Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang pada. bulan Maret 2013 sampai dengan selesai.

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc.

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KEDIP TEGANGAN PADA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV AKIBAT HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG PEDAN 1 KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

Pengaturan Ulang Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Utama Compressor Pada Feeder 2F PT. Ajinomoto Mojokerto

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND

Penentuan Nilai Arus Pemutusan Pemutus Tenaga Sisi 20 KV pada Gardu Induk 30 MVA Pangururan

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI OCR DAN GFR TRAFO 60 MVA GI 150 KV JAJAR TUGAS AKHIR

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI. 3.2 Tahap Pelaksanaan Penyusunan Laporan Akhir

Analisa Koordinasi Relay Proteksi Dengan Recloser Pada Penyulang Purbalingga 05 Di PT. PLN (Persero) Rayon Purbalingga

Analisa Perhitungan dan Pengaturan Relai Arus Lebih dan Relai Gangguan Tanah pada Kubikel Cakra 20 KV Di PT XYZ

Analisis Rele Pengaman Peralatan dan Line Transmisi Switchyard GITET Baru 500kV PT PLN (PERSERO) di Kediri

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU

BAB IV. PERHITUNGAN GANGGUAN SIMPATETIK PADA PENYULANG 20 kv GARDU INDUK DUKUH ATAS

Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota

2014 ANALISIS KOORDINASI SETTING OVER CURRENT RELAY

EVALUASI SETTING RELAY PROTEKSI DAN DROP VOLTAGE PADA GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 7.5

KOORDINASI SETTING RELAI ARUS LEBIH PADA INCOMING 2 KUDUS TERHADAP OUTGOING KUDUS 5 DAN 6 YANG MENGGUNAKAN JARINGAN DOUBLE CIRCUIT DI GI 150 KV KUDUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN :

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA JARINGAN DISTRIBUSI DI KOTA PONTIANAK

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 77 Vol. 4, No. 2 : 77-84, Agustus 2017

TUGAS AKHIR. SETTING KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PADA TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

Vol: 4, No. 2, September 2015 ISSN: KOORDINASI SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA PENYULANG DISTRIBUSI 20 kv GI PAUH LIMO

ABSTRAK Kata Kunci :

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR)

EVALUASI SETTING RELAY ARUS LEBIH DAN SETTING RELAY GANGGUAN TANAH PADA GARDU INDUK 150KV BAWEN

Studi dan Evaluasi Setting Relai Arus Lebih pada Transformator Daya di Gardu Induk Garuda Sakti Pekanbaru

Suatu sistem pengaman terdiri dari alat alat utama yaitu : Pemutus tenaga (CB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

BAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric

DAFTAR PUSTAKA. [9] PT. PLN (Persero) UBS P3B REGION JAKARTA BANTEN Pegenalan Gardu Induk. Jakarta : PT. PLN (Persero).

ANALISIS KOORDINASI RELE PENGAMAN FEEDER WBO04 SISTEM KELISTRIKAN PT. PLN (PERSERO) RAYON WONOSOBO

PENENTUAN KAPASITAS PEMUTUS TENAGA SISI 20 KV PADA GARDU INDUK SEI. RAYA

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b.

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2

KOORDINASI RELAY ARUS LEBIH DAN RECLOSER PADA TRAFO 60 MVA GARDU INDUK PANDEAN LAMPER SEMARANG DENGAN SIMULASI ETAP

Studi Analisis Koordinasi Over Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR) pada Recloser di Saluran Penyulang Penebel

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul

STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :

BAB IV PENGGUNAAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN TERHADAP PERBAIKAN TEGANGAN JARINGAN 20 KV. 4.1 Perhitungan Jatuh Tegangan di Jaringan 20 kv

BAB I PENDAHULUAN. sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu pembangkitan,

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

BAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang

Analisa Setting Rele Arus Lebih dan Rele Gangguan Tanah pada Penyulang Topan Gardu Induk Teluk Betung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK

BAB III RELAI JARAK. untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga listrik yang

Analisis Pengaruh Penambahan Unit Pembangkit Baru terhadap Arus Gangguan ke Tanah pada Gardu Induk Grati

Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KOORDINASI PROTEKSI PADA PT.PLN (PERSERO) GARDU INDUK WONOSOBO MENGGUNAKAN SOFTWARE APLIKASI ETAP TUGAS AKHIR

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kata Kunci : Saluran UdaraTeganganTinggi, Rele Jarak, Scanning Setting Rele Jarak, Mathcad 14.

Transkripsi:

Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade Nandha Pamadya Putra¹, Hery Purnomo, Ir., MT.², Teguh Utomo, Ir., MT.³ ¹Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroTeknik, ² ³Dosen Jurusan Teknik Elektro, Universitas Brawijaya Jalan M.T Haryono No.167 Malang 65145 Indonesia Email : nandhapamadyaputra@ymail.com Abstrak Tenaga listrik sangat berguna baik dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga ataupun kebutuhaan dunia industri. Dalam penyaluran tenaga listrik dari pembangkit ke beban, diperlukan kontinuitas pelayanan yang baik kepada konsumen. Hal ini akan mempengaruhi keandalan sistem penyalurannya. Untuk memperoleh kendalan sistem yang tinggi perlu dipasang peralatan proteksi yang handal untuk meminimalisir gangguan yang terjadi. Agar dapat dikatakan bahwa sistem proteksi yang terpasang itu benar-benar handal, proteksi haruslah memiliki tingkat efektifitas, ekonomis, kecepatan bereaksi dan tingkat kepekaan yang tinggi. Sistem pola pengamanan yang umum digunakan saat ini adalah pengamanan kaskade, namun pola ini masih banyak kelemahannya. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu sistem proteksi yang lebih akurat dalam melakukan pengkuran variabel-variabel gangguan, dapat meminimalisir terjadi gangguan dan yang mampu meningkatkan keamanan peralatan sekaligus mengingkatkan keandalan pasokan daya ke sistem 20 kv. Pola yang dapat direkomdansikan adalah pola pengamanan non kasakde karena waktu yang dibutuhkan untuk perlambatan waktunya 0-100mdet dengan rele dihulunya bila dibandingkan dengan pola kaskade yaitu 0,4-0,5 detik. Dari hasil penelitian, didapat bahwa arus gangguan hubung singkat terbesar adalah arus gangguan tiga fasa yang terletak di busbar 20 kv sebesar 6327,84 A dan gangguan terkecil adalah arus gangguan antar gasa yang terjadi di ujung penyulang sebesar 540,04 A. Sedangkan untuk koordinasi rele arus lebih non kaskade di sisi masukan 20 kv dan penyulang diperoleh TMS sisi masukan 20 kv sebesar 0,1978 dan untuk sisi penyulang sebesar 0,1826. Dengan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan waktu kerja untuk menghilangkan gangguan akan lebih cepat daripada pola yang diterapkan saat ini. Kata Kunci Keandalan, pola pengamanan kaskade dan non kaskade, rele arus lebih. I. PENDAHULUAN Tenaga sangat berguna baik dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga ataupun kebutuhan dunia industri. Dalam penyaluran tenaga listrik dari pembangkit ke beban, diperlukan kontinuitas pelayanan yang baik kepada konsumen. Hal ini akan mempengaruhi keandalan sistem penyalurannya. Untuk memperoleh keandalan sistem yang tinggi perlu dipasang peralatan proteksi yang handal untuk meminimalisir gangguan yang terjadi. Agar dapat dikatakan bahwa sistem proteksi yang terpasang itu benar benar handal, proteksi haruslah memiliki tingkat selektifitas, ekonomis, kecepatan bereaksi dan tingkat kepekaan yang tinggi [1]. Kebutuhan Tenaga listrik di Malang Raya disuplai oleh beberapa Gardu Induk (GI) yakni GI Blimbing, GI Kebon Agung, GI Sengkaling, dan sebagainya. Gardu Induk Sengkaling menyalurkan tegangan menengah 20 kv melalui 2 transformator daya yang dimiliki. Salah satunya transformator daya 3 melayani penyulang Junrejo, Pujon, Wastraindah dan Karang Ploso. Salah satu permasalahan yang ada di Gardu Induk Sengkaling Malang, yaitu pada salah satu penyulang dari transformator daya 3 sering terjadi gangguan hubung singkat, sepanjang tiga tahun terakhir ini hampir setiap bulannya sering terjadi gangguan hubung singkat. Bukan itu saja, dalam beberapa bulan terakhir terjadi gangguan pada penyulang yang berdampak pada tripnya rele masukan akibat kegagalan atau keterlambatan sistem proteksi pada penyulang. Hal ini sangat riskan terjadi, karena tripnya rele masukan 20 kv mengakibatkan tripnya penyulang penyulang lain yang mendapat suplai tegangan dari masukan tersebut yang tidak mengalami gangguan, sehingga sistem proteksi pada penyulang kurang handal. Untuk menghindari kejadian tersebut maka perlu dilakukan penelitian penyebab terjadinya kurang baiknya koordinasi proteksi, baik pada sisi masukan 20 kv dan penyulang sehingga apabila terjadi gangguan akan bekerja sesuai dengan fungsinya masing masing. Dalam hal ini koordinasi peralatan proteksi tentunya akan mempengaruhi keandalan sistem penyaluran tenaga listrik dapat lebih terjamin secara optimal dalam mensuplai tenaga listrik ke konsumen. Sistem pola pengamanan yang umum digunakan saat ini adalah sistem pola pengamanan kaskade, namun pola ini masih banyak kelemahannya, diantaranya, ada kalanya tidak memberikan pengamanan yang optimal, terutama dalam selektifitas dan waktu pemutusan (clearning time). Selama ini rele momen di sisi masukan 20 kv dinonaktifkan, hal ini akan menyebabkan gangguan di rel 20 kv di clearkan dalam waktu relatif lama. Kondisi ini menyebabkan peluang gangguan eksternal menjadi relatif besar. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu sistem proteksi yang lebih akurat dalam melakukan pengukuran variabel variabel gangguan, dapat meminimalisir terjadinya gangguan dan yang mampu meningkatkan keamanan peralatan sekaligus meningkatkan keandalan pasokan daya ke sistem 20 kv. Cepat dalam 1

memberikan reaksi jika terjadi gangguan dan tepat dalam mengambil keputusan untuk mengamankan. Pola yang dapat direkomendasikan adalah pola pengamanan non kaskade karena waktu yang dibutuhkan untuk perlambatan waktunya 0 100 mdet dengan rele di hulunya bila dibandingkan dengan pola kaskade yaitu 0,4-0,5 detik sehingga ketika terjadi gangguan maka dalam pengamanannya dapat lebih cepat. Dengan demikian, maka keandalan sistem akan menjadi tinggi. II. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam diagram alir yang ditunjukkan dalam Gambar 1. Tabel 3 Data Rele Arus Lebih Sisi Penyulang Merk MICOM Tipe P127 No. Serie 36007937 Setelan Arus (I>) 320 A Time Dial> 0,05 (SI) Setelan Arus Instan (I>>) 2000 A Time Dial>> Instan Ratio CT 400/5 Karakteristik Standart Inverse Arus Nominal (In) 5 A Sumber : PT. PLN ( Persero ) APJ Malang III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Arus Gangguan Hubung Singkat Untuk perhitungan gangguan hubung singkat ini dihitung berdasarkan panjang penyulang, seperti ditunjukkan pada gambar 2, yaitu gangguan hubung singkat diasumsikan terjadi di bus 20 kv Gardu Induk Sengkaling Malang,1%, 2%, 3%, sampai dengan 100% panjang penyulang. Gambar 2. Diagram Satu Garis Penyulang Dengan Berbagai Titik Lokasi Gangguan. Gambar 1. Diagram Alir Metode Penelitian DATA SEKUNDER Tabel 1 Data Transformator Daya III Gardu Induk Sengkaling Malang Merk UNINDO Tipe TTUB 150/30000 Daya 30 MVA Impedansi 12,5% Tegangan 150/20 kv Tahanan Pentanahan 500 ohm Hub. Belitan YNyn0 (d1) Sumber : PT. PLN ( Persero ) APP Malang Tabel 2 Data Rele Arus Lebih Sisi Masukan 20 kv Merk GEC Tipe MCGG 82 No. Serie 793468 D Setelan Arus (I>) 1000 A Time Dial> 0,2 (SI) Ratio CT 2000/5 Karakteristik Standart Inverse Arus Nominal (In) 5 A Sumber : PT. PLN ( Persero ) APP Malang B. Menghitung Impedansi Dasar Perhitungan impedansi dasar mengacu dari transformator daya pada sisi tegangan sekundernya. Impedansi dasar diperoleh dari hasil perbandingan antara tegangan dan daya transformator tersebut. Berdasarkan tabel 1, nilai tegangan sekunder dijadikan sebagai tegangan dasar dan besarnya adalah 20 kv, dan daya transformator yang digunakan sebagai daya dasar adalah 30 MVA. Dengan menggunakan nilai dasar tersebut didapat impedansi dasar sebagai berikut[2] : dasar kv L MVA 2 3 L 20 2 13,33 Ω 30 C. Impedansi Sumber Impedansi sumber diperoleh dengan membandingkan antara tegangan dasar dan MVA hubung singkat (MVA hs). Tegangan dasar merupakan tegangan sisi sekunder transformator daya, sedangkan MVA hubung singkat diperoleh dari jaringan distibusi yang dipasok dari tegangan tinggi dengan menggunakan transformator daya. Pada tabel 1, diketahui besar tegangan dasar yaitu 20 kv dan sedangkan untuk MVA hubung singkat, berdarkan data sekunder dari APJ Malang MVA hubung singkat sebesar 2529,44 MVA Sehingga dapat dihitung sebagai berikut[3] : 2

Sumber kv MVA 2 LL hs 20 2 0,1581 Ω 2529, 44 Impedansi sumber mempengaruhi nilai impedansi total suatu jaringan yang dilakukan dalam perhitungan arus gangguan hubung singkat. Untuk mempermudah perhitungan arus gangguan hubung singkat maka impedansi sumber dibuat dalam satuan per unit ( pu ) sebagai berikut[2] : Sumber (pu) Sumber () dasar 0,1581 13,33 j 0,0119 pu D. Impedansi Transformator Daya Data sekunder impedansi transformator yang terlihat pada tabel 1 diketahui masih dalam bentuk persentase yaitu sebesar 12,5%. Maka impedansi transformator dengan menggunakan dasar baru dapat diperoleh sebagai berikut[2] : 1T j 0,125 20 2 30 x j 0,125 pu 20 30 Karena transformator daya III Gardu Induk Sengkaling yang terpasang mempunyai hubungan belitan YNyn0(d1) yang mempunyai belitan delta di dalamnya dan ditanahkan dengan tahanan tinggi sebesar 500 Ω, maka nilai impedansi urutan nol transformator dapat diketahui sebagai berikut[3] : 0T(pu) 3 x 1T j 0,375 pu E. Impedansi Penyulang Untuk mengetahui besar impedansi penyulang pada suatu titik gangguan tertentu dapat diasumsikankan pada lokasi gangguan di busbar 20 kv Gardu Induk Sengkaling Malang, 1%, 2%, 3% sampai dengan 100% panjang penyulang, dengan memasukkan data sekunder dari APJ Malang yaitu, jenis penghantar yang digunakan pada penyulang Junrejo adalah tipe AAAC dengan luas penampang 150 mm2 dan panjang penyulang Junrejo 23,085 km. Sehingga dapat dihitung impedansi penyulang urutan positif dan negatif sebagai berikut[3] : 1penyulang (0,2162 + j 0,3305 Ω/km)x 23,085 km 9,1170 56,81 2penyulang 1penyulang Untuk mendapatkan satuan per unit ( pu ) dilakukan perhitungan sebagai berikut[2] : 1, 2 penyulang 1,2 penyulang (pu) 9,117056,81 dasar 13,33 0,3743 + j 0,5722 pu Sedangkan perhitungan impedansi nol, dapat dihitung sebagai berikut : 0penyulang (0,3631 + j 1,618 Ω/km)x 23,085 km 38,2805 77,35 Untuk mendapatkan satuan per unit ( pu ) dilakukan perhitungan sebagai berikut[2] : 0 penyulang 0 penyulang (pu) 38,280577,35 13,33 0,6287 + j 2,8014 pu dasar Dengan cara yang sama, besarnya nlai impedansi penyulang urutan positif, urutan negatif dan urutan nol untuk berbagai titik lokasi terjadi gangguan dapat diketahui. F. Impedansi Total Dalam perhitungan ini dicari impedansi total urutan positif, urutan negatif dan urutan nol menurut titik lokasi terjadinya gangguan. Dengan memanfaatkan hasil perhitungan diatas yang terdiri dari impedansi sumber, impedansi transformator daya dan impedansi penyulang. Dapat dihitung impedansi total urutan positif dan negatif sebagai berikut[2] : 1total 2total S + 1T + 1penyulang 1total 100% (j 0,0119)+(j 0,125)+(0,3743+ j0,5722) 0,8018 62,17 Sedangkan untuk perhitungan impedansi total urutan nol, karena transformator daya III titik netralnya ditanahkan dengan tahanan tinggi (R n) sebesar 500 Ω. Tahanan pentanahan diikut sertakan dalam perhitungan impedansi total urutan nol. Perhitungan impedansi pentanahan dalam satuan per unit (pu) sebagai berikut[2]: n (pu) R n dasar 500 37,5 pu 13,33 Dengan memanfaatkan hasil perhitungan impedansi pentanahan dalam per unit (pu) diatas, dapat dihitung impedansi total urutan nol sebagai berikut : 0total 0T + 3. n + 0penyulang 0total 100% (j 375)+(3.37,5)+(0,6287+ j2,8014) 113,1732 1,61 Maka dengan cara yang sama, besarnya nlai impedansi total urutan positif, urutan negatif dan urutan nol untuk berbagai titik lokasi terjadi gangguan dapat diketahui. G. Menghitung Arus Gangguan Hubung Singkat Pada Penyulang Setelah mendapatkan nilai dari impedansi total sesuai titik lokasi terjadinya gangguan, selanjutnya perhitungan arus gangguan hubung singkat dapat dihitung. Hanya saja impedansi total yang dimaksud adalah yang tergantung dari jenis gangguan hubung singkatnya. Pada perhitungan arus gangguan hubung singkat nilai gangguan impedansi ( f) dianggap nol 3

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 50% 55% 60% 65% 70% 75% 80% 85% 90% 95% 100% Arus Gangguan Hubung Singkat ( A ) dan E a adalah tegangan sebesar 1 0 karena dalam bentuk per satuan (pu). 1. Arus Dasar Perhitungan arus dasar diperoleh dari hasil perbandingan antara daya dan tegangan transformator sisi sekunder. Berdasarkan tabel 1, nilai daya dasar dalam satuan kilovoltampere sebesar 30.000 kva, sedangkan untuk tegangan dasar sebesar 20 kv. Sehingga didapat nilai arus dasar sebagai berikut[2] : I dasar kva 3xkV L 3 L 30000kVA 3x20kV 866,03 A 2. Arus Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa Perhitungan arus gangguan hubung singkat tiga fasa dengan perhitungan impedansi total urutan positif diberbagai titik lokasi terjadinya gangguan, sehingga didapat hasil perhitungan arus hubung singkat tiga fasa sebagai berikut[4] : Untuk gangguan hubung singkat pada titik gangguan 100% panjang penyulang. I hs3ϕ E a 1 f 10 0,801862,17 0 1,2472-62,17 pu Oleh karena perhitungan diatas masih dalam satuan per unit ( pu ) maka untuk mendapatkan nilai sebenarnya dapat dihitung sebagai berikut[2] : Harga sebenarnya harga per unit x I dasar I hs3ϕ (A) I hs3ϕ (pu) x I dasar (A) I hs3ϕ (A) (1,2472-62,17 pu)x866,03 A 1080,08 A Sehingga arus gangguan tiga fasa saat gangguan terjadi di lokasi 100% panjang penyulang sebesar 1080,08 A Dengan cara yang sama maka untuk perhitungan arus gangguan hubung singkat tiga fasa pada titik lokasi gangguan penyulang yang lain dapat diketahui. 3 Arus Gangguan Hubung Singkat Antar Fasa Perhitungan arus gangguan hubung singkat antar fasa dengan perhitungan impedansi total urutan positif dan negatif diberbagai titik lokasi terjadinya gangguan, sehingga didapat hasil perhitungan arus hubung singkat antar fasa sebagai berikut[4] : Untuk gangguan hubung singkat pada titik gangguan 100% panjang penyulang. I hs2ϕ E a 1 2 f 10 1,603662,17 0 0,6236-62,17 pu Oleh karena perhitungan diatas masih dalam satuan per unit ( pu ) maka untuk mendapatkan nilai sebenarnya dapat sebagai berikut[2] : Harga sebenarnya harga per unit x I dasar I hs2ϕ (A) I hs2ϕ (pu) x I dasar (A) I hs2ϕ (A) (0,6236-62,17 pu)x866,03 A 540,04 A Sehingga arus gangguan antar fasa saat gangguan terjadi di lokasi 100% panjang penyulang sebesar 540,04 A Dengan cara yang sama maka untuk perhitungan arus gangguan hubung singkat antar fasa pada titik lokasi gangguan penyulang yang lain dapat diketahui. Dengan hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat tiga fasa dan antar fasa ini dapat digunakan untuk penyetalan rele arus lebih pola non kaskade. Maka dapat dibuat perbandingan besarnya arus gangguan terhadap titik lokasi terjadinya gangguan digambarkan grafik sebagai berikut. Grafik Arus Gangguan Hubung Singkat 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 Tiga Fasa Antar Fasa % Panjang Penyulang Gambar 3. Grafik Arus Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa dan Antar. H. Penyetelan Rele Arus Lebih Pola Non Kaskade Hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat, pada tahap selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai setelan rele arus lebih pola non kaskade. Setelan rele arus lebih pola non kaskade tergantung pada titik lokasi terjadinya gangguan hubung singkat, yaitu saat gangguan busbar diluar daerah momen rele arus lebih sisi masukan 20 kv, rele arus lebih sisi masukan 20 kv akan bekerja sesuai dengan penyetelan inverse, akan tetapi jika gangguan terjadi didalam daerah momennya maka akan menggunakan penyetelan instan dan saat gangguan dipenyulang diluar daerah momen maka akan menggunakan setelan inverse dan jika terjadi didalam momennya akan bekerja dengan setelan instan[5]. 1. Penyetelan di Sisi Penyulang Untuk setelan rele arus lebih yang terpasang di penyulang menurut data sekunder pada tabel 3, diketahui mempunyai karakteristik standart inverse. Maka untuk penyetelan arus dan waktunya dapat dihitung sebagai berikut : a. Penyetelan Arus Untuk menentukan nilai setelan arus rele arus lebih yang terpasang pada sisi penyulang, dihitung berdasarkan arus beban maksimum yang mengalir di penyulang Junrejo. Menurut data sekunder dari APJ Malang, arus beban maksimum yang mengalir di 4

penyulang Junrejo sebesar 101 A, sehingga dapat dihitung penyetelan arus pada bagian primer dan sekunder sebagai beikut[3] : Penyetelan Arus Pada Bagian Primer I set ( primer ) 1,05 x 101 A 106,05 A Penyetelan Arus Pada Bagian Sekunder I set ( sekunder ) 106,05 x 5 400 1,33 A b Penyetelan Arus Momen Penyetelan arus momen sisi penyulang tergantung pada kapasitas transformator daya yang dipasang, dapat dilihat pada tabel 1 bahwa kapasitas trafo 30 MVA. Untuk menghitung arus momen sisi penyulang terlebih dahulu harus diketahui arus nominal transformator daya yang digunakan, dengan data pada tabel 1 sehingga dapat dihitung sebagai berikut[2] : I n trafo kva 3xkV L L 30000kVA 866,03 A 3x20kV Dengan memanfaatkan hasil perhitungan arus nominal transformator daya diatas, dapat dihitung arus momen pada sisi penyulang sebagai berikut[5] : I m 2,4 x I n trafo 2,4 x 866,03 2078,472 A Penyetelan Arus Momen Pada Bagian Sekunder[5] I m sekunder I I m set ( primer) 2078,472 19,65 A 106,05 Penyetelan Arus Momen Pada Bagian Primer[5] I m primer I m sekunder x I set (primer) 19,65 x 106,05 2084 A Penyetelan waktu : 40 mili detik c. Penyetelan Waktu Arus gangguan yang dipilih untuk menentukkan besarnya penyetelan TMS rele arus lebih sisi penyulang yaitu arus gangguan hubung singkat tiga fasa di 0% panjang penyulang. Arus gangguan ini diambil sebagai titik koordinasi antara rele arus lebih disisi penyulang dengan rele arus lebih disisi masukan 20 kv. Waktu kerja paling hilir yang ditetapkan t : 0,3 detik. Keputusan ini diambil agar rele tidak sampai trip lagi akibat adanya arus naik (inrush current) dari trafo trafo distribusi yang sudah tersambung di jaringan distribusi, pada saat PMT penyulang tersebut dimasukkan, didapat pehitungan sebagai berikut[6] : TMS 6327,84 106,05 TMS 0,1826 1 x 0,3 Sedangkan arus gangguan yang dipilih untuk menentukkan waktu kerja pada gangguan tiga fasa yang terjadi dipenyulang adalah dimulai dari lokasi 44% panjang penyulang, karena lokasi tersebut diluar daerah momen rele arus lebih sisi penyulang, sehingga mempunyai setelan inverse. Dapat dihitung sebagai berikut[6] : t 2051,73 106,05 0,4188 detik x0,1826 1 Untuk waktu kerja yang dipilih pada gangguan antar fasa pada penyulang dimulai dari lokasi 12% panjang penyulang, karena lokasi tersebut berada diluar daerah momen rele arus lebih sisi penyulang. Sehingga dapat dihitung sebagai berikut[6] : t 2058,27 106,05 0,4183 detik x0,1826 1 Dengan cara yang sama maka untuk setelan waktu kerja rele arus lebih untuk lokasi diluar daerah momen rele arus lebih sisi penyulang pada gangguan tiga dan antar fasa yang terjadi, dapat diketahui. 2. Penyetelan di Sisi Masukan 20 kv Untuk setelan rele arus lebih yang terpasang di masukan 20 kv menurut data sekunder pada tabel 2 diketahui mempunyai karakteristik standart inverse. Maka untuk penyetelan arus dan waktu rele arus lebih sisi masukan 20 kv dapat dihitung sebagai berikut : a. Penyetelan Arus Untuk menentukan nilai setelan arus rele arus lebih yang terpasang pada sisi masukan 20 kv harus terlebih dahulu dihitung nilai arus nominal transformator daya yang digunakan, memanfaatkan perhitungan sebelumnya arus nominal trafo sebesar 866,03 A, sehingga dapat dihitung sebagai berikut[3] : Penyetelan Arus Pada Bagian Primer I set ( primer ) 1,05 x 866,03 A 909,3315 A Penyetelan Arus Pada Bagian Sekunder I set ( sekunder ) 909,3315 x 5 2,27 A 2000 5

Waktu Kerja ( detik ) 3164 2508 2058 1738 1501 1319 1175 1060 964 885 817 759 708 664 625 590 559 Waktu Kerja ( detik ) 6328 5608 5016 4526 4117 3771 3476 3222 3001 2808 2638 2486 2351 2229 2052 1958 1872 1794 1722 1655 1593 1536 1482 1432 1386 1342 1301 1262 1226 1191 1159 1128 1099 b Penyetelan Arus Momen[5]. I m 4 x I n trafo 2,4 x 866,03 3464,12 A Dengan cara yang sama maka untuk setelan waktu kerja rele arus lebih untuk lokasi diluar daerah momen rele arus lebih sisi masukan 20 kv untuk gangguan tiga dan antar fasa yang terjadi dapat diketahui. Penyetelan Arus Momen Pada Bagian Sekunder[5] I m sekunder I I m set ( primer) 3464,12 909,3315 3,85 A Penyetelan Arus Momen Pada Bagian Primer[5] I m primer I m sekunder x I set (primer) 3,85 x 909,3315 3500,93 A Penyetelan waktu : 80 mili detik c. Penyetelan Waktu Arus gangguan yang dipilih untuk menentukan besarnya penyetelan TMS rele arus lebih sisi masukan 20 kv yaitu arus gangguan hubung singkat tiga fasa di 0% panjang penyulang. Waktu kerja sisi masukan 20 kv didapat dengan waktu kerja rele disisi hilir +0,4 detik, waktu kerja sisi masukan 20 kv adalah 0,3 + 0, 4 0,7 detik. Dapat dihitung sebagai berikut[6] : TMS 6327,84 909,3315 TMS 0,1978 1 x 0,7 Sedangkan arus gangguan yang dipilih untuk menentukkan waktu kerja pada gangguan tiga fasa yang terjadi dipenyulang adalah dimulai dari lokasi 18% panjang penyulang, karena lokasi tersebut diluar daerah momen rele arus lebih sisi masukan 20 kv, sehingga mempunyai setelan inverse. Dapat dihitung sebagai berikut[6] : t 3476,03 909,3315 1,0188 detik x0,1978 1 Untuk waktu kerja yang dipilih pada gangguan antar fasa pada penyulang dimulai dari lokasi 0% panjang penyulang, karena besar gangguan antar fasa yang terjadi dipenyulang tidak terdapat arus yang melebihi arus momen sisi masukan 20 kv, sehingga bisa dikatakan pada arus gangguan antar fasa dipenyulang tidak terdapat daerah momen untuk setelan rele arus lebih sisi masukan 20 kv. Dapat dihitung sebagai berikut[6] : t 3163,92 909,3315 1,0968 detik x0,1978 1 I. Koordinasi Rele Arus Lebih Pola Non Kaskade Berdasarkan penyetelan waktu yang telah didapat koordinasi rele arus lebih pola non kaskade yaitu semakin jauh dari sumber tenaga maka penyetelan waktunya semakin lama. Selisih waktu kerja untuk pemutusan gangguan tiga fasa dan antar fasa antara rele arus lebih sisi masukan 20 kv dan rele arus lebih sisi penyulang dapat dilihat pada gambar 4 dan 5 dibawah ini. 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 Gambar 4. Grafik Koordinasi Rele Arus Lebih Pola Non Kaskade Saat Terjadi Arus Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa. 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Koordinasi Waktu Kerja Sisi Masukan 20 kv Sisi Penyulang Arus Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa ( A ) Koordinasi Waktu Kerja Sisi Masukan 20 kv Sisi Penyulang Arus Gangguan Hubung Singkat Antar Fasa ( A ) Gambar 5. Grafik Koordinasi Rele Arus Lebih Pola Non Kaskade Saat Terjadi Arus Gangguan Hubung Singkat Antar Fasa. Dari gambar 4 dan 5 di atas dapat dilihat bahwa terdapat selang waktu antara rele arus lebih sisi masukan 20 kv dan rele arus lebih sisi penyulang, ini menunjukan bahwa sudah memenuhi kriteria koordinasi, maksudnya dengan adanya selang waktu tersebut maka rele arus lebih sisi masukan 20 kv dan rele arus lebih sisi penyulang tidak akan bekerja secara bersamaan. Rele arus lebih pada sisi penyulang mempunyai waktu kerja yang lebih cepat dari rele arus lebih disisi masukan 20 kv. Penyetelan ini dimaksudkan agar rele arus lebih disisi masukan 20 kv (hulu) sebagai pengaman cadangan memberi kesempatan rele arus lebih disisi penyulang (hilir) sebagai pengaman utama bekerja 6

terlebih dahulu pada saat terjadi gangguan hubung singkat tiga ataupun antar fasa dipenyulang. Dapat pula dijelaskan pada gambar 4 dan 5 diatas. sebagai berikut : 1. Rele Arus Lebih Sisi Penyulang Untuk Arus Gangguan Tiga Fasa Pada arus gangguan antara 1080 2052 A rele arus lebih akan bekerja sesuai dengan setelan inverse ( I> ), sedangkan jika terjadi gangguan sebesar 2052 A lebih maka rele arus lebih akan bekerja dengan setelan instan ( I>> ). Untuk Arus Gangguan Antar Fasa Pada arus gangguan antara 540 2058 A rele arus lebih akan bekerja sesuai dengan setelan inverse ( I> ), sedangkan jika terjadi gangguan sebesar 2058 A lebih maka rele arus lebih akan bekerja sesuai dengan setelan instan ( I>> ). 2. Rele Arus Lebih Sisi Masukan 20 kv Untuk Arus Gangguan Tiga Fasa Pada arus gangguan antara 2052 3476 A rele arus lebih akan bekerja sesuai dengan setelan inverse ( I> ), sedangkan jika terjadi gangguan sebesar 3476 A lebih maka rele arus lebih akan bekerja dengan setelan instan ( I>> ). Untuk Arus Gangguan Antar Fasa Karena arus gangguan antar fasa tidak terdapat arus yang melebihi arus momen sebesar 3460 A, maka rele arus lebih akan bekerja sesuai dengan setelan inverse (I>) Apabila terjadi gangguan hubung singkat tiga fasa pada masukan 20 kv yang termasuk dalam daerah momen rele arus lebih masukan 20 kv maka rele arus lebih akan mentripkan circuit breaker sesuai dengan penyetelan instan dengan waktu 80 milidetik, dan untuk gangguan antar fasa yang terjadi pada masukan 20 kv tidak terdapat arus gangguan yang melebihi arus momennya, sehingga sepanjang penyulang jika terjadi gangguan hubung singkat antar fasa mempunyai setelan inverse.. Apabila terjadi gangguan hubung singkat tiga maupun antar fasa di sisi penyulang yang termasuk dalam daerah momen, maka rele arus lebih sisi penyulang akan mentripkan circuit breaker dengan setelan instan dengan waktu 40 mili detik, namun jika PMT penyulang gagal terbuka maka tcbf akan mengirim sinyal trip ke rele arus lebih sisi masukan 20 kv untuk segera bekerja dengan waktu tunda 0,1 detik. A. Kesimpulan IV. Kesimpulan dan Saran 1. Besarnya arus gangguan hubung singkat bergantung pada jarak titik gangguan dari sumber. Semakin jauh letak gangguan hubung singkat dari sumber, maka semakin kecil pula arus yang ditimbulkan. Gangguan hubung singkat tiga dan antar fasa paling besar terjadi di busbar 20 kv Gardu Induk sedangkan gangguan paling kecil berada pada ujung penyulang. untuk gangguan tiga fasa, arus hubung singkat terbesar adalah 6327.84 A dan yang terkecil adalah 1080.08 A. sedangkan untuk gangguan antar fasa, arus hubung singkat terbesar adalah 3163.92 A dan yang terkecil adalah 540.04A. 2. Penyetelan rele arus lebih pola non kaskade yang didapat dari hasil perhitungan adalah sebagai berikut : a. Rele Arus Lebih Sisi Masukan 20 kv Penyetelan Arus I set ( primer ): 909,3315 A I set ( sekunder ): 2,27 A Penyetelan Arus Momen I m ( sekunder ): 3,85 A I m ( primer ): 3500,93 A Penyetelan waktu : 80 mili detik TMS : 0,1978 b. Rele Arus Lebih Sisi Penyulang Penyetelan Arus I set ( primer ) : 106,05 A I set ( sekunder ) : 1,33 A Penyetelan Arus Momen I m ( sekunder ) : 19,65 A I m ( primer ) : 2084 A Penyetelan waktu : 40 mili detik TMS : 0,1826 3. Waktu kerja rele arus lebih sangat dipengaruhi besar kecilnya arus gangguan hubung singkat, sedangkan besarnya arus gangguan hubung singkat dipengaruhi oleh impedansi sumber, kapasitas dan impedansi transformator daya serta titik gangguan atau panjang penyulang. 4. Waktu kerja rele arus lebih pola non kaskade disisi penyulang lebih cepat dibandingkan dengan waktu kerja di masukan 20 kv. Hal ini disebabkan karena jarak lokasi gangguan mempengaruhi besar kecilnya selisih waktu. Semakin jauh jarak lokasi gangguan arus hubung singkat maka semakin besar selisih waktu kerja rele di masukan 20 kv. 5. Penyetelan rele arus lebih menggunakan pola non kaskade memberikan pengamanan yang lebih baik pada sisi masukan 20 kv maupun sisi penyulang, yaitu bila terjadi gangguan hubung singkat tiga fasa dan antar fasa waktu pemutusan relatif cepat. 6. Penyetelan rele arus lebih menggunakan pola non kaskade juga memberikan selektifitas yang lebih baik, karena rele arus lebih pada sisi penyulang bisa dikomunikasikan dengan rele arus lebih pada sisi 7

masukan 20 kv, yaitu pada elemen arus tunda/ I>, digunakan untuk memberikan Triger Auxiliary Timer CBF pada rele arus lebih masukan 20 kv. Sedangkan elemen momen memberikan signal block pada elemen momen rele arus lebih sisi masukan 20 kv. B. Saran 1. Karena sistem proteksi dengan menggunakan pola non kaskade memiliki selektifitas, waktu pemutusan gangguan yang lebih baik, maka perlu dilakukan realisasi penerapan pola non kaskade ini pada sistem proteksi penyulang penyulang di Gardu Induk yang lain. 2. Penelitian ini masih menggunakan alat manual yaitu kalkulator dan software manual yaitu Microsoft Excel 2010, sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan Matlab. REFERENSI [1] Hewitson, L.G., dkk. 2004. Practical Power System Protection. Elsevier. Netherland. [2] Stevenson, Jr., William D. 1996. Analisis Sistem Tenaga Listrik. Cetakan kelima.jakarta: Penerbit Erlangga. [3] Sarimun, Wahyudi. 2012. Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Depok. Garamond. [4] Turan Gonen, Modern Power System Analysis, USA, 1988. [5] PT. PLN (Persero). Kesepakatan Bersama Koordinasi Sistem Proteksi Trafo Penyulang 20 kv.2012. [6] British BS 142 1966 Standart 8