BAB II GAMBARAN UMUM DAN STRUKTUR BIROKRASI MUSEUM NASIONAL JAKARTA. A. Sejarah Singkat Museum Nasional Jakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Museum Nasional. Rincian Tugas. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS MUSEUM NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Struktur Organisasi Museum Nasional

MUSEUM NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS MUSEUM NASIONAL

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Keberadaan Museum Nasional Indonesia diawali dengan berdirinya lembaga

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS MUSEUM KEBANGKITAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA MUSEUM NASIONAL

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG RINCIAN TUGAS MUSEUM KEBANGKITAN NASIONAL. Pasal 1 Rinci

BERITA NEGARA. No.519, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Museum. Benteng Vredeburg. Rincian Tugas.

BERITA NEGARA. No.1297, 2016 KEMENDIKBUD. Balai Kirti. Museum Kepresidenan RI. Rincian Tugas. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KOMPILASI BAHAN RUJUKAN UNTUK PENYUSUNAN

2016, No Pasal 1 Rincian Tugas Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah: a. melaksanakan penyusunan program kerja Museum Benteng b. melaksan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 4 - MEMUTUSKAN: Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Pemerintah Daerah

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

2015, No Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS GALERI NASIONAL INDONESIA

BAB 3 PENELITIAN. Museum Nasional terdiri dari: b. Bidang Pembinaan Koleksi Prasejarah dan Arkeologi

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 101 TAHUN 2011 TENTANG

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai

PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA. No.502, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Arkeologi. Tugas. Rincian. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

STRATEGI PENGEMBANGAN MUSEUM NASIONAL JAKARTA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN

BAB I PENDAHULUAN. dijakarta Pusat tepatnya Jalan Merdeka Barat 12. Museum Nasional Republik

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2013 TENTANG

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG

2016, No Pasal 1 Rincian Tugas Balai Arkeologi: a. melaksanakan penyusunan program kerja b. melaksanakan pencarian situs dan benda-benda c. me

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA. Pasal 1 R

2016, No Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidik

S A L I N A N. No. 152, 2016 BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 152 TAHUN 2016 NOMOR 152 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA. Pasal 1 R

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI KONSERVASI BOROBUDUR. Pasal 1 Rinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI ARKEOLOGI

DINAS KEBUDAYAAN. Tugas Pokok dan Fungsi :

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA TANJUNGPINANG

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI KONSERVASI BOROBUDUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA

BAB III BERBAGAI HAMBATAN DAN STRATEGI DALAM PENGEMBANGAN MUSEUM NASIONAL JAKARTA. A. Kendala Dalam Pengembangan Museum Nasional Jakarta

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0157 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

(3) Dalam melaksanakan tugas pokok, Kepala Balai mempunyai fungsi sebagai berikut : a. merencanakan kegiatan operasional Balai; b. menyelia dan member

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM DAN STRUKTUR BIROKRASI MUSEUM NASIONAL JAKARTA A. Sejarah Singkat Museum Nasional Jakarta Eksistensi Museum Nasional diawali dengan berdirinya suatu himpunan yang bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778. Pada masa itu di Eropa tengah terjadi revolusi intelektual (the Age of Enlightenment) yaitu dimana orang mulai mengembangkan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan. Pada tahun 1752 di Haarlem, Belanda berdiri De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen (Perkumpulan Ilmiah Belanda). Hal ini mendorong orang-orang Belanda di Batavia (Indonesia) untuk mendirikan organisasi sejenis. Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) merupakan lembaga independen yang didirikan untuk tujuan memajukan penetitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidangbidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, Berta menerbitkan hash penelitian. Lembaga ini mempunyai semboyan "Ten Nutte van het Algemeen" (Untuk Kepentingan Masyarakat Umum). Salah seorang pendiri lembaga ini, yaitu JCM Radermacher, menyumbangkan sebuah rumah miliknya di Jalan Kalibesar, suatu kawasan perdagangan di Jakarta-Kota. Kecuali itu ia juga 14

15 menyumbangkan sejumlah koleksi benda budaya dan buku yang amat berguna, sumbangan Radermacher inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya museum dan perpustakaan. Selama masa pemerintahan Inggris di Jawa (1811-1816), Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles menjadi Direktur perkumpulan ini. Oleh karena rumah di Kalibesar sudah penuh dengan koleksi, Raffles memerintahkan pembangunan gedung baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (dulu disebut gedung "Societeit de Harmonie"). Bangunan ini berlokasi di jalan Majapahit nomor 3. Sekarang di tempat ini berdiri kompleks gedung sekretariat Negara, di dekat Istana kepresidenan. Jumlah koleksi milik Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) terus neningkat hingga museum di Jalan Majapahit tidak dapat lagi menampung koleksinya. Pada tahun 1862, pemerintah Hindia-Belanda memutuskan untuk membangun sebuah gedung museum baru di lokasi yang sekarang, yaitu Jalan Medan Merdeka Barat No. 12 (dutu disebut Koningsplein West). Tanahnya meliputi area yang kemudian di atasnya dibangun gedung Rechst Hogeschool atau "Sekolah Tinggi Hukum" (pernah dipakai untuk markas Kenpetai di masa pendudukan Jepang, dan sekarang Departemen Pertahanan dan Keamanan). Gedung museum ini baru dibuka untuk umum pada tahun 1868. Museum ini sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya penduduk Jakarta. Mereka menyebutnya "Gedung Gajah" atau "Museum Gajah" karena di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke

16 museum pada tahun 1871. Kadang kala disebut juga "Gedung Arca" karena di dalam gedung memang banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai periode. Pada tahun 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar "koninklijk" karena jasanya dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah sehingga lengkapnya menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Pada tanggal 26 Januari 1950, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana tercermin dalam semboyan barunya: "memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya". Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada tanggal 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat. Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional. Kini Museum Nasional bernaung di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Museum Nasional mempunai visi yang mengacu kepada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu "Terwujudnya Museum Nasional sebagai pusat informasi budaya dan pariwisata yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban dan kebanggaan terhadap

17 kebudayaan national, serta memperkokoh persatuan dan persahabatan antar bangsa". ( http://www.museumnasional.or.id/ diakses 14 Mei pukul 18.00) Gambar 1 Gedung Gajah Museum Nasional Jakarta (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Berikut ini merupakan jenis koleksi yang terbagi pada setiap ruangruang pameran yang berbeda, antara lain : a) Ruang Pameran Koleksi Sejarah (Historic Collections) Gambar 2 Meriam (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

18 Koleksi Sejarah Museum Nasional merupakan benda-benda yang mengandung nilai sejarah Indonesia dan benda-benda peninggalan dari masa pendudukan bangsa Eropa di Indonesia, antara abad ke-16 Masehi hingga abad ke-19 Masehi. Koleksi Sejarah meliputi benda-benda berupa perabot, meriam, gelas, keramik, lampu hias, gerabah, prasasti dan lain-lain. Bendabenda tersebut umumnya dibuat di Indonesia dan sebagian dibuat di luar negeri, seperti Belanda, Inggris, Jerman, Cina dan Jepang. b) Ruang Pameran Koleksi Etnografi (Ethnography Collections) Gambar 3 Koleksi Peralatan Rumah Tangga (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Koleksi Etnografi Museum Nasional menyajikan benda-benda atau hasil budaya dari suku-suku bangsa di seluruh Indonesia. Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa yang memiliki bahasa dan kebudayaan yang berbeda-beda. Semboyan "Bhineka Tunggat Ika" mencerminkan kondisi masyarakat Indonesia. Benda-benda etnografis itu berupa peralatan hidup yang digunakan oleh suatu suku bangsa baik yang dipakai untuk keperluan upacara maupun sehari-hari.

19 c) Ruang Pameran Koleksi Geografi (Geography Collections) Gambar 4 Koleksi Miniatur Kapal Phinisi (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Koleksi Geografi terdiri dari fosil, yaitu fosil toxaster dan amonit yang berumur antara 75-135 juta tahun, koleksi batuan antara lain batuan sedimen, dan metamorf. Selain itu ada pula koleksi berbagai perlengkapan navigasi seperti kompas, chronometer, sextan, dll. beserta beberapa miniatur kapal, yaitu: Phinisi, Lete, Nade, dan Bali. d) Ruang Pameran Koleksi Prasejarah (Prehisictoric Collections) Gambar 5 Koleksi Alat Pertanian (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

20 Prasejarah merupakan suatu kurun waktu pada saat manusia belum mengenal tulisan. Di Indonesia, masa Prasejarah dimulai sejak keberadaan manusia sekitar 1,5 juta tahun yang lalu hingga dikenalnya tradisi tulisan pada abad ke-5 Masehi, yaitu ketika ditemukannya prasasti Yupa di Kutai, Kalimantan Timur. Peninggalannya berupa fosil, tulang-belulang manusia dan binatang serta artefak, yaitu benda-benda yang pernah dibuat manusia atau dipakai sebagai alat oleh manusia. e) Ruang Pameran Koleksi Arkeologi (Archaeology Collections) Gambar 6 Koleksi Arca Kepala Buddha (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Koleksi Arkeologi meliputi benda-benda budaya hasil kegiatan manusia dari masa Hindu Buddha dan lebih dikenal dengan sebutan masa Klasik Indonesia. Masa ini berlangsung dari awal abad ke-5-15 Masehi, dimana berkembang kebudayaan lokal yang dipengaruhi oleh kebudayaan India. Koleksi Arkeologi di Museum Nasional terdiri dari arca dewa-dewa Hindu, arca Buddha, arca perwujudan, arca binatang, perhiasan, peralatan

21 upacara, bagian bangunan, mata uang, prasasti, dan lain-lain. Koleksi-koleksi tersebut terbuat dari emas, perak, perunggu, batu, dan tanah liat yang dibakar. f) Ruang Pameran Koleksi Keramik Asing (Ceramic Collection) Koleksi keramik kuno di Museum Nasional yang terbanyak berasal dari Cina, dari masa dinasti Han (206 SM-220 M) sampai dengan masa dinasti terakhir, dinasti Qing (1644-1912). Lainnya berasal dari Vietnam (abad ke-14-16 M), Thailand (abad ke-14-16 M), Jepang (abad ke-17-ke 19 M), Timur Tengah (abad ke 18-ke 19 M) dan Eropa (abad ke 17-ke 19 M). Gambar 7 Koleksi Keramik China (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Koleksi tersebut merupakan data sejarah yang membuktikan adanya hubungan antara Indonesia dengan negara-negara lain di masa lalu, antara lain hubungan perdagangan. Indonesia di masa lalu merupakan penghasil utama rempah-rempah untuk komoditi perdagangan. Perdagangan masa lalu dilakukan dengan cara pembayaran uang atau cara tukar-menukar (barter) rempah-rempah dengan keramik yang berasal dari luar negeri. Selain karena

22 perdagangan, keramik diduga pula datang sebagai hadiah, upeti atau barang bawaan. g) Numismatik dan Heraldik (Numismatic, and Heraldic Collections) Gambar 8 Koleksi Koin dan Uang Kertas Negara Asing (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Koleksi numismatik terdiri dari benda-benda seperti koin, uang kertas dan token yang pernah beredar dan digunakan oleh masyarakat, di samping itu juga terdapat alat cetak uang. Koleksi numismatik Museum Nasional sebagian besar berasal dari masa kerajaan-kerajaan Indonesia kuno, masa kolonial (Belanda, Portugis, Inggris dan Jepang) hingga masa kemerdekaan Indonesia. Selain koleksi numismatik dari dalam negeri, juga terdapat koleksi numismatik yang berasal dari negara-negara di benua Asia, Eropa, Afrika, Amerika dan Australia. Koleksi Heraldik yang dimiliki oleh Museum Nasional adalah lambang-lambang seperti medali / tanda jasa, cap / setempel, dan amulet. Gedung B merupakan gedung baru yang disediakan oleh Museum Nasional. Gedung Arca (Unit B) yang mulai dibangun sejak tahun 1996, dan

23 diresmikan oleh Presiden SBY tanggal 20 Juni 2007. Koleksi-koleksi yang ada dipisahkan berdasarkan periode perkembangan/waktu peradaban. Konsep penataan pameran di Gedung Arca diberi tema Keanekaragaman Budaya Dalam Kesatuan. Tema yang mencerminkan keanekaragaman kebudayaan bangsa sebagai modal bangsa. Gambar 9 Gedung Arca Museum Nasional Jakarta (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Konsep penataan tiap lantai di Gedung Arca yang terdiri dari 4 lantai. Lantai 1 Manusia dan Lingkungan, Lantai 2 Ilmu Pengetahuan, Ekonomi dan Teknologi, Lantai 3 Organisasi Sosial dan Pola Pemukiman, Lantai 4 Khasanah Emas dan Keramik. Apabila pengunjung ingin naik ke lantai atas, tidak perlu bersusah-susah menggunakan tangga manual/darurat karena fasilitas lift dan eskalator telah tersedia disetiap lantai. Gedung B yang bernama Gedung Arca ini memiliki berbagai jenis koleksi berdasarkan aspek-apek kebudayaan yang memposisikan masyarakat Indonesia sebagai pelaku dalam lingkungan tempat tinggalnya. Berikut ini merupakan jenis koleksi yang ada di gedung B, antara lain :

24 a) Lantai 1 (Manusia dan Lingkungan / The Nature and Environment) Gambar 10 Koleksi Tulang Paha dan Tengkorak (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Pada lantai ini, koleksi yang dipamerkan antara lain berupa fosilfosil jaman prasejarah dan kehidupan keseharian manusia purba yang masih sangat primitif. b) Lantai 2 (Ilmu Pengetahuan, Ekonomi dan Teknologi / Science Technology and Economy) Gambar 11 Koleksi Jam Kapal (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Pada lantai ini, koleksi yang dipamerkan antara lain berupa prasasti dari beberapa periode kerajaan, keramik, alat navigasi saat berlayar, alat

25 berburu dan memotong, alat transportasi sepeda dan kapal serta koleksilainnya. c) Lantai 3 (Organisasi Sosial dan Pola Pemukiman / Social Organization and Habitation) Gambar 12 Koleksi Rumah Adat (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Pada lantai ini, koleksi yang dipamerkan antara lain berupa menhir, nekara, rumah adat, sisir, prasasti, mahkota kerajaan, alat penangkap ikan dan koleksi-koleksi lainnya. d) Lantai 4 (Khasanah Emas dan Keramik / The Gold Object and Ceramics) Gambar 13 Ruang Khasanah Emas dan Keramik (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

26 Di lantai ini penjagaan diruang pameran sangat ketat karena koleksinya adalah berupa emas dan keramik asing sehingga perlu pengawasan yang ekstra agar tidak terjadinya pencurian atau pembobolan. (www.museumnasional.or.id diakses 28 Juni pukul 20.00) Waktu Kunjungan, Tiket Masuk : 1) Waktu Kunjungan Senin dan hari besar nasional : Tutup, Selasa - Jum'at : 08.00-16.00, Sabtu - Minggu : 08.00-17.00 2) Tiket Masuk Pengunjung Perorangan / Personal : Dewasa : Rp 5.000,-, Anak-anak : Rp 2.000,- Pengunjung Rombongan / Group (min 20 orang) : Dewasa / Adults : Rp 3.000,-, Anak-anak / Children (TK s.d. SMA) : Rp 1.000,-, Pengunjung Asing / Foreigners : Rp 10.000,-

27 B. Struktur Birokrasi Museum Nasional Jakarta Bagan 1 Struktur Birokrasi Museum Nasional (Sumber: Dokumen Museum Nasional Jakarta 2016) Seorang kepala museum, untuk dapat berhasil dalam usaha-usahanya mengelola museum harus mempunyai pengetahuan tentang semua keperluan museum, sarana, fasilitas, tenaga dan dananya. Kepala museum juga harus dapat mengembangkan pengetahuan, bakat, keterampilan dan prakarsa para anggota staf dan personil yang ada. Dilihat dari kedudukannya seorang kepala museum sebagai pengelola museum, maka kepala museum adalah sebagai komponen penggerak diatara badan penyelenggara pengambil keputusan kebijakan dan staf pembantu pimpinan

28 museum sebagai pelaksana kegiatan kebijakan ditengah fungsionalisasi atau kegiatan operasional museum ditengah masyarakat lingkungannya. (Moh. Amir Sutaarga : 1997/1998) Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan museum adalah faktor organisasi. Setiap museum sebaiknya mempunyai struktur organisasi yang mencerminkan tugas dan fungsi museum. Berikut ini merupakan tugas-tugas yang dilakukan oleh pihak pengelola Museum Nasonal Jakarta: 1. Kepala Museum Kepala Museum, memiliki tugas sebagai ketua bagi sebuah organisasi nonprofit. Kepala Museum bertanggung jawab atas penggalangan dana, sumber daya manusia, serta pengelolaan staf dan anggaran sehari-hari. Seorang kepala museum juga bertanggung jawab membina hubungan antara staf museum dengan para pemangku keperntingan. 2. Bagian Tata Usaha Melaksanakan penyusunan program kerja bagian dan konsep program kerja museum, urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, persuratan dan kearsipan, pengelolaan barang milik negara, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen museum, menyusunan laporan Bagian dan konsep laporan museum. Bidang ini dibawahi beberapa kepala seksi, yaitu: a) Subbagian Perencanaan dan Tatalaksana Melakukan penyusunan, pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dan informasi program dan anggaran museum, analisis jabatan dan

29 analisis organisasi di lingkungan museum, menyusunan bahan sistem dan prosedur kerja di lingkungan museum, menyimpanan dan pemeliharaan dokumen subbagian, menyusunan laporan Subbagian. b) Subbagian Keuangan dan Kepegawaian Melakukan melakukan urusan pembayaran belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan pembayaran lainnya, pengelolaan penerimaan negara bukan pajak, pembukuan, verifikasi, penghitungan anggaran, dan pertanggungjawaban anggaran museum, penyusunan laporan daya serap anggaran, perbendaharaan/ganti rugi di lingkungan museum. c) Subbagian Rumah Tangga Melakukan penyusunan, penerimaan, pencatatan, dan pendistribusian surat masuk dan surat keluar di lingkungan museum, melakukan penataan, pemeliharaan, dan usul penghapusan arsip di lingkungan museum, melakukan urusan keamanan, ketertiban, kebersihan, dan keindahan di lingkungan museum, melakukan pengaturan penggunaan peralatan kantor, kendaraan dinas, gedung kantor dan prasarana lainnya di lingkungan museum, melakukan pengaturan penggunaan air, listrik, telepon, ac, dan gas di lingkungan museum. 3. Bidang Pengkajian dan Pengumpulan Melaksanakan identifikasi benda bernilai budaya berskala nasional, inventarisasi, klasifikasi, pendataan, pencarian, pengumpulan, pengadaan dan

30 katalogisasi benda bernilai budaya berskala nasional. Bidang ini dibawahi beberapa kepala seksi, yaitu: a) Seksi Identifikasi dan Klasifikasi Melakukan identifikasi, inventarisasi benda bernilai budaya berskala nasional, klasifikasi, penyusunan bahan bantuan teknis di bidang identifikasi dan klasifikasi, evaluasi pelaksanaan identifikasi dan klasifikasi benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi. b) Seksi Pencarian dan Pengumpulan Melakukan pendataan, pencarian, pengumpulan, penyusunan bahan bantuan teknis di bidang pencairan dan pengumpulan benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi pelaksanaan pencarian dan pengumpulan benda bernilai budaya berskala nasional, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi. c) Seksi Katalogisasi Melakukan penyusunan, katalogisasi benda bernilai budaya berskala nasional, penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang pemanfaatan benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan evaluasi pelaksanaan pemanfaatan dan katalogisasi benda bernilai budaya berskala nasional, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi dan konsep laporan bidang.

31 4. Bidang Perawatan dan Pengawetan Melaksanakan observasi, uji laboratorium, klasifikasi, rekomendasi, fumigasi dan bentuk, pemantauan lingkungan mikro, pemberian bantuan teknis di bidang perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi di bidang perawatan dan pengawetan, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen bidang, melaksanakan penyusunan laporan bidang. Bidang ini dibawahi beberapa kepala seksi, yaitu: a) Seksi Observasi Melakukan pengamatan dan pendataan, uji laboratorium, klasifikasi, rekomendasi penanganan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional, penyusunan bahan bantuan teknis di bidang observasi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi pelaksanaan observasi benda bernilai budaya berskala nasional, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi. b) Seksi Perawatan Melakukan perawatan, pembersihan, perbaikan, rekonstruksi, restorasi, penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang perawatan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi pelaksanaan perawatan benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi.

32 c) Seksi Pengawetan Melakukan penguatan, pelapisan, fumigasi dan bentuk pengawetan lainnya koleksi benda bernilai budaya berskala nasional, pemantauan lingkungan mikro, penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang pengawetan koleksi, evaluasi, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi dan konsep laporan bidang. 5. Bidang Penyajian dan Publikasi Melaksanakan pembuatan, penyusunan desain dan pembuatan sarana pameran benda bernilai budaya berskala nasional, perancangan dan pembuatan replika, penataan benda, pemajangan benda, pengamanan benda, pengumpulan dan pengolahan data dan informasi benda, penyebarluasan data dan informasi benda, pemberian layanan informasi benda, penyusunan label dan buku informasi pameran tetap dan pameran khusus, melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen bidang. Bidang ini dibawahi beberapa kepala seksi, yaitu: a) Seksi Perancangan Melakukan penyusunan, pembuatan rancangan pameran, penyusunan desain dan pembuatan sarana pameran, perancangan dan pembuatan replika benda bernilai budaya berskala nasional, penyusunan bahan bantuan teknis di bidang perancangan, sarana pameran, dan replika benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi pelaksanaan perancangan, sarana pameran, dan reflika benda bernilai budaya berskala nasional.

33 b) Seksi Penyajian Melakukan penataan, pemajangan, pengamanan, penyusunan bahan bantuan teknis di bidang penyajian benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan evaluasi pelaksanaan penyajian benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi. c) Seksi Publikasi Melakukan pengumpulan, pengolahan data dan informasi benda bernilai budaya berskala nasional penyebarluasan data dan informasi, pemberian layanan informasi benda, penyusunan label dan buku informasi pameran tetap dan pameran khusus, penyusunan bahan bantuan teknis di bidang publikasi benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi pelaksanaan publikasi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi dan konsep laporan bidang. 6. Bidang Kemitraan dan Promosi Melaksanakan pemberian bimbingan kepada pelajar, mahasiswa, dan masyarakat di bidang benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan penyuluhan kepada masyarakat, pemberian layanan pemanduan kepada pengunjung museum, melaksanakan workshop, ceramah, seminar, dan bentuk layanan edukasi, melaksanakan kemitraan dengan unit kerja/instansi, lembaga, dan masyarakat di dalam dan luar negeri, promosi, pemberian bantuan teknis

34 pelaksanaan kemitraan dan promosi koleksi dan museum di tingkat nasional, regional, dan internasional. a) Seksi Layanan Edukasi Melakukan penyusunan bahan layanan edukasi, pemberian bimbingan kepada pelajar, mahasiswa, dan masyarakat, penyuluhan kepada masyarakat, pemberian layanan pemanduan kepada pengunjung museum evaluasi pelaksanaan pemberian layanan edukasi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi. b) Seksi Kemitraan Melakukan penyusunan bahan pelaksanaan kemitraan, penyusunan dokumen, kerja sama kemitraan dengan unit kerja/instansi, lembaga, dan masyarakat di dalam dan luar negeri di bidang benda bernilai budaya berskala nasional, penyusunan bahan bantuan teknis pelaksanaan kemitraan di bidang benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi pelaksanaan kemitraan, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi. c) Seksi Promosi Melakukan pengkajian dan penyusunan bahan promosi benda bernilai budaya berskala nasional, promosi koleksi dan museum di tingkat nasional, regional, dan internasional, penyusunan bahan bantuan teknis pelaksanaan promosi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional,

35 evaluasi pelaksanaan promosi, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi dan konsep laporan bidang. 7. Bidang Registrasi dan Dokumentasi Melaksanakan pengembangan sistem registrasi dan pendokumentasian benda koleksi, pencatatan, akuisisi, dan pemberian nomor registrasi benda koleksi, pencatatan benda koleksi bernilai budaya berskala nasional yang bukan atau belum menjadi koleksi museum, penghapusan benda koleksi, pengelolaan perpustakaan Museum Nasional, pemberian bantuan teknis di bidang registrasi dan dokumentasi benda koleksi, evaluasi pelaksanaan registrasi dan dokumentasi benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen bidang, melaksanakan penyusunan laporan bidang. a) Seksi Registrasi Melakukan pengembangan sistem pendataan koleksi museum, pencatatan benda koleksi museum, akuisisi dan pemberian nomor registrasi benda koleksi museum, pencatatan mutasi benda koleksi bernilai budaya berskala nasional, penyusunan bahan bantuan teknis di bidang registrasi benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional, evaluasi pelaksanaan registrasi benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional, melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi.

36 b) Seksi Dokumentasi Melakukan pengembangan sistem pendokumentasian benda koleksi museum, penyimpanan dokumen benda koleksi museum, perawatan dan pemeliharaan dokumen benda koleksi museum, penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang dokumentasi benda koleksi museum, evaluasi pelaksanaan dokumentasi benda, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi. c) Tugas Seksi Perpustakaan Melakukan penyusunan rencana kebutuhan dan pengembangan koleksi perpustakaan, pengadaan koleksi perpustakaan, pengelolaan koleksi perpustakaan, pengembangan koleksi kepustakaan, penyimpanan koleksi perpustakaan, pemeliharaan dan perawatan koleksi perpustakaan, melakukan layanan perpustakaan, kerja sama di bidang pengelolaan perpustakaan, evaluasi pengelolaan perpustakaan, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi, melakukan penyusunan laporan seksi dan konsep laporan bidang. (Sumber: Arsip dokumen Museum Nasional Jakarta 2016) Kepala museum harus dapat membimbing, mengatur, mengamati, kerjasama staf pimpinan semua unsur kegiatan pokok dan kegiatan penunjang museum itu sendiri. Musyawarah dan mencari kata sepakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program kegiatan, sesuai dengan kebijakan umum dari atas dan melayani kepentingan umum haruslah merupakan ciri-ciri khusus dalam

37 metode pengelolaan yang terbuka dan demokratis. (Moh. Amir Sutaarga : 1997/1998) Dilihat dari struktur birokrasi yang ada di Museum Nasional Jakarta, menangani koleksi, mengatur kegiatan penelitian dan penerbitan laporan penelitian koleksi serta masih banyak tugas-tugas permuseuman lainnya mungkin dapat dianggap tugas-tugas rutin yang ringan, akan tetapi menyiapkan dan mengatur kegiatan-kegiatan penyajian koleksi dengan tujuan pelayanan masyarakat luas merupakan tugas yang tidak ringan. Terutama apabila ada sumber daya manusia museum yang masih belum menguasai permuseuman, maka bisa terjadi banyak kendala dalam pengembangan museum. Karenanya seorang kepala museum harus bersikap komunikatif kepada setiap staf museum, agar setiap tugas yang diberikan kepala museum kepada ahliahli bidang museum dapat terlaksana dengan baik, begitupula dengan pengembangan program-program kerja yang diadakan museum, perlu adanya kerjasama antar sumber daya manusia yang mengelola museum untuk memberikan pelayanan terbaik bagi wisatawan yang datang ke Museum Nasional Jakarta. Dengan demikian Museum Nasional Jakarta dapat dikatakan telah berkembang menjadi lebih baik, karenanya dapat mendatangkan wisatawan yang lebih banyak setiap tahunnya. Ditunjang oleh tenaga ahli permuseuman yang ada, program-program kerja, serta pengembangan fisik yang ada menjadikan Museum Nasional Jakarta contoh bagi museum-museum lain yang masih kurang pengembangannya.

38 C. Latar Belakang Pengembangan Museum Nasional Jakarta Pendirian dan pengembangan museum di Indonesia semakin meningkat dari masa sebelum kemerdekaan. Tujuan pendirian museum setelah kemerdekaan adalah untuk kepentingan pelestarian dan pengembangan warisan budaya dalam rangka persatuan dan peradaban bangsa, juga sebagai sarana pendidikan nonformal. Jumlah koleksi pada masa kolonial cukup besar, namun disajikan dengan konsep tata pameran di Eropa. Sementara jumlah koleksi setelah kemerdekaan memang masih terbatas, namun koleksi tersebut dipamerkan untuk kepentingan bangsa dalam rangka penanaman rasa kebangsaaan dan jati diri. Museum Nasional memiliki kaitan yang sangat erat dengan museum sebelum kemerdekaan yang hingga saat ini terus menunjukan perkembangannya dalam dunia pariwisata. Museum Nasional dikelompokkan sebagai objek dan daya tarik wisata. Museum Nasional memiliki nilai informasi sejarah, budaya maupun informasi ilmiah yang berguna untuk kepentingan masyarakat. Museum Nasional adalah objek yang mampu menunjang peningkatan ataupun pengembangan sektor kepariwisataan suatu daerah, khususnya di Ibukota Jakarta. Pengembangannya dilakukan melalui pengelolaan museum secara profesional dengan melibatkan seluruh aspek. Pengelolaan museum diartikan sebagai upaya mengurus, mengendalikan, dan mengawasi lembaga museum agar dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan sesuai dengan tugas dan fungsi museum. Pengelolaan museum secara optimal mutlak dilakukan agar fungsi museum dapat dirasakan oleh masyarakat dan museum dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan.

39 Pengelolaan museum ini dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek internal dan eksternal. Secara internal, pengelolaan dilakukan dengan memperhatikan aspek koleksi, pameran, aktivitas atau program yang dijalankan serta pelayanan yang diberikan oleh pengelola museum kepada pengunjung. Pengelola museum sebagai pihak yang secara langsung menangani pengelolaan museum sehingga merupakan bagian dari pihak internal museum. Secara eksternal, peran lembaga atau pihak luar dalam pengembangan museum sangat diharapkan agar museum menjadi daya tarik wisata unggulan. Aspek eksternal tersebut mencakup pemerintah, industri pariwisata, dan masyarakat. Museum Nasional Jakarta memiliki latar belakang khusus dalam pengembangannya, antara lain masyarakat, Sumber Daya Manusia, fisik bangunan, dan sumber dana yang ada untuk pembangunan museum. 1. Masyarakat Latar belakang pengembangan yang dihadapi museum nasional salah satunya adalah makin bertambahnya minat masyarakat terhadap museum. Dengan keberadaan Museum Nasional, masyarakat dapat mengetahui sejarah atau jati diri bangsa Indonesia. Lewat Museum Nasional, masyarakat lebih mulai mencerna atau mengenal sejarah pada koleksi yang ada pada pameran. Dengan motivasi masyarakat untuk tujuan pencarian informasi dan kesenangan merupakan alasan kuat mengapa potensi museum perlu dioptimalkan. Sehingga Museum Nasional dapat memfasilitasi masyarakat untuk beraktifitas khususnya dalam nuansa kebudayaan. Selain atas dasar permintaan masyarakat, Museum Nasional juga

40 memiliki banyak koleksi yang masih perlu dipamerkan. Hal Itu pula yang membuat Museum Nasional akan mempersiapkan perluasan tata pameran. (Wawancara dengan Oting Rudy Hidayat selaku Kepala Seksi Promosi tanggal 1 Juni 2016) Museum Nasional sebagai sebuah lembaga studi warisan budaya dan pusat informasi edukatif kultural dan rekreatif, mempunyai kewajiban menyelamatkan dan melestarikan benda warisan budaya bangsa Indonesia. Hingga saat ini koleksi yang dikelola berjumlah 141.899 benda, terdiri atas 7 jenis koleksi yaitu prasejarah, arkeologi, keramik, numismtik-heraldik, sejarah, etnografi dan geografi. Penyelamatan dan pelestarian budaya ini pada hakekatnya ditujukan untuk kepentingan masyarakat, diinformasikan melalui pameran dan penerbitan-penerbitan katalog, brosur, audio visual juga website. Tujuannya agar masyarakat tahu dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian warisan budaya bangsa. 2. SDM Permuseuman Pengembangan Museum Nasional masih membutuhkan tenaga ahli dalam bidang permuseuman. Oleh karena itu dengan latar belakang SDM permuseuman ini menjadikan museum nasional membentuk suatu SDM museum yang lebih aktif. Museum pada saat ini dituntut secara aktif meningkatkan ketenagaan (SDM) yang dapat mendorong gerak maju pembangunan nasional. Museum yang mampu melakukan peran semacam itu harus

41 dikelola atau didukung oleh tenaga yang memiliki profesionalisme permuseuman yang handal. Sebagian besar tenaga yang bertugas di museum, baik lulusan perguruan tinggi maupun yang berpendidikan non perguruan tinggi pada awalnya belum dapat dikatakan siap pakai. (Wawancara dengan Oting Rudy Hidayat selaku Kepala Seksi Promosi tanggal 1 Juni 2016) 3. Fisik Bangunan Bangunan yang dijadikan sebagai museum pada umumnya adalah bangunan bersejarah yang dilindungi sehingga memerlukan perawatan khusus. Selain itu untuk bangunan baru pada umumnya menghadapi masalah prosedur pengadaan tanah dan kesulitan mendapatkan arsitek di bidang permuseuman pada waktu pembangunannya. Museum Nasional Jakarta telah menjadi contoh untuk museum lain adanya gedung A ( Gedung Gajah ) yang sudah ada sebelum kemerdekaan,dan pada tahun 1996 pemerintah berinisiatif membangun gedung B ( Gedung Arca ) dengan adanya berbagai hambatan pada saat pembangunan gedung B. Diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2007. Museum Nasional masih terus melakukan pengembangan fisik berupa pembangunan Gedung C, yang telah dimulai pada tahun 2013 dan direncanakan selesai pada tahun 2018. Gedung C ini akan memiliki tujuh lantai terdiri dari ruang penyimpanan (storage), laboraturium, kantor, dan berbagai fasilitas publik seperti :

42 perpustakaan, teater dan ruang pameran temporer, ruang edukasi, kids corner, museum shop dan area komersial. Gedung yang sedang dibangun itu diharapkan bisa menampung hingga lebih sekitar 200 ribu koleksi. Gedung Unit C direncanakan akan dibangun untuk memperluas tata pameran yang sudah ada dan untuk melengkapi subtema terakhir yaitu Religi dan Kesenian. Setelah Gedung C selesai dibangun, rencana selanjutnya adalah merenovasi Gedung A. Museum Nasional pun akan membangun fasilitas tambahan di TMII, yaitu pembangunan gedung storage di area TMII seluas 1 hektar. (Wawancara dengan Daromi selaku Tour Guide tanggal 1 Juni 2016) 4. Sumber Dana Dalam pembangunan sarana maupun prasarana museum memerlukan pendanaan dari pemerintah. Sumber dana yang ada tidak dapat diberikan secara langsung, melainkan bertahap setiap tahunnya, karena jumlah anggaran pemerintah untuk museum masih dikatakn kurang untuk pembangunan. Terbengkalainya pembangunan Museum Nasional ini selama beberapa tahun dikarenakan krisis keuangan pada masa itu, sehingga pembangunan gedung B berlangsung cukup lama. Sumber dana akan menyebabkan munculnya masalah sarana, prasarana, dan tidak lancarnya kegiatan fungsionalisasi museum.

43 Bangunan museum sebelum kemerdekaan cenderung menggunakan bangunan tua. Karena tidak diperuntukkan sebagai museum, maka tidak dapat memenuhi kriteria bangunan museum modern. Sumber daya manusia dan pelayanan kepada pengunjung masih kurang, sedangkan sarana dan fasilitas belum mencukupi. Berbeda pada masa setelah kemerdekaan, bangunan sudah direncanakan khusus untuk suatu museum dan mencerminkan suatu gaya arsitektur tradisional daerah tertentu. Sumber daya manusia dan pelayanan telah ada, meskipun belum profesional. Museum-museum juga telah ditunjang dengan sarana dan fasilitas yang memadai. (Agus Aris Munandar : 2011) Dengan semua latar belakang yang ada pada masa sebelum kemerdekaan membuat Museum Nasional menjadi salah satu museum yang dapat dicontoh oleh museum lain yang ada di Indonesia. Museum Nasional Jakarta terus melakukan pengembangan sehingga segala sesuatu yang belum optimal dapat dioptimalkan kembali. Dan untuk mengubah persepsi masyarakat bahwa museum hanya sebagai gudang penyimpanan diubah menjadi museum adalah lembaga yang tujuannya melestarikan sejarah budaya bangsa, yang sifatnya edukatif.