PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN BAGI ANAK KESULITAN MEMBACA DI MIN KOTO LUAR PADANG (Deskriptif Kualitatif)

dokumen-dokumen yang mirip
E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU Dahyana SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan pula dalam memproduksi suara atau bunyi bahasa yang terdapat. menerima konsep-konsep ilmu pengetahuan.

Standar Kompetensi 1. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan.

BAB IV ANALISIS PERAN LEMBAGA KURSUS PENDIDIKAN (LKP) BINA MULIA BATANG DALAM MENUMBUHKAN KETERAMPILAN DASAR CALISTUNG PADA ANAK

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN METODE SAS PADA SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELAUI MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY. Oleh Yuhasriati 1 Nanda Diana 2

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang

Nama Sekolah :... Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 2 minggu

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran dengan menggunakan media poster. Pada hasil penelitian ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN DI KELAS INKLUSIF

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Hasil Belajar, Pembelajaran PKn.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD NEGERI NO.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat mencapai perkembangan intelektual, sosial dan emosional

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Profil Kesulitan Membaca Pemulaan Pada Anak Yang Mengalami. Kesulitan Membaca Permulaan di Kelas Satu SD.

Belliy Tulus Wicaksono Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: peningkatan, berwawancara sederhana, narasumber, strategi pemodelan

Muhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN 1 Lumbi-Lumbia Melalui Metode Latihan Terbimbing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di sekolah dasar bertujuan memberikan bekal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V tahun pelajaran

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. (PTK) tentang penerapan pendekatan multisensori dapat meningkatkan

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG III LAWEYAN SURAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kewarganegaraan (PKn). Dari observasi awal yang telah dilakukan,

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan menjawab semua permasalahan yang dirumuskan dalam

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PANTUN SISWA KELAS X ATG SMALB BUDI MULYA KANDAT KEDIRI MELALUI TEKNIK TGT

1. Pendahuluan Pembelajaran matematika dengan pendekatan tradisional didasarkan pada pandangan bahwa matematika sebagai strict body of knowledge yang

Desra Putri Devi. Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action),

BAB V SIMPULAN SAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) B. KOMPETENSI DASAR 5.1 Menyampaikan kembali isi pengumuman yang dibacakan

2015 PENGEMBANGAN PROGRAM PENINGKATAN KOMPETENSI GURU D ALAM MENYUSUN PROGRAM PEMBELAJARAN IND IVIDUAL DI SLB AD ITYA GRAHITA KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa salah satu pembelajaran yang diterapkan di sekolah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ini sangat memerlukan adanya peningkatan kemampuan siswanya dalam membaca permulaan.

34 LAMPIRAN - LAMPIRAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ibtidaiyah (MI) Batu Tangga Kecamatan Batang Alai Timur Kabupaten Hulu Sungai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB tahun pelajaran

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MENGGUNAKAN METODE DRILL PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS III SD

Moh. Nurman Bagus Satrio Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: kalimat utama dalam paragraf, STAD

JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 ISSN:

PENERAPAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 JIWAN KARANGNONGKO KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS VII SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KABUPATEN GORONTALO

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN PARAGRAF PADA KELAS III SDN KEBOANSIKEP

DATA HASIL OBSERVASI KELAS. No Aspek yang diobservasi Deskripsi hasil observasi 1 Persiapan Mengajar (Silabus dan RPP)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI LATIHAN MENULIS HURUF TEGAK BERSAMBUNG PADA ANAK KESULITAN BELAJAR

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL. Rahmatiah SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terkait dan berkesinambungan yaitu (1) Perencanaan (planning), (2)

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya, baik secara individu maupun

ABSTRAK. Kata Kunci: Kualitas Pembelajaran IPS, Model Kooperatif Tipe Jigsaw, Media Visual.

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LKS UNTUK MEMPERBAIKI KEMAMPAUN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman dalam menentukan pokok

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. kelas), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tindakan-tindakan tertentu

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

Nama Sekolah :... : Lingkungan Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 3 minggu

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBEJARAN BONEKA KAUS KAKI BERBASIS LESSON STUDI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA KATA MELALUI METODE GLOBAL BAGI ANAK KESULITAN BELAJAR

MENINGKATKAN KETAHANAN DUDUK BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS I MELALUI PLANNED HUMOR MENGGUNAKAN BONEKA TANGAN (SSR di SLB Negeri 1 Padang)

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 004 Pulau

Transkripsi:

Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 644-652 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN BAGI ANAK KESULITAN MEMBACA DI MIN KOTO LUAR PADANG (Deskriptif Kualitatif) Oleh: Dianita Purnama Sari Abstrack: Penelitian ini berawal dari pengamatan yang peneliti lakukan di lapangan. Peneliti menemukan dua orang anak kesulitan membaca yang sudah duduk di kelas tiga namun masih belum bisa menuntaskan pembelajaran membaca yang sesuia dengan tuntutan kurikulum sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan oleh guru kepada anak kesulitan membaca di MIN Koto Luar Padang yang merupakan sekolah reguler dan belum menjadi sekolah inklusi. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah guru kelas dan kepala sekolah. Hasil penelitian ini adalah pelaksanakan pembelajaran membaca permulaan di sekolah ini dilakukan sesuai dengan ketentuan kurikulum sekolah reguler. Guru tidak melakukan modifikasi kurikulum yang disesuaikan dengan kemampuan anak kesulitan membaca. Proses belajar mengajar juga dilakukan secara klasikal dan menyeluruh terhadap semua siswa. Tindak lanjut yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan membaca anak tersebut yaitu dengan melakukan kegiatan mengulang pelajaran. Kendala guru adalah kurangnya pengetahuan guru terhadap pembelajaran yang seharusnya untuk anak kesulitan membaca ini. Guru belum pernah mendapatkan pelatihan ataupun workshop tentang pembelajaran untuk anak kesulitan membaca. Guru kesulitan menjalin kerja sama dengan orang tua siswa untuk meningkatkan kemempuan belajar siswa di rumah. Kurangnya motifasi siswa dalam belajar. Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala tersebut adalah guru melakukan kegiatan diskusi dengan guru kelas lainnya, guru melakukan diskusi dengan orang tua, dan guru melakukan hal yang bisa meningkatkan motifasi belajar siswa dengan memberikan reward melalui kegiatan yang dilakukan. reguler Kata Kunci: pembelajaran membaca permulaan, anak kesulitan membaca, sekolah PENDAHULUAN Di Indonesia Anak Berkebutuhan Khusus diberikan pelayanan pendidikan di Sekolah Luar Biasa. Namun, kini telah berkembang paradigma baru pendidikan untuk semua. Kelas regular harus mampu menerima anak dengan segala perbedaannya (heterogen) sehingga tidak lagi menggunakan satu metode untuk semua anak dengan target pembelajaran yang sama. Pelayanan inilah yang dilakukan di kelas-kelas sekolah inklusif. Dalam hal ini, terdapat beberapa faktor pendukung yang harus dimiliki oleh sekolah, yang 644

645 semua faktor ini harus dioptimalkan. Seperti program, kurikulum, pendekatan, metode, dan yang lebih penting adalah pelaksana pendidikan itu sendiri yaitu guru. Jika bertolak ukur pada konsep di atas, maka dari itu seharusnya konsep tersebut hendaknya juga diterapkan oleh sekolah reguler. Dimana guru di sekolah reguler juga mampu menangani anak kesulitan beajar, karena guru adalah pelaksana pendidikan itu sendiri. Guru sebagai pelaksana pendidikan di kelas memegang peranan penting dalam membantu kesulitan belajar siswa. Selain itu, guru harus mengenal cara belajar dan gaya belajar siswa, dari sini lah guru akan mudah menentukan program apa yang akan di berikan pada siswanya. Termasuk pada siswa berkesulitan belajar. Program pendidikan untuk anak kesulitan belajar memerlukan program pembelajaran yang dirancang khusus yang sesuai dengan kondisinya. Program pendidikan untuk anak kesulitan belajar, disusun sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dan karakter anak serta bermanfaat bagi anak di kemudian hari. Program pendidikan tersebut mencakup keterampilan yang disebut calistung yaitu (membaca, menulis, berhitung) serta pengetahuan tentang alam dan masyarakat. Dari semua keterampilan di atas, keterampilan membaca termasuk salah satu hal yang penting bagi anak kesulitan belajar. Berdasarkan grand tour yang dilakukan pada bulan September 2013 melalui observasi di MIN Koto Luar, peneliti mengetahui bahwa sekolah ini memiliki guru-guru yang kesemuanya berlatar belakang pendidikan dari non PLB atau Pendidikan Khusus, yaitu jumlah semua guru 21 orang, dengan latar belakang 5 orang dari STAI YASTIS, 9 orang dari IAIN, 4 orang dari PGSD, 2 orang dari IKIP, dan 1 orang dari AZKIA. Di sekolah ini memiliki jumlah siswa sebanyak 216 orang siswa, yang mana dimasing-masing kelasnya terdiri dari 25 orang siswa per kelas. Melalui wawancara dengan guru kelas peneliti mengetahui bahwa disekolah ini memiliki anak kesulitan membaca permulaan, anak kesulitan membaca permulaan ini berjumlah 2 orang dan sudah duduk di kelas 3, namun kemampuannya masih dibawah standar kurikulum sekolah tersebut. hal ini di perkuat dengan peneliti melakukan observasi dan tes pada kedua anak tersebut. Kemampuan siswa (x) yaitu sudah bisa menyebutkan huruf alfabet a-z dan sudah mengetahui bentuknya, namun belum mampu merangkai huruf tersebut menjadi suku kata ataupun menjadai kata. Kemampuan siswa (y) yaitu sudah mampu menyebutkan huruf alfabet a-z namun masih mengetahui beberapa bentuk huruf saja yaitu a-m. Hal ini bertolak belakang sekali dengan tuntutan kurikulum kelas tiga, yang

646 mana anak hendaknya sudah menguasai bidang memahami teks dengan membaca nyaring, membaca intensif dan membaca dongeng, dengan kompetensi dasar membaca nyaring teks (20-25 kalimat) dengan lafal dan intonasi yang tepat. Berdasarkan masalah di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana pembelajaran membaca permulaan yang dilakukan pada anak kesulitan membaca di sekolah tersebut, yang mana diketahui bahwa guru-guru disekolah tersebut tidak berlatar belakang PLB atau Pendidikan Khusus, namun sekolah tersebut memiliki anak kesulitan membaca. Oleh karena itu peneliti mengangkat judul penelitian tentang Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Permulaan Bagi Anak Berkesulitan Membaca di MIN Koto Luar Padang. METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Secara harfiah penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti penelitian deskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentes hipotesis, membuat ramalan atau mendapatkan makna dan implikasi walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif, (Sumadi Suryabrata 1994:18). Sedangkan metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai hakekat gejala/ pertanyaan mengenai apa itu (what is), atau mendeskripsikan tentang apa itu, (Izaak Latunusa 1998:55). Penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi keadaan tentang suatu gejala yang sedang berlangsung sebagai pemecahan masalah yang ada, dan bertujuan untuk melukiskan atau mendeksripsikan kondisi atau variabel suatu situasi sebagaimana adanya atau melukiskan fenomena seobjektif mungkin, yang diuraikan melalui kata-kata. HASIL PENELITIAN Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Permulaan bagi Anak Kesulitan Membaca di MIN Koto Luar Padang 1) Penyusunan Program Pembelajaran

647 Setelah melakukan pengamatan dan wawancara dengan responden mengenai kurikulum yang di terapkan sekolah untuk anak kesulitan membaca, pihak sekolah menggunakan kurikulum KTSP dan digunakan secara merata pada seluruh siswa tanpa melakukan modifikasi kurikulum untuk anak kesulitan membaca. Hal ini dikarenakan guru kurang mengetahui tentang bagaimana modifikasi kurikulum yang seharusnya dilakukan untuk anak kesulitan membaca, selain karena di sekolah ini tidak memiliki GPK dan juga sekolah ini bukan sekolah inklusi. Sebelum memulai pembelajaran guru menyiapkan RPP yang dibuat secara klasikal, kemudian menyiapkan media yang bisa dipakai yang ada di sekolah, kemudian metode yang di gunakan dalam pembelajaran yaitu metode ceramah, tanya jawab dan penugasan, juga diberikan secara merata pada seluruh siswa termasuk anak kesulitan membaca.tentang evaluasi, evaluasi yang dirancang oleh guru pada RPP tersebut di buat untuk seluruh siswa tanpa memperhatikan setiap karakteristik dari individu siswa, termasuk siswa kesulitan membaca dan juga pemberiannya pun dilakukan secara merata pada seluruh siswa di kelas. 2) Proses pembelajaran siswa kesulitan membaca di kelas Dari hasil pengamatan dan juga wawancara yang dilakukan pada proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas, peneliti melihat dalam hal pengelolaan kelas, anak kesulitan membaca ini duduk pada kursi deretan nomor dua dari belakang. guru mengatakan bahwa perihal masalah tempat duduk siswa, siswa diberi kebebasan dalam hal memilih tempat duduk dimana yang mereka anggap nyaman dan mereka sukai. Pada pengamatan yang dilakukan terlihat metode pembelajaran yang digunakan oleh guru yaitu metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Media yang digunakan guru dalam pembelajaran di kelas, tampak guru lebih dominan menggunakan papan tulis dan juga buku pelajaran. Guru menuliskan materi yang di jelaskannya di papan tulis, dan juga terlihat guru meminta siswa untuk membaca isis dari buku pelajaran secara bergantian sesuai dengan materi pelajaran hari itu. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung terlihat anak kurang aktif dalam belajar, ketika ditanya pada guru kelas tentang hal tersebut, guru kelas menuturkan bahwa memang guru kelas tidak terfokus pada anak kesulitan membaca ini, karena apabila terlalu terfokus maka anak yang lainnya akan terabaikan. Pada kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa dikelas, guru memberikan standar KKM yng sama untuk semua siswa da kelas yaitu 75. Adapun bentuk

648 kegiatan evaluasi yaitu guru menuliskan soal esai di papan tulis kemudian semua murid diminta untuk mengerjakannya, dan disini peneliti melihat pada anak kesulitan membaca dikelas ini, siswa kesulitan membaca tampak hanya menyalin kembali soal yang di tulis oleh guru di depan kelas tanpa ada jawabannya. Hal ini di karenakan siswa kesulitan membaca yang belum mampu memahami/membaca soal yang diberikan oleh guru. Oleh sebab itu, ketika murid yang lain sudah selesai mengerjakan soal tersebut dan murid yang lain sudah mengumpulkan hasil kerjanya di meja guru, kemudian guru memanggil ke dua siswa kesulitan membaca ini kedepan untuk diberikan soal secara dikte dan juga sekaligus diberikan pilihan jawabannya, sehingga anak kesulitan membaca ini tinggal menuliskan jawaban (huruf) a, b, atau c yang dianggapnya benar. Tindak lanjut yang dilakukan oleh guru terhadap pembelajaran anak kesulitan membaca ini yaitu dari hasil pengamatan dan wawancara guru melakukan kegiatan remedial (mengulang pelajaran) pada anak saat jam pulang sekolah. Ketika seorang murid tidak mencapai tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan, maka guru memberikan kesempatan pada murid untuk memdapatkan remedial, hal ini berlaku untuk semua murid yang dianggap memang perlu mendapatkan remedial termasuk anak kesulitan membaca. Kegiatan itu pun berlangsung selama 10-30 menit, dan tidak dilakukan setiap hari melainkan jika guru ada waktu saja. 3) Kendala yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran Dari pengamatan dan wawancara yang di lakukan peneliti terhadap responden mengenai hambatan dan kesulitan dalam proses pembelajaran terhadap siswa kesulitan membaca ini, guru kelas dan juga kepala sekolah menuturkan bahwa guru agak kebingungan dalam melaksanakan pembelajaran untuk anak kesulitan membaca ini. Selain itu guru dan kepala sekolah juga mengatakan bahwa guru-guru di sekolah ini belum pernah mendapatkan pelatihan ataupun workshop tentang bagaimana pembelajaran yang seharusnya diberikan pada anak kesulitan membaca ini. Kemudian dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan, peneliti memperoleh bahwa selain kendala di atas, kesulitan melakukan kerja sama dengan orang tua siswa kesulitan membaca dalam menunjang kelancaran proses pembelajaran, peneliti juga melihat bahwa guru kesulitan dalam memperoleh media pembelajaran yang khusus yang mampu menunjang peningkatan kemampuan belajar anak kesulitan membaca di sekolah ini, guru

649 lebih dominan menggunakan papan tulis, dan juga buku pelajaran yang disediakan oleh pihak sekolah. 4) Usaha guru dalam mengatasi kendala dalam pembelajaran Pada pengamatan dan wawancara yang peneliti laksanakan terhadap siswa kesulitan membaca ini, dalam hal mengatasi keterbatasan pengetahuan terhadap pembelajaran anak kesulitan membaca ini, guru kelas melakukan diskusi dengan guru kelas lain di sekolah ini. Jika menemui kesulitan guru saling bertanya bagaimana solusi yang baik yang bisa diberikan terhadap pembelajaran untuk anak kesulitan membaca ini Selanjutnya guru juga pernah menyarankan kepada orang tua agar anak di berikan les tambahan dirumah, namun orang tua kesulitan untuk melakukan hal tersebut dikatrenakan kurangnya biaya dalam memberikan les tambahan di rumah untuk anak. Kemudian juga guru sudah meminta orang tua agar lebih memperhatikan pembelajaran anak di rumah. Dari pengamatan dan juga wawancara yang telah dilakukan, guru juga sudah melakukan kegiatan yang bisa menunjang atau meningkatkan motifasi belajar siswa, diantaranya guru melakukan kegiatan kuis berhadiah pada saat belajar, seperti jika siswa bisa menjawab pertanyaan guru ataupun bisa melakukan hal yang diperintahkan oleh guru maka siswa tersebut akan mendapatkan hadiah berupa permen. PEMBAHASAN Bedasarkan penelitian peneliti mengenai pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan bagi anak kesulitan membaca di MIN Koto Luar Padang ini, selanjutnya akan dilakukan pembahasan yang dikaitkan dengan teori yang relevan kemudian disesuaikan dengan fokus penelitian bahwa: di sekolah ini tidak dilakukan asesmen terhadap anak kesulitan membaca untuk menentukan program apa yang seharusnya diberikan untuk anak kesulitan membaca di sekolah ini. Menurut guru dan juga kepala sekolah hal ini dikarenakan sekolah tidak memiliki GPK dan juga sekolah ini bukan sekolah inklusi. Makanya di sekolah ini tidak ada dilakukan modifikasi kurikulum untuk anak kesulitan membaca. Penyusunan program pembelajaran hendaknya dilakukan setelah mengetahui gaya belajar anak dengan hambatan kesulitan belajar. Dalam hal ini, sekolah terutama guru hendaknya dapat menyusun suatu pola (program) pembelajaran yang mencakup metode,

650 serta media yang akan digunakan berdasarkan pengalaman-pengalaman belajar anak atau sesuai dengan gaya belajar anak, guna mencapai target penguasaan pembelajaran yang diharapkan. Menurut Delphie (2006:46) bentuk proses yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran bagi siswa nya: a. Diagnosis (dalam hal ini melakukan asesmen) b. Perencanaan pembelajaran c. Implementasi d. Evaluasi sebagai arahan untuk melakukan, dan e. Modifikasi diagnosis. Selanjutnya kembali pada siklus semula, dan seterusnya. Di sekolah ini terlihat kegiatan pembelajaran membaca permulaan dilakukan lebih pada kegiatan remedial, seperti guru menerangkan kembali materi pelajaran yang di ajarkan sebelumnya, kemudian guru meminta siswa kesulitan membaca untuk menyebutkan huruf yang ditunjuk oleh guru, kemudian juga guru meminta siswa merangkai kata yang ada pada bacaan di dalam buku. Dari hasil pengamatan yang dilakukan disekolah tersebut tampak bahwa guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran membaca permulaan yang sesuai dengan langkah (cara) yang seharusnya. Langkah-langkah membaca permulaan yaitu yang pertama pengenalan suku kata, perangkaian menjadi kata, perangkaian menjadi kelompok kata dan yang terakhir pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengusapan. Menurut Farida Rahim (2005) langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan sebagai berikut; 1) Menentetukan tujuan pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum. 2) Mengembangkan bahan ajar 3) Memikirkan bagaiman cara menyajikannya, bagaiman urutan pemberian bahanbahannya dan cara mengaktifkan siswa. Pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran membaca yang didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang harus dikuasai siswa. Rubin (1993) mengemukakan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca yaitu: Peningkatan ucapan: kegiatan difokuskan pada peningkatan kemampuan murid mengucapkan bunyi-bunyi bahasa.

651 Kesadaran fonemik bunyi: difokuskan untuk menyadarkan anak bahwa kata dibentuk oleh fonem atau bunyi yang membedakan makna. Hubungan anatara bunyi huruf: pengetahuan tentang hubungan bunyi huruf merupakan prasyarat bahasa. Membedakan bunyi-bunyi: yang merupakan hal penting dalam pemerolehan bahasa, khususnya bahasa. Kemampuan mengenal huruf. Orientasi membaca dari kiri kekanan. Keterampilan pemahaman. Penguasaan kosakata. KESIMPULAN Bedasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada BAB IV, maka dapat disimpulkan bahwa sekolah MIN Koto Luar adalah sekolah reguler yang memiliki anak kesulitan membaca, proses pembelajaran membaca permulaan yang dilakukan untuk anak kesulitan membaca ini diberikan secara klasikal. Tidak ada modifikasi kurikulum yang dilakukan oleh guru untuk pembelajaran anak kesulitan membaca ini. Tindak lanjut yang telah dilakukan yaitu guru melakukan kegiatan remedial pada jam pulang sekolah, yang dilakukan selama 10-30 menit. Kegiatan tersebut lebih dominan mengajarakan kembali tentang materi pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya, dari pada mengajarkan anak tentang membaca permulaan. Media yang digunakan dalam pembelajaran cenderung menggunakan papan tulis dan juga buku pelajaran yang ada disekolah. Kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran untuk anak kesulitan membaca ini adalah kurangnya pengetahuan guru terhadap pembelajaran yang semestinya pada anak, belum adanya pelatihan ataupun workshop yang diterima oleh guru tentang pembelajaran membaca permulaan pada anak kesulitan membaca ini. Kemudian kurangnya kerja sama antara guru dan orang tua dalam meningkatkan kemampuan belajar anak dirumah. Selanjutnya juga kesulitan gurur dalam memotifasi siswa aga lebih aktif dan rajin dalam belajarnya. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut yaitu dengan melakukan diskusi dengan guru kelas lainnya tentang kesulitan yang di hadapi dalam pembelajaran anak kesulitan membaca ini. Guru juga melakukan diskusi dengan orang tua dan

652 menyarankan kepada orang tua hal apa yang sebaiknya dilakukan pada anak kesulitan membaca ini. Guru sudah melakukan kegiatan yang bisa meningkatkan motifasi siswa dalam belajar, seperti memberikan reward pada siswa jika siswa bisa menjawab ataupun melakukan hal yang diminta oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Saran Berhubung telah terselesaikannya penelitian ini, peneliti memiliki sedikit saran untuk: 1. Kepada pihak sekolah untuk lebih meningkatkan lagi penanganan dalam pembelajaran pada anak kesulitan membaca ini untuk keberlangsungan pendidikan anak dengan memperhatikan seluruh aspek kehidupannya. 2. Kepada guru kelas untuk lebih meningkatkan kemampuan dan wawasannya terkait dengan karakteristik, dan kebutuhan masing-masing peserta didik kesulitan membaca. 3. Kepada orang tua, seluruh warga sekolah dan seluruh masyarakat untuk bekerjasama dan lebih memperhatikan lagi siswa-siswa yang memiliki kesulitan membaca dan kebutuhannya, agar mereka dapat berkembang secara optimal. 4. Kepada pihak pemerintah terutama departemen pendidikan nasional untuk bisa lebih memperhatika pendidikan untuk anak kesulitan membaca, tidak hanya disekolah inklusi ataupun SLB, tetapi pelayanannya menjangkau seluruh sekolah, karena anak kesulitan membaca ini tidak hanya ada di sekolah inlkusi atau SLB saja melainkan ada di setiap sekolah DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Refika Aditama Rahim, Farida.2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta; PT Bumi Aksara. Ungsi Antara Oku Marmai. 1997. Metoode Penelitian Pendidikan. Padang : DIP Universitas Negeri Padang. Yusup, Mulyana.2014. Membaca. Dipostkan tanggal 17 Juni 2014 pukul 07.13