GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFEKSI CACINGAN PADA ANAK DI SDN 01 PASIRLANGU CISARUA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Soil Transmitted Helminths. ABSTRACT

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

Pencegahan Kecacingan dan Peningkatan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

xvii Universitas Sumatera Utara

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB I PENDAHULUAN. panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK PREVALENSI ASKARIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI SEPTEMBER 2011

HUBUNGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR NO HATOGUAN TERHADAP INFEKSI CACING PERUT DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

Kata Kunci: kebersihan kuku, kebiasaan mencuci tangan tangan, kontaminasi telur cacing pada kuku siswa

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

HELMINTH INFECTION OF CHILDREN IN NGEMPLAK SENENG VILLAGE, KLATEN. Fitri Nadifah, Desto Arisandi, Nurlaili Farida Muhajir

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan yang sehat telah diatur dalam undang-undang pokok kesehatan

Factors correlated with helminthiasis incidence on students of Cempaka 1 Elementary School Banjarbaru

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK PERBANDINGAN PREVALENSI INFEKSI CACING TULARAN TANAH DAN PERILAKU SISWA SD DI DATARAN TINGGI DAN SISWA SD DI DATARAN RENDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang

FAKTOR RISIKO PENYAKIT KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELIMBING PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK. Antonius Wibowo, Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto Lana, dr

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO

Kebijakan Penanggulangan Kecacingan Terintegrasi di 100 Kabupaten Stunting

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

GAMBARAN KEJADIAN KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN TANJUNG JOHOR KECAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

HUBUNGAN HIGIENITAS PERSONAL SISWA DENGAN KEJADIAN KECACINGAN NEMATODE USUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA STATUS HIGIENE INDIVIDU DENGAN ANGKA KEJADIAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS DI SDN 03 PRINGAPUS, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

Shinta Shabrina; Dewi Mayangsari; Dyah Ayu Wulandari. Prodi DIV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.

Siti Juariah 1), Mega Pratiwi Irawan 1), Mellysa Rahmita 1), Ilham Kurniati 1) . ABSTRACT

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI CACING ASKARIASIS LUMBRICOIDES PADA MURID SDN 201/IV DI KELURAHAN SIMPANG IV SIPIN KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. belum mendapatkan perhatian serius, sehingga digolongkan dalam penyakit

SKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM

ABSTRAK. Desy Apriani Sari, Pembimbing: drg. Donny P. SKM

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN. (neglected diseases). Cacing yang tergolong jenis STH adalah Ascaris

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI IBU TENTANG PENCEGAHAN ASCARIASIS ( CACINGAN ) PADA BALITA DI PUSKESMAS TAHTUL YAMAN KOTA JAMBI TAHUN 2015

Faktor risiko terjadinya kecacingan di SDN Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan Abstrak

Derajat Infestasi Soil Transmitted Helminthes

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PADA ANAK USIA 1-4 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK PENGARUH FAKTOR KEBIASAAN PADA SISWA SD TERHADAP PREVALENSI ASCARIASIS DI DESA CANGKUANG WETAN KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi cacing masih merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang,

Kata kunci: Infeksi, Personal Hygiene, Soil Trasmitted Helminth

UJI PAPARAN TELUR CACING TAMBANG PADA TANAH HALAMAN RUMAH (Studi Populasi di RT.05 RW.III Rimbulor Desa Rejosari, Karangawen, Demak)

GAMBARAN PENGETAHUAN PENYAKIT CACINGAN (HELMINTHIASIS) PADA WALI MURID SDN 1, 2, 3, DAN 4 MULYOAGUNG, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

Transkripsi:

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFEKSI CACINGAN PADA ANAK DI SDN 01 PASIRLANGU CISARUA Adisti Andaruni 1 Sari Fatimah 1 Bangun Simangunsong 2 1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat 2 Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Jawa Barat ABSTRAK Penyakit infeksi cacingan merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia yang dapat menimbulkan kekurangan gizi berupa kalori dan protein, serta kehilangan darah yang berakibat menurunnya daya tahan tubuh dan menimbulkan gangguan tumbuh kembang anak. Sanitasi lingkungan yang belum memadai, keadaan ekonomi yang rendah didukung oleh iklim yang sesuai untuk pertumbuhan cacing merupakan beberapa faktor penyebab tingginya infeksi cacing. Penyakit cacingan di Desa Pasirlangu, Cisarua merupakan masalah kesehatan masyarakat dimana pada tahun 2010 terdapat 51 murid di SDN 01 Pasirlangu diantaranya positif cacingan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran faktor-faktor penyebab infeksi cacingan meliputi faktor personal hygiene, diantaranya mencuci tangan, memotong dan membersihkan kuku, penggunaan alas kaki, dan faktor sanitasi lingkungan, diantaranya sumber air, pembuangan kotoran manusia, sanitasi makanan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara total sampling dengan sampel sebanyak 51 orang responden yaitu siswa SDN 01 Pasirlangu yang terinfeksi cacingan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket/kuisioner. Hasil penelitian dianalisis menggunakan rumus skor-t bahwa terdapat faktor-faktor yang mendukung ke arah kejadian infeksi cacingan yaitu didapatkan nilai 50,98% untuk faktor personal hygiene, 52,95% untuk mencuci tangan, 56,90% untuk memotong dan membersihkan kuku, 50,90% untuk penggunaan alas kaki, 43,14% untuk faktor sanitasi lingkungan, 49,10% untuk sanitasi sumber air, 49,10% pembuangan kotoran manusia, 56,90% untuk sanitasi makanan. Oleh karena itu, diharapkan untuk selalu memperbaiki personal hygiene dan sanitasi lingkungan sehingga dapat mengurangi angka kejadian infeksi cacingan pada anak. Kata kunci : Infeksi Cacingan, Personal Hygiene, Sanitasi Lingkungan. ABSTRACT Helminthes is still one of the health problems in Indonesia can cause a shortage of nutrients in the form of calories and protein, and blood loss result in decreased endurance and cause development of the child. Inadequate environmental sanitation condition, low economic level, suitable climate for worms to grow and develop are some of factors causing high prevalence of helminthes. In Pasirlangu Cisarua helminthes still remains as a public health problem, where in 2010 there were 51 helminthes positive cases found among the student in SDN 01 Pasirlangu Cisarua. This research was required to determine the description of factors cause helminthes 1

infection among children include personal hygiene factor, wash hand, cut and clean fingernail, using footwear, and for environmental sanitation factor, water sanitation, disposal of human waste, food sanitation.this research used descriptive method. The sample was conducted by total sampling technique and obtained 51 children in SDN 01 Pasirlangu, Cisarua as the respondent. This research used a questionnaire as the instrument. Test results using T-scores concluded that there are factors that support (favorable) to the incidence of helminthes infection. Based on the research results obtained value of 49.02% for personal hygiene factors, wash hands 47.05%, cut and clean fingernails 43.10%, using footwear 49.10%, 56.86% for environmental sanitation factors, water sanitation 50.90%, disposal of human waste 50.90%, food sanitation 43.10%. Therefore, improve personal hygiene and environmental sanitation in daily living were expected to reduce the incidence of helminthes among children. Keywords: Helminthes, Personal Hygiene, Environmental Sanitation. PENDAHULUAN Salah satu masalah kesehatan penduduk di Indonesia yang berkaitan dengan masalah status sosial ekonomi penduduk yang insidennya masih tinggi adalah penyakit infeksi cacingan (Rehulina, 2005). Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan 800 juta-1 milyar penduduk terinfeksi Ascaris, 700-900 juta terinfeksi cacing tambang, 500 juta terinfeksi trichuris. Prevalensi tertinggi ditemukan di negara-negara yang sedang berkembang (WHO, 2006). Salah satu penyakit cacingan adalah penyakit cacing usus yang ditularkan melalui tanah atau sering disebut Soil Transmitted Helminths yang sering dijumpai pada anak sekolah dasar dimana pada usia ini anak masih sering kontak dengan tanah (Depkes, 2004). Dari semua kasus penyakit cacingan, cacing gelang (ascaris lumbricoides) sekitar (25-35%) dan cacing cambuk (trichuris trichiura) sekitar (65-75%) (Rehulina, 2005). 2

Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2005 angka prevalensi infeksi cacingan di Jawa barat masih tergolong tinggi yaitu antara 40%- 60% (Depkes, 2005). Di Kabupaten Bandung Barat telah dilakukan survey cepat oleh petugas diare dan petugas laboratorium dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung terhadap infeksi cacingan dilakukan terakhir tahun 2003. Dari 23 puskesmas, terjadi di wilayah puskesmas Jayagiri dengan total prevalensi 100%, Rancaekek dengan total 78,57%, dan Bojongsoang dengan total prevalensi 78,57%. Pada tahun 2010 tepatnya di SDN 01 Pasirlangu telah dilakukan pemeriksaan feses bahwa dari 114 anak yang diperiksa terdapat 53 siswa yang positif cacingan. Prevalensi tertinggi ditemukan pada anak usia sekolah dasar kelas 2, 3, dan 4. Anak usia sekolah memiliki tugas perkembangan diantaranya membangun sikap yang sehat pada diri sendiri, belajar menyesuaikan diri, dan mengembangkan sikap terhadap lingkungan sosial menurut Havighust (Hurlock, 2008). Cacingan mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan (digestif), penyerapan (absorpsi), dan metabolisme makanan. Secara kumulatif infeksi cacingan dapat menimbulkan kurangan gizi berupa kalori dan protein, serta kehilangan darah yang berakibat menurunnya daya tahan tubuh dan menimbulkan gangguan tumbuh kembang anak. Khusus anak usia sekolah, keadaan ini akan berakibat buruk pada pada kemampuannya dalam mengikuti pelajaran di sekolah (Manalu, 2006). Sehubungan dengan tingginya angka pervalensi infeksi cacingan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, yaitu pada derah iklim tropik, yang merupakan tempat ideal bagi perkembangan telur cacing, prilaku yang kurang sehat seperti buang 3

air besar di sembarang tempat, bermain tanpa menggunakan alas kaki, sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, mencuci tangan, kebersihan kuku, pendidikan dan perilaku individu, sanitasi makanan dan sanitasi sumber air (Rampengan, 2007) (Dainur, 1995). Berdasarkan keterangan petugas Puskesmas Pasirlangu dapat diketahui bahwa pencegahan dan pengobatan penyakit cacingan belum masuk program Puskesmas tersebut. Pihak Puskesmas belum mendapat perintah dari Dinas Kesehatan untuk memberikan obat cacing. Berdasarkan data yang dimiliki petugas UKS di SDN 01 Pasirlangu sampai saat ini bahwa terdapat 51 orang anak yang diketahui mempunyai riwayat penyakit infeksi cacingan. Dari hasil wawancara dengan anak, 13 dari 15 menyatakan mereka hanya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan bila ingat saja, 11 orang dari mereka sering main di tanah tanpa menggunakan sandal, 13 orang memotong kuku jika sudah kotor, 10 orang dari mereka pun tidak mengetahui cara penularan dan pencegahan cacingan. Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Gambaran faktor-faktor penyebab infeksi cacingan pada anak di SDN 01 Pasirlangu, Cisarua. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktorfaktor penyebab infeksi cacingan pada anak di SDN 01 Pasirlangu Cisarua. 4

Dalam penelitian ini, subjek yang dijadikan sebagai populasi adalah 51 anak yang mempunyai riwayat penyakit infeksi cacingan di SD Negeri 01 Pasirlangu, Cisarua. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan total sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner / angket (daftar penyataan) sebagai instrumen penelitian yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori. Setelah seluruh data dikumpulkan selanjutnya data ditabulasi untuk mendapatkan skor dari jawaban responden berdasarkan item pertanyaan menggunakan skala Likert. Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan dengan menggunakan rumus skor T : Keterangan : T 50 10 x x SD x : Skor responden yang akan dirubah menjadi skor-t x : Mean skor dalam kelompok SD : Standar deviasi skor dalam kelompok Selanjutnya dilakukan penentuan skor dengan kriteria: (Azwar, 2011) 1) Skor T 50, maka faktor-faktor tersebut dikategorikan tidak mendukung terjadinya infeksi cacingan pada anak (unfavorable). 2) Skor T<50, maka faktor-faktor tersebut dikategorikan mendukung terhadap terjadinya infeksi cacingan pada anak (favorable). 5

Setelah data tersebut ditabulasikan, kemudian dihitung persentasenya dengan menggunakan analisis persentase distribusi frekuensi. Analisis presentase ini f P 100% menggunakan rumus : n (Stevens, 2005) Keterangan: P = Persentase responden f = Jumlah responden yang termasuk dalam kriteria n = Jumlah seluruh responden Berdasarkan nilai dari persentase di atas maka dapat diinterpretasikan hasil untuk variabel, yaitu : 0 % : tidak seorangpun dari responden 1 19 % : sangat sedikit responden 20 39 % : sebagian kecil dari responden 40 59 % : sebagian responden 60 79 % : sebagian besar dari responden 80 99 % : hampir seluruh responden 100 % : seluruh responden (Al Rasyid, 1994) HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian mengenai gambaran faktor-faktor penyebab infeksi cacingan pada anak yang meliputi personal hygiene dan sanitasi lingkungan. Adapun hasil penelitian didapatkan seperti pada tabel berikut: 6

Tabel 1 Tabel Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Penyebab Infeksi Cacingan, Tahun 2012 (n=51). Faktor-faktor Penyebab Infeksi Cacingan F Mendukung (Favorable) % Infeksi Cacingan Tabel 2 Tabel Distribusi Frekuensi Faktor Personal Hygiene Penyebab Infeksi Cacingan, Tahun 2012 (n=51). F Tidak Mendukung (Unfavorable) % Personal Hygiene 26 50,98 % 25 49,02 % Sanitasi Lingkungan 22 43,14 % 29 56,86 % Faktor Infeksi Cacingan Personal Hygiene F Mendukung (Favorable) % F Tidak Mendukung (Unfavorable) % Mencuci Tangan 27 52,95 % 24 47,05 % Memotong dan Membersihkan Kuku Penggunaan Alas Kaki 29 56,90 % 22 43,10 % 26 50,90 % 25 49,10 % Tabel 3 Tabel Distribusi Frekuensi Faktor Sanitasi Lingkungan Penyebab Infeksi Cacingan, Tahun 2012 (n=51). Faktor Sanitasi Lingkungan F Mendukung (Favorable) % Infeksi Cacingan F Tidak Mendukung (Unfavorable) % Sanitasi Sumber Air 25 49,10 % 26 50,90 % Pembuangan Kotoran 25 49,10 % 26 50,90 % Manusia Sanitasi Makanan 29 56,90 % 22 43,10 % 7

Pada tabel 1. Dapat diketahui bahwa terdapat sebagian dari responden yang masuk dalam kategori mendukung (favorable) terhadap kejadian infeksi cacingan, akan tetapi gambaran dari kedua faktor diatas yang paling menonjol adalah faktor personal hygiene yaitu sebanyak hampir sebagian dari responden (50,98%). Pada tabel 2. Dapat diketahui bahwa terdapat sebagian dari responden yang masuk dalam kategori mendukung (favorable) terhadap kejadian infeksi cacingan, akan tetapi gambaran dari ketiga faktor diatas yang paling menonjol adalah faktor memotong dan membersihkan kuku yaitu sebanyak hampir sebagian dari responden (56,90 %). Pada tabel 3. Dapat diketahui bahwa terdapat sebagian dari responden yang masuk dalam kategori mendukung (favorable) terhadap kejadian infeksi cacingan, akan tetapi gambaran dari ketiga faktor diatas yang paling menonjol adalah faktor sanitasi makanan yaitu sebanyak hampir sebagian dari responden (56,90%). Pada faktor personal hygiene dari hasil penelitian didapatkan data yang mendukung terhadap kejadian infeksi cacingan yaitu sebanyak (50,98%). Dari responden yang kebiasaan Personal hygienenya mendukung ke arah kejadian infeksi cacingan ditunjukkan dalam pengisian angket dengan masih banyaknya responden yang kadang-kadang melakukan personal hygiene yang baik dalam kehidupan sehariharinya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sajimin, 2000) mengenai penyebaran penyakit cacingan yang paling banyak ditemukan di daerah yang dengan kelembaban tinggi yaitu pada kelompok yang personal hygienenya kurang baik. 8

Dari faktor personal hygiene yang diteliti ternyata yang paling menonjol adalah faktor memotong dan membersihkan kuku yaitu sebanyak (56,90%). Hal tersebut ditunjukan dengan jawaban dari hasil pengisisan angket yang didapatkan masih adanya responden yang menjawab kadang kadang memotong kukunya jika sudah kotor saja bahkan masih ada responden yang suka mengigit-gigit kukunya. Sesuai dengan pernyataan (Onggowaluyo, 2001). Bahwa penularan infeksi cacingan ini bisa saja melalui kuku jari tangan yang panjang yang kemungkinan terselip telur cacing dan nantinya bisa tertelan ketika makan. Selanjutnya adalah faktor mencuci tangan. Dalam penelitian ini yang mendukung terhadap kejadian infeksi cacingan itu sebanyak 52,95%. Hal ini ditunjukan pada pengisian angket masih banyak yang kadang-kadang bahkan tidak pernah melakukan cuci tangan dalam kehidupan sehari-harinya. Padahal hal itu dapat menyebabkan infeksi cacingan pada anak. Hal itu terjadi apabila anak tidak mencuci tangan dengan baik maka tangan yang kotor atau yang terkontaminasi dapat memindahkan bibit penyakit ke dalam tubuh (Purwanijayanti, 2006). Ada juga penularan cacingan yaitu, penggunaan alas kaki. Berdasarkan hasil penelitian untuk faktor penggunaan alas kaki didapatkan data yang mendukung terhadap kejadian infeksi cacingan yaitu sebanyak (59,90%). Hal tersebut ditunjukan dengan jawaban dari hasil pengisisan angket yang didapatkan ada yang tidak mengggunakan alas kakinya saat bermain di luar rumah. (Depkes, 2006) dan Nelson (1992) Menyatakan bahwa penularan cacingan melalui tanah pun sebetulnya bisa saja terjadi karena cacing yang hidupnya didalam tanah dapat menembus kulit dan akan 9

mengikuti aliran darah dan bisa masuk ke paru-paru serta ke dalam usus dan akan menjadi cacing dewasa. Cacing yang ada di dalam tanah tersebut disebabkan karena kebiasaan pembuangan tinja yang sembarangan. Hal ini dapat menyebabkan terkontaminasinya lingkungan seperti tanah, oleh telur cacing dari tinja. Sehingga orang yang pernah terinfeksi akan terinfeksi lagi atau dapat menginfeksi orang lain (Rudolph, 2006). Berkaitan dengan hal diatas ternyata faktor sanitasi lingkungan pun mempunyai peranan dalam hal penularan infeksi cacingan. Berdasarkan hasil penelitian ini untuk faktor sanitasi lingkungan didapatkan data yang mendukung terhadap kejadian infeksi cacingan yaitu sebanyak (43,14%). Sanitasi Lingkungan ditunjukkan dengan banyaknya responden yang memiliki kebiasaan kadang-kadang dan bahkan tidak pernah melakukan sanitasi lingkungan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sajimin, 2000) mengenai penyebaran penyakit cacingan yang paling banyak ditemukan di daerah yang dengan kelembaban tinggi yaitu pada kelompok yang sanitasi lingkungannya kurang baik. Dari faktor sanitasi lingkungan yang diteliti ternyata yang paling menonjol adalah faktor sanitasi makanan yaitu sebanyak (56,90%). Faktor sanitasi makanan yang dapat menyebabkan kejadian infeksi cacingan Berdasarkan penelitian didapatkan data yang mendukung terhadap kejadian infeksi cacingan yaitu hampir sebagian dari responden. Hal tersebut ditunjukan dengan jawaban dari hasil pengisisan angket masih adanya responden yang menjawab selalu mengkonsumsi makanan mentah atau setengah matang seperti lalapan. Hal ini sesuai 10

dengan pernyataan (Entjang, 2003) Bahwa perilaku makan dalam kehidupan seharihari yang dapat menyebabkan penularan infeksi cacingan misalnya, mengkonsumsi makanan secara mentah atau setengah matang berupa ikan, daging, sayuran. Serta penyajian makanan yang dibeli pun harus memenuhi syarat sanitasi yaitu bebas dari kontaminasi (Chandra, 2007). Oleh sebab itu untuk mencegah penularan cacingan maka sebaiknya mencuci dengan baik sayuran yang dimakan mentah terutama yang menggunakan tinja sebagai pupuk (Gandahusada, 2003). Ada juga faktor lain yaitu faktor sanitasi sumber air. Pada penelitian ini didapatkan data yang mendukung terhadap kejadian infeksi cacingan yaitu sebanyak (49,10%). Hal tersebut ditunjukan dengan jawaban dari hasil pengisisan angket disapatkan masih adanya responden yang menjawab menggunakan air sumur dalam kehidupan sehari-harinya, Sesuai dengan kenyataan di desa pasirlangu tersebut, bahwa adanya responden yang membuang tinjanya disembarang tempat. Maka hal tersebut dapat menyebabkan penularan infeksi cacing melalui tanah (Notoatmojo, 2003). Oleh sebab itu air sumur yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama air yang untuk dikonsumsi harus terbebas bakteri, dan air yang tersedia memenuhi syarat fisik yaitu, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau (Depkes 2001). Sehingga untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi cacingan dan untuk menjaga air tetap sehat maka air yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari haruslah diolah terlebih dahulu sebelum dikonsumsi (Notoatmojo,2003). 11

Selain itu pembuangan kotoran manusia pun dapat menyebabkan infeksi cacingan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data yang mendukung terhadap kejadian infeksi cacingan yaitu sebanyak (49,10 %). Hal tersebut ditunjukan dengan jawaban dari hasil pengisisan angket masih adanya responden yang menjawab dalam kehidupan sehari-harinya kadang-kadang menyiram atau membersihkan tinjanya setelah buang air besar bahkan ada yang sering membuang tinjanya disembarang tempat. Dalam hal ini sesuai dengan pendapat (Notoatmojo, 2003) Bahwa jamban merupakan salah satu sarana pembuangan tinja yang sangat penting, karena banyak sekali penyakit yang dapat disebabkan oleh tinja manusia. Orang yang terinfeksi cacingan merupakan sumber terpenting untuk kontaminasi tanah karena jika mereka berdefekasi sembarangan dapat mengembang biakan telur dan dapat hidup dalam waktu yang lama (Onggowaluyo, 2001). Dari semua faktor yang telah di paparkan, jika dibiarkan begitu saja akan menyebabkan kekurangan gizi berupa kalori dan protein, serta kehilangan darah yang berakibat menurunnya daya tahan tubuh dan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang anak. (Manalu, 2006). SIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada anak di SDN 01 Pasirlangu, dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor penyebab infeksi cacingan. 1. Personal hygiene meliputi mencuci tangan, memotong dan membersihkan kuku, penggunaan alas kaki yang mendukung ke arah infeksi cacingan pada penelitian ini faktor memotong dan membersihkan kukulah yang paling mendukung ke arah 12

kejadian infeksi cacingan. Bahwa penularan infeksi cacingan bisa saja melalui kuku jari tangan yang panjang yang kemungkinan terselip telur cacing dan bisa tertelan ketika makan. 2. Sanitasi lingkungan meliputi sanitasi sumber air, pembuangan kotoran manusia, dan sanitasi makanan yang mendukung ke arah infeksi cacingan pada penelitian ini faktor sanitasi makanan yang mendukung ke arah kejadian infeksi cacingan. Bahwa perilaku makan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menyebabkan penularan infeksi cacingan misalnya, dengan mengkonsumsi makanan secara mentah atau setengah matang berupa ikan, daging, sayuran. Serta penyajian makanan harus bebas dari kontaminasi. SARAN Dengan hasil yang didapat dari penelitian ini, maka disarankan kepada: 1. Bagi Dinas Kesehatan Berdasarkan hasil penelitian bahwa adanya gambaran faktor-faktor yang mendukung terhadap kejadian infeksi cacingan pada anak, maka diharapkan dinas kesehatan setempat dapat mengadakan program penanggulangan kejadian infeksi cacingan. 2. Bagi Sekolah Pihak sekolah disarankan untuk lebih memperhatikan keadaan siswa-siswi di sekolah tersebut, salah satunya dengan menggalakkan Unit Kesehatan Sekolah yang telah ada untuk mengadakan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan tersebut dapat dilakukan bekerja sama dengan Puskesmas yang menaungi UKS tersebut. 13

3. Bagi Perawat Komunitas Diharapkan dengan hasil tersebut perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara untuk mencegah terjadinya infeksi cacingan dan memberikan contoh perilaku menjaga personal hygiene dan sanitasi lingkungan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Dengan adanya gambaran dari hasil penelitian ini, maka diharapkan akan ada penelitian mengenai metode penyuluhan yang baik dan efektif untuk mengatasi kejadian infeksi cacingan pada anak. DAFTAR PUSTAKA Al Rasyid, H. 1994. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala Program Pascasarjana. Bandung : Universitas Padjadjaran. Azwar, S. 2011. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi II.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC. Dainur. 1995. Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Widya Medika. Departemen Kesehatan RI. 2001. Indonesia Sehat 2010. Jakarta. Available at : http://www.perpustakaan.depkes.go.id (diakses 29 Januari 2012)..2004. Pedoman Umum Program Nasional Pemberantasan Cacingan di Era Desentralisasi. Jakarta. Available at : http://www.perpustakaan.depkes.go.id (diakses 25 Januari 2012). Dinas Kesehatan Jawa Barat. 2005. Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2005. Jawa Barat. Direktorat Penanggulangan dan Pencegahan Diare, Cacingan dan ISPL, Departemen Kesehatan. 2006. Cacingan Turunkan Kualitas Hidup, Akibatkan Kebodohan dan Anemia. Available at : http://rafflesia.wwf.or.id (diakses 27 September 2011 ). 14

Entjang. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung. PT Citra Aditya Bakti. Gandahusada. 2003. Parasitologi Kedokteran. Edisi ke II. Jakarta FKUI. Hurlock, E. B. 2008. Psikologi Perkembangan. Edisi 5. Jakarta : Erlangga. Manalu SM, Biran S.I. 2006. Infeksi Cacing Tambang. Cermin Dunia Kedokteran Vol.19 No.4, Oktober- Desember 2006. Nelson. 1992. Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2. Penerjemah Moelia Radja Siregar. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Onggowaluyo, J. S. 2001. Parasitologi Medik 1 Helmintologi. Jakarta: EGC. Purnawijayanti, Hiasinta A. 2006. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Rampengan. 2007. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC. Rehulina. 2005. Infeksi Parasit Cacingan. Available at : http://pdpersi.co.id (diakses 27 September 2011). Rudolph. 2006. Buku Ajar Pediatri. Penerjemah Wahab. S, Prasetyo.A, Sugiarto. Edisi 20 Volume 1. Jakarta: EGC. Sadjimin, T. 2000. Gambaran Epidemiologi Kejadian Kecacingan Pada siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Ampana Kota Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Jurnal Epidemiologi Indonesia. Vol 4, hal 1-26. Stevens, P. dan Schade, A. 2006. Pengantar Riset : Pendekatan Ilmiah Untuk Profesi Kesehatan. Penerjemah Palupi Widyastuti. Jakarta : EGC. WHO. 2006. Soil Transmitted Helminths. Available at : http://www.who.int/intestinal_worms/en/ (diakses 28 September 2011 ). 15