BAB I PENDAHULUAN. berkembang, perekonomian dimasyarakat dituntut untuk tetap stabil, agar membantu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai investasi, mengingat nilainya yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. sangat fundamental dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB I PENDAHULUAN. fungsi intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya. Dana atau permodalan merupakan salah satu inti utama

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) (Preambule) memuat tujuan

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Untuk mencapai. pembangunan, termasuk dibidang ekonomi dan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dan hakikat pembangunan nasional adalah untuk. menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan terssebut diperoleh melalui pinjaman-pinjaman atau

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB IV PENUTUP. Universitas Indonesia. Aspek hukum..., Ariyanti, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. Salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau seluruh lapisan masyarakat dikarenakan harganya yang tinggi. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA TAKE OVER PEMBIAYAAN DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat. Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

BAB I PENDAHULUAN. individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. sudah berlangsung kurang lebih 45 tahun sejak dilahirkannya Undang-Undang

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan perkembangan-perkembangan yang terjadi di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi nasional semakin menyatu dengan ekonomi regional dan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. perjanjian dalam hukum perdata berlaku saat melakukan perjanjian kredit. Saat

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dari waktu ke waktu secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh kebutuhan ekonomi yang semakin beragam.khususnya pada Negara berkembang, perekonomian dimasyarakat dituntut untuk tetap stabil, agar membantu pembangunan bangsa.seperti diketahui umum, keuangan dunia tidak lepas dari peran aktif lembaga keuangan yang salah satunya dalam hal ini disebut sebagai Bank. Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap Negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang-perorangan, perseroan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik Negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimiliknya 1. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2, bank adalah usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang di masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa pada lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Uang yang beredar tidak serta merta mengalir begitu saja.sistem perbankan telah jelas dan secara spesifik memberikan batasan tentang peredarannya.namun, 1 Hermansyah, 2005, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 7. 2 Departemen Pendidikan Nasional, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 134.

ternyata keperluan uang di masyarakat meningkat secara signifikan.oleh karena itu, sistem keuangan dengan terobosannya mengandalkan pembayaran yang dilakukan secara elektronik sehingga uang yang beredar terkesan tidak terlihat atau bersifat maya 3. Selain menangani tentang peredaran uang, bank juga mempunyai fasilitas penyaluran kredit. Penyaluran kredit dimanfaatkan oleh penggunanya untuk memperoleh uang dalam jumlah banyak di satu waktu untuk melakukan pembiayaan diberbagai sektor keuangan mereka. Jadi dapat kita simpulkan dini bahwa bank merupakan badan usaha yang berbadan hukum yang menghimpun uang dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana itu dalam bentuk kredit dan jasa pembiayaan lainnya. Penyaluran kredit yang dilakukan oleh pihak bank merupakan suatu kegiatan kepercayaan yang didapat dari uang masyarakat yang telah dihimpun.kredit yang dicairkan diaplikasikan dalam bentuk sebuah perjanjian utang antara bank dan pihak berutang.bank dengan prinsip kehati-hatiannya dalam memberikan kredit selalu mempunyai pertimbangan terburuk yaitu adanya risiko kredit macet yang disebabkan oleh pihak berutang. Perbankan pada umumnya menyadari bahwa diperlukannya sebuah bukti tertulis terkait hutang-piutang tersebut.bukti tertulis tersebut dituangkan dalam bentuk sebuah perjanjian baku. Secara perdata, sebuah bukti tertulis erat kaitannya dengan pembuktian dimuka hukum.perjanjian kredit yang biasa terjadi dibuat dalam 3 Hermansyah, op. cit.

bentuk akta otentik, namun tidak jarang juga dibuat dengan akta bawah tangan.bukti tersebut sebenarnya untuk menjaga tingkat risiko dari perjanjian yang telah dibuat. Berbicara tentang risiko, posisi perbankan dibelahan dunia manapun merupakan posisi yang sangat kuat.di lapangan, perjanjian tersebut rata-rata lahir dari sebuah negosiasi yang minim, terkadang suatu perjanjian dibuat sepihak dan terkesan memaksa pihak lain untuk menyetujuinya. Namun ini bukan sebuah permasalahan hukum karena dalam acuan kita dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memperbolehkan tiap-tiap orang untuk membuat dan memutuskan sendiri apa isi perjanjian mereka. Disamping itu, pihak bank dalam hal ini sebagai penyedia jasa keuangan, memerlukan perlindungan yang lebih dalam mengatur pembiayaan keluar mereka. Pihak berutang yang pada awalnya dianggap sebagai pihak yang membutuhkan dana, pada umumnya menyetujui kontrak yang ditawarkan, meskipun memang, dalam beberapa pasal sering kali juga ada negosiasi apakah itu tentang objek jaminan, jumlah hutang, serta tenggang waktu pembayaran. Suatu bentuk kredit tidak lepas dari kewajiban mengembalikan hutang dari pihak berutang kepada bank. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia nomor 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998, pihak Bank Indonesia memberikan penilaian terhadap sebuah kredit tentang kondisi kredit pihak berutang dengan penggolongan kualitas kredit sebagai berikut: 4 1. Lancar; 2. Dalam Perhatian Khusus; 4 Sutarno, 2004, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandung, hlm. 263.

3. Kurang Lancar; 4. Diragukan; dan 5. Macet. Ketika dalam klasifikasi kualitas kredit tersebut dianggap perlu diambilnya sebuah tindakan, maka ada berbagai macam cara penyelesaiannya, baik melalui restrukturisasi maupun melalui lembaga-lembaga hukum. Namun apabila dipelajari lebih lanjut, semua bentuk penyelesaian itu lebih meniti-beratkan kesalahan pada pihak berutang.kesalahan yang dimaksud bisa merupakan wanprestasi maupun perbuatan yang digolongkan perbuatan melawan hukum. Sebuah perjanjian adalah sebuah perikatan bernama yang terjadi dari kesepakatan para pihak yang mengikatkan dirinya.sebuah perjanjian memberikan hak dan kewajiban kepada para pihak untuk dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang disepakati.perjanjian tidak lepas dari perikatan, dimana perikatan adalah awal mula sebuah kesepakatan.suatu perjanjian dapat berakhir tapi perikatannya masih tetap berjalan dan begitu pula sebaliknya. Selanjutnya menarik apabila menganalogikan tentang perjanjian yang timbul untuk para pihak dilakukan secara timbal balik, tetapi kenyataannya perlindungan hukum seakan secara eksklusif berada dipihak bank.tidak menutup kemungkinan, malah kadang bank-lah yang melakukan kesalahan, baik dari segi wanprestasi maupun melakukan perbuatan melawan hukum. Dalam banyak kasus, pihak bank juga sering kali dilaporkan terkait perjanjian kredit yang mereka buat.

Berangkat dari kenyataannya dilapangan, penulis dalam hal ini menemukan suatu permasalahan yang berhubungan dengan perjanjian kredit yang dilakukan antara Bank M kepada pihak berutang yang merupakan orang-perorangan. Secara ringkas, permasalahan berawal ketika pihak berutang hendak melakukan pelunasan sisa utang yang dimilikinya terkait perjanjian kredit yang tengah berlangsung. Ketika hendak melakukan klarifikasi terhadap sisa utang, pihak bank melakukan rekap penjumlahan piutang yang seharusnya ditagihkan. Rekap tersebut merupakan awal munculnya sebuah masalah. Utang yang telah ada sejak dibuatnya Perjanjian Kredit awal yaitu pada bulan Mei tahun 2005, kemudian dilanjutkan dengan melakukanaddendum sehubungan dengan klausul penambahan jumlah utang sebanyak dua kali, yang terjadi pada Agustus tahun 2007 dan yang terakhir pada Maret 2010, disepakati prestasi yang diwajibkan ke berutang dilaksanakan menurut skema yang terdapat dalam perjanjian terakhir atau pada Addendum II. Dalam Addendum II, para pihak sepakat dengan penambahan jumlah utang, dimana dalam bahasa perbankan digunakan istilah top up, dan dengan penambahan batas waktu berakhirnya Perjanjian Kredit sebagai perjanjian pokok para pihak. Kesepakatan tentang jumlah telah sesuai dengan apa yang para pihak inginkan. Namun ternyata, permasalahan intinya berasal dari lama waktu penagihan utang. Sesuai dengan isi Addendum II, pihak berutang menginginkan perjanjian tersebut terhitung mulai dari bulan Maret 2010 dan berakhir dengan batas waktu

hingga bulan Maret 2016. Pihak bank dalam hal ini telah menyetujuinya, dimana di dalam addendum yang merupakan akta perjanjian para pihak tercantum lama kredit selama 72 bulan. Addendum II itu kemudian secara bersama-sama ditandatangani oleh para pihak, dengan tetap mengikuti tata cara pembayaran yang disepakati dari awal Perjanjian Kredit dimulai tahun 2005, yaitu secara auto debet. Dalam salinan akta yang diberikan kepada pihak berutang, bank menambahkan satu lembaran lagi, yang merupakan lembaran Tabel Skala Angsuran, yang merupakan bagian terpisah dari perjanjian pokoknya. Lembaran tambahan ini mencantumkan tentang identitas pihakberutang, jumlah utang, tingkat bunga, lama kredit, dan jumlah pembayaran/angsuran per-bulan yang memuat jumlah penagihan selama 12 bulan pertama kredit itu dijalankan. Sedangkan sisa pembayaran/angsurannya tidak tercantumkan. Pihak berutang yang dengan itikad baik pada sekitaran tahun 2014 hendak menyelesaikan sisa utangnya secara keseluruhan, menghadap ke pihak bank untuk mengetahui sisa utangnya. Pihak Bank yang melakukan penghitungan ternyata menemukan ada kesalahan yang dilakukan oleh pihaknya sehubungan dengan jumlah angsuran yang ditarik dari berutang setiap bulannya secara auto debet dan tentang tenggang lama kredit yang diperjanjikan. Bank dalam hal melakukan debet angsuran tiap bulan dari pihak berutang, menjalankan haknya bertentangan dengan kewajibanpihak berutang. Lama perjanjian dalam hitung-hitungan bank adalah selama 96 bulan. Angka tersebut didapat pihak bank dari lama angsuran yang

tercantum pada Tabel Skala Angsuran tadi, yang merupakan sebuah lembaran tambahan yang terpisah dari perjanjian pokok, yang isinya diluar kesepakatan para pihak. Sampai masa waktu perjanjian berakhir yaitu pada Maret 2016, Pihak Bank dalam hal ini tentunya melakukan pelanggaran dari apa yang menjadi kesepakatan. Hal itu adalah ketika Pihak Bank melakukan penagihan sebanyak 96 kali sedangkan perjanjian yang disepakti kedua belah pihak adalah 72 kali. Didalam perjanjian kredit melalui Addendum II, bertambahnya jangka waktu kredit menyebabkan, memberikan kewajiban kepada pihak berutang untuk melakukan pembayaran perbulannya sebesar Rp. 16.111.499,83 untuk 12 bulan pertama Addendum II tersebut dijalankan. Selanjutnya pada bulan ke 13 sampai bulan ke 72 terjadi perubahan sesuai dengan tingkat suku bunga tahunan acuan Bank Indonesia, yaitu Rp. 16.957.218,58 pada bulan ke 13 sampai bulan ke 27, Rp. 16.658.203, 23 pada bulan ke 28 sampai bulan ke 40, Rp. 16.765.550, 44 pada bulan ke 41 sampai bulan ke 47. Pembayaran bulan ke 48 sampai bulan ke 72 belum memiliki rincian karena penghitungan dilakukan berhenti pada bulan 46 yang bertepatan dengan pihak berutang menghadap ke Pihak Bank untuk melakukan klarifikasi. Sedangkan pembayaran yang ditarik oleh Pihak Bank nyatanya hanya sejumlah Rp. 13.345.581 selama 12 bulan pertama (sesuai Tabel Skala Angsuran dan penagihan dari rekening Koran debitur). Pada bulan ke 13 sampai bulan ke 63 jumlah

tagihan berkisar tiga belas hingga empat belas jutaan rupiah, mengikuti perubahan acuan suku bunga Bank Indonesia tiap tahunnya. Pelanggaran yang dilakukan oleh Pihak Bank ketika menjalankan isi perjanjian tidak sesuai dengan apa yang diperjanjikan sehingga menyebabkan wanprestasi oleh Pihak Bank kemudian menjadi lebih merugikan Pihak Berutang. Kerugian tersebut menimbulkan adanya kelebihan bayar angsuran kredit karena jangka waktu yang digunakan adalah lebih lama dari yang disepakati yaitu dengan jumlah 96 kali angsuran. Berdasarkan uraian singkat diatas, penulis mengangkat sebuah penelitian dengan judul: Tinjauan Yuridis Tentang Kelebihan Bayar Angsuran Kredit (Studi Kasus Bank M Cabang Makassar). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang ditemukandidalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanaupaya penyelesaian wanprestasi yang dilakukan BankM Cabang Makassar? 2. Bagaimana implikasi yuridis terhadap tagihan yang ditagihkan berlebih oleh pihak bank?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti menyimpulkan beberapa tujuan dari penelitian terkait pembahasan singkat yang telah dipaparkan sebelumnya, yakni sebagai berikut: 1. Mengetahui upaya penyelesaian wanprestasi yang dilakukan Bank M Cabang Makassar. 2. Mengetahui implikasi yuridis terhadap tagihan yang ditagihkan berlebih oleh Bank M Cabang Makassar. D. Keaslian Penelitian Sebelum melakukan penelitian, penulis telah melakukan penelusuran kepustakaan yang berkaitan dengan wanprestasi dalam perjanjian kredit, diantaranya sebagai berikut: 1. Penelitian oleh Asgar Putra pada tahun 2011, mahasiswa Magister Kenotariatan UGM dengan judul penelitian 5 : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Sebagai Penjamin Fidusia Dalam Hal Debitur Wanprestasi Pada Pegadaian Cabang Mariso Makassar. Rumusan Masalahnya: a. Bagaimanakah bentuk perjanjian kredit dengan jaminan fidusia di perum pegadaian kantor Cabang Mariso Kota Makassar? 5 Asgar Putra, 2011, Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Sebagai Penjamin Fidusia Dalam Hal Debitur Wanprestasi Pada Pegadaian Cabang Mariso Makassar, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta.

b. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap perum pegadaian kantor Cabang Mariso Makassar dalam hal debitur mengalami wanprestasi pada perjanjian kredit kendaraan bermotor dengan jaminan fidusia? 2. Penelitian oleh Pitoyo Agung Yuwono pada tahun 2008, mahasiswa Magister Hukum Bisnis UGM dengan judul penelitian 6 : Tinjauan Hukum Terhadap Upaya Bank Umum Syariah Dalam Menghadapi Debitur Peminjam Yang Wanprestasi. Rumusan Masalahnya: a. Bagaimanakah konstruksi hukum bagi hasil pada bank umum syariah? b. Bagaimanakah upaya bank umum syariah dalam menghadapi debitur peminjam yang wanprestasi? 3. Penelitian oleh Bhetari Wijisiwi pada tahun 2014, mahasiswi D3 Hukum (Para Legal) UGM dengan judul penelitian 7 : Penyelesaian Wanprestasi Yang Terjadi Pada Proses Jual Beli Perumahan Menggunakan Sistem Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Di CV. Rajawali Property Dalam penelitian-penelitian tersebut diatas terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan.adapun persamaannya yaitu penelitian ini sama-sama membahas tentang penyelesaian masalah terkait perjanjian kredit. Sedangkan perbedaannya yaitu penelitian yang ada tidak membahas tentang 6 Pitoyo Agung Yuwono, 2008, Tinjauan Hukum Terhadap Upaya Bank Umum Syariah Dalam Menghadapi Debitur Peminjam Yang Wanprestasi, Tesis, Program Studi Magister Hukum Bisnis Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta. 7 Bhetari Wijisiwi, 2014, Penyelesaian Wanprestasi Yang Terjadi Pada Proses Jual Beli Perumahan Menggunakan Sistem Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Di CV. Rajawali Property, Tugas Akhir, Program Studi D3 Hukum (Para Legal) Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta.

kelebihan bayar angsuran kredit, wanprestasi yang dilakukan pihak bank yang terkait jangka waktu berlakunya Perjanjian Kredit maupun juga mengenai lokasi penelitiannya. Namun demikian apabila ternyata pernah dilakukan penelitian yang sama sebelumnya, diharapkan penelitian ini dapat melengkapi penelitian sebelumnya. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Hukum Perdata, dan secara khusus terkait Hukum Perbankan, Hukum Perikatan dan Hukum Perjanjian agar dapat menjawab pertanyaan penelitian mengenai penyelesaian sengketa dalam perjanjian kredit. 2. Manfaat Praktis Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi instansi atau lembaga keuangan secara umum yang bertindak sebagai penyalur kredit, dalam memberikan layanan yang lebih teliti dan berkualitas, sehingga dapat mengurangi potensi bermasalah di kemudian hari.selain itu untuk memberikan contoh konkret bagi masyarakat luas tentang pembahasan yang diangkat.