BAB I PENDAHULUAN. krusial. Keputusan yang diambil dapat memiliki dampak baik atau buruk, oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern). Going concern merupakan. mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB I PENDAHULUAAN UKDW. sistem keuangan semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (going concern). Dalam ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. kasus ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Tucker et al.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Kelangsungan. melebihi suatu periode akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan suatu informasi yang relevan. Kenley dan Stubus (1972) dalam Saleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan menjadi sorotan penting bagi pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diprediksi (Ariffandita dan Sudarno, 2012). auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang diharapkan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi (Anthony dan Govindarajan,2008: 175) 1. Namun pada kenyataan,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Kelangsungan hidup usaha (going concern) dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi going concern (kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap investor pasti menginginkan investasi yang memberikan return yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. kapitalis global, turut merasakan pukulan berat dari keberlanjutan krisis ini.

BAB I PENDAHULUAN. Tidak lama lagi, ASEAN Economic Community (AEC) akan segera

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang dipicu oleh permasalahan lembaga-lembaga keuangan raksasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam SPAP SA 341 dijelaskan bahwa terkait opini going concern, auditor

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan besar, seperti Enron dan WorldCom di Amerika yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan, menjadi sorotan penting bagi pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. bermasalah (Petronela, 2004 dalam Santosa dan Wedari 2007). Going concern. (Syahrul, 2000 dalam Rahman dan Siregar, 2012).

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA


BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan keuangan, yang nantinya akan dinilai dan dievaluasi kinerjanya

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. pertama atau tepatnya pada tahun 1920-an akibat kondisi pasca perang.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup usahanya atau yang dikenal dengan istilah going

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tahun Dampak negatif dari krisis ekonomi dan politik tidak hanya dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir telah terjadi krisis finansial dan kasus hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan seperti investor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB I PENDAHULUAN. publik menjadi kritikan karena diasumsikan memberikan informasi yang salah, hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan menghasilkan keuntungan secara maksimal saja tapi sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, tidak hanya untuk daya hidup satu periode saja namun juga untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak pihak menempatkan auditor sebagai pihak yang paling. mengeluarkan opini going concern. Auditor dalam mengeluarkan opini,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar juga tidak sedikit yang akhirnya gulung tikar.

BAB I. utama dari suatu entitas bisnis dari sejak berdirinya entitas bisnis tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan masalah kelangsungan usaha sebelum perusahaan. wajar tanpa pengecualian (Lennox, 2002).

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan asumsi kelangsungan usaha atau disebut going concern. Laporan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah 131 perusahaan pada tahun Banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. usaha (going concern). Salah satu cara untuk mempertahankan. kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri (going

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekitar tahun 2007, di Amerika Serikat terjadi krisis keuangan global

TANGGUNGJAWAB AUDITOR UNTUK MEMPERTIMBANGKAN KEMAMPUAN SATUAN USAHA DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Para investor memakai laporan keuangan guna menganalisis kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan perusahaan karena going concern merupakan asumsi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan banyak kerugian para stakeholder. Perusahaan energi terbesar di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia bisnis, pengambilan keputusan adalah suatu hal yang sangat krusial. Keputusan yang diambil dapat memiliki dampak baik atau buruk, oleh karena itu dibutuhkan informasi yang handal dan relevan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Salah satu informasi yang digunakan investor adalah laporan keuangan perusahaan setelah diaudit oleh auditor. Pada era globalisasi ini, persaingan dunia bisnis semakin ketat. Banyak perusahaan yang membutuhkan jasa dari seorang akuntan profesional khususnya seorang auditor independen yang bertugas memeriksa dan selanjutnya memberikan opini atas hasil penilaian terhadap laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan perusahaan untuk memberikan informasi tentang kondisi perusahaan kepada pihak yang berkepentingan seperti investor. Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan keberlangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu, auditor sangat diandalkan dalam memberikan informasi laporan keuangan yang baik bagi investor (Levitt, 1998 dalam Fanny dan Saputra, 2005). Auditor bertanggungjawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang

sedang diaudit (SPAP seksi 341, 2011). Dengan demikian, Auditor dapat memberikan opini modifikasi mengenai keberlangsungan hidup perusahaan (opini going concern) jika ada temuan menyangkut keraguan perusahaan dalam menjalankan kelangsungan usahanya. O Reilly (2010) menyatakan asumsi dasar bahwa opini audit going concern haruslah berguna bagi investor sebagai sinyal negatif tentang kelangsungan hidup perusahaan. Sebaliknya opini non going concern dianggap sebagai sinyal positif bagi investor sebagai penanda bahwa perusahaan dalam kondisi yang baik. Auditor yang baik dianggap memiliki kemampuan untuk menyediakan sinyal-sinyal kepada pasar. Kemampuan menyediakan sinyal ini diperoleh dari kewenangan auditor mengakses informasi perusahaan dan kemampuan auditor dalam menilai isu going concern. Going concern sendiri merupakan konsep yang menganggap bahwa suatu perusahaan akan hidup terus, dalam arti diharapkan agar tidak akan terjadi likuidasi dimasa yang akan datang. Asumsi going concern berarti suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu yang panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam waktu jangka pendek. Penekanan dari konsep ini adalah terhadap anggapan bahwa akan tersedia cukup waktu bagi perusahaan untuk melanjutkan usaha, kontrak-kontrak dan perjanjianperjanjian menurut Zaki (Kristianto 2008). Pernyataan Standar Auditing (PSA) No.30 Tahun 2001 (IAI,2001) mewajibkan auditor independen mengevaluasi kondisi dan peristiwa yang dapat menimbulkan kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam memberikan opininya, seorang auditor akan terlebih dulu mempertimbangkan faktor mempengaruhi yaitu faktor kinerja keuangan dan non keuangan. Kinerja Keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) (Fahmi, 2011). Kinerja keuangan terdiri dari profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas. Auditor mempunyai peranan penting dalam menjembatani antara kepentingan investor sebagai pengguna laporan keuangan dan kepentingan perusahaan sebagai penyedia laporan keuangan. Data perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya apabila laporan keuangan tersebut mencerminkan kinerja dan kondisi perusahaan dan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Pernyataan auditor diungkapkan melalui opini audit. Dengan menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit, para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan dengan benar sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Dengan kata lain, Auditor berperan penting dalam menjembatani kepentingan investor dengan perusahaan, serta untuk mencegah diterbitkannya laporan keuangan yang menyesatkan (K omalasari, 2003). Secara umum, contoh kondisi dan peristiwa jika di pertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan

perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam waktu yang pantas adalah sebagai berikut: 1. Trend negatif, sebagai contoh kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, ratio keuangan penting yang jelek. 2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aktiva. 3. Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aktiva. 4. Masalah luar yang terjadi, sebagai contoh pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang undang, atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan perrusahaan untuk beroperasi, kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.

Krisis keuangan global yang terjadi di Amerika pada tahun 2008 merupakan peristiwa yang mempengaruhi hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Krisis tersebut berawal dari jatuhnya lehman brothers, sebuah perusahaan jasa keuangan global di Amerika Serikat (Depkeu, 2008). Akibat krisis global tersebut menyebabkan banyak perusahaan-perusahaan yang berusaha untuk menyelamatkan kelangsungan hidup agar tidak mengalami kebangkrutan. Keberadaan entitas bisnis telah berkembang di berbagai negara oleh kasus kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi seperti pada beberapa perusahaan besar di Amerika, seperti Enron, Worldcom, Global Crossing, HIH, Tyco, Peristiwa ini juga terjadi pada beberapa perusahaan di Indonesia, seperti Bank Centruy, PT Kimia Farma. Pada akhirnya menyebabkan profesi akuntan banyak mendapat kritikan, sehingga berdampak pada kurangnya keyakinan terhadap kualitas auditor. Oleh karena itu, American Institute of Certified Public Accountants (1998) dala m Januarti (2009) mensyaratkan bahwa auditor harus mengungkapkan secara eksplisit apakah perusahaan mampu mempertahankan usahanya sampai setahun setelah pelaporan. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga, jika entitas mengalami kondisi yang sebaliknya entitas tersebut menjadi bermasalah (Petronela, 2004). Going concern disebut juga sebagai kontinuitas akuntansi yang memperkirakan suatu bisnis akan terus berlanjut dalam waktu tidak terbatas (Syahrul, 2000). Asumsi going concern berarti suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan

tidak akan dilikuidasi dalam waktu jangka pendek (Hani et al. 2003). Masalah going concern suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui dan diungkapkan, agar perusahaan dapat mengambil tindakan selanjutnya dan pertimbangan keputusan yang tepat untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya sehingga terhindar dari kebangkrutan. Tingkat besarnya keragauan atas keabsahan asumsi going concern dapat diukur dengan skala probabilitas yang bisa digunakan dalam akuntansi untuk menentukan tingkat kontijensi dari suatu aktiva dan kewajiban. Berikut ini adalah contoh perusahaan manufaktur (subsektor te kstil dan garment) yang mendapatkan opini audit going concern yaitu PT Argo Pantes yang didirikan pada tanggal 12 Juli 1977. Perusahaan ini bergerak di bidang usaha tekstil di mana pada tahun 2013 perusahaan ini menerima opini audit going concern. Sebagai contoh, pada tahun 2013 PT Argo Pantes yang diaudit oleh auditor independen Hendrawinata dan Siddharta yang mengeluarkan laporan audit tentang going concern bahwa pada tanggal 31 Desember 2013, perusahaan mencatat akumulasi kerugian yang signifikan berupa defisit sebesar Rp1.512.027.381 atau mengalami penurunan sebesar Rp81.749.083 dibandingkan defisit tahun sebelumnya. Hal ini menimbulkan ketidakpastian yang dapat mempengaruhi kegiatan usaha di masa mendatang. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPA P, 2001). Dalam laporan keuangan tahunan, opini audit going

concern diberikan setelah paragraf pendapat. Laporan keuangan konsolidasi terlampir disusun dengan anggapan bahwa perusahaan akan melanjutkan operasinya sebagai entitas yang berkemampuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya ( going concern). Catatan atas laporan keuangan konsolidasi berisi pengungkapan dampak kondisi ekonomi terhadap perusahaan serta tindakan yang ditempuh dan rencana yang dibuat oleh manajemen untuk menghadapi kondisi tersebut. Pengeluaran opini audit going concern sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi. Perlunya untuk mengetahui sehat tidaknya kondisi keuangan perusahaan yang merupakan asumsi dasar bagi investor dalam menentukan investasinya, terutama yang menyangkut dengan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Hal ini membuat auditor mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mengeluarkan opini going concern yang konsisten dengan keadaan sesungguhnya dari perusahaan tersebut. Pentingnya informasi tentang opini going concern mendorong peneliti untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memepengaruhi pemberian opini ini. Faktor-faktor yang akan diuji meliputi kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya. Kualitas audit didefinisikan sebagai segala kemungkinan di mana auditor menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien pada saat mengaudit dan melaporkannya pada laporan auditor (Elfarini, 2007). Dalam hal ini manajemen menginginkan kualitas audit yang tinggi agar investor memiliki

keyakinan lebih terhadap reliabilitas angka-angka akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan. Selain itu dikarenakan kualitas audit yang tinggi. Opini audit tahun sebelumnya adalah opini auditor yang diterima oleh perusahaan pada tahun sebelumnya. Opini audit going concern tahun sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan penting bagi auditor untuk mengeluarkan kernbali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Apabila auditor menerbitkan opini audit going concern tahun sebelumnya maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan mem:rima kembali opini audit going concern pada tahun berjalan (Santosa dan Wedari, 2007). Hal ini dikarenakan kegiatan usaha perusahaan pada tahun berjalan tidak terlepas dari keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya (Tamba, 2009). Mutchler (1984, dalam Setyamo et al.,2006) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sarna pada tahun berjalan. Beberapa penelitian di Indonesia telah menunjukkan faktor-faktor yang terkait dengan penerimaan opini audit going concern. Dbeberapa penelitian tersebut, terdapat Research Gap terkait pengaruh kualitas auditor, opini auditor tahun sebelumnya, dan profitabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Nur Mettani Aquariza (2012) yang meneliti pengaruh variabel pengaruh opini audit, kualitas auditor, profitabilitas, likiuiditas, dan solvabilitas terhadap pemberian opini audit going concern di mana variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan

terhadap penerimaan opini audit going concern dan variabel lain tidak berpengaruh signifikan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rezkhy Noveiro (2011) yang meneliti analisis pengaruh kualitas auditor, likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas terhadap opini audit going concern di mana kualitas auditor berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian lainnya dilakukan oleh Eva Lestari & Dr. Sri Supadmini yang menunjukkan bahwa secara parsial variabel profitabilitas yang diwakili oleh rasio variabel return on asset tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Begitu juga dengan variabel kualitas auditor yang secara parsial tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Namun, untuk variabel opini audit tahun sebelumnya secara parsial berpengaruh signifikan dalam penelitian ini. Yasinta Putri Alichia (2008) dalam penelitian menunjukkan bahwa pengujian atas variabel opini audit tahun sebelumnya ditemukan bukti empiris bahwa opini audit tahun sebelumnya secara signifikan berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit tahun pada tahun berikutnya. Artinya perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya maka memiliki probabilitas semakin besar mendapatkan opini audit going concern. Arga Fajar Santosa dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern. Sedangkan variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern.

Endra Ulkri Arma (2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going concern. Ini berarti bahwa hubungan antara profitabilitas perusahaan searah dengan opini audit going concern. Dyah Putri Widyawati (2009) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Namun, variabel profitabilitas dalam penelitian ini berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Eko Budi Setyarno, Indira Januarti, Faisal (2006) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan audit going concern namun tidak berpengaruh secara signifikan. Sedangkan terkait variabel opini audit tahun sebelumnya menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Motivasi penetlitian ini adalah: pertama, topik mengenai tanggung jawab auditor dalam mengungkapkan masalah going concern masih menarik untuk diteliti dan mengingat pentingnya laporan keuangan auditan bagi calon investor sebagai acuan pengambilan keputusan sebelum berinvestasi di pasar modal. Kedua, terdapat research gap pada penelitian terdahulu yang telah teruji. Ketiga, adanya konsistensi hasil audit sebelumnya dengan tahun berjalan atas penerimaan audit going concern. Berdasarkan hasil tersebut di atas, maka penulis mengambil judul skripsi dengan judul Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya, Kualitas Auditor, dan

Profitabilitas terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014). 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Terdapat beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menerima opini going concern. 2. Krisis keuangan tahun 2008 mengakibatkan banyaknya investor mengalami kerugian karena sebagian perusahaan tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. 3. Adanya kesangsian Auditor terhadap kelangsungan hidup perusahaan yang mengakibatkan Auditor memberikan opini audit going concern kepada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Going Concern perusahaan merupakan informasi penting sebagai dasar pengambilan keputusan investor terkait penanaman modal. 1.3. Pembatasan Masalah Variabel yang diteliti terdiri dari variabel independen dan dependen. Variabel independen yang diteliti di antaranya, opini audit tahun sebelumnya, kualitas auditor, dan profitabilitas. Sedangkan, variabel dependen yang teliti yaitu opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang juga merupakan objek penelitian.

Dalam penelitian ini adalah data yang diambil adalah data dokumenter berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI yaitu pada perusahaan manufaktur. Peneliti mengambil sampel perusahaan pada periode 2014. Sumber data adalah data sekunder yang diperoleh dari website perusahaan maupun website BEI (www.idx.co.id). 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan pembahasan diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah opini audit tahun sebelumnya, kualitas auditor, dan profitabilitas secara simultan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada BEI? 2. Apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh tehadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada BEI? 3. Apakah kualitas auditor berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada BEI? 4. Apakah profitabilitas berpengaruh tehadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada BEI? 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk melengkapi dan menganalisis apakah opini audit tahun sebelumnya, kualitas auditor, dan profitabilitas secara simultan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada BEI. 2. Untuk menganalisis apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh tehadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada BEI. 3. Untuk menganalisis apakah kualitas auditor berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada BEI. 4. Untuk menganalisis apakah profitabilitas berpengaruh tehadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada BEI. 1.6. Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi manajemen perusahaan di Indonesia dapat menjadi masukan dan dorongan bahwa pentingnya terkait pengaruh opini audit tahun sebelumnya, kualitas auditor, serta profitabilitas terhadap opini audit going concern pada perusahaan, sehingga dapat mencegah perusahaan dari likuidasi. Hal ini dapat meminimalkan resiko yang diterima oleh perusahaan terkait hal tersebut. Jadi, manajemen dapat merancang upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja

perusahaan agar dapat terhindar dari penerimaan opini audit going concern yang dapat mengakibatkan perusahaan mengalami likuidasi. 2. Memberikan masukan kepada investor dalam menilai dan mengevaluasi keberlangsungan pada suatu perusahaan ketika akan melakukan penanaman modal dalam perusahaan tersebut. 3. Untuk menambah wawasan dan informasi yang berkaitan dengan implementasi dari opini audit tahun sebelumnya, kualitas auditor, dan profitabilitas. Dapat menjadi tambahan referensi dan bahan pengembangan penelitian selanjutnya terkait pengaruh pengaruh opini audit tahun sebelumnya, kualitas auditor, serta profitabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur di Indonesia.