BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis,

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

BAB I LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unsur, yaitu infeksi dan saluran pernapasan bagian atas. Pengertian infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

Definisi Sanitasi Lingkungan Rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

BAB V PEMBAHASAN. kepadatan hunian tidak menunjukkan ada hubungan yang nyata.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Barat). Luas wilayah Kecamatan Kabila sebesar 193,45 km 2 atau sebesar. desa Dutohe Barat dan Desa Poowo.

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana dalam UU No. 24 tahun 2007 didefinisikan sebagai peristiwa atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA KEJADIAN ISPA DI RW. 03 KELURAHAN SUKAWARNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN

PERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014

SANITASI DAN KEAMANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK FAKTOR RESIKO ISPA PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU KRAKITAN, BAYAT, KLATEN. Suyami, Sunyoto 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia,

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Informasi penyakit ISPA

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

selepas menyusu sampai dengan pra-sekolah.

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

Lampiran 1. Denah Rumah Tahanan Negara Kelas I Tanjung Gusta Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pelaksanaan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga. dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Infeksi ini diawali dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) Infections disingkat ARI. Dalam lokakarya ISPA I tersebut ada dua

BAB II. Tinjauan Pustaka

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit, namun penyakit sering datang tiba-tiba sehingga tidak dapat dihindari.

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN


HUBUNGAN TINGKAT KESEHATAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA LABUHAN KECAMATAN LABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA 1. Pengertian ISPA ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah (klinikita, 2007). Berikut ini adalah beberapa pengertian ISPA menurut para ahli, yaitu : ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infection (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran pernapasan atas) sampai alveoli (saluran pernapasan bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus rongga telinga tengah dan pleura (Depkes, 2001). ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun di negara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu masuk Rumah Sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa (klinikita, 2007).

2. Klasifikasi ISPA Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) a. ISPA ringan Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk pilek dan sesak. b. ISPA sedang ISPA sedang apabila timbul gejala gejala sesak napas, suhu tubuh lebih dari 39 0 C dan bila bernapas mengeluarkan suara seperti mengorok. c. ISPA berat Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah. 3. Penyebab penyakit ISPA ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke saluran nafas. Penyebab lain adalah faktor lingkungan rumah, seperti halnya pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian rumah. Pencemaran udara dalam rumah yang sangat berpengaruh terhadap kejadian ISPA adalah asap pembakaran yang digunakan untuk memasak. Dalam hal ini misalnya bahan bakar kayu. Selain itu, asap rokok yang ditimbulkan dari salah satu atau lebih anggota yang mempunyai kebiasaan merokok juga menimbulkan resiko terhadap terjadinya ISPA (Depkes RI, 2002). Menurut Notoatmodjo (2007), ventilasi rumah dibedakan menjadi dua yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Ventilasi alamiah yaitu dimana 8

aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, dan lubang-lubang pada dinding. Ventilasi alamiah tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Ventilasi buatan yaitu dengan menggunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara misalnya kipas angin dan mesin penghisap udara. Namun alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Ventilasi rumah yang kurang akan lebih memungkinkan timbulnya ISPA pada bayi dan anak balita karena mereka lebih lama berada di rumah sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi. 4. Faktor resiko Menurut Depkes RI (2002), faktor resiko terjadinya ISPA secara umum yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak, serta faktor perilaku (http://www.putraprabu.wordpress.com, Retrieved January 12. 2009). a. Faktor lingkungan 1) Pencemara udara dalam rumah Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat bayi dan balita bermain (http://www.putraprabu.wordpress.com, Retrieved January 12. 2009). 9

2) Ventilasi rumah Ventilasi adalah proses penyediaan udara atau pengarahan udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Membuat ventilasi udara serta pencahayaan di dalam rumah sangat diperlukan karena akan mengurangi polusi asap yang ada di dalam rumah sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang lama kelamaan bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Luas penghawaan atau ventilasi a1amiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai (http://www.putraprabu.wordpress.com, Retrieved January 12. 2009). 3) Kepadatan hunian rumah Kepadatan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam rumah yang telah ada. Begitu juga keadaan jumlah kamar yang penghuninya lebih dari dua orang, karena bisa menghalangi proses pertukaran udara bersih sehingga menjadi penyebab terjadinya ISPA (http://www.putraprabu.wordpress.com, Retrieved January 12. 2009). b. Faktor individu anak 1) Umur anak Insiden penyakit pernapasan oleh virus melonjak pada bayi dan usia dini pada anak-anak dan tetap menurun terhadap usia. Insiden ISPA tertinggi pada umur 6-12 bulan 10

(http://www.putraprabu.wordpress.com, Retrieved January 12. 2009). 2) Berat badan lahir Anak-anak dengan riwayat berat badan lahir rendah akan mengalami lebih berat infeksi pada saluran pernapasan. Hal ini dikarenakan pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi, terutama pneumonia dan sakit saluran pernapasan lainnya (http://www.putraprabu.wordpress.com, Retrieved January 12. 2009). 3) Status gizi Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang ISPA berat bahkan serangannya lebih lama (http://www.putraprabu.wordpress.com, Retrieved January 12. 2009). c. Faktor perilaku Faktor perilaku dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA pada bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek penanganan ISPA di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun oleh anggota keluarga lainnya. Peran aktif keluarga atau masyarakat dalam menangani ISPA sangat penting karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari- 11

hari di dalam masyarakat atau keluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian serius oleh kita semua karena penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga itu balita dan anggota keluarganya yang sebagian besar dekat dengan balita mengetahui dan terampil menangani penyakit ISPA ketika anaknya sakit (http://www.putraprabu.wordpress.com, Retrieved January 12. 2009). 5. Patofisiologi Menurut kending dan Chernik (1987) dalam http://www.doctorology.net perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (http://www.doctorology.net. 2009. retrieved November,17, 2009). Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk 12

(http://www.doctorology.net. 2009. retrieved November,17, 2009). Adanya infeksi virus menurut Kending dan Chernick (1983) dalam http://www.doctorology.net merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi (http://www.doctorology.net. 2009. retrieved November,17, 2009). Menurut Tyrell (1980) dalam http://www.doctorology.net virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah. Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (http://www.doctorology.net. 2009. retrieved November,17, 2009). 13

6. Tanda dan gejala Menurut dr. Maulana Adrian dalam http://www.klinikita.com tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda yang tampak di pemeriksaan klinik dan pemeriksaan laboratorium. Tanda-tanda klinis (http://www.klinikita.com) tersebut antara lain: a. Pada system pernapasan adalah nafas tidak teratur dan cepat, retraksi atau tertariknya kulit kedalam dinding dada, napas cuping hidung, sesak, kebiruan, suara lemah atau hilang suara napas seperti ada cairannya sehingga terdengar keras b. Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat atau lemah, hipertensi, hipotensi dan gagal jantung. c. Pada sistem Syaraf adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, kejang dan koma. d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak e. Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk. f. Tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, mendengkur, mengi, demam dan dingin. Sedangkan tanda dan gejala menurut Departemen Kesehatan RI 2002 14

dalam (http://www.putraprabu.wordpress.com, Retrieved January 12. 2009).adalah a. ISPA ringan Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk pilek dan sesak. b. ISPA sedang ISPA sedang apabila timbul gejala gejala sesak napas, suhu tubuh lebih dari 39 0 C dan bila bernapas mengeluarkan suara seperti mengorok. c. ISPA berat Gajala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah. 7. Pencegahan Pencegahan dilakukan agar anak bisa bebas dari serangan ISPA atau terjadinya ISPA pada anak balita dapat berkurang. Sesuai dengan cara terjadinya ISPA, maka cara pencegahan menurut dr. Runizar roesin dan dr. Indriyono (1985) perlu dilakukan terhadap : a. Menghindarkan anak dari kuman 1) Menghindarkan anak berdekatan dengan penderita ISPA, karena kuman penyebab ISPA sangat mudah 15

menular dari satu orang ke orang lain. 2) Jika seorang ibu menderita ISPA sedangkan ia butuh mengasuh anak atau menyusui bayinya, ibu tersebut harus menutup hidung dan mulutnya dengan sapu tangan. b. Meningkatkan daya tahan tubuh anak Meningkatkan daya tahan dapat dilakukan dengan jalan berikut ini : 1) Menjaga gizi anak tetap baik dengan memberikan makanan yang cukup bergizi (cukup protein, kalori, lemak, vitamin dan mineral). Bayi-bayi sedapat mungkin mendapat air susu ibu sampai usia 2 tahun. 2) Kebersihan anak harus dijaga agar tidak mudah terserang penyakit menular. 3) Memberikan kekebalan kepada anak dengan memberikan imunisasi. c. Memperbaiki lingkungan Untuk mencegah ISPA, lingkungan harus diperbaiki khususnya lingkungan perumahan. 1) Rumah harus berjendela agar aliran dan pertukaran udara cukup baik. 2) Asap dapur dan asap rokok tidak boleh berkumpul dalam rumah. Orang dewasa tidak boleh merokok dekat anak atau bayi. 3) Rumah harus kering tidak boleh lembab. 16

4) Sinar matahari pagi harus diusahakan agar dapat masuk ke rumah. 5) Rumah tidak boleh terlalu padat dengan penghuni. 6) Kebersihan di dalam dan di luar rumah harus dijaga, rumah harus mempunyai jamban yang sehat, dan sumber air bersih. 7) Air buangan dan pembuangan sampah harus diatur dengan baik, agar nyamuk, lalat dan tikus tidak berkeliaran di dalam dan di sekitar rumah. B. Lingkungan 1. Pengertian Lingkungan dan Sanitasi Lingkungan yaitu segala sesuatu yang ada disekitar kita (Diah Suryani, 2007). Lingkungan adalah segala sesuatu yang mempunyai hubungan langsung dengan hidup organisasi atau manusia dengan kata lain adalah dunia dengan segala aspeknya yang selalu berhubungan dengan kita misal keadaan tempat, iklim, orang dan sebagainya (Depkes, 1989). Menurut UU.RI No. 23 tahun 1997 Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Adapun sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, 17

penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). 2. Jenis Lingkungan Jenis-jenis lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah : a. Fisik, terdiri atas : Geografi, dataran tinggi, daerah rawan, perumahan, musim / iklim. b. Biologis, misalnya : Genetika, bio medik, maturitas. c. Psikologis, seperti : Bentuk pribadi, : Self concept, cita-cita, identitas. d. Social ekonomi, seperti : Social, ekonomi, budaya, pendidikan. e. Spiritual ; Pandangan, nilai hidup, agama. 3. Sanitasi Rumah Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan terhadap struktur fisik, dimana orang menggunakannya sebagai tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sarana sanitasi tersebut antara lain ventilasi, suhu, kelembaban, kepadatan hunian, penerangan alami, konstruksi bangunan, sarana pembuangan sampah, sarana pembuangan kotoran manusia, dan penyediaan air bersih (Azwar, 1990). 18

a. Syarat Rumah Sehat 1. Bahan bangunan a) Lantai Lantai yang baik seharusnya terbuat dari ubin atau semen, tetapi hal ini tidak cocok untuk ekonomi pedesaan. Syarat yang paling penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan (Notoatmodjo, 2007). b) Dinding Dinding yang terbuat dari tembok sebenarnya baik, namun selain mahal, tembok juga kurang cocok untuk daerah tropis, apalagi jika ventilasinya kurang. Untuk daerah tropik khususnya pedesaan lebih baik menggunakan papan karena meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang dapat menjadi ventilasi dan menambah pencahayaan alamiah. c) Atap Atap yang cocok digunakan untuk daerah tropis baik di daerah perkotaan maupun pedesaan adalah atap yang terbuat dari genteng karena selain terjangkau, masyarakat juga dapat membuatnya sendiri. d) Lain-lain (tiang, kaso, dan reng) Masyarakat di daerah pedesaan menggunakan kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng pada rumah mereka karena tahan lama. 19

Tapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari maka cara memotong harus menurut ruas-ruas bambu tersebut atau bila tidak pada ruas, lubang bambu tersebut ditutup dengan kayu. 2. Ventilasi Ventilasi rumah memiliki banyak fungsi diantaranya : 1) Menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti kadar O2 yang di perlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga dan kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menurun. 2). Membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri pathogen. Karena disitu terjadi aliran udara terus-menerus, maka bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Ada 2 macam ventilasi, yaitu : 1) Ventilasi alamiah Aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding. 2) Ventilasi buatan Untuk mengalirkan udara di dalam ruangan dengan menggunakan alatalat khusus seperti kipas angin, dan mesin penghisap udara. 3. Cahaya Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak lebih. Kurangnya cahaya, terutama cahaya matahari yang masuk 20

kedalam rumah selain kurang nyaman, juga merupakan media yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya jika terlalu banyak akan membuat silau dan akhirnya merusak mata. Cahaya dibedakan menjadi 2, yaitu : 1) Cahaya alamiah Yaitu cahaya matahari, cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri pathogen di dalam rumah. Jalan masuknya cahaya luasnya sekurang-kurangnya 15 % sampai 20 % dari luas lantai yang terdapat di dalam rumah. 2) Cahaya buatan Menggunakan sumber cahaya buatan, seperti lampu minyak, listrik, api dan sebagainya. 4. Luas bangunan rumah Luas bangunan harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5-3 m 2 untuk tiap anggota keluarga. 5. Fasilitas-fasilitas di dalam rumah sehat Untuk menunjang kesehatan dan kenyamanan bagi penghuninya, rumah sehat harus memiliki fasilitas antara lain penyediaan air bersih yang cukup, tempat pembuangan tinja, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, gudang dan kandang ternak. Kandang ternak harus terpisah 21

ktor Perilaku Faktor Individu Anak aktor Lingkungan Praktek penanggulangan, Umur. Pencemaran udara di dalam rumah Peran aktif Berat keluarga badan atau lahir masyarakat Pencemaran udara di luar rumah. Status gizi Ventilasi rumah Imunisasi Kepadatan hunian rumah. Terjadinya ISPA Pada Balita dengan rumah tinggal karena merupakan sumber penyakit. Polusi udara atau Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahanbahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya (Wisnu Arya Wardhana, 2001). C. Kerangka Teori 0100090000037400000002001c00000000000400000003010800050000000b0200000 000050000000c0208010807040000002e0118001c000000fb02ceff0000000000009001 000000000440001254696d6573204e657720526f6d616e000000000000000000000000 0000000000040000002d0100000400000002010100050000000902000000020d00000 0320a2d000000010004000000000008070701206d16001c000000fb021000070000000 000bc02000000000102022253797374656d0000000000000000000018000000010000 00008e1900e4040000040000002d010100030000000000 (Bagan 1. Kerangka Teori) 22

Kondisi Lingkungan Rumah Kejadian ISPA Pada Balita Sumber : Depkes RI tahun 2002 D. Kerangka Konsep (Bagan 2. Kerangka Konsep) Sumber : Depkes RI tahun 2002. E. Variable Penelitian Variable penelitian ini terdiri dari 1. Variable bebas (independent) Variable bebas dalam penelitian ini adalah kondisi lingkungan rumah. 2. Variable terikat (dependent) Variable terikat dalam penelitian ini adalah kejadian ISPA pada balita. F. Hipotesis Berdasarkan kerangka teori, hipotesis penelitian disusun adalah Ada hubungan antara kondisi lingkungan rumah dengan kejadian ISPA pada balita di desa Grogol Demak. 23