontinuitas pasokan) selain kebutuhan investasi pabrik yang sangat mahal Bea Keluar CPO berdampak pada penurunan harga yang diterima petani, areal perkebunan kelapa sawit rakyat, produksi dan ekspor CPO, namun meningkatkan produksi produk turunan kelapa sawit. 4

Industri hilir kelapa sawit akan semakin berkembang pesat bila kualitas sistem logistik khususnya pelabuhan ditingkatkan. Untuk melayani ekspor CPO, Indonesia hanya memiliki dua pelabuhan khusus yaitu Dumai dan Belawan. Operasional pelabuhan mestinya 24 jam dan waktu sandar (demurrage) kurang dari 5 hari (saat ini masih 12-14 hari). Harga CPO yang rendah (USD 484 per ton per Agustus 2015) akhir-akhir ini menyebabkan BK CPO dan turunannya tidak binding. Namun dengan diberlakukannya CPO Fund (PP No 61/2015) pelaku usaha dan eksportir CPO dan turunannya merasa terbebani (USD 10-50 per ton). Distorsi ini dipandang berkurang dampak negatifnya apabila CPO fund yang terkumpul dibelanjakan untuk perbaikan atau penyediaan public goods bagi perkebunan dan industri pengolahan sawit, selain untuk pengembangan SDM dan R&D di bidang perkelapa sawitan. 5

2. INDUSTRI KREATIF TENUN SONGKET Industri kreatif merupakan salah satu industri hilir yang cukup signifikan membantu pertumbuhan ekonomi Kota Palembang, salah satunya adalah industri tenun songket. Upaya pengembangan industri tenun songket dirasa masih kurang. Pada value chain, didapat beberapa hambatan yang menekan marjin laba, antara lain teknologi yang sangat sederhana, sangat terbatasnya jumlah pengrajin yang berketerampilan baik, dan promosi belum gencar. Akibatnya, motif tenunan cenderung tidak berkembang. Kendala lain ialah suku bunga kredit dirasakan pengrajin terlalu tinggi. Semua hambatan ini menyebabkan omset bulanan sudah lama stagnan pada kisaran Rp 50 500 juta. 6

3. INDUSTRI KAKAO Industri makanan berbasis kakao sebetulnya menghadapi permintaan oleh pasar dunia yang stabil dan cenderung meningkat. Namun, berbagai kendala pada aspek on farm menyebabkan tidak termanfaatkannya peluang tersebut. Di antara kendala itu ialah produktivitas tanaman yang rendah. Untuk perkebunan swasta produktivitas hanya 7.67 ton/ha (sementara di Ghana sekitar 20 ton/ha). Untuk kebun rakyat, produktivitas lebih rendah lagi. Produktivitas yang rendah ini antara lain disebabkan kerentanan tanaman terhadap HPT, sempitnya areal kebun kakao (umumnya di bawah 0.5 hektar), serta sifat sampingan pengusahaan kakao. Bahkan areal tanam kakao BUMN dan swasta juga relatif kecil. 7

Hambatan produksi kakao di satu sisi, sementara konsumsi produk-produk cokelat dalam negeri yang naik sekitar 5 persen per tahun menyebabkan terjadinya impor bahan baku cokelat, yaitu kakao, dengan trend yang cenderung meningkat. Pada aspek off farm, pengolahan dilakukan sangat sederhana (hanya fermentasi) dan dengan cara yang juga sederhana, sehingga mutu produk relatif rendah. Belum terdapat keterkaitan yang erat antara usaha pengolahan kakao rakyat dengan industri pengolahan berbasis kakao. Kendala yang dihadapi antara lain ialah akses permodalan yang sulit dan dengan suku bunga relatif tinggi. Selain itu, dirasakan rendahnya pemanfaatan tenaga peneliti dan implementasi hasil penelitian, serta dukungan pemerintah yang kurang memadai. 8

4. INDUSTRI KECIL PENGOLAHAN IKAN Saat ini sekitar 60 persen dari total tangkapan ikan laut dipasarkan dalam keadaan belum diolah, hanya 4 persen diolah secara moderen, sisanya diolah secara tradisional dalam skala kecil sebagai industri rumah tangga. Potensi bahan baku yaitu ikan tangkap relatif besar di Kota Baru, dan dalam kondisi segar. Namun rendahnya kualitas SDM industri kecil pengolah ikan menyebabkan kebanyakan mereka tidak mengurus izin Pangan Industri Rumah Tangga, Label Halal, Standar Kelayakan Produk, dan SNI, sehingga membatasi pengembangan pasar produk yang dihasilkan. Selain itu, produk pangan olahan ikan juga kurang bervariasi, dan masih memiliki kelemahan dalam kemasan. 9

Fasilitas dasar seperti cold storage masih sangat terbatas bahkan tidak tersedia untuk industri rumah tangga, sehingga fluktuasi hasil tangkapan terkait musim langsung berpengaruh terhadap kontinuitas dan kualitas produk perikanan. Selain itu, utilisasi UPI juga masih belum optimal. Keterbatasan prasarana dan fasilitas menyebabkan rantai pasok menjadi tidak efisien, sehingga mengurangi daya saing produk pangan olahan ikan yang dihasilkan. Produk pesaing justeru memiliki harga yang relatif lebih murah dan dengan kualitas dan cita rasa yang lebih baik. Industri rumah tangga pangan olahan ikan belum secara eksplisit dikaitkan dengan upaya pengembangan wisata di Kota Baru. 10

5. INDUSTRI NIKEL Industri pertambangan nikel di Sulawesi Tenggara dilakukan oleh tiga perusahaan besar dan oleh perusahaan kecil yang merupakan Pemegang Kuasa Pertambangan. Dari perusahaan yang ada, baru 31 di antaranya yang membangun smelter sesuai yang diamanatkan oleh PP No. 1/2014 tentang kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral yang melarang ekspor nikel dalam bentuk raw material. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan harga biji nikel yang belum diolah dengan yang telah diolah menjadi feronikel adalah sekitar 6 kali lipat, dan nilai tambah sekitar USD 82 per ton feronikel. Jadi, penjualan nikel dalam bentuk mentah sebetulnya merugikan. 11

Kegiatan pertambangan nikel memberikan dampak negatif berupa kerusakan lahan, pencemaran tanah, pencemaran udara, kerusakan infrastruktur terutama prasarana transportasi karena operasi alat berat, serta konflik sosial terkait penguasaan lahan. Dampak positifnya ialah penyerapan tenagakerja, kontribusi pajak dan royalti terhadap negara maupun pemerintah daerah. Royalti bijih nikel UBPN ANTAM di Pomalaa misalnya mencapai Rp 122.9 miliar tahun 2014, dan Dana Bagi Hasil untuk pemerintah Sultra dan Kabupaten Kolaka masing-masing Rp 61.2 miliar dan Rp 32.3 miliar di tahun yang sama. Dampak positif lainnya ialah program CSR perusahaan termasuk dalam pengembangan UMKM non-inti yang beroperasi di sekitar lokasi tambang. 12

IMPLIKASI KEBIJAKAN: 1. INDUSTRI KELAPA SAWIT Hilirisasi industri CPO perlu dilakukan dengan mengembangkan produk yang dibutuhkan dalam jumlah besar, misalnya biodiesel. Trend jangka panjang harga minyak bumi yang meningkat akan menyebabkan layaknya pengusahaan biodiesel sebagai sumber energi terbarukan. Revenue yang diperoleh dari BK CPO maupun CPO Fund agar dipergunakan untuk R&D yang sistematis untuk meningkatkan dayasaing kelapa sawit, CPO dan produk-produk turunannya termasuk biodiesel, perbaikan efisiensi sistem logistik dalam rantai nilai CPO, peningkatan kualitas SDM perkelapasawitan, promosi/marketing, sosialisasi praktikpraktik ramah lingkungan (on farm dan off farm), dan rehabilitasi lingkungan. Penggunaan dana BK CPO dan CPO Fund agar diatur dengan rinci, begitu pula dengan proses negosiasi tarif iuran CPO Fund. 13

2. INDUSTRI KREATIF TENUN SONGKET Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus pada pengembangan dan pembinaan tenun songket, baik dalam pemberian modal, pembinaan keterampilan, penyediaan pusat informasi tentang makna dan fungsi setiap corak songket sebagai aset budaya yang harus dilestarikan. Pemerintah perlu memberi penghargaan kepada kaum muda yang mengembangkan tenun songket sebagai warisan leluhur dan budaya, dan juga memberi afirmasi agar pegawai daerah di lingkungan Sumatera Selatan menggunakan tenun songket secara reguler. Diperlukan pengembangan kemitraan misalnya dengan pemegang merek ternama luar negeri dengan industri kreatif tenun songket, selain upaya promosi lainnya. 14

3. INDUSTRI KAKAO Perlu perbaikan yang sungguh-sungguh dalam aspek on farm kebun kakao rakyat maupun perkebunan kakao swasta/bumn dengan tujuan agar produktivitas tanaman dapat ditingkatkan. Untuk itu, Puslit Koka agar diberi peran optimal dalam pengembangan Jember sebagai sentra produksi kakao Pulau Jawa maupun nasional. Perlu pembinaan teknis terhadap industri pengolahan kakao rakyat agar menggunakan teknologi tepat guna untuk menganekaragamkan produk pangan kakao olahan dalam skala industri rumah tangga. Disarankan agar pengembangan ini disertai dengan kredit murah. 15

4. INDUSTRI KECIL PENGOLAHAN IKAN Perlu pengembangan sistem logistik untuk ikan laut hasil tangkapan dengan fokus pada UPI, cold storage dalam suatu cold-chain-system, sehingga bahan baku berupa ikan segar dapat terjaga kualitas dan kontinuitasnya. Perlu bantuan pemerintah daerah kepada industri pangan olahan ikan skala rumah tangga untuk mendapatkan berbagai izin seperti izin Pangan Industri Rumah Tangga, Label Halal, dan Standar Kelayakan Produk, di samping pelatihan keterampilan peningkatan mutu dan penganekaragaman produk, serta pengemasan produk. Branding produk dengan pasar retail moderen juga diperlukan, selain promosi untuk memasuki pasar ekspor khususnya di negara-negara yang mensyaratkan label halal. 16

5. INDUSTRI NIKEL Dampak langsung penghentian operasi tambang yang hanya menghasilkan barang mentah adalah pengangguran dan penurunan pendapatan pemerintah daerah. Pemerintah perlu memberikan bantuan langsung atau tidak langsung kepada rumah tangga yang terkena PHK. Pembangunan smelter yang dilakukan agar dipastikan melalui AMDAL yang ketat, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang lebih banyak. Batas-batas penguasaan lahan antara perusahaan dan masyarakat perlu dipertegas oleh pemerintah. Pemerintah perlu membuat aturan yang jelas terkait rekrutmen pekerja tambang yang akhir-akhir ini banyak menggunakan pekerja asing. Pemerintah perlu mengatur terlaksananya penyaluran CSR yang tepat, terutama untuk pengembangan UMKM Non-Inti selain untuk kegiatan sosial seperti biasanya. 17

TERIMA KASIH