NILAI TAMBAH PADA AGROINDUSTRI TAHU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SUSU KEDELAI. Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

ANALISIS NILAI TAMBAH BUAH PISANG MENJADI KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI STROBERI

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU

KERAGAAN PEMASARAN TAHU

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

ANALISIS NILAI TAMBAH PISANG NANGKA (Musa paradisiaca,l) (Studi Kasus di Perusahaan Kripik Pisang Krekes di Loji, Wilayah Bogor)

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara)

IV. METODE PENELITIAN

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI DESA NEGARATENGAH KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA

ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang)

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

ANALISIS NILAI TAMBAH ABON SAPI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA MUTIARA HJ. MBOK SRI DI KOTA PALU

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI DAGING SAPI

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH DARI USAHA PENGOLAHAN MARNING DAN EMPING JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS KOMPARASI NILAI TAMBAH DALAM BERBAGAI PRODUK OLAHAN KEDELAI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK SINGKONG (Studi Kasus di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu)

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak

ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK TEMPE BU SITI DI DESA BULUH RAMPAI KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU

SISTEM PEMASARAN DAN NILAI TAMBAH KEDELAI (Glycine Max (L) Merill) DI DESA SUKASIRNA KECAMATAN SUKALUYU KABUPATEN CIANJUR. Oleh :

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO USAHA PADA AGROINDUSTRI SERUNDENG UBI JALAR DI KECAMATAN SIULAK KABUPATEN KERINCI

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56

PENDAHULUAN. Nurmedika 1, Marhawati M 2, Max Nur Alam 2 ABSTRACT

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN MARGIN PEMASARAN PISANG MENJADI OLAHAN PISANG ANALYSIS OF ADDED VALUE AND MARKETING MARGIN OF PROCESSED BANANA PRODUCTS

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

ANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Seorang Perajin di Desa Cikembulan Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran)

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG MOCAF

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS SALURAN PEMASARAN TAHU BULAT (Studi Kasus pada Perusahaan Cahaya Dinar di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MENDONG

PERAN AGROINDUSTRI PADI DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SUMBANG

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

ANALISIS NILAI TAMBAH KACANG TELUR PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA OHARA DI KELURAHAN NUNU KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU


ANALISIS NILAI TAMBAH KUE PIA PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA KARYA AN-NUR DI KOTA PALU

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN

ANALISIS NILAI TAMBAH KUE PIA PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA KARYA AN-NUR DI KOTA PALU

JIIA, VOLUME 3 No. 1, JANUARI 2015 ANALISIS RANTAI PASOK DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI PROVINSI LAMPUNG

NILA TAMBAH AGROINDUSTRI UBI KAYU MENJADI TEPUNG TAPIOKA

KELAYAKAN FINANSIAL DAN NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI DAN PEMASARAN PRODUK GULA AREN DI KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT ABSTRAK

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU

NILAI TAMBAH OLAHAN HASIL PERTANIAN PADA USAHA GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) MESRA JAYA KELURAHAN SAWAH LEBAR LAMA KOTA BENGKULU PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH EMPING TEKI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DESA KERTASADA KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KOPI ATENG YANG MENJUAL DALAM BENTUK GELONDONG MERAH (Cherry red) DENGAN KOPI BIJI

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

ECONOMI VALUE ADDED OF BLUE SWIMMING CRAB (Portunus pelagicus) PROCESSING AT CV. LAUT DELI BELAWAN NORTH SUMATERA

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA PRODUK OLAHAN KERUPUK WORTEL DAN SIRUP WORTEL

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN SUSU SAPI PADA USAHA SAPI PERAH DI KECAMATAN SELUPU REJANG KABUPATEN REJANG LEBONG

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KRIPIK PISANG DI KECAMATAN CILONGOK, KABUPATEN BANYUMAS

Steffi S. C. Saragih, Salmiah, Diana Chalil Program StudiAgribisnisFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

ANALISIS EFISIENSI AGROINDUSTRI KACANG KEDELAI DI DESA DAYUN KECAMATAN DAYUN KABUPATEN SIAK

ANALISIS TEKNOLOGI MESIN PENGOLAH DAN NILAI TAMBAH KERIPIK SALAK PONDOH PADA KELOMPOK SRIKANDI KELURAHAN SUMBERGONDO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Cikuya Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya)

PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN PRODUK OLAHAN IKAN LELE (Clarias sp.) DI DESA HANGTUAH KECAMATAN PERHENTIAN RAJA KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

III. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil.

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN MANGROVE PADA KELOMPOK PEREMPUAN MUARA TANJUNG

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI (Suatu Kasus di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru

ANALISIS NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN BOLU DAN BROWNIES RAMBUTAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, tepatnya di

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK KULIT SAPI DI KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis) Abstrak

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

Transkripsi:

NILAI TAMBAH PADA AGROINDUSTRI TAHU Tian Septian 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi tian_zoe@ymail.com Hj.Tenten Tedjaningsih 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi tenten_ks@yahoo.co.id Unang 3) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi unang17@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besarnya nilai tambah, penyerapan dan produktivitas tenaga kerja pada agroindustri tahu. Metode yang digunakan adalah metode survey pada 63 produsen tahu di Desa Cisadap Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa besarnya nilai tambah sebesar Rp 4.686,56 per kilogram bahan baku, dengan imbalan tenaga kerja adalah sebesar Rp 2.395,09. Penyerapan tenaga kerja 90,16 % adalah tenaga kerja keluarga. Produktivitas tenaga kerja 18,75 kilogram per jam kerja Kata Kunci : Agroindustri,Nilai Tambah, Produktifitas Tenaga Kerja ABSTRACT This reserch was aims to determine the value added, and the absorption and productivity of labor in the tofu agro-industry. The 63 tofu producers at Desa Cisadap Ciamis was surveyed. The result reveal that the value added of the agro-industry is Rp 4.686,56 per kilogram of raw materials, the labor portion is 33,02 percent or labor benefits is Rp 2.395,09. The 90,16 percent of employment is family labor. Average labor productivity of 18,75 kilogram per hour of work out. Key Word: Agroindustry, Value Added, Labor productivity PENDAHULUAN Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian, menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel, menciptakan nilai tambah, meningkatkan penerimaan devisa, menciptakan lapangan kerja dan memperbaiki pembagian pendapatan. 1

Istilah nilai tambah itu sendiri sebenarnya menggantikan istilah nilai yang ditambahkan pada suatu produk karena masuknya unsur pengolahan menjadi lebih baik. Adanya industri yang mengubah bentuk primer menjadi produk baru yang lebih tinggi nilai ekonominya setelah melalui proses pengolahan, maka akan dapat memberikan nilai tambah kerna dikeluarkannya biaya-biaya sehingga terbentuk harga baru yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih besar bila dibandingkan tanpa melalui proses pengolahan. Di Indonesia, ada banyak jenis komoditas pertanian yang dapat diolah lebih lanjut menjadi produk yang bermutu serta bernilai tinggi, salah satunya adalah kedelai. Kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung yang menjadi bagian makanan sehari-hari bangsa Indonesia. Penggunaan kedelai untuk bahan makanan manusia harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan kedelai dapat dikelompokan menjadi dua macam yaitu dengan fermentasi dan tanpa fermentasi. Pengolahan melalui fermentasi akan menghasilkan kecap, oncom, tauco, dan tempe. Sedangkan bentuk olahan tanpa melalui fermentasi adalah susu kedelai, tahu, tauge dan tepung kedelai. Tahu merupakan salah satu produk olahan yang paling dikenal oleh masyarakat. Salah satu sentra agroindustri tahu di Kabupaten Ciamis menurut data dari Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) adalah Wilayah Cisadap. Jumlah anggota produsen tahu di Kabupaten Ciamis secara jelas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Anggota KOPTI per Wilayah. No Nama Wilayah Jumlah Anggota (Wilayah) (Produsen) 1 Pangandaran 28 2 Banjarsari 35 3 Cikoneng 9 4 Panumbangan 13 5 Ciamis 54 6 Banagara 51 7 Sindangrasa 86 8 Cisadap 126 TOTAL 402 Sumber : KOPTI, 2013 Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah anggota dari KOPTI Kabupaten Ciamis adalah sebanyak 402 produsen. Wilayah Cisadap merupakan wilayah yang memiliki produsen tahu terbanyak yaitu sebanyak 126 produsen. Jumlah produsen yang masih aktif adalah sebanyak 63 produsen dan yang sudah tidak aktif adalah sebanyak 63 produsen. Informasi yang diperoleh bahwa produsen yang aktif adalah produsen yang masih 2

berhubungan langsung dengan KOPTI misalnya produsen tahu yang membeli bahan baku kedelainya di KOPTI. Produsen yang tidak aktif merupakan produsen yang sudah tidak membuat tahu karena penghasilan dari membuat tahu tidak mecukupi dalam memenuhi kebutuhan hidup produsen, selain itu produsen yang tidak aktif adalah produsen yang sudah meninggal dan tidak diteruskan oleh keluarganya.hal tersebut yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai nilai tambah dari agroindustri tahu di wilayah tersebut. Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : ( 1 ) Berapa besarnya nilai tambah dari agroindustri tahu? (2) Berapa banyak tenaga kerja yang diserap pada agroindustri tahu? (3) Berapa besar produktifitas tenaga kerja pada agroindustri tahu? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Besarnya nilai tambah dari agroindustri tahu. (2) Banyaknya tenaga kerja yang diserap pada agroindustri tahu. (3) Besarnya produktifitas tenaga kerja pada agroindustri tahu. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey di Wilayah Cisadap Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan sentra produksi tahu dan menjadi mata pencaharian utama penduduk yang bermukim di wilayah tersebut. Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode penarikan contoh yang digunakan pada penelitian ini adalah random sampling yaitu setiap elemen populasi mempunyai peluang yang sama untuk untuk dipilih menjadi anggota sampel.wilayah Cisadap merupakan wilayah dengan jumlah produsen tahu sebanyak 63 produsen dan jumlah responden yang akan diteliti sebanyak 26 produsen tahu. 1) Analisis Nilai Tambah Dalam menganalisis nilai tambah kacang kedelai untuk memproduksi tahu, menggunakan metode Hayami ( Hayami, Y. et al, 1987) dimana pada akhirnya akan diperoleh hasil berupa produktivitas produksi, nilai output, nilai tambah, balas jasa tenaga kerja dan keuntungan pengolahan. Perhitungan melalui metode Hayami tersaji dalam bentuk tabel seperti pada Tabel 2. 3

Tabel 2. Perhitungan Nilai Tambah Menurut Metode Hayami No Variabel Rumus Output, Input, dan Harga 1 Output yang dihasilkan (kg/hari) a 2 Bahan baku yang digunakan (kg/hari) b 3 Tenaga Kerja (JOK) c 4 Faktor konversi (1/2) d = a/b 5 Koefisien tenaga kerja (3/2) e = c/b 6 Harga output (Rp/kg) f 7 Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HOK) g Pendapatan dan Keuntungan 8 Harga bahan baku (Rp/kg bahan baku) h 9 Sumbangan input lain (Rp/kg kedelai) i 10 Nilai output (4 x 6) (Rp) j = d x f 11 a. Nilai tambah (10 9 8) (Rp) k = j h i b. Rasio nilai tambah ((11a/10) x 100%) l (%) = (k/j) x 100 % 12 a. Imbalan tenaga kerja (5 x 7) (Rp) m = e x g b. Bagian tenaga kerja ((12a/11a) x 100%) n (%) = (m/k) x 100% 13 a. Keuntungan (11a 12a) (Rp) o = k m b. Tingkat keuntungan ((13a/11a) x 100%) p (%) = (o/k) x 100% 14 Marjin (10 8) (Rp) q = j h a. Pendapatan tenaga kerja ((12a/14) x 100%) r (%) = (m/q) x 100% b. Sumbangan input lain ((9/14) x 100 %) s (%) = (i/q) x 100% c. Keuntungan perusahaan ((13a/14) x 100%) t (%) = (o/q) x 100% Sumber : Hayami, et all. Agricultural Marketing and Procesing In Up Land Java 1987 2) Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Keluarga Jumlah tenaga kerja yang tercatat dalam penelitian kemudian dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga, untuk menghitung tenaga kerja keluarga yang diserap dalam proses produksi adalah dengan membandingkan jumlah tenaga kerja keluarga yang terlibat dalam proses produksi dengan jumlah tenaga kerja pada agroindustr tahu. Adapun persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Tenaga Kerja Keluarga Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Keluarga = x 100% Tenaga Kerja 1) Analisis Produktifitas Tenaga Kerja Untuk menghitung produktifitas tenaga kerja dapat diukur dengan memperhatikan jumlah produksi dengan jumlah jam kerja yang dicurahkan pada agorindustri tahu. Persamaan produktifitas tenaga kerja adalah sebagai berikut : 4

Produktifitas Tenaga Kerja = Jumlah Produksi Jumlah Jam Kerja Orang HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Produsen Tahu Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 14 0 0 15-64 25 96 64 1 4 Total 26 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Umur responden berkisar antara 30 sampai dengan 65 tahun, hampir seluruh responden termasuk usia produktif, hanya satu orang yang tidak produktif. Terdapat perberbedaaan usia antara produsen saat ini dengan produsen sebelumnya dalam memulai usaha agroindustri tahu. Produsen sebelumnya ada yang memulai usaha agroindustri tahu pada usia belum produktif, yaitu pada saat berumur 14 tahun. Menurut M. Daniel dalam Sri A.M (2010), usia produktif yaitu usia antara 15 tahun sampai 64 tahun. Sehingga diharapkan pada usia produktif ini produsen tahu dapat meningkatkan kinerja usaha pembuatan tahu. Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) SD/SR 21 81 SMP 4 15 SMA 1 4 Total 26 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Dari hasil penelitian tercatat bahwa sekitar 81 persen hanya menempuh jenjang pendidikan sampai Sekolah Dasar, 15 persen sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama dan hanya 4 persen yang sampai Sekolah Menengah Atas. 5

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Usaha Lama Usaha (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 6-15 1 4 16-25 4 15 26-35 10 38 36-45 9 35 46-55 2 8 Total 26 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Responden dengan pengalaman usahanya belum lama hanya ada satu orang. Usia responden yang tergolong paling muda diantara responden lain menyebabkan responden ini masih kurang berpengalaman bila dibandingkan responden lain. Hal ini karena usia responden Pengalaman usaha para responden yang paling banyak adalah responden dengan pengalaman usahanya antara 26 sampai 35 tahun. Responden yang paling lama usahanya berjumlah 2 orang, dengan demikian responden ini sangat berpengalaman di bidang usahanya. Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan skala usaha Skala Usaha (kg kedelai per hari) Jumlah (orang) Persentase (%) 8-46. 22 85 47-86 3 12 87-126 0 0 127-166 0 0 167-200 1 4 Total 26 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Skala usaha pada agroindustri tahu di Wilayah Cisadap bervariasi. Paling sedikit kedelai yang diolah oleh responden adalah sebanyak 8 kilogram kedelai per hari. Responden yang paling sedikit mengolah kedelai adalah responden dengan usia yang paling tua. Jumlah kedelai yang paling banyak diolah responden adalah 200 kilogram per hari. Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga Tanggungan Keluarga Jumlah (orang) Persentase (%) 0-1 2 8 2-3 12 46 4-5 10 38 6-7 2 8 Total 26 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Pada umumnya para produsen tahu yang diteliti memiliki status menikah. Jumlah 6

tanggungan keluarga untuk setiap responden beragam. Responden terbanyak adalah responden dengan jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 orang dimana jumlah responden tersebut adalah 8 responden. Responden ini berwirausaha untuk memenuhi kebutuhan anak dan istrinya. Anak tersebut merupakan anak yang belum menikah dan masih menggantungkan hidupnya kepada orang tuanya. Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan jumlah tenaga kerja Jumlah Tenaga Kerja (orang) Jumlah Produsen Status Tenaga Kerja (orang) Persentase (%) (orang) TK DK 1 TK LK 2 1 3 3 0 12 2 13 24 2 50 3 8 23 1 31 4 2 5 3 8 Total 26 55 6 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Tenaga kerja keluarga yang terlibat dalam proses produksi adalah istri, anak, menantu dan saudara terdekat dari responden. Tenaga kerja luar keluarga yang terlibat selama proses produksi berasal dari warga sekitar yang masih berada di wilayah penelitian. Tenaga kerja yang digunakan untuk satu produsen tahu jumlahnya beragam mulai dari satu orang sampai empat orang. Pada umumnya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, hanya sebagian kecil yang menggunakan tenagak kerja luar keluarga. Gambaran Kegiatan Produksi Proses pertama yang dilakukan yaitu membersihkan kedelai dari kulitnya yang menempel dengan cara tradisional tanpa menggunakan peralatan modern. Proses pencucian dilakukan agar kedelai yang akan diolah terhindar dari kotoran-kotoran yang menempel pada kulit kacang kedelai. Selanjutnya kacang kedelai yang sudah bersih digiling hingga halus. Proses selanjutnya yaitu perebusan kedelai yang sudah digiling. Pada tahap ini, kacang kedelai direbus diatas tungku besar yang sudah diisi air yang berasal dari air sumur. Bahan bakar yang digunakan adalah kayu bakar. Lamanya perebusan tergantung dari besarnya api yang digunakan. Setelah selesai direbus, maka proses selanjutnya yaitu penyaringan. Dalam proses penyaringan ada yang dilakukan oleh dua orang dan ada juga yang dilakukan oleh satu orang. Jika dilakukan oleh satu orang, maka salah satu sisi alat penyaringan diikat pada tiang yang sudah disediakan. Banyaknya proses penyaringan akan menentukan jenis tahu yang akan dihasilkan. Rebusan kedelai 1 TKDK adalah tenaga kerja dalam keluarga 2 TKLK adalah tenaga kerja luar keluarga 7

yang mengalami proses penyaringan satu kali, maka tahu yang dihasilkan dinamakan tahu biasa dan jika mengalami proses penyaringan tiga kali maka tahu yang dihasilkan dinamakan tahu super. Proses selanjutnya yaitu pencetakan tahu. Adonan tahu yang sudah siap dicetak, dituangkan dalam cetakan yang terbuat dari kayu denga ukuran 50 cm x 50 cm yang dialasi dengan kain. Setelah itu cetakan ditutup kayu kemudian diberi beban batu dengan tujuan menekan adonan sehingga air keluar. Setelah proses pencetakan, tahu yang sudah siap jual disimpan pada wadah atau ember yang telah diberi air. Untuk tahu yang akan dipasarkan keesokan harinya, tahu terlebih dahulu direbus. Hal ini dilakukan oleh beberapa produsen yang bertujuan untuk membuat tahu lebih tahan lama dan tidak cepat basi. Pemasaran Untuk memasarkan produk olahannya, para responden sudah memiliki cara pemasarannya masing-masing. Ada produsen yang menjual ke konsumen dan ada juga yang menjual melalui pedagang pengecer lalu ke konsumen. Produsen menjual tahu ke konsumen dengan cara berdagang di pasar tradisional dan juga berjualan keliling di daerah tertentu. Pasar tradisional yang dituju oleh beberapa produsen adalah pasar-pasar yang terdekat dan ada juga pasar yang berada di luar kabupaten. Produsen yang berjualan keliling pada umumnya sudah memiliki pelanggan tetap di daerah tersebut. Produsen yang menjual tahu melalui pedagang pengecer adalah produsen yang menjual tahu ke pasar modern seperti supermarket. Analisis Usaha 1) Analisis Nilai Tambah Proses pengolahan kedelai menjadi tahu menyebabkan adanya nilai tambah pada komoditas tersebut, sehingga harga jual tahu menjadi lebih tinggi daripada harga jual kedelai. Perhitungan nilai tambah dilakukan pada periode produksi bulan Juli 2013, dengan menganalisis hasil pencatatan bulan Juli 2013. Alasan penulis memilih melakukan penelitian pada bulan tersebut karena pada bulan tersebut produksi tahu sangat tinggi karena dipengruhi oleh permintaan pasar pada bulan ramadhan. Dasar perhitungan dalam perhitungan nilai tambah persatuan bahan baku adalah kilogram kedelai. Harga bahan baku kedelai yang digunakan dalam perhitungan nilai tambah adalah harga rata-rata kedelai di tingkat produsen di Wilayah Cisadap pada bulan Juli tahun 2013, yaitu Rp 7,701.92 per kilogram. 8

Tabel 9. Struktur Produksi Agroindustri Tahu No Variabel Nilai Output, Input, dan Harga 1 Output yang dihasilkan (kg/hari) 130,34 2 Bahan baku yang digunakan (kg/hari) 33,02 3 Tenaga Kerja (JKO) 6,50 4 Faktor konversi (1/2) 3,95 5 Koefisien tenaga kerja (3/2) 0,20 6 Harga output (Rp/kg) 3.596,31 7 Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/JKO) 12.166,79 Pendapatan dan Keuntungan 8 Harga bahan baku (Rp/kg bahan baku) 7.701,92 9 Sumbangan input lain (Rp/kg kedelai) 1.807,44 10 Nilai output (4 x 6) (Rp) 14.195,93 11 a. Nilai tambah (10 9 8) (Rp) 4.686,56 b. Rasio nilai tambah ((11a/10) x 100%) 33,01 12 a. Imbalan tenaga kerja (5 x 7) (Rp) 2.395,09 b. Bagian tenaga kerja ((12a/11a) x 100%) 51,11 13 a. Keuntungan (11a 12a) (Rp) 2.291,47 b. Tingkat keuntungan ((13a/11a) x 100%) 48,89 14 Marjin (10 8) (Rp) 6.494,00 a. Pendapatan tenaga kerja ((12a/14) x 100%) 36,88 b. Sumbangan input lain ((9/14) x 100 %) 27,83 c. Keuntungan perusahaan ((13a/14) x 100%) 35,29 Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2013 Nilai faktor konversi dihitung berdasarkan pembagian antara jumlah output yang dihasilkan dengan bahan baku yang digunakan. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai konversi sebesar 3,95 artinya untuk setiap satu kilogram kedelai menghasilkan 3,95 kilogram tahu. Untuk satu kali proses produksi, rata-rata waktu yang diperlukan adalah 6,5 jam. Upah rata-rata yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 12.166,79 per jam. Koefisien tenaga kerja adalah sebesar 0,20 ini berarti waktu yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk mengolah tiap kilogram kedelai menjadi tahu adalah 0,20 jam. Untuk nilai produk didapat dari hasil perkalian antara faktor konversi yaitu 3,95 dengan harga rata-rata produk sebesar Rp 3.596,31 sehingga nilai produk yang didapatkan adalah sebesar Rp 14.195,93. Nilai output tersebut memberikan nilai tambah sebesar Rp 4.686,56 dengan rasio nilai tambah sebesar 33,01 persen. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa sebesar 33,01 persen dari nilai output merupakan nilai tambah dari pengolahan tahu. Imbalan tenaga kerja yang merupakan perkalian antara koefisien tenaga kerja dengan upah rata-rata kerja per JOK 9

adalah sebesar Rp 2.395,09 dan bagian tenaga kerja sebesar 51,11 persen. Hal ini berarti 51,11 persen dari nilai tambah merupakan imbalan yang diterima oleh tenaga kerja. Agroindustri tahu pada penelitian ini rata-rata berhasil memperoleh keuntungan sebesar Rp 2.291,47 per kilogram. Tingkat keuntungan yang dimiliki yaitu 48,89 persen. Hal ini berarti bahwa 48,89 persen dari nilai tambah merupakan keuntungan bagi para produsen tahu. Berdasarkan analisis nilai tambah diperoleh besarnya margin atau selisih nilai output yaitu sebesar Rp 14.195,93 dengan harga bahan baku sebesar Rp 7.701,92 sehingga diperoleh margin sebesar Rp 6.494,00 per kilogram bahan baku. Besarnya marjin ini kemudian di distribusikan kepada imbalan tenga kerja, imbalan input lain dan keuntungan perusahaan. Balas jasa yang paling besar didapat oleh pendapatan tenaga kerja sebesar Rp 2.395,09. Balas jasa yang kedua terbesar adalah keuntungan perusahaan yaitu sebesar Rp 2.291,47 dan untuk yang paling kecil adalah sumbangan input lain yaitu sebesar Rp 1.807,44. 2) Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Penyerapan tenaga kerja keluarga pada agroindustri tahu adalah perbandingan antara jumlah tenaga kerja keluarga dengan seluruh jumlah tenaga kerja yang beraktivitas pada agroindustri tahu. Hasil perhitungan diketahui bahwa jumlah tenaga kerja keluarga yang terserap pada agroindustri tahu adalah 90,16 persen. Artinya bahwa sebagian besar aktivitas pengolahan tahu dikerjakan oleh anggota keluarga sehingga setiap anggota keluarga ikut berpartisipasi aktif dalam aktivitas pengolahan tahu. Hal ini menunjukkan bahwa agroindustri tahu yang ada di Wilayah Cisadap mempunyai peranan yang sangat besar terhadap anggota keluarga produsen tahu. 3) Analisis Produktifitas Tenaga Kerja Produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara jumlah keluaran (output) dengan jumlah masukan (input) yang digunakan. Cara yang digunakan yaitu dengan membandingkatn jumlah hasil produksi dengan jumlah tenaga kerja yang dihitung dalam jam kerja orang (JKO). Rata-rata produktivitas tenaga kerja pada agroindustri tahu di Wilayah Cisadap adalah sebesar 18,74 kilogram per jam. Responden yang memiliki produktivitas tenaga kerja tertinggi yaitu sebesar 41,77 kilogram per jam dan nilai produktivitas tenaga kerja terendah adalah 6,52 kilogram per jam. 10

Simpulan berikut: Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai 1) Analisis nilai tambah pada agroindustri tahu di Wilayah Cisadap menunjukkan bahwa agroindustri tersebut mampu menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 4.706,52 per kilogram input kedelai. Rasio nilai tambah yang dimiliki yaitu 33,15 persen, nilai konversi yang diperoleh yaitu sebesar 3,95 dan nilai koefisien tenaga kerja yaitu sebesar 0,20. 2) Agroindustri tahu di Wilayah Cisadap menyerap sebesar 90,16 persen tenaga kerja keluarga dan sisanya adalah penggunaan tenaga kerja luar keluarga. 3) Produktivitas tenaga kerja pada agorindustri tahu di Wilayah Cisadap adalah sebesar Saran 18,74 kilogram per jam. berikut : Saran dari hasil penelitian dan pembahasan pemasaran gula aren yaitu sebagai 1) Dalam proses produksi kualitas air harus selalu diperhatikan untuk menjaga kebersihan hasil produksi. 2) Produsen tahu diharapkan mampu memanfaatkan limbah hasil produksi tahu lebih baik lagi. 3) Pemerintah ataupun instansi terkait lainnya harus mampu meningkatkan produksi dan kualitas kacang kedelai di para petani sehingga para produsen tahu tidak menggunakan lagi kacang kedelai import yang harganya cukup mahal untuk para produsen tahu. DAFTAR PUSTAKA Bambang Cahyono. 2007. Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai. CV Aneka Ilmu, Semarang. Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, Siregar M. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java A Perspective From A Sunda Village. Bogor : CPGRT Centre. Ken Suratiah. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar swadaya. Jakarta. Said Rusli. 1984. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 11

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Doglas. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tony Wijaya. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Graha Ilmu, Yogyakarta. 12