HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI PUSKESMAS KOELODA KECAMATAN GOLEWA KABUPATEN NGADA PROVINSI NTT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. terkena malaria. World Health Organization (WHO) mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARAKA KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANGTAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN

BEBERAPA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN NANGA ELLA HILIR KABUPATEN MELAWI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN KAMPAR KIRI TENGAH, KABUPATEN KAMPAR, 2005/2006

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Promotif, Vol.3 No.2, April 2014 Hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

C030 PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN MIMIKA

Faktor-faktor kejadian malaria

HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN GIGITAN NYAMUK DENGAN KEBERADAAN KASUS MALARIA DI PUSKESMAS BONTOBAHARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

DETERMINAN PERILAKU MASYARAKAT, LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN PESAWARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEPERCAYAAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA PADA MASYARAKAT (Observasi Analitik di Desa Gunung Raya)

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

HUBUNGAN KONDISI KANDANG TERNAK DENGAN KEJADIAN MALARIA PADA MASYARAKAT DI DESA LAURI KECAMATAN GIDO KABUPATEN NIAS

ARTIKEL HUBUNGAN KEBERADAAN TERNAK DAN LOKASI PEMELIHARAAN TERNAK TERHADAP KASUS MALARIA DI PROVINSI NTT

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit menular tropik yang distribusinya

KUESIONER. Hari/Tanggal : Waktu : Pukul... s/d... No. Responden : 1. Nama (inisial) : 2. Umur :

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis Univariat

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

Transkripsi:

Jurnal Kesehatan Volume VII No. 2/2014 HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI PUSKESMAS KOELODA KECAMATAN GOLEWA KABUPATEN NGADA PROVINSI NTT Masriadi Idrus*, Getrudis** *Bagian Epidemiologi STIK Tamalatea Makassar **Puskesmas Koeloda Kabupaten Ngada Provinsi NTT Abstract Malaria is infectious disease caused by parasite of plasmodium genus which is infected through the bites of female anopheles mosquitoes. Malaria is considered a disease related of environment sanitation and behavior causing someone to be ill. The aim of the research is to findout the relationship between the use of repellent, mosquito net, knowledge, mosquito brood sites, home distance from mosquito brood, and cattel cultivation and the occurrence of malaria. The research is a cross sectional study. The sampel were 128 patients consisting of 43 patients suffering from malaria and 83 patients not suffering from malaria. The results of chi-square analysis indicate that the use repellent (X 2 arithmetic (20,115), p=0,000), the use of mosquito net (X 2 arithmetic (20,908), p=0,000), knowledge (X 2 arithmetic (33,885), p=0,000), mosquito brood sites (X 2 arithmetic (10,928), p=0,001), home distance from mosquito brood (X 2 arithmetic (34,872 ), p=0,000), and cattle cultivation (X 2 arithmetic (11,488), p=0,001) have a significant relationship with the occurrence of malaria. Thus, it is suggested to maintain einvironmental sanitation and prevent the behavior of having contact with mosquito. Keywords : individual and home environment, malaria PENDAHULUAN M alaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium, yang termasuk golongan protozoa melalui perantraan tusukan (gigitan) serangga nyamuk Anopheles spp. Malaria dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan udara buruk, yang menyebabkan penderita menggigil. Penderita umumnya tinggal di daerah rawa rawa yang mengeluarkan gas berbau busuk, sehingga sebagian masyarakat menduga atau percaya bahwa udara busuk di sekitar rawa menjadi penyebab malaria (Munif, Amrul, Imron Moch, 2010). World Health Organization (2011) menyatakan malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 106 negara. Malaria menyerang sedikitnya 350 500 juta setiap tahun dan menyebabkan kematian sekitar 1 juta pertahun. Diperkirakan masih sekitar 3,2 miliar orang hidup di daerah endemis malaria. Malaria juga mempengaruhi secara ekonomis terhadap kehilangan 12% pendapatan nasional negara yang endemis malaria. Depkes RI (2012) memperkirakan ada sekitar lebih dari 250 ribu kasus malaria di Indonesia. Kejadian malaria pada tahun 2012 sebanyak 1.69 % per 1000 386

Masriadi Idrus, Getrudis Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan... penduduk. Sekitar 80% kabupaten/kota di Indonesia adalah daerah endemis malaria dan sekitar 45 % penduduk Indonesia masih tinggal di daerah endemis malaria. Kasus malaria tertinggi di Indonesia adalah Provinsi NTT, Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara. Dinkes Provinsi Nusa Tenggara Timur melaporkan bahwa pada tahun 2011, malaria endemis di semua kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur. Menurut konfirmasi laboratorium, pada tahun 2011 malaria menjadi kasus tertinggi dengan jumlah kasus sebanyak 120.615 orang di NTT, jika total penduduk NTT sebanyak 4,6 juta jiwa maka selama tahun 2011 ada 27 orang diantara 1000 penduduk yang positif malaria. Malaria menjadi masalah kesehatan dikalangan ibu hamil dan bayi, dengan angka kesakitan 30 per 1000 untuk ibu hamil dan 46 per 1000 dikalangan bayi, tidak mengherankan jika angka kematian bayi dan ibu hamil di NTT tertinggi di Indonesia. Dinkes Kab. Ngada (2012) melaporkan Case Fatality Rate (CFR) penyakit malaria sebesar 1 per 10.000 penderita malaria, artinya setiap 10.000 penderita penyakit malaria terdapat 1 kematian akibat penyakit tersebut. Penyakit Malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan terutama di Kabupaten Ngada yang merupakan daerah endemik malaria, dimana penyakit ini selalu masuk dalam 10 pola penyakit terbanyak tiap tahunnya, dan dapat menyebabkan kematian bagi ibu hamil, balita dan lanjut usia. Puskesmas Koeloda (2013) melaporkan jumlah kasus malaria positif pada tahun 2011 malaria positif sebanyak 358 kasus, tahun 2012 malaria positif sebanyak 224 kasus, tahun 2013 malaria positif sebanyak 227 kasus dan tahun 2014 (Januari, Februari dan Maret) malaria positif sebanyak 102 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan Rumah Dengan di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 meliputi pemakaian repellent, pemakaian kelambu, pengetahuan, tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk dan pemeliharaan ternak. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan cross-sectional study. Penelitian ini dilaksanakan pada 1 Januari sampai 29 Maret 2014 dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling dan diperoleh 128 sampel yang terdiri dari 43 yang menderita malaria dan 85 yang tidak menderita malaria. Data dianalisis secara univariat dan bivariat. 387

Jurnal Kesehatan Volume VII No. 2/2014 Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki laki Perempuan 65 63 50,8 49,2 Tabel 2. Distribusi Kelompok Umur Pasien di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kelompok Umur Frekuensi Persentase 4 12 thn 13 21 thn 22 30 thn 31 39 thn 40 48 thn 49 57 thn 58 66 thn 67 75 thn 33 23 34 30 4 1 2 1 25,8 18,0 27,6 23,4 3,1 0,8 1,6 0,8 Tabel 3. Distribusi Tingkat Pendidikan Pasien di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa SD SMP SMA D3 S1 Pendidikan Frekuensi Persentase 51 39,8 29 22,7 17 13,3 19 14,8 12 9,4 Tabel 4. Distribusi Pasien Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Malaria Frekuensi Persentase Menderita 43 33,6 Tidak Menderita 85 66,4 Tabel 5. Distribusi Pemakaian Repellent Pasien Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Pemakaian Repellent Frekuensi Persentase Tidak Memakai Memakai 75 53 58,6 41,4 388

Masriadi Idrus, Getrudis Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan... Tabel 6. Distribusi Pemakaian Kelambu Pasien Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Pemakaian Kelambu Frekuensi Persentase Tidak Memakai Memakai 59 69 46,1 53,9 Tabel 7. Distribusi Pengetahuan Pasien Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Pengetahuan Frekuensi Persentase Kurang Cukup 70 58 54,7 45,3 Tabel 8. Distribusi Tempat Perindukan Nyamuk Pasien Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Tempat Perindukan Nyamuk Frekuensi Persentase Tidak Ada Ada 62 66 48,4 51,6 Tabel 9. Distribusi Jarak Rumah Dengan Tempat Perindukan Nyamuk Pasien Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT, 2014 Jarak Rumah dengan Perindukan Nyamuk Frekuensi Persentase Jauh Dekat 81 47 63,3 36,7 Tabel 10. Distribusi Pemeliharaan Ternak Pasien Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Pemeliharaan Ternak Frekuensi Persentase Ada 77 60,2 Tidak Ada 51 39,8 Tabel 11. Analisis Hubungan Pemakaian Repellent Dengan Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT 2014 Pemakaian Repellent Menderita Tidak Menderita Frek Persentase Frek Persentase Total Tidak Memakai 37 49,3 38 50,7 75 Memakai 6 11,3 47 88,7 53 20,115 Total (0,000) 43 33,6 85 66,4 128 X2 389

Jurnal Kesehatan Volume VII No. 2/2014 Tabel 12. Analisis Hubungan Pemakaian Kelambu Dengan di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT 2014 Pemakaian Kelambu Tidak Memakai Memakai Menderita Tidak Menderita Frek Persentase Frek Persentase 32 54,2 27 45,8 11 15,9 58 84,1 Total Total 43 33,6 85 66,4 128 X 2 59 69 20,908 (0,000) Tabel 13. Analisis Hubungan Pengetahuan dengan di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT 2014 Pengetahuan Menderita Tidak Menderita Total Frek Persentase Frek Persentase Kurang 39 55,7 31 44,3 70 Cukup 4 6,9 54 93,1 58 Total 43 33,6 85 66,4 128 X 2 33,885 (0,000) Tabel 14. Analisis Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk Dengan Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT Tahun 2014 Tempat Perindukan Nyamuk Menderita Tidak Menderita Frek Persentase Frek Persentase Total Tidak Ada 12 19,4 50 80,6 62 Ada 31 47,0 35 53,0 66 10,928 Total (0,001) 43 33,6 85 66,4 128 Tabel 15 Analisis Hubungan Jarak Rumah dengan Perindukan Nyamuk Dengan Kejadian Malaria Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT Tahun 2014 Jarak Rumah dengan Perindukan Menderita Tidak Menderita Total Nyamuk Frek Persentase Frek Persentase Jauh 12 14,8 69 85,2 81 Dekat 31 66,0 16 34,0 Total 43 33,6 85 66,4 128 X 2 X 2 47 34,872 (0,000) Tabel 11. nilai X 2 hitung (20,115) > X 2 tabel (3,841) dan p (0,000) < α (0,05), berarti ada hubungan antara pemakaian repellent dengan kejadian malaria. Tabel 12. nilai X 2 hitung (20,908) > X 2 tabel (3,841) dan p (0,000) < α (0,05), berarti ada hubungan antara pemakaian kelambu dengan kejadian malaria. 390

Masriadi Idrus, Getrudis Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan... Tabel 13. nilai X 2 hitung (33,885) > X 2 tabel (3,841) dan p (0,000) < α (0,05), berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian malaria. Tabel 14. nilai X 2 hitung (10,928) > X 2 tabel (3,841) dan p (0,001) < α (0,05), berarti ada hubungan antara tempat perindukn nyamuk dengan kejadian malaria. Tabel 15. nilai X 2 hitung (34,872) > X 2 tabel (3,841) dan p (0,000) < α (0,05), berarti ada hubungan antara jarak rumah dengan temp at perindukan nyamuk dengan kejadian malaria. Tabel 16. nilai X 2 hitung (11,488) > X 2 tabel (3,841) dan p α (0,001) < (0,05), berarti ada hubungan antara pemeliharaan ternak dengan kejadian malaria. Tabel 16 Analisis Hubungan Pemeliharaan Ternak Dengan Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 Pemeliharaan Ternak Menderita Tidak Menderita Frek Persentase Frek Persentase Total Ada 17 22,1 60 77,9 Tidak Ada 26 51,0 25 49,0 Total 43 33,6 85 66,4 128 X 2 77 51 11,488( 0,001) PEMBAHASAN Pemakaian Repellent nilai X 2 hitung (20,115) > X 2 tabel (3,841) dan p (0,000) < α (0,05), berarti ada hubungan antara pemakaian repellent dengan kejadian malaria di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada. Pasien yang telah memakai repellent, mereka masih bisa digigit nyamuk pada saat melakukan aktivitas di luar rumah pada malam hari. Repellent merupakan salah satu jenis pestisida rumah tangga yang digunakan untuk melindungi tubuh (kulit) dari gigitan nyamuk dan lebih mengenalnya sebagai lotion anti nyamuk. Produk repellent tidak hanya berbentuk lotion, ada juga yang berbentuk spray (semprot), sehingga cara penggunaannya adalah dengan mengoleskan atau menyemprotkan bahan tersebut ke kulit. Repellent merupakan bahan aktif yang paling banyak dan sering digunakan di Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Husin Hasan (2011), yang menyebutkan bahwa orang yang tidak memakai repellent waktu tidur mempunyai risiko terjadinya malaria 391

Jurnal Kesehatan Volume VII No. 2/2014 3,43 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang menggunakan obat anti nyamuk. Pemakaian Kelambu nilai X 2 hitung (20,908) > X 2 tabel (3,841) dan p (0,000) < α (0,05), berarti ada hubungan antara pemakaian kelambu dengan kejadian malaria di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada. Hasil penelitian ini juga ditemukan pasien yang memakai kelambu namun menderita malaria, ini karena pasien tidak selalu atau kadang kadang memakai kelambu pada malam hari. Pasien yang tidak memakai kelambu memiliki alasan antara lain dikarenakan pembagian kelambu yang berinsektisida (impregnated net) oleh Puskesmas diutamakan kepada rumah yang punya anak balita, terasa panas dan gerah, dan sudah memakai obat nyamuk pada waktu tidurhasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Palupi Niken (2012), yang menyebutkan bahwa responden yang tidak memakai kelambu saat tidur malam hari berisiko sebesar 2,047 kali untuk terkena malaria dibandingkan yang menggunakan kelambu. Pengetahuan nilai X 2 hitung (33,885) > X 2 tabel (3,841) dan p (0,000) < α (0,05), berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian malaria di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh pendidikan. Pengetahuan yang kurang dapat disebabkan kurangnya pelaksanaanya, komunikasi, informasi terhadap masyarakat tentang penyebab, gejala, cara penularan, cara pencegahan, cara pengobatan dan cara penanggulangan serta bahaya akibat terserang malaria. Masyarakat hanya sekedar tahu dan paham mengenai malaria, tapi mereka belum dapat mengaplikasikanya. Pengetahuan memang merupakan faktor yang penting namun tidak mendasari pada perubahan perilaku kesehatan, walaupun masyarakat tahu tentang malaria belum tentu mereka mau melaksanakannya dalam bentuk upaya pencegahan dan pemberantasan (Notoatmodjo, 2013). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Afrisal (2011) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Tarusan. Orang dengan pengetahuan rendah mempunyai risiko 9,636 kali lebih besar untuk menderita malaria dibanding dengan orang pengetahuan tinggi. Tempat Perindukan Nyamuk nilai X 2 hitung (10,928) > X 2 tabel (3,841) dan p (0,001) < α (0,05), berarti ada hubungan antara tempat perindukan nyamuk dengan 392

Masriadi Idrus, Getrudis Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan... kejadian malaria di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada. Hasil penelitian ditemukan banyak tempat perindukan nyamuk berupa sawah, parit dan semak, karena sebagian besar lahan digunakan untuk persawahan dan perkebuanan. Keberadaan semak yang rimbun akan mengurangi sinar matahari masuk atau menembus permukaan tanah, sehingga lingkungan sekitarnya akan menjadi teduh dan lembab. Banyaknya tempat perindukan nyamuk yang ditemukan di lokasi penelitian, disebabkan tingginya curah hujan pada saat penelitian. Pengaruh curah hujan dalam penyebaran malaria adalah dengan terbentuknya tempat perindukan nyamuk (breeding places) dan sekaligus meningkatkan kelembaban relatif yang memperbaiki kemampuan bertahan bagi kehidupan nyamuk. Jentik akan berkumpul pada tempat yang tertutup oleh tanaman, dan pada lumut yang mendapat sinar matahari. Kondisi tersebut merupakan tempat yang baik untuk untuk beristirahat bagi nyamuk dan juga tempat perindukan nyamuk yang di bawah semak tersebut terdapat air yang tergenang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ernawati Kholis dkk, 2012 menyebutkan bahwa rumah tangga yang disekitarnya ada tempat perindukan nyamuk, memiliki proporsi kejadian infeksi malaria lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga yang di sekitarnya tidak ada perindukan nyamuk. Jarak Rumah dengan Tempat Perindukan Nyamuk nilai X 2 hitung (34,872) > X 2 tabel (3,841) dan p (0,000) < α (0,05), berarti ada hubungan antara jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian malaria di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada. Lingkungan tempat tinggal sangat mempengaruhi peningkatan kasus dan penularan suatu penyakit khususnya malaria. Hasil penelitian ditemukan banyak tempat perindukan nyamuk berupa sawah, parit dan semak, karena mayoritas mata pencaharian pasien adalah petani. Secara teori dikatakan bahwa jarak breeding place dari rumah berhubungan dengan kejadian malaria tetapi pada penelitian ini ditemukan pasien yang jarak rumah dengan perindukan nyamuk dekat dan tidak menderita malaria, karena saat penelitian peneliti hanya melihat tempat perindukan nyamuk yang terdapat disekitar rumah responden tanpa memperhatikan apakah terdapat vektor atau tidak sehingga kemungkinan pada tempat perindukan nyamuk tersebut tidak terdapat nyamuk Anopheles sehingga tidak menyebabkan terjadinya malaria. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Jemri, R (2011), yang 393

Jurnal Kesehatan Volume VII No. 2/2014 menyebutkan bahwa orang yang memiliki rumah dekat dengan tempat perkembangbiakan nyamuk dan tempat peristirahatan nyamuk akan meningkatkan risiko terkena malaria sebesar 5,41 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang memilki rumah jauh dengan tempat perkembangbiakan nyamuk dan tempat peristirahatan nyamuk. Pemeliharaan Ternak nilai X 2 hitung (11,488) > X 2 tabel (3,841) dan p α (0,001) < (0,05), berarti ada hubungan antara pemeliharaan ternak dengan kejadian malaria di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada. Kandang ternak yang dekat dengan perindukan nyamuk akan mempengaruhi kejadian malaria karena kandang tersebut akan menjadi barier terhadap penularan malaria. Pemeliharaan hewan ternak di sekitar rumah, terutama hewan ternak besar seperti kerbau, kambing di dekat rumah berfungsi sebagai Cattle Barrier atau dapat mencegah kontak nyamuk dengan manusia. Hal ini berhubungan dengan jenis peilaku nyamuk yang berkaitan dengan objek yang digigit. Nyamuk dengan sifat Arthrofilik lebih sering menggigit manusia, dan Zoofilik lebih suka menghisap darah hewan. Hasil penelitian dan observasi dilapangan yang dilakukan Palupi (2012) di Bangka menjelaskan bahwa, nyamuk lebih banyak didapat di luar rumah dari pada di dalam rumah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ernawati Kholis, 2012 yang menyebutkan bahwa pemeliharaan ternak 1, 10 kali berisiko untuk terinfeksi malaria dibandingkan individu yang tinggal di rumah tangga yang memiliki peternakan yang tidak berisiko. PENUTUP Kesimpulan Ada hubungan antara pemakaian repellent, pemakaian kelambu, pengetahuan, tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dan pemeliharaan ternak dengan tempat perindukan naymuk dengan kejadian malaria di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada. Saran Puskesmas perlu melaksanakan secara rutin survei nyamuk anopheles untuk mengetahui angka kepadatan nyamuk, dan tempat perkembangbiakan nyamuk, serta melakukan identifikasi nyamuk tersebut untuk diketahui species anopheles yang dominan sebagai vektor. DAFTAR PUSTAKA Afrisal. 2011. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Padang Efrinurdin, 2011. Faktor yang Berhubungan dengan di 394

Masriadi Idrus, Getrudis Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan... Wilayah Tambang Emas Kabupaten Sijunjung. J. Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Ernawati, K. 2012. Hubungan Faktor Risiko Individu dan Lingkungan Rumah Dengan Di Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung, Jakarta. Husin, H. 2011. Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria Di Puskesmas Sukamerindu Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu Propinsi Bengkulu. J Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.Semarang. Iranto, K. 2013. Parasitologi : Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia, Bandung : CV. Yrama Widya. Jemri, R. 2011. Studi Tentang Pengetahuan Masyarakat dan Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Kelurahan Oesao tentang Penyakit Malaria, NTT. Mahdiana, R. 2012. Mengenal, Mencegah dan Mengobati Penularan Penyakit dari Infeksi, Yogyakarta : Citra Pustaka. Munif, Amrul, Imron Moch. 2010. Panduan Pengamatan Nyamuk Vektor Malaria, Jakarta : CV Sagung Seto. Notoatmodjo, S. 2013..Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta. Palupi, N. 2010. Hubungan Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk dengan. J. Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia, 2012. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, 2012. 395