1. PENDAHULUAN. berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. internasional. Menurut Aslan (1991), ciri-ciri umum genus Eucheuma yaitu : bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun

Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA

III. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

3. METODE PENELITIAN

Alga (ganggang) Alga sering disebut ganggang.

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) stasiun

II. METODE PENELITIAN

Oseana, Volume XXXII, Nomor 4, Tahun 2007 : ISSN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

PRAKATA. Purwokerto, Februari Penulis. iii

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

BAB I PENDAHULUAN. tingkat genetika (Saptasari, 2007). Indonesia merupakan negara dengan

Kata kunci : pencahayaan matahari, E. cottonii, pertumbuhan

MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR)

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Gracilaria gigas DENGAN MODIFIKASI METODE BUDIDAYA DAN SISTEM JARING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

PENGARUH VARIASI KETINGGIAN PENEMPATAN RAKIT BUDIDAYA RUMPUT LAUT GANDA DALAM MEREDUKSI GELOMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. A. Materi, Waktu dan Lokasi Penelitian. 1. Materi. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS PERTUMBUHAN Sargassum sp. DENGAN SISTEM BUDIDAYA YANG BERBEDA DI TELUK EKAS LOMBOK TIMUR SEBAGAI BAHAN PENGAYAAN MATA KULIAH EKOLOGI TUMBUHAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali di terjemahkan seaweed bukan sea grass yang sering di sebut dengan

Bab II Tinjauan Pustaka A. Definisi dan Biologi Rumput Laut

II. METODE PENELITIAN


4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendahuluan Budidaya Rumput Laut A. Pemilihan lokasi

Praktikum IV Biologi Laut

II.TINJAUAN PUSTAKA Rumput Laut Coklat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

II. Tinjuan Pustaka. A. Bulu Babi Tripneustes gratilla. 1. Klasifikasi dan ciri-ciri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.

1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Apakah yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

: BUDIDAYA RUMPUT LAUT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

Diagram pie perbandingan zona pasang tertinggi dan terendah

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini

Ilmu Pengetahuan Alam

PRODUKSI Gracilaria verrucosa YANG DIBUDIDAYAKAN DI TAMBAK DENGAN BERAT BIBIT DAN JARAK TANAM YANG BERBEDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kappaphycus alvarezii sering juga disebut cottonii, merupakan jenis rumput laut

Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar

Prarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN :

STUDI LAJU PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Euchema spinosum DAN Eucheuma cottoni DI PERAIRAN DESA KUTUH, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG-BALI

3.3 Teknik Budidaya Rumput Laut (Gracillaria verrucosa) dengan Metode Longline Rumput laut adalah salah satu hasil perikanan yang mempunyai nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

RUMPUT LAUT, JENIS DAN MORFOLOGISNYA

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) - Bagian 2: Metode longline

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. benda keras lainnya. Secara taksonomi dikelompokkan ke dalam divisio

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara ( km). Di sepanjang pantai tersebut ditumbuhi oleh berbagai

Kerangka Pemikiran 2 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kappaphycus alvarezii

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp dengan Metode Rak Bertingkat di Perairan Kalianda, Lampung Selatan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

bio.unsoed.ac.id di alternatif usaha budidaya ikan air tawar. Pemeliharaan ikan di sungai memiliki BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA DI PERAIRAN MENGALIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IDENTIFIKASI JENIS RUMPUT LAUT DARI PERAIRAN PULO MERAK CILEGON BANTEN (Identification of Seaweeds from Pulo Merak Waters Cilegon Banten)

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

Bab IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

Oleh : ONNY C

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

Pengaruh Berat Bibit Awal Berbeda terhadap Pertumbuhan Kappaphycus alvarezii di Perairan Teluk Tomini

KANDUNGAN KLOROFIL, FIKOERITRIN DAN KARAGINAN PADA RUMPUT LAUT Eucheuma spinosum YANG DITANAM PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Alginofit 20 gram. Perendaman KOH 2% selama 30 menit. Dicuci dengan air mengalir. Perendaman NaOH 0,5% selama 30 menit. Dicuci dengan air mengalir

BAB I PENDAHULUAN. buah ini sudah lama menjadi salah satu makanan khas dari kota Medan.Buah ini

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar dari luas daratan, oleh karena itu dikenal sebagai negara maritim. Total

POSISI TANAM RUMPUT LAUT DENGAN MODIFIKASI SISTEM JARING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI Eucheuma Cottonii DI PERAIRAN PANTURA BREBES

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Transkripsi:

1 1. PENDAHULUAN Rumput laut atau yang biasa disebut seaweed tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Sargassum talusnya berwarna coklat, berukuran besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut ini memiliki pigmen yang memberikan warna coklat dan dapat menghasilkan algin atau alginat, laminarin, selulosa, fikoidin dan manitol yang komposisinya sangat tergantung pada spesies (Maharani dan Widyayanti, 2010). Rumput laut Sargassum mempunyai prospek pemasaran yang baik dan mempunyai potensi dikembangkan dalam budidaya maupun pengolahan. Salah satu rumput laut yang bernilai ekonomis dan perlu dibudidayakan adalah Sargassum duplicatum yaitu rumput laut penghasil alginat sebanyak 69,67 %. Rumput laut ini perlu dibudidayakan karena keberadaan Sargassum di alam semakin berkurang karena banyak digunakan sebagai bahan kosmetik, makanan dan farmasi (Setianto et al., 2008). Sargassum duplicatum memiliki bentuk talus gepeng dengan banyak percabangan yang menyerupai pepohonan di darat. Bangun daun melebar, lonjong seperti pedang, memiliki gelembung udara yang umumnya soliter, batang utama bulat agak kasar, dan holdfast (bagian yang digunakan untuk melekat) berbentuk cakram. Pinggir daun bergerigi jarang, berombak, dan ujung melengkung atau meruncing (Anggadiredja et al. 2008). Sargassum duplicatum biasanya dicirikan oleh tiga sifat yaitu adanya pigmen coklat yang menutupi warna hijau, hasil fotosintesis terhimpun dalam bentuk laminaran dan alginat (Tjondronegoro et al., 1989). Rumput laut Sargassum duplicatum tumbuh dengan baik di daerah pasang surut atau daerah yang selalu terendam air sampai batas kedalaman 0,5-10 m. Pada kedalaman ini intensitas cahaya yang diterima oleh rumput laut masih mencukupi.

2 Daerah pantai terumbu, merupakan habitat yang khas karena akan memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu harian yang kecil dan substrat berupa terumbu karang mati (Aslan, 2006). Keberhasilan budidaya selain dipengaruhi oleh lingkungan juga metode yang digunakan. Lingkungan yang sesuai untuk budidaya rumput laut Sargassum adalah dasar perairan stabil yang terdiri dari patahan karang mati (pecahan karang) dan pasir kasar serta bebas dari lumpur, dengan gerakan air (arus) yang cukup 20-40 cm/detik. Suhu perairan 27,25-29,30 0 C dan salinitas 32-33,5 o /oo. Kedalaman air yang baik untuk pertumbuhan Sargassum adalah antara 2-15 m pada saat surut terendah untuk metode apung. Budidaya Sargassum duplicatum dipilih perairan yang secara alami ditumbuhi oleh komonitas dari berbagai makro alga seperti Ulva, Caulerpa, Padina, Hypnea dan lain-lain, hal ini merupakan salah satu indikator bahwa perairan tersebut cocok untuk budidaya Sargassum duplicatum kemudian sebaiknya bebas dari hewan air lainnya yang besifat herbivora. Perairan Nusa Kambangan Cilacap memungkinkan untuk budidaya rumput laut. Pantainya yang luas dengan panjang pantai kurang lebih 60 km belum dimanfaatkan secara optimal, selain untuk tempat pariwisata. Perairan pantai mempunyai gelombang tidak terlalu besar, kedalaman air saat pasang mencapai 210 cm sedangkan saat surut 100 cm dapat untuk budidaya rumput laut, salah satunya Sargassum duplicatum yang dapat menghasilkan nilai tambah bagi masyarakat non nelayan antara lain dapat untuk membuat makanan (oseng) dan menghasilkan alginat (Utojo, 2008). Metode disesuaikan dengan kondisi fisik serta kimia perairan yang digunakan sebagai lahan budidaya (Rasyid, 2004). Berdasarkan posisi penanamannya, metode

3 budidaya rumput laut dibagi menjadi tiga yaitu metode dasar ( botton method), metode lepas dasar ( off botton method) dan metode apung ( floating method) (Arfianto, 1989). 1. Metode dasar merupakan metode pembudidayaan rumput laut menggunakan benih dengan berat tertentu, yang telah diikat kemudian ditebarkan ke dasar perairan, atau sebelum ditebarkan benih diikat dengan batu karang. 2. Metode lepas dasar dilakukan dengan mengikatkan benih rumput laut (yang telah diikat dengan tali rafia) pada rentangan tali nilon atau jaring di atas dasar perairan dengan menggunakan pancang-pancang kayu atau bambu. Cara ini dikerjakan dengan mengikat bibit rumput laut pada tali-tali yang dipatok secara berjajar-jajar di daerah perairan laut dengan kedalaman antara 50-75 cm. Rumput laut ditanam di dasar perairan. 3. Metode apung adalah metode penanaman dengan posisi rumput laut terletak di dekat permukaan air. Keuntungan yang diperoleh dari metode apung adalah pertumbuhan rumput laut menjadi lebih baik karena proses fotosintesis dapat berlangsung dengan baik sehingga produksinya akan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan metode lain, dapat digunakan pada semua jenis perairan. Sistem penanaman pada metode-metode tersebut dapat dilakukan secara tali tunggal dan jaring. Pada sistem tali tunggal, dapat diterapkan di perairan yang dalam maupun dangkal. Budidaya dengan sistem tali tunggal memiliki kekurangan pertumbuhannya yang sudah besar (2-3 minggu setelah tanam) biasanya talus rumput laut tersebut mudah patah dan hanyut terkena ombak maupun arus serta mudah rusak akibat adanya predator seperti ikan. Pada sistem jaring dibuat dengan tali dengan jarak yang disesuaikan dengan kebutuhan. Pada sistem jaring lebih praktis dan efisien menggunakan jaring tubuler, karena lebih dapat melindungi bibit.

4 Pada sistem jaring tubuler bibit rumput laut akan terlindungi dari herbivora dan ombak, sehingga akan menghasilkan rumput laut yang berkualitas baik. Keberhasilan pada sistem penanaman dipengaruhi juga oleh penggunaan bibit. Bibit yang baik dan bobot yang sesuai akan meningkatkan pertumbuhan. Ciriciri bibit yang baik yaitu muda, bersih dari kotoran, segar, lendirnya masih banyak, lentur (tidak mudah patah), ta lus lengkap (tidak ada bekas dimakan ikan atau predator) dan warna masih cerah. Biasanya bibit yang baik berasal dari induk yang sehat dan dipilih dari hasil budidaya karena bebas dari jenis rumput laut lain. Sargassum duplicatum merupakan rumput laut yang belum banyak di budidaya, karena perolehan rumput laut jenis Sargassum duplicatum masih didapat dari alam, saat ini perlu dibudidayakan karena keberadaannya semakin berkurang. Rumput laut Sargassum duplicatum memiliki manfaat, diantaranya : 1. Sebagai sumber penghasil alginat yang digunakan sebagai bahan pembuat cangkang kapsul, emulsifier dan stabilizer. 2. Berguna untuk kosmetik, kandungan koloid alginatnya digunakan sebagai bahan pembuat sabun, shampo dan cat rambut. Berdasarkan uraian di atas maka muncul permasalahan : 1. Apakah metode budidaya dan bobot awal yang berbeda pada sistem penanaman jaring tubuler akan berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi Sargassum duplicatum. 2. Metode budidaya apa dan bobot awal berapa yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi Sargassum duplicatum tertinggi di perairan Nusa Kambangan Cilacap. Berdasarkan permasalahkan tersebut muncul tujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh sistem jaring tubuler dengan bobot awal dan metode yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi Sargassum duplicatum

5 2. Menentukan metode dan bobot awal yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi Sargassum duplicatum tertinggi di perairan Nusa Kambangan Cilacap. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pertumbuhan dan produksi Sargassum duplicatum dengan menggunakan sistem jaring tubuler dengan bobot awal yang berbeda di perairan Nusa Kambangan Cilacap. Menurut Papilla (2008) pertumbuhan pada rumput laut dapat diketahui dengan menimbang pertambahan berat basah. Secara umum pertambahan berat basah rumput laut dipengaruhi oleh bibit dan sistem budidaya yang digunakan. Pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii menggunakan jarak tanam 25 x 20 cm pada sistem jaring tubuler dengan bobot awal 100 g mempunyai hasil tertinggi karena ruang tumbuh lebih luas bila dibanding dengan bobot awal 50 g dan 125 g. Bobot rumput laut jenis Gracilaria verrucosa yang sering digunakan untuk budidaya adalah 75 g sampai 100 g pada sisitem jaring tubuler mempunyai hasil tertinggi. Penggunaan bobot awal bibit pada usaha pembudidaya menjadi salah satu faktor penting dalam pertumbuhan rumput laut itu sendiri. Penyinaran matahari akan lebih baik pada metode apung dibandingkan dengan metode lepas dasar. Metode apung merupakan metode yang baik digunakan dibandingkan dengan metode lepas dasar. Metode apung cocok untuk perairan dengan dasar perairan yang berkarang dan pergerakan airnya didominasi oleh ombak. Pertumbuhan rumput laut akan lebih baik karena penetrasi cahaya lebih efektif di permukaan dari pada di dasar perairan dalam proses fotosintesis, sebaliknya tetapi kelebihan cahaya yang masuk mengakibatkan rumput laut menjadi layu. Berdasarkan landasan pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

6 1. Penggunaan metode budidaya dan bobot awal berbeda dapat menghasilkan pertumbuhan dan produksi Sargassum duplicatum berbeda di perairan Nusa Kambangan Cilacap. 2. Metode apung dan bobot awal 50 g dengan sistem jaring tubuler, akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi Sargassum duplicatum tertinggi di perairan Nusa Kambangan Cilacap.