dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Davison & McCabe (2005) istilah body image mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sendiri. Di dalam menilai dirinya sendiri, bangga, puas dan bahagia

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. Mengandung dan melahirkan adalah hal yang diharapkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teristimewa dan terbaik dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan tingkat pendidikan dasar secara formal setelah melalui tingkat sekolah

2015 HUBUNGAN ANTARA BOD Y IMAGE D ENGAN PERILAKU D IET PAD A WANITA D EWASA AWAL D I UPI

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengadilan dan kalaupun bersalah hukuman yang diterima lebih ringan. Selain

BAB I PENDAHULUAN. perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang menarik perhatian. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat berpikir orang yang cantik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self Esteem. Self esteem merupakan cara bagaimana individu melakukan evaluasi terhadap diri. Evaluasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keseluruhan, termasuk karakteristik fisik dan fungsional dan sikap. terhadap karakteristik tersebut.

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. positif. Artinya penerimaan diri apa adanya (Brewer, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction. body image sebagai suatu sikap dan penilaian individu mengenai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB II LANDASAN TEORI. keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa defenisi yang dikemukakan para ahli mengenai citra tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik seseorang memang dianggap sebagai suatu hal yang

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BAB I PENDAHULUAN. tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan. dirinya (Havighurst dalam Monks, dkk., 2002, h.22).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Citra Diri tentang Ciri-ciri Perkembangan Seksual Sekunder

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

Kontribusi Social Comparison Terhadap Body Image pada Wanita Dewasa Awal

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan seringkali diremehkan orang demi kesenangan sementara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

!"!! ' ) ) +&,---.' ' +/ &,---.$ ) ' ) ) ) ' +& ' ) ) ) +/ 1221.

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERSEPSI TERHADAP BODY IMAGE ANTARA SISWI YANG MENGGUNAKAN JILBAB DENGAN SISWI YANG TIDAK MENGGUNAKAN JILBAB

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan adalah masalah yang sangat penting dan selalu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Body Image (Citra Tubuh) 2.1.1 Definisi Body Image (Citra Tubuh) Body Image (Citra Tubuh) merupakan evaluasi dari pengalaman subjektif individu tentang persepsi, pikiran dan perasaan serta sikap terhadap penampilan tubuhnya. Pengertian tersebut di perkuat oleh pendapat Fallon & Ackard (dalam Cash & Pruzinsky) yang menyatakan bahwa citra tubuh merupakan representasi mental dari tubuh yang meliputi persepsi dari penampilan, perasaan dan pikiran tentang tubuh, bagaimana rasanya berada di dalam tubuh, dan fungsi tubuh dan kemampuannya. Menurut Sunaryo (2004) Body Image (Citra Tubuh) yaitu sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh. Body Image (Citra Tubuh) adalah ide seseorang mengenai betapa penampilan badannya menarik di hadapan orang lain (Chaplin, 2011). Senada dengan pendapat Papalia, Olds, dan Feldman (2008) yang mendefinisikan Body Image (Citra Tubuh) sebagai keyakinan deskriptif dan evaluasi mengenai penampilan seseorang. Body Image (Citra Tubuh) adalah konsepsi dan sikap terhadap penampilan fisik seseorang (Berk, 2012). Rosen (Cash & Pruzinsky, 2002) menggambarkan citra tubuh sebagai citra mental dan evaluasi seseorang terhadap penampilan dan mempengaruhi persepsi dan sikap dari perilaku. Tovian (Cash & Pruzinsky, 2002) menggambarkan citra tubuh sebagai citra mental individu atau representasi kognitif dari tubuhnya sendiri, termasuk penampilan luar, organ internal, dan proses fisiologis. Honigman dan Castle (Melliana, 2006) menyatakan bahwa Body Image (Citra Tubuh) adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian yang dipikirkan dan dirasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuh, dan bagaimana penilaian orang lain terhadap dirinya.

10 Selanjutnya, Schlundt dan Jhonson (Papalia, 2008) mengatakan bahwa Body Image (Citra Tubuh) merupakan gambaran mental yang tertuju pada perasaan yang individu alami tentang tubuh dan bentuk tubuh individu yang berupa penilaian positif dan penilaian negatif. Dan Papalia (2008) menyatakan bahwa Body Image (Citra Tubuh) adalah gambaran dan evaluasi mengenai penampilan seseorang. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Body Image (Citra Tubuh) merupakan perasaan, sikap dan evaluasi yang dimilki seseorang terhadap dirinya berupa bentuk tubuh dan ukuran tubuh yang mengarah pada penampilan fisik dan bagaimana seseorang menggambarkan dirinya secara positif dan negatif. 2.1.2 Dimensi-dimensi Body Image (Citra Tubuh) Davidson & Mc Cabe (dalam Christine, 2008) menjelaskan tujuh aspek dari Body Image (Citra Tubuh), yaitu : a. Physical Attractiveness adalah penilaian seseorang mengenai tubuh dan bagian tubuhnya seperti wajah, tangan, kaki, bahu, payudara dan lain-lain, penilaian tersebut dapat berupa penilaian apakah menarik atau tidak menarik. b. Body Image Satisfaction adalah penilaian puas atau tidaknya seseorang terhadap ukuran tubuh, bentuk tubuh dan berat badan. c. Body Image Importance adalah penilaian seseorang mengenai penting atau tidaknya Body Image (Citra Tubuh), dibandingkan hal lain dalam hidup seseorang. d. Body Image Concealment adalah usaha seseorang untuk menutupi bagian tubuhnya yang kurang menarik dari pandangan orang lain dan menghindari diskusi tentang ukuran dan bentuk tubuhnya yang kurang menarik. e. Body Improvement adalah usaha seseorang untuk meningkatkan atau memperbaiki bentuk, ukuran dan berat badan pada bagian tubuh tertentu.

11 f. Social Physique Anxiety adalah perasaan cemas seseorang akan pandangan orang lain tentang tubuh dan bagian tubuhnya yang kurang menarik jika berada ditempat umum. g. Appearance Comparison adalah perbandingan yang dilakukan seseorang akan berat, ukuran dan bentuk badannya dengan berat, ukuran dan bentuk badan orang lain. 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Body Image (Citra Tubuh) Beberapa ahli menyatakan dalam Social Science Psychology (Shooving.com), bahwa Body Image (Citra Tubuh) juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan Body Image (Citra Tubuh) adalah sebagai berikut: a. Jenis Kelamin Cash & Pruzinsky (2002) mengatakan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi Body Image (Citra Tubuh) seseorang. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan menyatakan bahwa wanita lebih negatif memandang Body Image (Citra Tubuh)nya dibanding pria. Pria ingin bertubuh besar dikarenakan mereka ingin tampil percaya diri di depan teman-temannya dan mengikuti trend yang sedang berlangsung. Sedangkan wanita ingin memiliki tubuh kurus menyerupai tubuh ideal yang digunakan untuk menarik perhatian pasangannya. Usaha yang dilakukan pria untuk membuat tubuh lebih berotot dipengaruhi oleh gambar di media massa yang memperlihatkan model pria yang kekar dan berotot. Sedangkan wanita cenderung untuk menurunkan berat badan disebabkan oleh artikel dalam majalah wanita yang sering memuat artikel promosi tentang penurunan berat badan. b. Usia Pada masa perkembangan remaja, Body Image (Citra Tubuh) menjadi penting (Papalia & Olds, 2008). Hal ini berdampak pada usaha berlebihan pada remaja untuk mengontrol berat badan,

12 umumnya lebih sering terjadi pada remaja putri dibanding remaja putra. Remaja putri mengalami kenaikan berat badan pada masa pubertas dan menjadi tidak bahagia dengan penampilannya dan hal ini dapat menyebabkan remaja putri mengalami gangguan makan (eating disorder). Ketidakpuasan remaja putri meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja sedangkan pada remaja putra yang semakin berotot juga semakin tidak puas dengan tubuhnya (Papalia & Olds, 2008). c. Media Massa Tiggerman (2004) mengatakan bahwa media yang muncul dimanamana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi Body Image (Citra Tubuh) seseorang. Tiggerman (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) juga mengatakan bahwa media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial. Anak-anak dan remaja lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi. Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering menggambarkan bagaimana standart kecantikan seorang perempuan dan bagaimana gambaran ideal bagi laki-laki. d. Keluarga Menurut teori social learning, orang tua merupakan model yang paling penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi Body Image (Citra Tubuh) anak-anaknya melalui modeling, feedback dan instruksi. Fisher & Strack (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa Body Image (Citra Tubuh) melibatkan bagaimana orangtua menerima keadaan bayinya baik terhadap jenis kelamin bayinya dan bagaimana wajah bayinya kelak. Ketika bayi lahir, orang tua menyambut bayi tersebut dengan pengharapan akan adanya bayi ideal dan membandingkannya dengan penampilan bayi sebenarnya. Harapan fisik bayi oleh orang tua sama seperti harapan anggota keluarga lain yaitu tidak cacat tubuh. Ikeda & Narworski (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) menyatakan

13 bahwa komentar yang dibuat oleh orang tua dan anggota keluarga mempunyai pengaruh yanng besar dalam Body Image (Citra Tubuh) anak-anak. e. Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang membuat orang merasa cemas dengan penampilannya dan gugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan koleganya (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh. Menurut Dunn & Gokee (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) menerima feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana orang lain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain. Dalam konteks perkembangan, Body Image (Citra Tubuh) berasal dari hubungan interpersonal. Perkembangan emosional dan pikiran individu juga berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat dirinya. Maka bagaimana seseorang berpikir dan merasa mengenai tubuhnya dapat mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis (shooving.com). f. Persepsi Berhubungan dengan ketepatan individu dalam mempersepsi atau memperkirakan ukuran tubuhnya, hal ini meliputi perasaan puas atau tidaknya seorang individu dalam menilai bagian tubuh tertentu (Thompson dalam Rita, 2011).

14 2.1.4 Komponen Body Image (Citra Tubuh) Menurut Thomas F.Cash & Georgia K. Green (1986), komponen dari Body Image (Citra Tubuh) meliputi: a. Evaluasi penampilan (Appearance Evaluation) yaitu penilaian tubuh mengenai keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya, apakah menarik atau tidak menarik, memuaskan atau tidak memuaskan. b. Orientasi penampilan (Appearance Orientation) perhatian individu terhadap dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya. c. Kepuasan terhadap bagian tubuh (Body Area Satisfaction) yaitu kepuasan tubuh terhadap bagian tubuh secara spesifik seperti wajah, rambut, payudara, tubuh bagian bawah (pinggul, panta, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang dan perut) serta keseluruhan tubuh. d. Kecemasan menjadi gemuk (Overweight Preocupation) yaitu mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan. e. Persepsi terhadap ukuran tubuh yaitu mengukur bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badannya, mulai dari kekurangan berat badan sampai kelebihan berat badan. 2.1.5 Kriteria Body Image (Citra Tubuh) Nada (dalam Veronica, 2010) mengemukakan bahwa terdapat dua kriteria Body Image (Citra Tubuh) yaitu : a) Body Image (Citra Tubuh) positif 1) Persepsi bentuk tubuh yang benar dan individu melihat berbagai bagian tubuh sebagaimana yang sebenarnya. 2) Individu menghargai bentuk tubuh alaminya dan memahami bahwa penampilan fisik pada setiap individu mempunyai nilai dan karakter.

15 3) Individu bangga dan menerima kondisi bentuk tubuhnya, serta merasa nyaman dan yakin dalam tubuhnya. b) Body Image (Citra Tubuh) negatif 1) Sebuah persepsi yang menyimpang dari bentuk tubuh, merasa terdapat bagian-bagian tubuh yang tidak sebenarnya. 2) Individu yakin bahwa hanya orang lain yang menarik dan bahwa ukuran atau bentuk tubuh adalah tanda kegagalan pribadi. 3) Individu merasa malu, sadar diri dan cemas tentang tubuhnya. 4) Individu tidak nyaman dan canggung dalam tubuhnya. 2.2 Self Confidence (Kepercayaan Diri) 2.2.1 Definisi Self Confidence (Kepercayaan Diri) Menurut Martini dan Adiyati (dalam Alsa, 2006) Self Confidence (Kepercayaan diri) diartikan sebagai suatu keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku sesuai dengan yang diharapkan dan diinginkan. Apabila seseorang tidak memiliki kepercayaan diri maka banyak masalah akan timbul karena kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian dari seseorang yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Menurut George dan Cristian Self Confidence (Kepercayaan diri) pada diri sendiri adalah kemampuan berfikir rasional (Rational belief) berupa keyakinan-keyakinan, ide-ide dan proses berfikir yang tidak mengandung unsur keharusan yang menuntut individu sehingga menghambat proses perkembangan dan ketika menghadapi problem atau persoalan mampu berfikir,menilai, menimbang, menganalisa, memutuskan dan melakukan. Rasa Percaya diri (Self-confidence) adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Rasa percaya diri juga disebut sebagai harga diri atau gambaran diri (Santrock, 2003)

16 Lautser (dalam Alsa, 2006) menyatakan Self Confidence (Kepercayaan diri) merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam setiap tindakan, dapat bebas melakukan hal-hal yang disukai dan bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri. Menurut Corsini Self Confidence (Kepercayaan diri) adalah kepercayaan terhadap kemampuan, kapasitas serta pengambilan keputusan (judgement) yang terdapat dalam dirinya sendiri (dalam Marko Santoso, 2005). Berdasar definisi-definisi yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan Self Confidence (Kepercayaan diri) merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam setiap tindakan, dapat bebas melakukan hal-hal yang disukai dan bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan. 2.2.2 Ciri-ciri Self Confidence (Kepercayaan Diri) Teori Lauster (dalam Alsa, 2006) tentang Self Confidence (Kepercayaan diri) mengemukakan ciri-ciri orang yang percaya diri, yaitu: a. Percaya pada kemampuan sendiri Yaitu suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut. b. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan yaitu dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya

17 keterlibatan orang lain dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil. c. Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri Yaitu adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri dan masa depannya. d. Berani mengungkapkan Pendapat Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat menghambat pengungkapan tersebut. Menurut Guilford Ciri-ciri orang yang mempunyai Self Confidence (Kepercayaan diri) adalah: (dalam Afiatin & Budi Andayani, 1996) a. Merasa adekuat terhadap apa yang ia lakukan b. Merasa dapat diterima oleh kelompoknya c. Percaya sekali pada dirinya sendiri serta memilikki ketenangan sikap (tidak gugup bila melakukan atau mengatakan sesuatu secara tidak sengaja dan ternyata apa yang dilakukan atau dikatakan itu salah) Ciri-ciri Self Confidence (Kepercayaan diri) menurut Lie (dalam Alsa, 2006) adalah: a. Yakin kepada diri sendiri b. Tidak bergantung kepada orang lain c. Tidak ragu-ragu d. Merasa dirinya berharga e. Tidak menyombongkan diri f. Memiliki keberanian untuk bertindak

18 Sedangkan Ciri-ciri Self Confidence (Kepercayaan diri) menurut Hakim (dalam Alsa, 2006) adalah: Jenis-jenis Kepercayaan Diri Ada dua jenis Self Confidence (Kepercayaan diri) yaitu percaya diri lahir dan percaya diri batin. Percaya diri yang memberikan kepada kita perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik. Jenis percaya diri lahir memungkinkan individu untuk tampil dan berperilaku dengan cara menunjukkan kepada dunia luar bahwa kita yakin akan diri kita. Lindenfield (1997) mengemukakan empat ciri utama seseorang yang memiliki percaya diri batin yang sehat, keempat ciri itu adalah: a. Cinta Diri Orang yang cinta diri mencintai dan menghargai diri sendiri dan orang lain. Mereka akan berusaha memenuhi kebutuhan secara wajar dan selalu menjaga kesehatan diri. Mereka juga ahli dalam bidang tertentu sehingga kelebihan yang dimiliki dapat dibanggakan. Hal ini yang menyebabkan individu tersebut menjadi percaya diri. b. Pemahaman Diri Orang yang percaya diri batin sangat sadar diri. Mereka selalu introspeksi diri agar setiap tindakan yang dilakukan tidak merugikan orang lain. c. Tujuan Yang Jelas Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya. Ini disebabkan karena mereka mempunyai alasan dan pemikiran yang jelas dari tindakan yang mereka lakukan serta hasil apa yang mereka dapatkan. d. Pemikiran Yang Positif Orang yang percaya diri biasanya merupakan teman yang menyengkan, salah satu penyebabnya karena mereka terbiasa melihat kehidupan dari sisi yang cerah dan mereka yang mengharap serta mencari pengalamandan hasil yang bagus.

19 Percaya diri lahir membuat individu harus dapat memberikan pada dunia luar bahwa ia yakin akan dirinya sendiri, melalui pengembangan ketrampilan dalam empat bidang sebagai berikut: a. Komunikasi Ketrampilan komunikasi menjadi dasar yang baik bagi pembentukan sikap percaya diri. menghargai pembicaraan orang lain, berani berbicara didepan umum, tahu kapan harus berganti topik pembicaraan, dan mahir dalam berdiskusi Adalah bagian dari ketrampilan komunikasi yang dapat dilakukan jika individu tersebut memiliki kepercayaan diri. b. Ketegasan Sikap tegas dalam melakukan suatu tindakan juga diperlukan, agar kita terbiasa untuk menyampaikan aspirasi dan keinginan serta membela hak kita, dan menghindari terbentuknya perilaku agresif dan pasif dalam diri. c. Penampilan diri Seseorang yang percaya diri selalu memperhatikan penampilan dirinya, baik dari gaya pakaian, aksesoris dan gaya hidupnya tanpa terbatas pada keinginan untuk selalu ingin menyenngkan orang lain. d. Pengendalian Perasaan Pengendalian perasaan juga diperlukan dalam kehidupan kita sehari- hari, dengan kita mengelola perasan kita dengan baik akan membentuk suatu kekuatan besar yang pastinya menguntungkan individu tersebut. Dari beberapa pendapat para ahli tentang ciri-ciri Self Confidence (Kepercayaan diri) dapat disimpulkan bahwasanya seseorang yang memiliki Self Confidence (Kepercayaan diri) diharapkan akan percaya pada kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil

20 keputusan, memiliki rasa positif atau optimis terhadap diri sendiri, berani mengungkapkan pendapat. 2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Confidence (Kepercayaan Diri) Menurut Mangunharja (dalam Alsa, 2006) Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Confidence (Kepercayaan diri) adalah: faktor fisik, faktor mental dan faktor sosial. a. Faktor Fisik Keadaan fisik seperti kegemukan, cacat anggota tubuh atau rusaknya salah satu indera merupakan kekurangan yang yang jelas tterlihat oleh orang lain. Akan menimbulkan perasaan tidak berharga keadaan fisiknya, karena seseorang amat merasakan kekurangan yang ada pada dirinya jika dibandingkan dengan orang lain. Jadi dari hal tersebut seseoang tersebut tidak dapat bereaksi secara positif dan timbullah rasa minder yang berkembang menjadi rasa tidak percaya diri b. Faktor Mental Seseorang akan percaya diri karena ia mempunyai kemampuan yang cenderung tinggi, seperti bakat atau keahlian khusus yang dimilikinya. c. Faktor Sosial Kepercayaan diri terbentuk melalui dukungan sosial dari dukungan orang tua dan dukungan orang sekitarnya. Keadaan keluarga merupakan lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam kehidupan setiap orang. Menurut Loekmono (Alsa, 2006) Perkembangan Self Confidence (Kepercayaan diri) dipengaruhi oleh: 1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam individu sendiri 2. Norma dan pengalaman keluarga 3. Tradisi, kebiasaan dan lingkungan atau kelompok dimana keluarga itu berasal.

21 Dari uraian diatas dapat dsimpulkan bahwasanya Self Confidence (Kepercayaan diri) seseorang terbentuk berdasarkan faktor fisik, mental, sosial dalam hal ini Keadaan keluarga merupakan lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam membentuk Self Confidence (Kepercayaan diri). 2.3. Masa Remaja Awal 2.3.1 Pengertian Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh kembang. Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak dan lain-lain. Menurut definisi yang dirumuskan oleh WHO, remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan saat: a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksualnya. b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. c. Terjadi peralihan dari ketergantunagan sosial-ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri d. Pada penelitian ini peneliti mengambil masa remaja awal karena periode ini terlihat unik dan khusus yang ditandai dengan perubahanperubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan. Umumnya usia remaja awal ini berkisar antara 12 sampai dengan 14 tahun. 2.3.2 Batasan Usia Masa Remaja Awal Masa remaja awal dimulai ketika usia seorang anak telah genap 12/13 tahun dan berakhir pada usia 17/18 tahun. Pada masa anak belasan tahun sering ditujukan bagi remaja awal.

22 Adapun Kwee Soen Liang membagi masa uberteit sebagai berikut: a. Pra puberteit : laki-laki : 13-14 tahun (fase negatif) Wanita : 12-13 tahun (sturmund drag) b. Puberteit : laki-laki : 14-18 tahun (merindu) Wanita : 13-18 tahun (puja) c. Adolescence : laki-laki : 19-23 tahun Wanita : 18-21 tahun. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris dari psikologis, rentang usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir, maka remaja awal berada dalam usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun. 2.4. Kerangka Berfikir Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka kerangka pemikiran sebagai berikut: Kerangka berfikir ini untuk mencari apakah terdapat hubungan antara Body Image (citra tubuh) dengan Self Confidence (Kepercayaan Diri) pada model remaja yang mengikuti casting film. Gambar 2.1. Kerangka berfikir Body Image Self Confidence 2.4.1 Hipotesis Apakah ada hubungan antara body image dan Self Confidence pada model remaja awal yang mengikuti casting film?