D I S U S U N O L E H : I D A Y U S T I N A

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

: Prof. Said Zainal Abidin, Ph.D., MPIA

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

Kebijakan Publik & kebijakan Kesehatan. Mata Ajaran Kebijakan Kesehatan PS IKM FKM UI. Drh. Wiku Adisasmito, MSc, PhD Departemen AKK, FKM UI

PENGERTIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Pendekatan Kebijakan Publik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kebijakan Publik. 1. Definisi Kebijakan. Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti

Batasan dan Ruang Lingkup Kebijakan Publik

Dasar Dasar Analisis Kebijaksanaan Kesehatan SURYA UTAMA. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 1. PENDAHULUAN

Topik : Pengertian Kebijakan Publik Pentingnya Kebijakan Publik Studi Kebijakan Publik

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

Perspektif Kebijakan Publik

PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2011/ 2012 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK. Mada Sutapa *) Abstract

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Konsep dan Studi Kebijakan Publik

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

EVALUASI KEBIJAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 AMPIBABO KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

Pengantar Ilmu Kebijakan. Retno Muninggar, S.Pi. ME

KAITAN ANTARA POLITIK, PEMERINTAHAN DAN NEGARA

POLICY & PUBLIC POLICY ( KONSEP DASAR & PENGERTIAN )

MEMAHAMI ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN

I. PENDAHULUAN. Ada kecenderungan bahwa beberapa indikator aparatur didalam sebuah

BAB II KERANGKA TEORI. faktor dan implementasi sebuah kebijakan dalam organisasi pemerintah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah

Politik & Strategi Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

Susi Susanti 1. : Implementasi INPRES, Bantuan Langsung Tunai, Sambutan. Universitas Mulawarman.

RINGKASAN PUTUSAN. 2. Materi pasal yang diuji: a. Nomor 51/PUU-VI/2008: Pasal 9

Kewarganegaraan. Negara dan Sistem Pemerintahan MODUL PERKULIAHAN II. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK ILMU ADMINISTRASI NEGARA

ANALISIS HUKUM DAN KEBIJAKAN PUBLIK DALAM MEWUJUDKAN SISTEM PEMBANGUNAN. Oleh Siti Humulhaer*) Abstrak

METODE REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA) UNTUK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK DIKLAT TEHNIK DAN MANAJEMEN KEBIJAKAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. orang yang mempunyai kekuasaaan dan lembaga yang mengurus masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

Analisis Kebijakan Publik

Peran Anggota Dewan dalam Pembuatan Kebijakan Publik

Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI (STUDI DINAS INFORMASI DAN KOMUNIKASI KOTA MANADO)

Silabus Analisis Kebijakan Kesehatan Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

Demokrasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BADUNG

UTAMI DEWI IAN UNY 2013 Week 1

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi produktifitas. Oleh karena itu, seluruh penduduk atau masyarakat

Sub Tema: KELUARGA HARAPAN JUDUL ESAI: SOCIAL COMMUNITY BASED SOCIETY EDUCATION DALAM MEMUTUS RANTAI KEMISKINAN MENUJU KELUARGA SEJAHTERA

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XV/2017

Kebijakan publik didefinisikan sebagai hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya. Pengertian ini sangat luas dan kurang pasti karena

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap Negara senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

Komunikasi Politik dalam Sistem Politik 1

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

STUDI TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA) DI PUSKESMAS SIDOMULYO KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

Asistem Dpolitik Zindonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi oleh kota-kota yang sedang berkembang. Salah satu fungsi

isu kebijakan dan dinamikanya. Kemudian pada bagian kedua kita akan Isu kebijakan publik sangat penting dibahas untuk membedakan istilah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENTINGNYA FAKTOR KOMUNIKASI DALAM PROGRAM KARTU JAKARTA PINTAR (KJP) PADA SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DI KOTA ADMINISTRASI JAKARA TIMUR

KULIAH IV Modul II : Definisi dan Ruang Lingkup Perencanaan Wilayah dan Kota

PARTISIPASI PUBLIK DALAM PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju mensyaratkan para pekerja yang cakap, profesional dan terampil.

PANCASILA KE 5AKTUALISASI PANCASILA DI BIDANG POLITIK. NAMA : INSAN DUTA THORA NIM : KELOMPOK : E DOSEN : DR. AbidarinRosyidi, MMa

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya sangat besar. Sebagai negara kepulauan, penduduk Indonesia

BAB IV PENUTUP. sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

PASAL I Nama dan Lokasi. PASAL II Tujuan

KEWARGANEGARAAN NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHA. Syahlan A. Sume. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi MANAJEMEN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara demokrasi adalah negara yang kekuatan sejatinya bukan berada

BAB I PENDAHULUAN. teknik-tekniknya, kerangka dasar konseptual ini terdiri dari standar (teknik,

60 Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Amanah Edisi Vol. III No. I Januari April 2014 ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP PERUBAHAN MASA DEPAN

BAB I PENDAHULUAN. sistem ini. Negara Hukum harus ditopang dengan sistem demokrasi.

Transkripsi:

KEBIJAK AN DAN MANA JEMEN PEL AYANAN KESEHATAN D I S U S U N O L E H : I D A Y U S T I N A

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Membahas tentang ilmu kebijakan dan manajemen yang diterapkan di sektor kesehatan

REFERENCE Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

REFERENCE Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Undang-Undang RI No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

REFERENCE Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Permenkes No. 2269/Menkes/ Per/XI/ 2011 tentang Pedoman Pembinaan PHBS Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

REFERENCE PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI No. 75 Tahun 2014 Tentang pusat kesehatan masyarakat SK Menkes No. 267 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknik Pengorganisasian Dinas Kesehatan Republik Indonesia Kebijakan MDGs (Millenium Development Goals) Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2012

BOOKS o Dunn, Wiliam. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Dunn, William. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Hanindita. Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Yogyakarta : Media Pressindo. Abidin, Said Zainal. Kebijakan Publik. 2006. Jakarta : Suara Bebas Nugroho, Riant, analisis kebijakan, Jakarta; Gramedia

DEFINISI KEBIJAKAN Thomas Dye : Pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever government chooses to do or not to do). Easton : Kekuasaan mengalokasi nilai-nilai untuk masyarakat secara keseluruhan Lasswell dan Kaplan : Program yang diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai dan praktik (a projected program of goals, values and practices)

Kebijakan : rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang organisasi atau pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen/ administrasi dalam usaha mencapai sasaran tertentu (KBBI)

Kebijakan berbeda makna dengan kebijaksanaan Kebijaksanaan adalah : (1) kepandaian menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya), (2) kecakapan bertindak apabila menghadapi kesulitan. (KBBI, Balai Pustaka, 2003)

Public health policy is the science and art of preventing disease, prolonging life, and promoting health through organized efforts of society (Oxford Textbook of public health)

CIRI KEBIJAKAN (ANDERSON ET.AL) Public policy is purposive, goal-oriented behavior rather than random or chance behavior. Kebijakan publik memiliki tujuan; jika tidak ada tujuan, tidak perlu ada kebijakan Public policy consists of courses of action rather than separate, discrete decision or actions- performed by government officials. Kebijakan publik tidak berdiri sendiri, terpisah dari kebijakan yang lain, tetapi berkaitan dengan berbagai kebijakan dalam masyarakat.

CIRI KEBIJAKAN (ANDERSON ET.AL) Policy is what government do not what they say will do or what they intend to do. Kebijakan adalah apa yang dilakukan pemerintah bukan apa yang ingin atau diniatkan akan dilakukan. Public policy may be either negative or positive. Kebijakan dapat berbentuk negatif atau positif

CIRI KEBIJAKAN (ANDERSON ET.AL) Public policy is based on law and is authoritative. Kebijakan didasarkan pada hukum, karena itu memiliki kewenangan untuk memaksa masyarakat mematuhinya.

UNSUR KEBIJAKAN 1. Tujuan 2. Masalah 3. Tuntutan 4. Dampak/ outcome 5. Sarana / alat kebijakan

UNSUR KEBIJAKAN Tujuan Tujuan yang baik harus memenuhi kriteria : rasional, realistis, jelas, berorientasi ke depan. Kandungan isi tujuan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut banyak pihak dan mewakili kepentingan mayoritas atau didukung golongan yang kuat dalam masyarakat. Rasional : pilihan yang terbaik dari beberapa alternatif yang diperhitungkan atas dasar kriteria-kriteria yang relevan dan masuk akal.

UNSUR KEBIJAKAN Realistis : memperhitungkan kedudukan organisasi, peraturan yang berlaku dan sumber daya yang dimiliki/ dikuasai. Sumber daya = faktor pendukung yakni human resources, finance, logistics, information, participation, and legitimation (Katz). Jelas : tujuan yang baik, masuk akal (logis) dan mempunyai gambaran jelas. Pengertian jelas tidak mesti diperlihatkan secara kuantitatif; yang penting orang dapat membedakan tercapai tidaknya tujuan setelah jangka waktu tertentu.

UNSUR KEBIJAKAN Orientasi ke depan : Menimbulkan kemajuan ke arah yang diinginkan Tujuan yang ingin dicapai di masa depan terletak dalam suatu jangka waktu tertentu (untuk dilakukan evaluasi)

UNSUR KEBIJAKAN Masalah Kebijakan dibuat karena ada masalah yang hendak dipecahkan. Dalam kaitan itu perlunya mengidentifikasi masalah secara secara tepat, di mana pekerjaan dapat dianggap sudah dikuasai jika identifikasi dilakukan dengan baik. Kesalahan dalam menentukan masalah secara tepat, dapat menimbulkan kegagalan total dalam seluruh kebijakan.

UNSUR KEBIJAKAN Tuntutan Tuntutan muncul dapat dikarenakan : Diabaikannya kepentingan suatu golongan dalam proses perumusan kebijakan, sehingga kebijakan yang dibuat pemerintah dirasakan tidak memenuhi atau merugikan kepentingan mereka. Munculnya kebutuhan baru setelah tujuan tercapai atau suatu masalah terpecahkan.

UNSUR KEBIJAKAN Dampak/ outcomes Dampak merupakan tujuan lanjutan yang timbul sebagai pengaruh dari tercapainya suatu tujuan. Dampak yang ditimbulkan dari suatu kebijakan dapat bersifat positif, dan ada yang bersifat negatif.

UNSUR KEBIJAKAN Sarana/alat kebijakan Sarana yang dimaksud : kekuasaan, insentif, pengembangan kemampuan, simbolis, dan perubahan kebijakan itu sendiri.

MASALAH KEBIJAKAN Merumuskan masalah kebijakan merupakan tahapan yang krusial dalam mengaji kebijakan publik Merumuskan masalah dalam pembuatan kebijakan menjadi dasar bagi langkah selanjutnya. Kesalahan pada tahap ini akan menghancurkan tahap berikutnya Akibatnya, kebijakan yang dihasilkan menjadi salah arah dan tidak bermanfaat.

Banyak perumus kebijakan yang gagal menyelesaikan persoalan publik bukan karena cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalahnya yang salah, tapi disebabkan masalah yang diselesaikan bukan masalah yang tepat.

Perumusan masalah publik tidak bisa dipisahkan dari 2 hal : (1) Orang yang merumuskannya (2) Kompleksitas masalah.

Pertama, kelompok atau individu perumus masalah. Individu dengan latar belakang yang berbeda-beda akan merumuskan masalah yang berbeda. Perbedaan dalam merumuskan masalah akan berakibat pada macam atau jenis kebijakan yang akan diambil.

Kedua, kompleksitas dan sifat masalah. Masalah-masalah yang kompleks akan memerlukan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan masalah yang sederhana. Kompleksitas masalah kebijakan dapat dilihat dari pengaruh yang ditimbulkan oleh masalah tersebut, apakah hanya pada tataran lokal, regional, nasional, atau internasional.

Proses perumusan masalah akan menjadi semakin rumit bila masalah-masalah tersebut melibatkan banyak aktor (banyak kepentingan yang terlibat dan mempunyai perspektif sendiri-sendiri dalam merumuskan kebijakan publik)

Mitrof dan Sagasti (Dunn) membedakan masalah kebijakan ke dalam 3 kelas : Masalah yang sederhana (wellstructured) Masalah yang agak sederhana (moderately-structured) Masalah yang rumit (ill-structured) Struktur dari masing-masing masalah tersebut ditentukan oleh tingkat kompleksitas masalah tersebut.

Masalah yang sederhana adalah masalah yang melibatkan satu atau beberapa keputusan dan seperangkat kecil alternatifalternatif kebijakan. Masalah yang agak sederhana adalah masalah yang melibatkan satu atau beberapa pembuat keputusan dan sejumlah alternatif yang secara relatif terbatas. Masalah yang rumit adalah masalahmasalah yang mengikutsertakan banyak pembuat keputusan yang utilitasnya (nilainya) tidak diketahui atau tidak mungkin diurutkan secara konsisten.

MASALAH KEBIJAKAN Masalah kebijakan adalah nilai, kebutuhan atau kesempatan yang belum terpenuhi, tetapi dapat diidentifikasi dan dicapai melalui tindakan publik. Tingkat kompleksitas masalah tergantung pada nilai dan kebutuhan yang dinilai paling penting.

MASALAH KEBIJAKAN Karakteristik masalah kebijakan (Dunn, 1998) (1) Interdependensi Masalah dalam suatu bidang akan memengaruhi masalah kebijakan lainnya. Hal ini menunjukkan adanya sistem masalah, yang membutuhkan pendekatan holistik, yakni memandang satu masalah sebagai bagian dari keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.

MASALAH KEBIJAKAN (2) Subjektif Suatu kondisi eksternal yang dianalisis dengan menggunakan pendekatan atau disiplin ilmu tertentu, sehingga menghasilkan kesimpulan mengenai kondisi tersebut. Informasi ditafsirkan dengan menggunakan berbagai pendekatan atau ilmu pengetahuan yang berbeda, sehingga memunculkan kesimpulan lainnya yang berbeda.

MASALAH KEBIJAKAN Contoh subjektif: Tingkat pendapatan masyarakat di suatu daerah rata-rata Rp 300 ribu per bulan. Dengan memperhitungkan 1 KK minimal terdiri atas 4 jiwa, jumlah tersebut dinyatakan kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Ditinjau dari ilmu kesehatan, jumlah pendapatan tersebut memunculkan penafsiran, di antaranya : rendahnya kemampuan membayar pelayanan kesehatan, besarnya peluang gangguan gizi.

MASALAH KEBIJAKAN Dalam kasus tersebut, masalah (objektif) adalah relatif rendahnya pendapatan masyarakat; ketika dikaitkan dengan kesehatan, keterkaitannya dinamakan situasi problematis. Setiap masalah merupakan elemen dari situasi problematik. Masalah kebijakan (subjektif) muncul ketika manusia memikirkan dan bertindak untuk mencari jalan keluar terhadap masalah dan situasi problematis tersebut.

MASALAH KEBIJAKAN (3) Artifisial Masalah kebijakan hanya mungkin ada jika manusia mempertimbangkan perlunya mengubah situasi problematik. Masalah kebijakan pada dasarnya merupakan buah pandangan subjektif manusia yang terkait dengan kondisi sosial yang objektif.

MASALAH KEBIJAKAN (4) Dinamis Masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan yang terus menerus. Pemecahan masalah dapat memunculkan masalah baru, yang membutuhkan pemecahan masalah lanjutan. (5) Tidak Terduga Masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan dan sistem masalah kebijakan.

AKTOR PEMBUAT KEBIJAKAN Struktur pembuatan kebijakan di negara berkembang cenderung lebih sederhana dibanding dengan negara maju Perbedaannya terletak pada aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan

Di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat di mana warga negaranya mempunyai kepentingan terhadap kebijakan publik negaranya, maka perumusan kebijakan cenderung lebih kompleks Di negara berkembang, perumusan kebijakan dikendalikan oleh elit politik dengan pengaruh masyakarat luas yang sedikit (Kuba, Korea Utara)

Aktor-aktor dalam proses pembentukan kebijakan dapat dibagi atas dua kelompok: Aktor resmi (agen-agen pemerintah/ badan-badan administrasi, presiden, legislatif dan yudikatif) Aktor tidak resmi (kelompok kepentingan, partai politik, dan warganegara individu.

BADAN-BADAN ADMINISTRASI Keterlibatannya aktif dalam pengembangan kebijakan publik Badan ini dapat membuat atau bahkan melanggar undang-undang atau ketetapan yang dibuat sebelumnya Di Indonesia kerumitan administrasi menjadi faktor yang cukup penting bagi kurang efektifnya implementasi kebijakan publik

PRESIDEN (EKSEKUTIF) Presiden beserta pembantupembantunya mempunyai peran yang penting dalam proses pembentukan kebijakan.

LEMBAGA YUDIKATIF Lembaga yang berperan terutama dalam menentukan apakah tindakan-tindakan yang diambil oleh cabang eksekutif maupun legislatif sesuai dengan konstitusi atau tidak. Bila keputusan bertentangan dengan konstitusi negara, maka badan yudikatif berhak membatalkan atau menyatakan tidak sah peraturan atau undang-undang yang telah ditetapkan.

LEMBAGA LEGISLATIF Lembaga ini berperan sentral dalam pembuatan kebijakan publik Setiap undang-undang yang menyangkut persoalan-persoalan publik harus mendapatkan persetujuan dari lembaga legislatif.

LEMBAGA LEGISLATIF Mekanisme keterlibatan lembaga legislatif dapat dilihat dari dengar pendapat, penyelidikan dan kontak yang dilakukan dengan pejabat administrasi, kelompok kepentingan dan lainnya. Suatu undang-undang akan sah jika telah disahkan oleh lembaga legislatif

AKTOR TIDAK RESMI Meski kelompok ini aktif dalam proses pembuatan kebijakan publik, namun mereka tidak memiliki kewenangan yang sah untuk membuat keputusan yang sifatnya mengikat.

KELOMPOK KEPENTINGAN Dalam sistem politik demokratik, kelompok kepentingan lebih memainkan peranan penting dengan kegiatan yang lebih terbuka, ketimbang dalam sistem politik otoriter. Dalam sistem politik demokratif: kebebasan berpendapat dilindungi, dan warga negaranya memiliki keterlibatan (aktif) dalam politik.

Walaupun berbeda dalam hubungan dan sifat aktivitasnya, kelompok kepentingan menjalankan fungsi artikulasi kepentingan, yaitu berfungsi menyatakan tuntutan-tuntutan dan memberikan alternatif-alternatif tindakan kebijakan. Kelompok ini biasanya memberi sumbangan yang berarti bagi rasionalitas pembentukan kebijakan

PARTAI POLITIK Dalam sistem demokrasi, partai politik merupakan alat untuk mendapatkan kekuasaan. Partai politik sering kali melakukan agregasi kepentingan Partai politik sering berusaha untuk mengubah tuntutan-tuntutan tertentu dari kelompok-kelompok kepentingan menjadi alternatif-alternatif kebijakan.

WARGANEGARA INDIVIDU Meskipun tugas pembentukan kebijakan diserahkan kepada para pejabat publik, dalam beberapa hal warga negara individu dapat mengambil peran secara aktif dalam pengambilan keputusan. Di negara-negara yang mendasarkan diri pada sistem otoriter, kepentingan dan keinginan para warga negara biasanya merupakan akibat dari kebijakan-kebijakan publik.