Agus Surandono 1,a*, Amri Faizal 2,b

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS SARANA PENYEBERANGAN DAN PERILAKU PEJALAN KAKI MENYEBERANG DI RUAS JALAN PROF. SUDARTO, SH KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG Soehartono *)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perhubungan Darat : SK.43/AJ 007/DRJD/97).

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II KERANGKA TEORITIS. NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO

III. METODE PENELITIAN. mengemukakan secara teknis tentang metoda-metoda yang digunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persimpangan Sistem jaringan jalan terdiri dari 2 (dua) komponen utama yaitu ruas (link) dan persimpangan (node).

Studi Pemilihan Jenis dan Sebaran Fasilitas Penyeberangan di Koridor Urip Sumiharjo Kota Makassar

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

JURNAL Rekayasa dan Manajemen Transportasi Journal of Transportation Management and Engineering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Kajian Azaz Manfaat Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Sultan Thaha Kota Jambi. Fakhrul Rozi Yamali

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan dengan pejalan kaki (Abubakar I, 1995).

ANALISIS HAMBATAN SAMPING AKIBAT AKTIVITAS PERDAGANGAN MODERN (Studi Kasus : Pada Jalan Brigjen Katamso di Bandar Lampung)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 4 (Empat)

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

KAJIAN PERSEBARAN LALU LINTAS KAWASAN JALAN SEMERU DAN JALAN KAWI ATAS KOTA MALANG

III. METODOLOGI PENELITIAN. dijadikan sebagai data sekunder. Setelah pengumpulan literatur kemudian

ANALISIS OPERASIONAL WAKTU SINYAL LAMPU LALULINTAS PADA TEMPAT PENYEBERANGAN PEJALAN KAKI DI RUAS JALAN PAHLAWAN KOTA MADIUN

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

KAJIAN LALU LINTAS DI KAWASAN PINTU GERBANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA JALAN VETERAN KOTA MALANG KARYA TULIS ILMIAH

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengamatan untuk mengumpulkan data akan dilaksanakan pada hari Senin dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN KAPASITAS PARKIR TERHADAP VOLUME PARKIR PADA AREAL DINAS BINA MARGA DAN CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT.

III. METODOLOGI PENELITIAN


BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR DAN RUKO LAWANG KABUPATEN MALANG

DAMPAK PUSAT PERBELANJAAN SAKURA MART TERHADAP KINERJA RUAS JALAN TRANS SULAWESI DI KOTA AMURANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK

TATA CARA PERENCANAAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN PERKOTAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi

PENGARUH PARKIR BADAN JALAN TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ( Studi Kasus Jalan Brigjen Katamso Tanjung Karang Pusat )

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang baik dan ideal antara komponen komponen transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dari hasil survei inventaris jalan didapat data-data ruas Jalan Pintu Satu Senayan. Panjang. ( m )

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

PENGARUH PARKIR ON-STREET TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ARIEF RAHMAN HAKIM KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

STUDI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL YANG TIDAK SEBIDANG DI KOTA MAKASSAR: STUDI KASUS SIMPANG JALAN URIP SUMOHARJO-JALAN LEIMENA

KAJIAN PERBAIKAN KINERJA LALU LINTAS DI KORIDOR GERBANG PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

sementara (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996).

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pembangunan suatu daerah maka semakin ramai pula lalu

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENATAAN RUANG PARKIR KENDARAAN (Studi Kasus Pada Lahan Parkir Kampus II Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro)

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG)

EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan transportasi. Akibatnya terjadilah peningkatan pengguna jaringan. hambatan bila tidak ditangani secara teknis.

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN PADA ZONA SELAMAT SEKOLAH DI YOGYAKARTA. Jaya Yogyakarta. Atma Jaya Yogyakarta ABSTRAK

KAJIAN KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN PADA RUAS JALAN DI AREA KOMERSIAL KOTA PONTIANAK (STUDI KASUS: JL. TEUKU UMAR JL

BAB 1 PENDAHULUAN. simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaatnya (

TINJAUAN EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALULINTAS PADA PERSIMPANGAN PAAL DUA MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

OPTIMASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL BERHIMPIT (STUDI KASUS SIMPANG DR. RAJIMAN LAWEYAN, SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. raya adalah untuk melayani pergerakan lalu lintas, perpindahan manusia dan

Transkripsi:

STUDI KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN JALAN DI RUAS JALAN PROKLAMATOR BANDAR JAYA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Studi Kasus Bandar Jaya Plaza - Komplek Pertokoan Bandar Jaya) Agus Surandono 1,a*, Amri Faizal 2,b Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung. Email : a agussurandono@yahoo.co.id, b amri_fzl@yahoo.co.id ABSTRAK Ruas jalan Proklamator Bandar Jaya Kabupaten Lampung Tengah yaitu pada titik ruas jalan Bandar Jaya Plaza Komplek Pertokoan Bandar Jaya Lampung Tengah memperlihatkan ketidakteraturan atau kesemrawutan, pejalan kaki menyeberang melintasi ruas jalan tersebut pada sembarang tempat yang tidak mempunyai fasilitas penyeberangan ditambah lagi ruas jalan tersebut merupakan akses jalan negara (lintas antar propinsi) yang selalu dilewati berbagai jenis kendaraan selama 24 jam. Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan kondisi penyeberang jalan serta mencari hubungan persamaan antara volume lalu lintas dengan volume penyeberang serta menentukan fasilitas penyeberangan yang sesuai dengan karakteristik pejalan kaki di lokasi penelitian. Data yang diambil meliputi data volume penyeberang jalan dan volume kendaraan, sampel di sini diambil dari lokasi penyeberangan pada tujuh hari pengamatan selama 12 jam per hari pengamatan. Adapun langkah analisis yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah menghitung PV 2, terdiri dari volume penyeberang (P) dan volume kendaraan (V) dan dicocokkan dengan persyaratan fasilitas penyeberangan pada ruas jalan yang ditinjau sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dari hasil penelitian didapat karakteristik penyeberang jalan didominasi oleh penyeberang jalan kategori mandiri, yaitu penyeberang jalan dengan usia 10 tahun atau < 10 tahun di dampingi orang dewasa dengan prosedur baku cara menyeberangnya mayoritas menggunakan cara menunggu sejenak lalu menyeberang dengan cara berjalan. Dari hasil analisis volume penyeberang jalan (P) dan volume kendaraan (V) pada lokasi penelitian diperoleh hasil P terbesar pada lokasi penelitian adalah hari sabtu sebesar 453 orang/jam, dan V terbesar pada lokasi penelitian adalah pada hari minggu sebesar 3.211 Kendaraan/jam > 750 Kendaraan/jam serta PV 2 > 2 x 10 8 dengan nilai PV 2 terbesar terdapat pada hari Sabtu pada jam 13.00 14.00 sebesar 5.159.759.632. Sehingga untuk menunjang keselamatan para pejalan kaki dan kelancaran arus lalu lintas direkomendasikan dengan menggunakan fasilitas penyeberangan pelican cross dengan pelindung tanpa median Kata Kunci : Penyeberang Jalan, Volume Lalu Lintas, Fasilitas Penyeberangan PENDAHULUAN Meningkatnya volume lalu lintas kendaraan di jalan raya sangat membutuhkan tersedianya fasilitas pejalan kaki berupa fasilitas penyeberangan pada daerah dimana pejalan kaki terkonsentrasi seperti di ruas Jalan Proklamator Bandar Jaya Kabupaten Lampung Tengah yaitu pada titik ruas jalan Bandar Jaya Plaza Komplek Pertokoan Bandar Jaya Lampung Tengah. Penyediaan fasilitas penyeberangan adalah untuk meminimalkan konflik langsung antara pedestrian/pejalan kaki dan kendaraan yang melintas di jalan raya. Pemilihan jenis fasilitas penyeberangan pejalan kaki/pedestrian sangat dipengaruhi oleh karakteristik pedestrian dan karakteristik 1

lalu lintas kendaraan yang melintas di jalan raya. Pejalan kaki merupakan bagian dari sistem transportasi yang tidak kalah pentingnya dibandingkan moda transportasi lain. Walaupun tindakan berjalan kaki terlihat sederhana, akan tetapi memainkan peranan penting dalam sistem transportasi, karena jika pejalan kaki mengalami gangguan maka akan mengganggu pengembangan suatu area. Jika ada pun seringkali tidak memberikan kenyamanan bagi para pejalan kaki yang mempergunakan fasilitas tersebut. Dengan kondisi di atas dan ditambah fasilitas yang tidak memadai, pejalan kaki sering dituding sebagai salah satu penyebab kemacetan lalu lintas. Pihak penyelenggara wilayah pun tidak menyadari bahwa penyebab kemacetan seringkali disebabkan oleh penanganan perencanaan dan pengembangan tata kota atau wilayah yang tidak baik. Dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan No.22 Tahun 2009, dijelaskan bahwa pejalan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung berupa trotoar maupun tempat penyeberangan. Pada lokasi studi saat ini, peningkatan jumlah penyeberang jalan masih belum mampu diimbangi dengan adanya ketersediaan fasilitas penyeberangan guna menghindari konflik antar pejalan kaki dan pengendara kendaraan. Fenomena di atas terlihat juga pada lokasi sepanjang ruas jalan Proklamator Bandar Jaya Kabupaten Lampung Tengah yaitu pada titik ruas jalan Bandar Jaya Plaza Komplek Pertokoan Bandar Jaya Lampung Tengah memperlihatkan ketidakteraturan atau kesemrawutan, pejalan kaki menyeberang melintasi ruas jalan tersebut pada sembarang tempat yang tidak mempunyai fasilitas penyeberangan ditambah lagi ruas jalan tersebut merupakan akses jalan negara (lintas antar propinsi) yang selalu dilewati berbagai jenis kendaraan selama 24 jam Pada dasarnya pejalan kaki di lokasi tersebut sebagian besar adalah para karyawan dan pengunjung pusat pertokoan/pasar, pegawai kantor, anak sekolah dan masyarakat umum lainnya yang akan menyeberang dari lokasi gedung Bandar Jaya Plaza ke pusat pertokoan atau sebaliknya. Oleh karena itu untuk memberikan kenyamanan dan kelancaran bagi pejalan kaki pada lokasi ini perlu diberikan fasilitas penyeberangan bagi pejalan kaki atau penghubung antar pusat belanja/perdagangan tersebut. Dengan penjelasan di atas, memperlihatkan perlunya sebuah studi untuk mempelajari pergerakan penyeberang atau pejalan kaki serta karateristiknya dan arus kendaraan terutama di lokasi Bandar Jaya Plaza Komplek Pertokoan Bandar Jaya Lampung Tengah. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan suatu perencanaan yang meminimalkan konflik antara penyeberang jalan dan kendaraan di daerah tersebut serta memenuhi standar penyediaan suatu fasilitas penyeberangan. TINJAUAN PUSTAKA Pejalan Kaki Pejalan kaki adalah pengguna jalur pejalan kaki, baik dengan alat maupun tanpa alat bantu. Namun dalam perencanaan transportasi sering terjadi pengabaian, padahal diketahui bahwa seluruh manusia merupakan pejalan kaki yang terdiri pejalan kaki jarak pendek, menengah, dan jauh. Namun juga jika sudah tersedianya fasilitas pejalan kaki tidak seluruhnya digunakan maupun dimanfaatkan oleh pejalan kaki sesuai fungsinya. Seperti digunakan oleh pedagang kaki lima, sehingga pejalan kaki menggunakan badan jalan maka dengan ini akan membahayakan keselamatan lalu lintas. Karakteristik Pejalan Kaki Karakteristik pejalan kaki merupakan bagian penting yang harus dipertimbangkan untuk melakukan perancangan dan perencanaan fasilitas pejalan kaki. Karakteristik pejalan kaki terbagi atas karakteristik mikroskopik dan karakteristik makroskopik. Beberapa karakteristik pejalan kaki pada level makroskopis misalnya adalah jarak perjalanan, tujuan perjalanan, atau karakteristik sosial ekonomi. Kajian mengenai karakteristik pejalan kaki sangat penting sebagai penentuan dimensi, material, serta pemilihan jenis fasilitas yang akan diimplementasikan sangat dipengaruhi oleh 2

karateristik pengguna fasilitas itu sendiri, yakni pejalan kaki (Tanan, 2011). Fasilitas Pejalan Kaki Fasilitas pejalan kaki dapat dipasang dengan kriteria berdasarkan pedoman tata cara perencanaan fasilitas pejalan kaki dikawasan perkotaan No : 011/T/Bt1995 sebagai berikut: a. Fasilitas pejalan kaki harus dipasang pada lokasi-lokasi dimana pemasangan fasilitas tersebut memberikan manfaat yang maksimal, baik dari segi keamanan, kenyamanan ataupun kelancaran perjalanan bagi pemakainya. b. Tingkat kepadatan pejalan kaki, atau jumlah konflik dengan kendaraan dan jumlah kecelakaan harus digunakan sebagai faktor dasar dalam pemilihan fasilitas pejalan kaki yang memadai. c. Pada lokasi-lokasi kawasan yang terdapat sarana dan prasarana umum. d. Fasilitas pejalan kaki dapat ditempatkan disepanjang jalan atau pada suatu kawasan yang akan mengakibatkan pertumbuhan pejalan kaki dan biasanya diikuti oleh peningkatan arus lalu lintas serta memenuhi syaratsyarat atau ketentuan ketentuan untuk pembuatan fasilitas tersebut. Tempattempat tersebut antara lain daerah industri, pusat perbelanjaan, pusat perkantoran, sekolah, terminal bus, perumahan dan pusat hiburan. e. Fasilitas pejalan kaki yang formal terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut : A. Jalur pejalan kaki yang terdiri dari : 1. Trotoar 2. Penyeberangan, antara lain sebagai berikut : a. Jembatan penyeberangan b. Zebra cross c. Pelican cross d. Terowongan 3. Non Trotoar B. Pelengkap jalur pejalan kaki yang terdiri dari : a. Lapak tunggu b. Rambu c. Marka d. Lampu lalu lintas e. Bangunan pelengkap Penyeberang Jalan Penyeberang jalan adalah pejalan kaki yang memotong arus lalu lintas yang ada dimana harus dilakukan pengaturan lalu lintas, baik dengan lampu pengatur ataupun dengan marka penyeberangan atau tempat penyeberangan yang tidak sebidang (Tata cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, Dirjen Bina Marga, Tahun 1995). Karakteristik Penyeberang Jalan Untuk menganalisa kebutuhan fasilitas penyeberang jalan perlu dipelajari karakteristik serta perilaku pejalan kaki yang menyeberang jalan. Adapun karakteristik pejalan kaki tersebut adalah : a. Kecepatan Menyeberang Kecepatan menyeberang adalah jarak dibagi dengan waktu. Kecepatan berjalan dipengaruhi oleh faktor-faktor volume pejalan kaki, usia pejalan kaki, jenis kelamin pejalan kaki, tingkat kesehatan fisik pejalan kaki, kepadatan pejalan kaki dari arah berlawanan, kemiringan jalan, lebar penyeberangan, jarak terhadap kendaraan yang datang, kecepatan kendaraan yang datang dan cuaca. b. Volume Volume pejalan kaki adalah jumlah pejalan kaki yang melewati titik tertentu setiap satuan waktu. Volume pejalan kaki dinyatakan dalam pejalan kaki/meter/detik atau pejalan kaki/meter/menit. Perilaku Penyeberang Jalan Untuk menganalisa kebutuhan fasilitas penyeberang jalan perlu dipelajari karakteristik serta perilaku pejalan kaki yang menyeberang jalan. Adapun karakteristik pejalan kaki tersebut adalah : a. Kecepatan Menyeberang Kecepatan menyeberang adalah jarak dibagi dengan waktu. Kecepatan berjalan dipengaruhi oleh faktor-faktor volume pejalan kaki, usia pejalan kaki, jenis kelamin pejalan kaki, tingkat kesehatan fisik pejalan kaki, kepadatan pejalan kaki dari arah berlawanan, kemiringan 3

jalan, lebar penyeberangan, jarak terhadap kendaraan yang datang, kecepatan kendaraan yang datang dan cuaca. b. Volume Volume pejalan kaki adalah jumlah pejalan kaki yang melewati titik tertentu setiap satuan waktu. Volume pejalan kaki dinyatakan dalam pejalan kaki/meter/detik atau pejalan kaki/meter/menit. Kriteria Pemilihan Fasilitas Penyeberangan Fasilitas penyeberangan bagi pejalan kaki dapat disediakan secara bertahap sesuai dengan tingkat kebutuhan. Yang menjadi pertimbangan adalah interaksi dari pejalan kaki dan arus lalu lintas atau kendaraan. Jika fasilitas penyeberangan dibutuhkan, maka perlu dipertimbangkan hirarki dari : a. Zebra cross b. Pelican cross c. Jembatan penyeberangan d. Terowongan penyeberangan Fasilitas penyeberangan. Fasilitas penyeberangan adalah fasilitas pejalan kaki untuk penyeberangan jalan. (Tata cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, Dirjen Bina Marga, Tahun 1995). Fasilitas penyeberangan dibagi dalam 2 kelompok tingkatan yaitu penyeberangan sebidang dan penyeberangan tidak sebidang. Penyeberangan Sebidang Penyeberangan sebidang terdiri dari : 1. Zebra cross, Zebra Cross dipasang dengan ketentuan sebagai berikut : a. Zebra Cross harus dipasang pada jalan dengan arus lalu lintas, kecepatan lalu lintas dan arus pejalan kaki yang relatif rendah. b. Lokasi Zebra Cross harus mempunyai jarak pandang yang cukup, agar tundaan kendaraan yang diakibatkan oleh penggunaan fasilitas penyeberangan masih dalam batas yang aman. Zebra Cross dibagi menjadi : a. Zebra cross tanpa pelindung b. Zebra cross dengan pelindung 2. Pelican Cross, merupakan zebra cross yang dilengkapi dengan lampu lalu lintas. Pelican Cross harus dipasang pada lokasilokasi sebagai berikut : 1. Pada kecepatan lalu lintas kendaraan dan arus penyeberang tinggi 2. Lokasi pelikan dipasang pada jalan dekat persimpangan. 3. Pada persimpangan dengan lampu lalu lintas, dimana pelican cross dapat dipasang menjadi satu kesatuan dengan rambu lalu lintas (traffic signal). Pelican Cross dibagi menjadi : a. Pelican cross tanpa pelindung, yaitu penyeberangan pelican cross yang tidak dilengkapi dengan pulau pelindung. b. Pelican cross dengan pelindung, yaitu penyeberangan pelican cross yang dilengkapi dengan pulau pelindung dan rambu peringatan awal bangunan pemisah untuk lalu lintas dua arah. Kriteria pemilihan penyeberangan sebidang adalah : A. Penyeberangan Zebra Cross : 1. Bisa dipasang dikaki persimpangan tanpa apill atau diruas/link 2. Apabila persimpangan diatur dengan lampu pengatur lalu lintas, hendaknya pemberian waktu penyeberangan menjadi satu kesatuan dengan lampu pengatur lalu lintas persimpangan. 3. Apabila tidak diatur dengan lampu pengatur lalu lintas, maka kriteria batas kecepatan adalah < 40 km/jam. B. Penyeberangan Pelican cross: 1. Dipasang pada ruas/link jalan, minimum 300 meter dari persimpangan. 2.Pada jalan dengan kecepatan operasional rata-rata lalu lintas kendaraan > 40 km/jam. 4

Zebra Cross Tanpa Pelindung Zebra Cross dengan Pelindung Gambar Standar Garis Stop dan Zebra Cross Penyeberangan Tidak Sebidang Penyeberangan tidak sebidang terdiri dari : 1. Jembatan penyeberangan Pembangunan jembatan penyeberangan disarankan memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan Zebra Cross dan Pelikan Cross sudah mengganggu lalu lintas yang ada. b. Pada ruas jalan dimana frekwensi terjadinya kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki cukup tinggi. c. Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan kaki yang tinggi. 2. Terowongan penyeberangan, yaitu fasilitas pejalan kaki untuk Gambar Standar Pelican Crossing menyeberang jalan berupa bangunan tidak sebidang di bawah jalan. Parameter Efektifitas Fasilitas Penyeberangan Volume Pejalan Kaki Volume pejalan kaki yang dimaksud adalah jumlah pejalan kaki yang menyeberang di ruas jalan untuk mengetahui nilai PV 2 pada ruas jalan tersebut. Volume Lalu Lintas Kendaraan Volume lalu lintas yang dimaksud adalah jumlah kendaraan yang melintas pada ruas jalan tempat pejalan kaki menyeberang, dan diperhitungkan nilai rata-rata pada keempat puncak jumlah kendaraan terbesar (4 jam puncak/sibuk, dari 12 jam pengamatan dalam satu hari). 5

Didasarkan pada rumus empiris Jumlah Tingkat Konflik (PV 2 ), di mana P adalah arus pejalan kaki yang menyeberang ruas jalan sepanjang 100 m tiap jam-nya (pejalan kaki /jam) dan V adalah arus kendaraan tiap jam dalam 2 (dua) arah (kendaraan/jam). P dan V merupakan arus rata-rata pejalan kaki dan kendaraan pada 4 jam sibuk, dengan rekomendasi awal seperti tabel di bawah ini Tabel Rekomendasi Pemilihan Fasilitas Penyeberangan Volume Penyeberang (P) Volume kendaraan (V) PV 2 (Orang/jam) (Kend/jam) Tipe fasilitas > 10 8 50-1100 300-500 Zebra cross (ZC) > 2x10 8 50-1100 400-750 ZC dengan pelindung > 10 8 50-1100 >500 Pelican (P) > 10 8 >1100 >300 Pelican (P) > 2x10 8 50-1100 >750 Pelican dengan pelindung > 2x10 8 >1100 >400 Pelican dengan pelindung > 2x10 8 >1100 >750 Jembatan Penyeberangan Sumber : DPU Direktorat Jenderal Bina Marga, Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki Dikawasan Perkotaan (1995). kerja sama dengan instansi-instansi yang METODE PENELITIAN terkait, berupa : a. Peta jaringan jalan Kabupaten Tahap Inventarisasi Data dan Informasi Lampung Tengah Penelitian b. Peta wilayah administrasi dan Data yang diperoleh merupakan : batas Kabupaten Lampung a. Data primer Tengah Data primer adalah data utama, didapat dari c. Data volume kendaraan tahun hasil observasi lapangan yang merupakan terakhir pengamatan (Dinas data hasil survei lapangan pada daerah Perhubungan) penelitian. Secara garis besar penelitian d. Data jumlah penduduk Kabupaten pada Ruas Jalan Proklamator (Bandar Jaya Lampung Tengah, Plaza Komplek Pertokoan Bandar Jaya) e. Dan lain-lain. Kabupaten Lampung Tengah ini dibagi Tahap Studi Literatur menjadi dua yaitu menghitung PV 2, terdiri Pada tahap ini dilakukan pengambilan dari volume penyeberang (P) dan volume syarat-syarat yang harus dipenuhi dari kendaraan (V) kemudian dicocokkan kondisi eksisting yang ada seperti volume dengan persyaratan fasilitas penyeberangan penyeberang, perilaku penyeberang dan pada ruas jalan yang ditinjau. volume lalu lintas/kendaraan pada ruas b. Data sekunder jalan yang bersangkutan. Data-data yang Data sekunder adalah data yang akan diambil dari survei lapangan juga mendukung proses pembahasan yang dapat diperjelas dengan adanya tahap studi diperoleh dari buku-buku referensi, catatancatatan dan data-data yang didapat literatur. melalui 6

Tahap Survei pada Lokasi Penelitian Pada tahap ini dilakukan survei pengamatan terhadap perilaku dan volume penyeberang jalan serta pengamatan terhadap volume lalu lintas/kendaraan, meliputi : persiapan jadwal kegiatan, alat yang dibutuhkan, administrasi survei, tabeltabel untuk pencatatan parameter yang dipakai, persiapan personil survei, biaya survei, dan persiapan lain yang mendukung jalannya survei lapangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah sebagai berikut : Penentuan Lokasi Penelitian Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Ruas Jalan Proklamator (Bandar Jaya Plaza Komplek Pertokoan Bandar Jaya) Kabupaten Lampung Tengah sepanjang 150 meter yang dibagi menjadi beberapa titik/post pengamatan (kanan dan kiri ruas jalan). Objek Penelitian Adapun obyek penelitian adalah : a. Volume pejalan kaki yang menyeberang melintas ruas jalan. b. Volume lalu lintas pada ruas jalan yang melintas pada ruas jalan yang ditinjau. Waktu Pengamatan/Pengambilan Data Adapun waktu pengamatan/survei adalah dilaksanakan pada hari Senin sampai dengan Minggu (7 hari kerja) yaitu dari pukul 06.00 s.d. 18.00 wib untuk mengetahui volume penyeberang jalan maupun lalu lintas pada titik pengamatan. Alat yang digunakan Alat yang digunakan untuk membantu dalam proses jalannya penelitian adalah sebagai berikut : a. Counter/ alat penghitung volume pejalan kaki dan volume lalu lintas b. Meteran c. Stop watch d. Kamera/handy cam. e. Alat tulis, dan lain-lain Pengambilan Data Penelitian Data yang diambil adalah yang merepresentasikan kondisi seluruh populasi dari parameter yang diteliti meliputi data volume penyeberang jalan dan volume kendaraan, sampel di sini diambil dari lokasi penyeberangan pada tujuh hari pengamatan selama 12 jam per hari pengamatan. Analisis Data Analisis data bertujuan untuk menganalisis permasalahan yang ada untuk usulan pemecahan masalah serta pertimbangan dampak dari permasalahan pada masa yang akan datang. Adapun langkah analisis yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah menghitung PV 2, terdiri dari volume penyeberang (P) dan volume kendaraan (V) dan dicocokkan dengan persyaratan fasilitas penyeberangan pada ruas jalan yang ditinjau sesuai dengan peraturan yang berlaku. HASIL PENELITIAN Volume lalu lintas dihitung pada lokasi pejalan kaki menyeberang ruas jalan Proklamator ditambah dengan volume lalu lintas di ruas Jalan AH. Nasution Kota Metro (sebagai dampak pengalihan lalu lintas). Pejalan kaki dihitung yang menyeberang melalui jalan raya langsung. Nilai PV 2 diperoleh dari rumus : PV 2 = P.(V) 2 Untuk menilai kesesuaian fasilitas penyeberangan dengan persyaratan yang ada dan untuk merekomendasikan fasilitas yang sesuai dapat dihitung dari volume penyeberang jalan dan volume kendaraan tertinggi pada saat nilai rata-rata per jam untuk 4 (empat) PV 2 terbesar untuk masing-masing hari pada lokasi penelitian. Untuk lebih memudahkan pemahaman dan analisa hasil penelitian maka peneliti membuat tabel dan grafik resume/rangkuman nilai rata-rata 4 (empat) PV 2 terbesar baik pada data penyeberang jalan maupun pada data volume kendaraan di lokasi penelitian untuk masing-masing hari (Senin-Minggu) pada semua pos pengamatan. 7

Kendaraan Penyeberang Tabel Resume Nilai Rata-Rata pada 4 (Empat) PV 2 Terbesar pada Ruas Jalan Proklamator Bandar Jaya + Ruas Jalan AH. Nasution Kota Metro untuk Hari Senin Minggu. Hari Volume Penyeberang (P) (orang/jam) Volume Kendaraan (V) (kend./jam) Senin 410 2750 Selasa 369 2682 Rabu 375 2974 Kamis 324 3068 Jum at 199 2685 Sabtu 453 3155 Minggu 429 3211 Sumber : Hasil Survei dan Perhitungan 600 550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 410 369 375 324 199 453 429 Hari Penyeberang Grafik Resume Nilai Rata-Rata pada 4 (empat) PV 2 Terbesar Untuk Penyeberang Jalan di Lokasi Penelitian 3500 3250 3000 2974 3068 3155 3211 2750 2750 2682 2685 2500 Hari Kendaraan Gambar Grafik Resume Nilai Rata-Rata pada 4 (empat) PV 2 Terbesar Untuk Volume Kendaraan Jalan di Lokasi Penelitian Dari tabel dan grafik di atas dapat ditarik suatu analisa yaitu nilai rata-rata fluktuasi penyeberang jalan tertinggi terjadi pada hari Sabtu dengan nilai P sebesar 453 orang penyeberang/jam dan terendah ada pada hari Jum at yaitu sebesar 199 orang penyeberang/jam. Adapun untuk fluktuasi volume kendaraan, berdasarkan grafik resume di atas nilai rata-rata volume kendaraan tertinggi terdapat pada hari Minggu yaitu sebesar 3.211 kendaraan/jam, sedangkan nilai rata-rata terendah ada pada hari Selasa sebesar 2.682 kendaraan/jam adapun nilai PV 2 terbesar adalah 5.159.759.632 terdapat pada hari Sabtu. Jumlah rata-rata pejalan kaki pada Hari Senin sampai Hari Minggu rata-rata mempunyai nilai 50 1.100 pejalan 8

kaki/jam dan volume kendaraan pada Hari Senin sampai Hari Minggu rata-rata mempunyai nilai > 750 kendaraan/jam, PV 2 > 2 x 10 8 sehingga dapat ditarik kesimpulan fasilitas yang direkomendasikan menggunakan fasilitas penyeberangan Pelican cross dengan pelindung. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pengamatan di lokasi penelitian karakteristik penyeberang jalan didominasi oleh penyeberang jalan kategori mandiri, yaitu penyeberang jalan dengan usia 10 tahun atau < 10 tahun di dampingi orang dewasa dengan prosedur baku cara menyeberangnya mayoritas menggunakan cara menunggu sejenak lalu menyeberang dengan cara berjalan. Dari hasil analisis volume penyeberang jalan (P) dan volume kendaraan (V) pada lokasi penelitian diperoleh hasil P terbesar pada lokasi penelitian adalah hari sabtu sebesar 453 orang/jam, dan V terbesar pada lokasi penelitian adalah pada hari minggu sebesar 3.211 Kendaraan/jam > 750 Kendaraan/jam serta PV 2 > 2 x 10 8 dengan nilai PV 2 terbesar terdapat pada hari Sabtu pada jam 13.00 14.00 sebesar 5.159.759.632. Sehingga untuk menunjang keselamatan para pejalan kaki dan kelancaran arus lalu lintas direkomendasikan dengan menggunakan fasilitas penyeberangan pelican cross dengan pelindung tanpa median Saran Jalan Proklamator merupakan salah satu jalan utama dengan berbagai kegiatan di sekitaran wilayahnya. Sebagai salah satu jalan dengan tingkat kepadatan pejalan kaki maupun kendaraan yang cukup tinggi, seharusnya didukung dengan penyediaan fasilitas pejalan kaki baik berupa jalur pedestrian maupun jalur penyeberangan bagi masyarakat. Pembangunan fasilitas penyeberangan sebaiknya memperhitungkan kemudahan bagi kelompok umur dan penyandang cacat misalnya dengan penyediaan Pelican Crossing dilengkapi dengan alat pengendali lalu lintas dan pejalan kaki. Perlunya dikaji mengenai penggunaan fasilitas penyeberangan di ruas Jalan Proklamator Bandar Jaya terutama pada lokasi penelitian korelasinya terhadap nilai derajat kejenuhan (DS) dan kapasitas badan jalan serta time headway pada penelitianpenelitian selanjutnya agar didapat suatu laporan penelitian/analisa yang lengkap dan akurat mengenai fasilitas penyeberangan di lokasi penelitian. DAFTAR PUSTAKA..(1993) PP No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan, aneka ilmu, semarang...(1995) Tata Cara Perencanaan Jembatan Penyeberangan Untuk Pejalan Kaki Di Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta...(1995) Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki Dikawasan Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta...(1997) Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta...(1997) Perekayasaan Fasilitas Pejalan Kaki di Wilayah Kota, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan, Jakarta. Barnabas Untung Sudianto, (1997) Kebutuhan Fasilitas pejalan kaki dipusat pertokoan Hobbs, F.D. (1995) Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Gajahmada Universitas Press, Yogykarta. Rahardjo Adi Sasmita, (2014) Manajmemen Pembangunan Transportasi, Graha Ilmu, Yogyakarta. 9

Sakti Adji Sasmita, (2011) Perencanaan Pembangunan Transportasi, Graha Ilmu, Yogyakarta. Supriyono & Yovita Indrayati, (2003) Evaluasi Fungsi Jembatan Penyeberangan Sebagai Sarana Bagi Pejalan Kaki Di Kota Semarang. Tamin, O.Z., Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Kesatu, Penerbit ITB, Bandung, 1997. Taufikkurahman & Zainul Arifin, (2001) Karakteristik Dan Analisis Kebutuhan Fasilitas Penyeberangan Jalan Dipusat Kota Simposium IV Forum Studi Transportsi Antar Perguruan Tinggi, Universitas Udayana. Widjyanti, E. (1999) Perilaku Penyeberangan Jalan Diperkotan, Simposium II Forum Studi Transportsi Antar Perguruan Tinggi, Universitas Gajahmada, Yogyakarta. 10