PENANDAAN CHITOSAN DENGAN RADIONUKLIDA HOLMIUM-166

dokumen-dokumen yang mirip
PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

Azmairit Aziz. Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN - Bandung

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM DALAM PENANDAAN LIGAN EDTMP DENGAN RADIOISOTOP 170 Tm

PRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI RADIOISOTOP TULIUM-170 ( 170 Tm) Azmairit Aziz, Muhamad Basit Febrian, Marlina

PENANDAAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAMETILEN FOSFONAT (EDTMP) DENGAN RADIONUKLIDA 175 Yb

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

PEMILIHAN SISTEM KROMATOGRAFI PADA PENENTUAN

PEMBUATAN RADIOISOTOP ERBIUM-169 ( 169 Er) MENGGUNAKAN SASARAN ERBIUM ALAM

J. Iptek Nuklir Ganendra Vol. 16 No. 1, Januari 2013 : ISSN

Penandaan Human Serum Albumin (HSA)nanospheres dengan radionuklida teknesium-99m

PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones

EVALUASI KENDALI MUTU SENYAWA BERTANDA 153 SAMARIUM-EDTMP (ETHYLENE DIAMINE TETRA METHYLEN PHOSPHONATE )

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SEDIAAN RADIOISOTOP 169 ErCl 3 HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN ERBIUM-168 DIPERKAYA 97,75% Azmairit Aziz

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA SENYAWA BERTANDA 175 Yb-EDTMP. Azmairit Aziz, Marlina, Muhammad Basit Febrian

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN GADOLINIUM OKSIDA ALAM RADIOISOTOPE FROM IRRADIATED NATURAL GADOLINIUM OXIDE TARGET

PEMBUATAN 177LU-CTMP UNTUK PALIATIF NYERI TULANG METASTASIS : PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 177LU CTMP DAN UJI STABILITASNYA

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PENANDAAN PARTIKEL HIDROKSIAPATIT DENGAN SEDIAAN RADIOISOTOP 175 YbCl 3 HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN 174 Yb DIPERKAYA

OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 131 I-MIBG SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

GENERATOR 188W/188Re BERBASIS ALUMINA

PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRA DESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m

EVALUASI PEMBUATAN SENYAWA BERTANDA 131 I-HIPPURAN UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL

UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA SENYAWA BERTANDA 170 Tm-EDTMP

EVALUASI PENGGUNAAN PENCACAH BETA DAN GAMMA PADA PENENTUAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 188/186 Re-CTMP

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

5009 Sintesis tembaga ftalosianin

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI

EVALUASI PEMBUATAN IODIUM-125 MENGGUNAKAN SASARAN GAS XENON-124 DIPERKAYA 99.98%

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

A FLUOROMETRIC DETERMINATION OF MICROQUANTITIES OF MORPHINE IN URINE, OPIUM AND OTHER PHARMACEUTICALS

PENINGKATAN EFISIENSI PEMISAHAN RADIOISOTOP TERBIUM-161 BERBASIS KROMATOGRAFI KOLOM UNTUK APLIKASI TERAPI KANKER. Azmairit Aziz

ANALISIS FISIKO KIMIA RADIOISOTOP PRASEODIMIUM-143 ( 143 Pr) UNTUK APLIKASI RADIOTERAPI

PENANDAAN MIBI (METOKSI ISOBUTIL ISONITRIL) DENGAN TEKNESIUM-99m SEBAGAI RADIOFARMAKA SIDIK PERFUSI JANTUNG

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PENGARUH SENYAWA PENGOTOR Ca DAN Mg PADA EFISIENSI PENURUNAN KADAR U DALAM AIR LIMBAH

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT

PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI

PROSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI YELLOW CAKE MENGGUNAKAN AIR HANGAT DAN ASAM NITRAT

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2014 sampai Mei 2015,

JURNAL KFL GOL. VITAMIN (THIAMIN HCL)

kanker yang berkembang dari sel-sel yang berada pada kelenjar payudara. Dalam

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo DARI GENERATOR 99 Mo/ 99m Tc BERBASIS PZC

4. Hasil dan Pembahasan

BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT)

PENANDAAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKOTETRADESIL-1,4,8,11- TETRAMETILEN FOSFONAT (CTMP) DENGAN RENIUM-186

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI RENIUM DAN WOLFRAM DENGAN METODE EKSTRAKSI MENGGU- NAKAN PELARUT METIL ETIL KETON

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

TINGKATAN KUALISTAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

ABSTRAK. Kata kunci: kulit kacang tanah, ion fosfat, adsorpsi, amonium fosfomolibdat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

TINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein

PEMISAHAN RADIOISOTOP 161 Tb HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN GADOLINIUM OKSIDA DIPERKAYA ISOTOP 160 Gd MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI EKSTRAKSI

PEMBUATAN DAN ANALISIS FISIKO-KIMIA RADIOISOTOP SKANDIUM-47 ( 47 Sc) DARI BAHAN SASARAN TITANIUM OKSIDA ALAM. Duyeh Setiawan, Titin Sri Mulyati

HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TABUNG PENYIMPANAN TERMODIFIKASI

KAJIAN BESARNYA DOSIS YANG DITERIMA PEKERJA RADIASI PADA PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMASI PENGGUNAAN HCl SEBAGAI LARUTAN PENGELUSI ITRIUM-90 DALAM DOWEX 50WX8-200

PENGOLAHAN LIMBAH URANIUM CAIR DENGAN ZEOLIT MURNI DAN H-ZEOLIT SERTA SOLIDIFIKASI DENGAN POLIMER EPOKSI

EVALUASI BIOLOGIS RADIOFARMAKA 175 Yb-EDTMP UNTUK TERAPI PALIATIF PADA TULANG 1. Rizky Juwita Sugiharti, Iim Halimah, Azmairit Azis

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo (Mo BREAKTHROUGH) DARI GENERATOR

EVALUASI BIOLOGIS SENYAWA KOMPLEKS RENIUM-186 FOSFONAT SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI PALIATIF KANKER TULANG

BAB III METODE PENELITIAN

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

PEMBUATAN, PEMURNIAN DAN STABILITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) BERTANDA RADIOIODIUM-131. Aang Hanafiah Ws, Eva Maria Widyasari, Nanny Kartini Oekar

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER TAHUN (UTAMA) Mata Pelajaran (Beban) : Fisika 4 ( 4 sks) Hari/Tanggal : Rabu, 01 Desembar 2010

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

5. Diagnosis dengan Radioisotop

KARAKTERISTIK RADIOFARMAKA 99m Tc-GLUTATION. Nurlaila Z., Maula Eka Sriyani

STABILITAS DAN UJI PRAKLINIS 99mTc-EC UNTUK RADIOFARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

Transkripsi:

PENANDAAN CHITOSAN DENGAN RADIONUKLIDA HOLMIUM-166 Nanny Kartini dan Nurlaila Zainuddin Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN, Jl. Tamansari No. 71, Bandung, 4132 ABSTRAK PENANDAAN CHITOSAN DENGAN RADIONUKLIDA HOLMIUM-166. Pemanfaatan radiofarmaka untuk tujuan terapi di bidang kedokteran nuklir makin berkembang. Beberapa senyawa bertanda radionuklida pemancarβ telah digunakan di bidang kedokteran nuklir untuk tujuan terapi tumor hati, diantaranya adalah 9 Y-resin mikrosfer, 9 Y-gelas mikrosfer dan 9 Y-lipiodol, sedangkan untuk pengobatan intracavitary umumnya digunakan radiofarmaka berbentuk partikel mikroagregat terdegradasi misalnya 165 Dy-FHMA, 165 Dy-HMA dan 153 Sm-PHYP. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pembuatan radiofarmaka tersebut di antaranya adalah pembuatan dalam skala besar, evaluasi densitas dan kesulitan mendapatkan ukuran partikel yang diinginkan. Dalam upaya mengatasi kendala tersebut dikembangkan senyawa bertanda radionuklida pemancar β yang larut air, biocompatible dan biodegradable. Dalam penelitian ini, dilakukan pembuatan senyawa bertanda 166 Ho-chitosan berupa senyawa kompleks yang larut dalam air pada suasana asam. Bila senyawa tersebut disuntikkan ke dalam persendian atau jaringan kanker hati, karena pengaruh dari ph di dalam tubuh manusia yang netral dan sedikit basa (7,4), maka akan terbentuk partikel yang biodegradable dan biocompatible serta terakumulasi pada tempat yang akan diterapi. Beberapa parameter yang berpengaruh dalam proses penandaan seperti, waktu inkubasi, jumlah chitosan dan kondisi ph, merupakan parameter yang diteliti. Efisiensi penandaan 166 Ho-chitosan ditentukan dengan metode kromatografi menggunakan ITLC-SA (1x2 cm) sebagai fase diam dan campuran metanol: air: asam asetat = 49:49:2 sebagai fase gerak yang dapat memisahkan pengotor radiokimia dalam bentuk senyawa 166 Ho 2 O 3 dan 166 HoCl 3 bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi penandaan optimal yaitu menghasilkan efisiensi penandaan lebih besar dari 9%, diperoleh pada penggunaan chitosan 4 mg, ph reaksi 2 2,5, konsentrasi total larutan radionuklida tidak bebas pengemban 166 HoCl 3 5 mg/,1 ml dan waktu inkubasi minimal 3 menit pada temperatur kamar. Penambahan vitamin C sebagai reduktor tidak berpengaruh pada efisiensi penandaan 166 Ho-chitosan. Kata kunci : holmium-166, chitosan, terapi. ABSTRACT LABELLING OF CHITOSAN WITH HOLMIUM-166 RADIONUCLIDE. The utilization of radiopharmaceutical for therapy in nuclear medicine field have been developed. Several β-emitter radionuclide labelled compounds have been used for hepatic tumor therapy such as 9 Y-resin microspheres, 9 Y-glass microspheres and 9 Y-lipiodol, whereas for intracavitary therapy, the radiopharmaceuticals in the form of a degradable micro aggregate particles, such as 165 Dy-FHMA, 165 Dy-HMA and 153 Sm-PHYP are usually used. Nevertheless, there are several limitations in their preparation such production in large scale, density control and the appropriate particle size achievement. In order to solve these problems, the aqueous soluble, biocompatible, biodegradable β- emitter radionuclide labelled compound should be developed. In this research the preparation of 166 Hochitosan have been carried out. The 166 Ho-chitosan complex dissolved in aqueous acidic solution if it was injected to intracavitary or intrahepatic, it will be formed the biodegradable and biocompatible particles and accumulated in the therapeutic target because of the influence of the body fluid ph which was neutral and slightly alkaline. Several parameters influencing the labelling process such as incubation time, quantity of chitosan and ph condition were investigated. Labelling efficiency of 166 Ho- 261

chitosan was determined with chromatographic method using ITLC-SA (1x2 cm) as a stationary phase and methanol:water:acetic acid (49:49:2) as a mobile phase, that could separate the radiochemical impurities in the form of 166 Ho 2 O 3 and free 166 HoCl 3. The result showed that the optimal labelling condition, i.e. more than 9%, was obtained by using 4 mg of chitosan, at ph of 2-2,5, total concentration 166 HoCl 3 non carrier free solution of 5mg/,1 ml and minimum incubation time of 3 minutes at room temperature. Addition of vitamin C as a reductor was not influence the labelling efficiency of 166 Ho-chitosan. Key words : holmium-166, chitosan, therapy. 1. PENDAHULUAN Akhir-akhir ini, kegiatan kedokteran nuklir di Indonesia berkembang dengan pesat dan telah mampu memanfaatkan radiofarmaka untuk tujuan pengobatan/terapi [1]. Radionuklida yang cocok untuk tujuan terapi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : pemancar partikel beta (βemitter), pemancar partikel alfa (α-emitter), pemancar elektron Auger dan elektron Coster- Kronig. Sampai saat ini, yang terbanyak digunakan adalah radionuklida pemancar β karena partikel ini mempunyai nilai LET (Linear Energy Transfer) yang rendah dan RBE (Relative Biological Effectiveness) tunggal [1,5]. Selain itu jarak tembus (path length) partikel ini sangat bervariasi, berkisar dari 1, mm untuk partikel β dari 169 Er (erbium-169) sampai 12, mm untuk 9 Y (ytrium-9). Batasan partikel β yang disarankan adalah lebih besar dari ukuran sel target (yang biasanya berkisar 5 2 µm), sehingga seluruh sel target dan sel-sel yang berada di sekitarnya dapat teriradiasi. Kurang lebih selama 5 tahun berbagai radiofarmaka telah digunakan secara klinis dalam terapi bermacam-macam keadaan malignan dan benign. Tetapi hanya sejumlah kecil saja yang telah dikembangkan secara komersial dan digunakan secara mantap sebagai sediaan untuk terapi rutin. Di antara bervariasinya penggunaan radionuklida untuk terapi, yang akan dibahas dalam makalah ini adalah untuk terapi intracavitary dan terapi regional pada tumor hati. Pemberian radiofarmaka secara langsung pada intracavity (rongga) di dalam tubuh secara direct intracavitary administration artinya memberikan radiofarmaka dengan konsentrasi yang tinggi pada tumor yang tersebar sekitar mukosa yang membatasi rongga (serosal linings of cavities) dan sel-sel tumor (malignant effusion), dan biasanya terjadi kebocoran radionuklida dari cavity (rongga) tersebut. Untuk mengurangi kebocoran, radiofarmaka diberikan dalam bentuk radiokoloid atau partikulat. Dengan demikian proporsi jumlah radionuklida yang mencapai aliran darah akibat pengaliran dari saluran limfatik dan kebocoran radionuklida yang berbentuk ion menurun. Terapi intracavitary digunakan pada ronggarongga peritoneal, pleural, dan perikardial serta digunakan juga untuk tumor atau kista otak dan saluran spinal (sumsum tulang belakang). Penggunaan metode ini selain untuk kanker adalah untuk pengobatan peradangan (inflammatory) persendian, radiofarmaka disuntikkan secara intraarticular. Beberapa radiofarmaka yang sudah diaplikasikan secara klinis untuk pengobatan, diantaranya 131 I-MIBG untuk tumor endokrin, 89 Sr-klorida, 153 Sm-EDTMP dan 186 Re-MDP untuk terapi paliatif metastase tumor tulang. Selain itu untuk pengobatan tumor hati dan peradangan sendi digunakan radiofarmaka yang berbentuk partikel yaitu 9 Y-resin mikrosfer, 9 Y-gelas mikrosfer dan 9 Y-lipiodol, sedangkan untuk pengobatan intracavitary umumnya digunakan radiofarmaka dalam bentuk partikel mikroagregat terdegradasi misalnya 165 Dymakroagregat feri hidroksida ( 165 Dy-FHMA), 165 Dy-makroagregat hidroksida ( 165 Dy-HMA) dan 153 Sm-partikulat hidroksi apatit ( 153 Sm- PHYP). Akan tetapi untuk radiofarmaka yang berbentuk partikel dalam penggunaannya sering dijumpai beberapa kendala, diantaranya pembuatan dalam skala besar relatif sulit, demikian juga dalam melakukan kontrol densitas serta mendapatkan ukuran partikel yang sesuai. Dalam upaya mengatasi kendala tersebut, dikembangkan senyawa bertanda radionuklida pemancar β yang larut air, biocompatible serta biodegredable. Chitosan adalah polimer alam yang banyak terkandung dalam kulit udang dan kepiting. Senyawa chitosan bila ditandai dengan radionuklida holmium-166 ( 166 Ho) akan membentuk senyawa kompleks 166 Ho-chitosan yang dapat digunakan sebagai radiofarmaka 262

untuk terapi intracavitary, kanker/tumor hati serta penyakit radang sendi. Senyawa kompleks 166 Ho-chitosan dibuat dengan jalan mereaksikan larutan chitosan suasana asam dengan 166 Ho(NO 3 ) 3 atau 166 HoCl 3. Beberapa parameter yang mempengaruhi reaksi pembentukan kompleks ini, seperti ph, jumlah chitosan, jumlah holmium, waktu dan kondisi inkubasi merupakan parameter yang dipelajari dalam penelitian ini. Dari penelitian ini diharapkan diperoleh kondisi optimal dalam membuat senyawa kompleks 166 Ho-chitosan yang dapat digunakan untuk terapi intracavitary, tumor/kanker hati dan peradangan sendi [3,4]. 2. TATA KERJA 2.1. Bahan dan peralatan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah holmium oksida (Ho 2 O 3 ), buatan Aldrich, chitosan dengan kualitas untuk pereaksi (reagent grade) buatan Sigma, HCl, asam asetat glacial dan metanol semuanya dengan kualitas untuk analisis buatan E.Merck, dan air steril untuk injeksi buatan IPHA- Laboratories. Bahan penunjang yang digunakan adalah ITLC-SA (PALL), kertas ph-universal (E.Merck), vial berbagai ukuran, alat suntik disposable berbagai ukuran dan pipa kapiler. Peralatan yang digunakan adalah dose calibrator (Schlumberger), alat pemanas (Nuova II), alat pencacah saluran tunggal (Ortec), pengaduk vortex dan seperangkat alat kromatografi kertas. Selain itu diperlukan fasilitas reaktor nuklir untuk iradiasi target holmium, 2.2. Persiapan larutan radionuklida holmium-166 Sebanyak 5 mg Ho-oksida dimasukkan ke dalam ampul kuarsa secara hati-hati, kemudian ampul ditutup dengan cara pemanasan. Target tersebut setelah dikemas dalam kontiner aluminium untuk iradiasi, dimasukkan ke fasilitas iradiasi dalam reaktor nuklir TRIGA- 2 Bandung dalam fasilitas iradiasi Centre Timble (CT) dengan fluks neutron 4,7 x 1 13 n/cm -1 /det dalam periode waktu disesuaikan dengan waktu operasi reaktor rata-rata selama 72 jam. Target yang telah menjadi holmium radioaktif ( 166 Ho) dilarutkan dalam 1 tetes HCl 1N, kemudian ditambah 1 ml HCl,2 N sampai larut sempurna dan ph larutan di tentukan dengan kertas ph universal. Larutan ini mempunyai kadar holmium total ( 165 Ho+ 166 Ho) 5 mg/ml (5% b/v) dalam bentuk HoCl 3. Radioaktivitas larutan diukur dengan alat dose calibrator. 2.3. Penandaan chitosan dengan radionuklida holmium-166 Sebanyak 35 mg chitosan dilarutkan dalam 4 ml asam asetat glasial 1 % sambil sedikit dihangatkan. Setelah dingin ke dalam sediaan tersebut dimasukkan sebanyak,13 ml larutan 166 HoCl 3 dan diukur radioaktivitasnya dengan alat dose calibrator, kemudian diinkubasi pada temperatur kamar sambil dikocok dengan pengaduk vortex selama 3 menit. Sediaan ini siap untuk dievaluasi efisiensi penandaannya. Percobaan yang sama dilakukan dengan penambahan 4 mg vitamin C sebagai reduktor ke dalam larutan chitosan. Sebelum panambahan larutan 166 HoCl 3, ph sediaan diukur dan diatur menjadi 3 kemudian hasil penandaan tanpa dan dengan penambahan vitamin C dibandingkan. 2.4. Penentuan efisiensi penandaan Sediaan hasil penandaan ditotolkan menggunakan pipa kapiler ke atas fase diam ITLC-SA (1x1 cm) pada titik nol, kemudian kromatografi dikembangkan dalam fase gerak campuran metanol : air : asam asetat dengan perbandingan 49:49:2. Setelah fase gerak mencapai titik akhir, kromatografi dihentikan kemudian kromatogram dikeringkan dan dipotong-potong tiap satu sentimeter, kemudian setiap potongan dicacah dengan pencacah saluran tunggal pada jendela energi yang sesuai untuk holmium-166. 2.5. Optimalisasi metode penandaan chitosan dengan radionuklida 166 Ho 2.5.1 Optimalisasi waktu inkubasi Penandaan dilakukan seperti pada percobaan sebelumnya. Satu seri dilakukan tanpa penambahan dan satu seri yang lain dengan penambahan vitamin C sebanyak 4 mg, sedang parameter yang lainnya dibuat sama. Kemudian kedua seri sediaan diinkubasi pada temperatur kamar. Selama inkubasi, cuplikan sediaan diambil setiap 5, 1, 15, 2, 25 dan 3 menit. kemudian ditotolkan ke ITLC-SA yang selanjutnya dilakukan kromatografi untuk 263

menentukan besarnya efisiensi penandaan. Percobaan ini diulang 3-5 kali dan hasilnya dibandingkan. 2.5.2. Optimalisasi ph penandaan Penandaan dilakukan seperti percobaan sebelumnya, tetapi dengan menggunakan satu seri sediaan yang berisi 4 mg chitosan yang telah dilarutkan dalam asam asetat glasial 1 % sebanyak 4 ml. Kemudian ke dalam masingmasing sediaan ditambahkan 4 mg vitamin C dan,1 ml larutan 166 HoCl 3. Setelah itu ph diatur menjadi 2,; 2,5; 3,; 3,5; 4,; 4,5 dan 5, dan campuran diaduk dengan pengaduk vortex selama 3 menit pada temperatur kamar. Efisiensi penandaan ditentukan dengan kromatografi. 2.5.3. Optimalisasi jumlah chitosan Penandaan dilakukan dengan kondisi penandaan seperti percobaan sebelumnya tetapi dengan jumlah chitosan yang bervariasi, yaitu ; 25; 3; 35; 4; 45 dan 5 mg. Efisiensi penandaan ditentukan dengan kromatografi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Radioisotop holmium-166 diperoleh dengan mengiradiasi target 165 Ho dalam reaktor nuklir melalui reaksi: β 165 Ho (n,γ) 166 Ho 166 Er Holmium-166 mempunyai umur paruh 26,7jam, memancarkan radiasi β (beta) dengan energi E β = 1,85 MeV (5 %) dan 1,75 MeV (48,7%) yang cocok untuk terapi paliatif (penghilang rasa sakit) pada tulang yang diakibatkan oleh metastase kanker. Selain itu 166 Ho juga memancarkan radiasi γ (gamma) dengan energi Eγ =,6 kev (6,7 %) [2]. Target 165 Ho dapat digunakan dalam bentuk senyawa Ho 2 O 3 atau Ho(NO 3 ) 3, baik yang diperkaya maupun bentuk alam. Dalam penelitian ini digunakan target Ho 2 O 3 alam yang lebih murah dari pada yang diperkaya. Setelah diiradiasi target dilarutkan dalam HCl encer,2 N, dimana senyawa ini akan berubah menjadi senyawa 166 HoCl 3 yang lebih larut dari pada senyawa asalnya. Larutan radioisotop 166 Ho-klorida yang diperoleh merupakan radioisotop tidak bebas pengemban (non carrier free) dengan aktivitas jenis sangat bervariasi seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Aktivitas jenis 166 HoCl 3 yang diperoleh dari beberapa kali iradiasi target Ho 2 O 3 di reaktor nuklir TRIGA-2 Bandung Iradiasi ke- Aktivitas jenis (mci/mg) 1 4,7 2 2,4 3 2,5 4 6,9 5 5,5 6 7,9 7 4,1 8 8 9 1,4 1,5 11 1,2 12,5 13,4 14,2 15,5 16 1,4 17,2 18,3 Tabel 1 memperlihatkan bahwa dari 18 kali iradiasi target, sebanyak 9 kali pertama memberikan aktivitas jenis yang cukup tinggi berkisar antara 2 8 mci/mg. Tetapi kemudian, dari 9 kali iradiasi berikutnya memberikan hasil yang jauh lebih kecil hanya mencapai sebesar,2 1,4 mci/mg. Hal ini memberikan dampak yang kurang baik terhadap penandaan, disebabkan jumlah holmium non radioaktif menjadi tinggi dan terjadi kompetisi dalam pembentukan kompleks Ho-chitosan antara 166 Ho dan 165 Ho. Perubahan hasil iradiasi kemungkinan disebabkan oleh kinerja reaktor yang menurun, akibatnya fluks neutron dalam reaktor menjadi menurun. Larutan radionuklida 166 HoCl 3 yang terbentuk sebelum digunakan untuk menandai chitosan harus diketahui karakteristiknya, seperti aktivitas jenis, konsentrasi radioaktif, ph dan kemurnian radiokimianya. Berdasarkan proses pembuatan sediaan 166 HoCl 3 maka pengotor radiokimia yang mungkin ada dalam sediaan adalah senyawa 166 Ho 2 O 3 yang tidak sempurna diubah menjadi 166 HoCl 3. Penentuan besarnya pengotor radiokimia dilakukan dengan memilih suatu sistem kromatografi yang dapat memisahkan 166 Ho 2 O 3 dari 166 HoCl 3. Dari beberapa sistem kromatografi yang dicoba 264

ternyata kromatografi menggunakan ITLC-SA (1x2 cm) sebagai fase diam dan campuran metanol:air:asam asetat (49:49:2) dapat memisahkan kedua senyawa tersebut dengan baik. Keuntungan lain dari sistem kromatografi ini, selain dapat memisahkan senyawa 166 Ho 2 O 3 (Rf=,) dari 166 HoCl 3 (Rf=,9-1,), juga dapat memisahkan senyawa bertanda 166 Ho-chitosan (Rf=,3-,6) yang dihasilkan dari proses penandaan. Seperti terlihat dari Gambar 1, penggunaan satu sistem kromatografi dapat mengetahui kemurnian radiokimia larutan radionuklida 166 HoCl 3 juga besarnya efisiensi penandaan yang dicapai serta kemurnian radiokimia dari senyawa bertanda 166 Hochitosan tersebut. Waktu inkubasi 1 menit memberikan hasil penandaan %, kemudian setelah 3 menit efisiensi penandaan menjadi lebih tinggi yaitu di atas 9%, seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 3 menunjukkan, bahwa penambahan vitamin C pada proses penandaan ternyata tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap keberhasilan penandaan setelah waktu inkubasi 2 menit. Vitamin C dapat mempertahankan kestabilan sediaan 166 HoCl 3, karena terjadinya oksidasi oleh oksigen udara diperlambat karena vitamin C bertindak sebagai reduktor [1]. 12 persentase cacahan (%) 12 4 2 4 2 1 2 3 4 5 waktu inkubasi (menit) -5 5 1 15 2-2 jarak migrasi (cm) kromatogram 166Ho-klorida/166Ho-nitrat kromatogram senyaw a bertanda 166Ho-chitosan Gambar 2. Efisiensi penandaan senyawa bertanda 166 Ho-chitosan dengan variasi waktu inkubasi 12 Gambar 1. Kromatogram senyawa radio aktif 166 HoCl 3 dan senyawa bertanda 166 Hochitosan Keterangan : fase diam ITLC-SA (1x2 cm) dan fase gerak metanol:air:asam asetat = 49:49:2. 4 2 Chitosan adalah deacetylated chitin atau poli-[1-4]-β-d-glucosamine dan yang terdeasetilasi minimum sebanyak 85 %. Chitin adalah biopolimer berbentuk padat amorf tidak larut dalam air, asam encer, basa encer dan pekat juga tidak larut dalam pelarut organik [3]. Oleh karena itu, dalam proses penandaan senyawa tersebut dilarutkan dalam asam asetat 1 % dan ph diatur maksimum 3,. Proses penandaan chitosan dengan radionuklida 166 Ho melalui reaksi sebagai berikut: 166 HoCl 3 + chitosan 166 Ho-chito + 166 HoCl 3 bebas Penandaan yang dilakukan dalam berbagai variasi waktu inkubasi, menghasilkan waktu inkubasi yang optimal pada temperatur kamar. 5 1 15 2 25 3 35 tanpa Vit-C waktu inkubasi (menit) penambahan Vit-C (4 mg) Gambar 3. Perbandingan hasil penandaan 166 Ho-chitosan dengan dan tanpa penambahan vitamin C Reaksi penandaan 166 Ho-chitosan ternyata sangat dipengaruhi oleh ph, seperti terlihat pada Gambar 4. Pada ph 2 2,5 efisiensi penandaan lebih besar dari 9 %, pada kondisi ph 3 3,5 menurun menjadi % dan pada ph 4;4,5 dan 5 efisiensi penandaan menjadi sangat rendah hanya 1 3 %. Selain itu pada ph di atas 5 265

sediaan menjadi keruh karena chitosan menjadi tidak larut pada ph tersebut. 9 7 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 ph penandaan 166 Ho- Gambar 4. Efisiensi penandaan chitosan pada ph yang bervariasi Keberhasilan penandaan dipengaruhi pula oleh jumlah chitosan yang bereaksi. Terlihat pada Gambar 5 bahwa efisiensi penandaan tertinggi diperoleh pada jumlah chitosan sebanyak 4 mg dengan menghasilkan efisiensi penandaan di atas 9%, tetapi pada jumlah 45 dan 5 mg efisiensi penandaan menjadi turun di bawah 9 %. Gambar 5 juga membuktikan, bahwa vitamin C tidak bereaksi membentuk kompleks dengan radionuklida 166 Ho, hal ini terlihat pada hasil penandaan tanpa penambahan chitosan memberikan efisiensi penandaan hanya 2 %. Hal ini terjadi kemungkinan karena adanya ikatan antara 166 Ho dengan molekul asetat yang ada di dalam campuran. 9 7 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 jumlah chitosan (mg) 166 Ho- Gambar 5. Efisiensi penandaan chitosan pada jumlah chitosan yang bervariasi 4. KESIMPULAN Senyawa bertanda 166 Ho-chitosan dapat disintesis melalui reaksi penandaan antara chitosan dengan radionuklida holmium-166. Radionuklida 166 Ho diperoleh dari hasil iradiasi 165 Ho 2 O 3 alam dalam reaktor nuklir TRIGA- 2, Bandung yang kemudian dilarutkan dalam HCl 1N, dan ditambah larutan HCl,2N pada ph maksimal 3,. Penentuan efisiensi penandaan yang juga menyatakan besarnya kemurnian radiokimia dari senyawa bertanda 166 Ho-chitosan yang dihasilkan, dilakukan dengan sistem kromatografi menggunakan ITLC-SA (1 x 2 cm) sebagai fase diam dan campuran metanol : air : asam asetat = 49 : 49 : 2 sebagai fase gerak. Metode penandaan yang dilakukan memberikan hasil senyawa bertanda 166 Hochitosan dengan kemurnian radiokimia > 9 %. Hasil tersebut diperoleh pada kondisi penandaan optimal yaitu pada ph 2-2,5, jumlah chitosan 4 mg dan waktu inkubasi selama minimal 3 menit pada temperatur kamar, menggunakan larutan radioisotop tidak bebas pengemban 166 HoCl 3 dengan konsentrasi total holmium 5 mg/,1 ml. Penambahan vitamin C tidak mempengaruhi efisiensi penandaan, tetapi dapat mempertahankan kestabilan sediaan dari pengaruh oksidasi udara. Hasil penandaan setelah melalui proses pengendalian kualitas yang lebih jauh, diharapkan dapat digunakan di bidang kedokteran nuklir untuk terapi kanker hati, intracavitary dan peradangan sendi. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Kami ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Sdri. Mimin Ratna Suminar dan Sdr. Nana Suherman dari Bidang Senyawa Bertanda dan Radiometri, PTNBR-BATAN yang telah membantu kami dalam menyelesaikan penelitian ini. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. PARK, K.B., KIM, Y.M., SHIN, B.C., KIM, J.R., Therapeutic application of new holmium-166 chitosan complex in malignant and and benign diseases (Proc. of a Symposium of Modern Trend in Radiopharmaceuticals for Diagnosis and 266

Therapy, IAEA-TECDOC 129,1998), IAEA, Lisbon, Portugal (1998) 569. 2. ADAM S., SETIAWAN D., IDRIS I., MARYAM I., Pembuatan radioisotop holmium-166, Laporan Hasil Penelitian Proyek Pemanfaatan Reaktor TRIGA 2 MW, Puslitbang Teknik Nuklir-BATAN, Bandung (22). 3. ANONYMOUS, Radioisotope Production and Quality Control, Technical Report Series No.128, IAEA, Vienna (1971). 4. LIM, S.M., CHOI, C.W., PARK, S.Y., LEE, B.H., PARK, K.B., Animal experiments and clinical trials of 166 Hochitosan for various cancers (Proc. of a Symposium of Modern Trend in Radiopharmaceuticals for Diagnosis and Therapy, IAEA-TECDOC 129, IAEA, Lisbon, Portugal (1998) 277. 5. TIM EDITOR EGC, Kamus Kedokteran Dorland, ed. 26, Penerbit Buku Kedokteran EGC, (1996) 1666. 7. DISKUSI Marlina PTNBR BATAN 1. Kompleks Ho-chitosan dilakukan dengan deacetylated, tetapi dalam pengerjaannya justru ditambah asam asetat glasial 2. Apakah cara pemurnian chitosan sudah diketahui? 3. Berapa lama kestabilan Ho chitosan? Nanny Kartini : 1. Jika tidak ditambahkan asam asetat maka tidak akan larut karena asam asetat digunakan untuk berikatan dengan Ho. 2. Pada penelitian ini tidak dilakukan pemurnian chitosan, karena chitosan diperoleh dengan cara membeli yang sudah murni. 3. Belum diketahui, akan dilakukan pada penelitian yang akan datang. Swasono S T PRR BATAN 1. Bagaimana hipotesis bentuk kompleks 166 Ho -Chitosan? 2. Chitosan adalah deacetylated dan waktu preparasi dilarutkan dalam asam asetat glasial, jadi kembali bentuk acetyl. Kenapa tidak chitin saja? Nanny Kartini : 1. Hipotesis sementara : Bahwa yang berikatan chitosan dengan 166 Ho adalah melalui gugus acetyl-nya. 2. Karena itu pada penelitian ini digunakan chitosan (chitin yang terdeasetilasi) yang kemudian dilarutkan kembali dalam asam asetat untuk menempelkan kembali gugus asetil pada chitosan tsb. Selain itu chitosan ini tidak larut dalam air. Adang H G PRR BATAN 1. Kemurnian chitosan sebagai bahan baku senyawa 166 Ho chitosan apakah sudah diketahui? 2. Berapa lama kestabilan komplek 166 Ho -chitosan pada penyimpanan? Nanny Kartini : 1. Memurnikan chitosan, tampaknya sudah ada prosedur tetapnya, karena kami memperolehnya sudah dalam bentuk chitosan murni buatan sigma. 2. Kestabilan kompleks 166 Ho chitosan akan ditentukan pada penelitian karakterisasi 166 Ho chitosan. Tetapi apabila dilihat dari hasil variasi waktu penandaan (Gambar 2) terlihat bahwa sampai 5 menit, efisiensi penandaan masih > 9%. 267