BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi,

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antarpersonalnya menjadi berbeda satu dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan. keanekaragaman budaya, suku dan agama. Hal ini terjadi sejak jaman

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia

Sebagai ilustrasi, orang Batak dan Sunda beranggapan bahwa mereka halus dan. sopan sedangkan orang Batak kasar, nekad, suka berbicara keras, pemberang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial, setiap manusia diberikan akal dan pikiran yang berkembang serta

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan ini dapat dilihat dalam kehidupan kita sehari hari yang. dengan orang lain akan melahirkan sebuah kegiatan interaksi.

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

PENDAHULUAN. (Susetyo, 2010, h. 29), jumlah populasi orang Jawa kira-kira 47. mendominasi di Indonesia berdasarkan jumlah populasinya.

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri. Berpikir kritis berarti melihat secara skeptikal terhadap apa yang

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan kekayaan bangsa yang sangat bernilai, namun pada sisi yang lain,

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat banyak orang Korea berdatangan di negara di mana mereka. satunya di Indonesia. Selain ingin melakukan perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antarbudaya dengan baik. kemampuan komunikasi antarbudaya (Samovar dan Porter, 2010: 360).

BAB I PENDAHULUAN. hidup sendirian. Perwujudan manusia sebagai mahluk sosial nampak dalam

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah melakukan pembahasan dan menganalisis data-data penelitian tentang bagaimana proses adaptasi karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan terjadi peningkatan pada komunikasi antarbudaya (Sihabudin, 2013 : 2-3).

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. juga multikultural, dimana dalam kehidupan tersebut terdapat berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratifika Dewi Irianto, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun swasta namun, peningkatan jumlah perguruan tinggi tersebut tidak dibarengi

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi.

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA THAILAND DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS FARMAKOLOGI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berbeda budaya. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa pidgin dan bukan juga bahasa

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. berjalan lancar jika didukung oleh adanya kondisi yang aman dan tenteraman. Salah satu hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, bahasa, budaya. Kemajemukan

BAB V PENUTUP Kesimpulan

KOMUNIKASI ANTARETNIK PADA MASYARAKAT MULTIETNIK DI KAWASAN SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM KEHIDUPAN BERTETANGGA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 5 RINGKASAN. Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beragam etnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. persahabatan, pertemanan, perkumpulan dan juga perkawinan. Komunikasi. orang lain, sekecil apapun perbedaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Menjadi Negara dengan masyarakat multikultur adalah tidak mudah.

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini berusaha melihat perbedaan adaptasi kebudayaan antara Migran

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna

BAB I PENDAHULUAN. program pelatihan bahasa Inggris dengan menggunakan English native teacher

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I. PENDAHULUAN. hakikat suku bangsa, agama, ras dan golongan dalam masyarakat juga memiliki latar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Identitas pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles dan dipakai oleh para

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

ABSTRAK. Kata kunci : akomodasi, jawa, batak, interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang multikultural. Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa besar dan kecil, banyak suku bangsa dengan bahasa dan identitas kultural yang tersebar di tanah air. Setiap orang atau manusia membutuhkan proses interaksi antara sesamanya karena pada dasarnya makhluk sosial. Dalam sebuah komunikasi yang terjadi senantiasa memiliki dua potensi kognitif yang saling bertolak belakang satu dengan lainnya yaitu pikiran positif dan pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1). Di tengah kemajemukan budaya tidak jarang timbul konflik antaretnis sehingga menimbulkan korban jiwa. Konflik etnis yang terjadi antaranya adalah konflik Sampit, Poso, Aceh dan Ternate. Fenomena konflik di Indonesia mulai marak terjadi sejak pe i merintahan Orde Baru, fenomena itu terjadi pada orde baru karena warga masyarakat dibatasi dalam mengembangkan kebudayannya. Di era modern seperti saat ini, dan keradaan teknologi sekarang ini sangat memudahkan sesama individu untuk saling berkomunikasi namun tidak menutup kemungkinan bahwa konflik dapat terjadi. Kehadiran teknologi memudahkan sebuah interaksi antar individu 1

sebuah interaksi komunikasi memiliki definisi sebagai berikut transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dengan menggunakan simbolsimbol untuk memahami isi pesan, kata-kata, gambar, figur, grafik (Mulyana,2009: 62). Selain itu bentuk interaksi komunikasi yang terjadi bisa saja lintas budaya. Komunikasi antar budaya memiliki definisi terjadi apabila intercultural communication sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar & Porter,2010 : 19). Konflik yang terjadi di wilayah Indonesia umumnya dipicu oleh masalah ekonomi, politik, etnis, agama, hukum dan perkelahian antara pemuda. Dari hasil kajian para ilmu sosial terhadap kasus konflik di Indonesia menunjukkan bahwa nilai-nilai agama, nilai sosial budaya, dan norma hukum telah mengalami degredasi dan bergeser sehingga kurang berfungsi lagi sebagai pedoman tingkah laku manusia. Beberapa faktor penyebab konflik di Indonesia misalnya perbedaan budaya, di antaranya seperti pertikaian etnis Madura, Makassar, Banten, Dayak, Melayu di Kalimantan Barat dan suku-suku Papua. Bahkan kini konflik pun terjadi di dalam berbagai lapisan sosial masyarakat dengan tidak memandang perbedaan etnis sebagai dasar masalah. Masalah yang kini muncul adalah kecenderungan berbagai pihak memandanng budaya yang tercemin dalam suatu kelompok lebih baik dibandingkan dengan tradisi kelompok lain sehingga menimbulkan etnosentrisme. 2

Dalam hubungan pertemanan yang berbeda budaya tentunya tidak lepas dari konflik, karena konflik dilatarbelakangi oleh muka dan budaya. Sama halnya dengan asumsi dasar Teori face Negotiation menyimpulkan bahwa bagian dari teori face negotiation adanya muka dan facework. Muka jelas merupakan fitur yang penting dalam kehidupan, sebuah metafora bagi citra diri yang diyakini melingkupi seluruh aspek kehidupan sosial (West&Turner,2007:161). Komunikasi antar budaya ini juga merujuk pada fenomena sebuah komunikasi dimana partisipan yang berbeda latar belakang kultural menjalin kontak satu sama lain secara langsung maupun tidak langsung. Kembali ke pada fakta bahwa di Indonesia yang daerahnya ada pula daerah yang dijadikan tempat perantau dimana para individu bertemu untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi, ataupun meniti karir, sehingga menjadikan masyarakatnya majemuk. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, penduduk DKI Jakarta dengan status migran yakni penduduk yang tidak lahir di Jakarta namun menetap di Jakarta sebanyak 4,2 juta jiwa dari penduduk DKI Jakarta yang berjumlah 9,6 juta jiwa. Dengan data ini dapat diamsusikan bahwa penduduk Jakarta memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda dikarenakan karena hampir separuh penduduk Jakarta pendatang dari daerah lain. Masyarakat Majemuk dikutip oleh Syaifuddin(2006:2) dari Furnivall(1938:304) sebagai sekumpulan orang yang bergaul tapi tidak 3

bercampur. Setiap kelompok memegang agama mereka sendiri, kebudayaan dan bahasa sendiri serta gaya hidup sendiri. Konsep dan pandangan masyarakat majemuk atau masyarakat plural seringkali dibicarakan bersama dengan konsep masyarakat multikultural. Dari sudut pandang pendidikan, di kota Jakarta banyak pelajar perantau dari berbagai macam daerah yang menuntut ilmu di kota Jakarta dan kota-kota lainnya. Seperti Surya University salah satu universitas di Tangerang yang dimana mahasiswa dan mahasiswinya terdiri dari beberapa suku, seperti etnis Papua, Kalimantan, Kupang, dan Palembang dan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Dalam sebuah situasi hubunan pertemanan beda etnis seperti ini terkadang muncul strereotip ataupun etnosentrisme antar individu satu dengan satu lain yang berbeda budaya. Stereotip memiliki pengertian penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan (Judge,2010:13). Di Indonesia masih sering membahas mengenai stereotip kesukuan, sebagai contoh dalam kehidupan sehari hari, bahwa budaya Jawa dan Sunda itu alonalon asal kelakon, orang dengan budaya Tionghoa biasanya pelit dan suka berbisnis, sedangkan budaya Batak memiliki sikap kasar serta intonasi nada dalam berbicara tinggi. Namun, stereotipe dapat berupa prasangka positif dan juga negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif. Hal-hal seperti inilah yang kadang memicu terjadi konflik. Konflik antarbudaya tidak bisa dianggap 4

sepele. Dalam kehidupan bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat yang majemuk. Hubungan pertemanan beda budaya dipengaruhi juga oleh komunikasi antar budaya yang menjadi penting dalam mengelola konflik yang muncul dalam hubungan pertemanan. Pertemanan beda budaya dengan latar belakang budaya yang sama dapat berpotensi terjadinya konflik, terlebih lagi bagi invidu yang berteman beda budaya yang dari segi konflik dan cara penyelesaiannya berbeda. Peneliti memilih topik ini karena peneliti ingin mengetahui strategi manajemen konflik dalam menghadapi setiap konflik yang muncul dalam menjalin sebuah hubungan pertemanan beda budaya. Serta alasan mengapa mereka memutuskan strategi manajemen konflik tersebut disaat berkonflik. Selain itu sebagai masing-masing individu harus sadar bahwa budaya dengan segala nilainya mempunyai pengaruh besar terhadap komunikasi interpersonal. Bentuk perbedaan, latar belakang budaya dan identitas diri masing masing individu tentu berpengaruh pada konflik yang muncul serta strategi manajemen untuk menyelesaikan konflik tersebut. Dengan berbagai konflik yang hadir dalam kehidupan pertemanan mereka,pemilihan strategi manajemen konflik tentunya memberi pengaruh dalam menjaga hubungan pertemanan yang dijalani. 5

1.2 Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian 1.2.1 Fokus Penelitian Fokus penelitian disini adalah analisis strategi manajemen konflik yang merujuk pada teori face negotiation yang dilakukan oleh etnis pelajar non Papua untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dengan pelajar etnis Papua 1.2.2 Rumusan Masalah Dari fokus Penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik point latar Belakang sebagai berikut : 1. Bagaimana strategi manajemen konflik pelajar perantau dari etnis non Papua menghadapi konflik dengan pelajar etnis Papua? 2. Mengapa mereka memilih suatu strategi manajemen konflik tertentu dalam menghadapi konflik antar pelajar etnis non Papua dan etnis Papua? 1.3 Tujuan Penelitian Dilihat dari perumusan masalah yang telah dikemukakan, secara umum tujuanpenelitian adalah untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui strategi manajemen konflik pelajar perantauan dari etnis non Papua dalam menghadapi konflik dengan pelajar etnis Papua di Surya University. 6

2. Untuk mengetahui alasan mengapa strategi tersebut lebih dominan dalam menghadapi konflik dengan pelajar etnis Papua. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dari segi akademis dan segi praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut sebagai berikut: 1.4.1 Teoretis Secara teoritis hasil penelitian dapat memberi kontribusi dalam ilmu komunikasi khususnya pengembangan teori face negotiation ini. 1.4.2 Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa perantau maupun bukan perantau untuk beradaptasi pada situasi yang berbeda budaya. 7