TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

dokumen-dokumen yang mirip
TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

BUMI YANG DINAMIS DIGERAKKAN OLEH

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi,

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

MINERAL DAN BATUAN. Yuli Ifana Sari

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.1

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

EKSPLORASI ENDAPAN BAUKSIT

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) 2 Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer)

Gambar 2.1 Lapis Perkerasan Jalan

BAB II TINJAUAN UMUM

REKAMAN DATA LAPANGAN

Bab V Hasil dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral.

hiasan rumah). Batuan beku korok

Struktur Penyusun Bumi

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth

BAB I PENDAHULUAN. komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit,

JENIS DAN TIPE ENDAPAN BAHAN GALIAN

Ash, atau abu volkanik adalah material hasil letusan gunungapi (atau material piroklastik) dengan ukuran butir < 2mm.

PERTEMUAN KE-I PENDAHULUAN

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

MEKANIKA TANAH ASAL USUL TERBENTUKNYA TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan penduduk telah meningkatkan kebutuhan terhadap sandang,

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

ENDAPAN MAGMATIK Kromit, Nikel sulfida, dan PGM

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

senyawa alkali, pembasmi hama, industri kaca, bata silica, bahan tahan api dan penjernihan air. Berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan

DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA

BAB II TINJAUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

BAB I. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, untuk sebesar-besarnya kemakmuran

What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral

BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BAB II GEOLOGI REGIONAL

SISTEM TAMBANG TERBUKA

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DASAR-DASAR ILMU TANAH

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Lingkungan Pertambangan PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGN

SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 11. PEMBETUKAN TANAH SUBUR DAN STRUKTUR BUMILATIHAN SOAL BAB 11. magma. kawah. lahar. lava

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 03 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN HARGA PASAR MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. The petroleum geologist. Geologi fisika Geologi sejarah Geologi struktur Paleontologi Stratigrafi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

RORO RASI PUTRA REDHO KURNIAWAN FAJAR INAQTYO ZALLAF AHMAD ABDILLAH DOLI ALI FITRI KIKI GUSMANINGSIH BENTI JUL SOSANTRI ALFI RAHMAN

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

CARA PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERTAMBANGAN

MODUL III DIFERENSIASI DAN ASIMILASI MAGMA

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

MAKALAH MANAJEMEN TAMBANG KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL

BIJIH BESI OLEH : YUAN JAYA PRATAMA ( ) KEOMPOK : IV (EMPAT) GENESA BIJIH BESI

MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI IPS - SEMESTER GANJIL

LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA DINAS PERTAMBANGAN, ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB VI AGREGAT. Yang dimaksud agregat dalam hal ini adalah berupa batu pecah, krikil, pasir ataupun

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Batuan

I. PENDAHULUAN. Pertambangan dapat diidentifikasi sebagai setiap kegiatan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I TAHAPAN EKSPLORASI BATUBARA

KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA ALAM 2: MINERAL DAN ENERGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

02/03/2015. Sumber daya Alam hayati SUMBER DAYA ALAM JENIS-JENIS SDA SUMBERDAYA HAYATI. Kepunahan jenis erat kaitannya dengan kegiatan manusia

Transkripsi:

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 07 SUMBERDAYA MINERAL

Sumberdaya Mineral Sumberdaya mineral merupakan sumberdaya yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan atau pelapukan p batuan (tanah). Berdasarkan jenisnya sumberdaya mineral dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu: (1). Sumderdaya mineral logam dan (2). Sumberdaya mineral non-logam. Tembaga, besi, nikel, emas, perak, timah adalah beberapa contoh dari material yang berasal dari mineral logam, sedangkan kuarsa (silika), muskovit (mika), batu pasir, bentonit, lempung adalah beberapa contoh material yang berasal dari mineral non-logam. Penggolongan sumberdaya mineral menurut undang-undang pertambangan (DESM) adalah: 1. Bahan Galian Vital : Uranium, Emas, Platina, Minyakbumi, dll 2. Bahan Galian Strategis : Nikel, Tembaga, Timah, dll 3. Bahan Galian Industri : Gamping, Kuarsa, lempung, tufa, dll

Ganesa Sumberdaya Mineral Pada dasarnya sumberdaya mineral diperoleh dari hasil ekstraksi batuan-batuan yang ada di bumi. Yang menjadi pokok persoalan adalah ketersediaan dan keterdapatan sumberdaya mineral di bumi tidak merata, karena sangat dipengaruhi oleh sebaran batuannya (kondisi geologinya). Berbagai jenis sumberdaya mineral dapat dijumpai dalam batuan tertentu, seperti Timah yang berasal dari mineral Casiterite, Tembaga yang berasal dari mineral Chalcopyrite, sedangkan Seng yang berasal dari mineral Sfalerite. Mineral- mineral yang mengandung unsur logam tersebut ditemukan berasosiasi dengan jenis dan kelompok batuan tertentu Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik p g p g yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis.

Penggolongan Mineral Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi mineral Silikat dan mineral Non- silikat. Terdapat 8 (delapan) kelompok mineral Non-silikat, yaitu kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid, Karbonat, Hidroksida, dan Phospat. Mineral Silikat. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-bumi terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Mineral Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan.

Batuan Jenis Batuan : 1. Batuan Beku 2. Batuan Sedimen 3. Batuan Metamorf Batuan Beku adalah batuan hasil pembekuan magma Batuan Sedimen adalah batuan yang berasal dari hasil rombakan batuan beku, sedimen, metamorf yang kemudian mengalami perpindahan / transportasi oleh media air / angin / es / gletser, diendapkan disuatu cekungan yang kemudian mengalami proses kompaksi, diagenesa, dan litifikasi. Batuan metamorf adalah batuan asal (beku,sedimen, metamorf) yang berubah karena mengalami kenaikan temperatur atau tekanan atau kedua-duanya (P dan T )

Berdasarkan sifat magmanya (komposisi kimiawinya), batuan beku dapat dibagi menjadi 4, yaitu : 1. Batuan Beku Asam : Granite, Rhyolit 2. Batuan Beku Intermediate : Diorit, Andesit 3. Batuan Beku Basa: Gabro, basalt 4. Batuan Ultra Basa : Peridotit, Dunit Berdasarkan genesanya, Batuan Sedimen dapat dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Batuan Sedimen Klastik 2. Batuan Sedimen Non-Klastik Batuan sedimen klastik : Konglomerat/Breksi, Batupasir, Batulanau, dan Batulempung Batuan sedimen non-klastik terdiri dari : 1. Sedimen kimiawi : Halit, Rijang 2. Sedimen organik : Batugamping, Batubara

Batu Breksi dan Batupasir Sekis dan Gneiss

SIKLUS BATUAN DAUR BATUAN PROSES PENDINGINAN\ PENGHABLURAN MAGMA PROSES PELEBURAN BATUAN BEKU BATUAN MALIHAN PROSES PELAPUKAN -EROSI -PENGANGKUTAN 4 2 SEDIMEN 3 1 BATUAN SEDIMEN PROSES MALIHAN PENINGKATAN P & T LITIFIKASI (PEMBATUAN)

Kebutuhan Sumberdaya Mineral Faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya permintaan mineral logam di dunia adalah: 1. Peningkatannya jumlah populasi p manusia di dunia 2. Meningkatnya standar hidup manusia di negara berkembang. 3. Meningkatnya status negara (misalnya negara berkembang menjadi negara maju). Keterdapatan sumberdaya mineral di bumi sangat tergantung kepada kondisi geologinya dan tidak semua negara memiliki sumberdaya mineral yang mereka perlukan. Ganesa / pembentukan sumberdaya mineral ditentukant oleh asosiasi i batuannya, misalnya nikel akan berasosiasi dengan batuan beku ultrabasa, sedangkan timah berasosiasi dengan batuan beku asam seperti granit

Dampak Lingkungan Pada Pertambangan 1. Tahap Eksplorasi Biasanya pada tahap eksplorasi di mulai dengan penyelidikan di permukaan bumi yang diawali dengan survei geofisika dipermukaan tanah serta survei udara, kemudian dilanjutkan dengan survei geokimia dengan metoda stream sediment sampling, soil sampling, rock sampling yang kemudian dilanjutkan dengan pemboran (drilling), pembuatan paritan (trenching), dan peledakan (blasting). 2. Tahap Eksploitasi/Penambangan Pada tahap ini yang terpenting dan perlu diperhatikan adalah ketika alat-alat berat mulai masuk kelokasi penambangan serta sejumlah besar material (limbah material padat), baik yang berasal dari batuan maupun pengupasan lapisan tanah untuk mendapatkan mineral-mineral yang diinginkan; dimana limbah material padat ini harus dipindahkan ke lokasi-lokasi diluar lokasi tambang. Pengelolaan limbah padat yang berasal dari tahap eksploitasi/penambangan harus dikelola secara hati-hati sehingga dikemudian hari tidak menimbulkan dampak lingkungan yang berupa pencemaran, degradasi lingkungan dan polusi.

3. Tahap Pemprosesan Mineral Pembuangan limbah yang berasal dari pemrosesan mineral-mineral merupakan permasalahan yang sangat unik dan komplek. Pemrosesan mineral dapat terdiri dari pencucian untuk memisahkan lempung dan pasir, proses penggerusan, penggilingan g dan pemisahan material-material yang tidak ekonomis (limbah padat) lebih besar dibandingkan dengan material-material yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu perbandingannya berkisar antara 10 : 90 atau bahkan mencapai 0,5 :99,5,, sehingga pada tahap ini volume limbah dari material yang tidak terpakai menjadi suatu masalah tersendiri. Dalam teknik penambangan terdapat 3 (tiga) dampak lingkungan yang sangat khas, yaitu : 1. Hidraulicking, 2. Dredging, g, 3. Strip Mining.

Hidraulicking adalah sistem penambangan yang dilakukan dengan cara menyemprotkan air terhadap material yang akan ditambang. Adapun dampak yang dapat terjadi pada sistem penambangan ini adalah endapan-endapan material yang diendapkan oleh sungai akan menimbun daerah seperti daerah pertanian ataupun daerah pemukiman Dredging adalah sistem penambangan yang dilakukan dengan cara menggunakan mesin keruk. Umumnya dilakukan disepanjang pantai dan sungai, untuk mendapatkan bahan baku pasir dan kerikil sebagai bahan bangunan. Dampak dari sistem penambangan model ini umumnya adalah terjadinya kolam kolam air yang ada disepanjang sungai akibat pengerukan oleh mesin keruk. Degradasi lingkungan yang mungkin terjadi pada sistem penambangan dengan metoda ini adalah terganggunya sistem hidrologi air tanah. Strip Mining adalah sistem penambangan yang dilakukan dengan cara mengupas lapisan tanah dan batuan yang menutupi lapisan batuan yang akan di tambang, seperti lapisan batubara. Adapun dampak dari sistem penambangan seperti ini adalah material tanah yang tidak terpakai hasil pengupasan sebagai limbah padat. Disamping itu lahan bekas penambangan mengalami degradasi, karena untuk dapat ditanami kembali akan memakan waktu yang lama, karena lapisan tanah yang subur sudah terkupas dan dampak lainnya adalah terganggunya sistem hidrologi tanah