SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : AHMAD AFIF J

dokumen-dokumen yang mirip
MUHAMMAD PRABU ARYANDA J

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.K DENGAN POST OPERASI HERNIOTOMI DI RUANG ANGGREK RS PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

BAB I PENDAHULUAN. melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. B DENGAN POST OP HEMOROIDECTOMI DI RUANG MELATI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan operasi dan penyembuhan luka. Penyembuhan luka operasi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB I PENDAHULUAN. konstitusi WHO. Dalam upaya mewujudkan hak kesehatan pada setiap individu, pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekam medis mempunyai peran yang dominan dalam proses pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : POST OP HERNIA INGUINALIS DI BANGSAL ANGGREK RSUD WONOGIRI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penduduk lanjut usia, yang kemudian disebut sebagai lansia adalah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. dari segala proses dan upaya yang selama ini dilakukan agar semuanya

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

Modul 3. (No. ICOPIM: 5-530)

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Penderita Pasca Stroke

Analisis Length Of Stay (Los) Berdasarkan Faktor Prediktor Pada Pasien DM Tipe II di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan rumah sakit yang didorong oleh permintaan. pelanggan menyebabkan layanan rumah sakit tidak hanya memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fraktur around hip yang menjalani perawatan rutin.

B A B PENDAHULUAN. seperti hernia inkarserata, masih merupakan perdebatan. Jaringan yang edema,

POLA HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 JULI 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

KARAKTERISTIK PENDERITA HERNIA INGUINALIS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU TAHUN 2012 Indri Mayasari Sesa 1, Asri Ahram Efendi 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sehingga terdapat kesepakatan umum bahwa inti dari kerapuhan yaitu meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. banyak timbul penyakit yang ditimbulkan salah satu hernia, penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang simpulan. yang menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan,

APPENDICITIS (ICD X : K35.0)

HUBUNGAN ANTARA GOLONGAN DARAH SISTEM ABO DENGAN KEJADIAN APENDISITIS AKUT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari. pembangunan sumber daya manusia, yaitu mewujudkan bangsa yang maju

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mengimbangi situasi tersebut. Salah satu kiat tersebut adalah dengan

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002).

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. kecil) atau appendiktomi. Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat

Laporan Data yang Diunggah ke Website (Tahun 2015)

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sangat susah ditanggulangi, sebagian besar berakhir dengan kematian

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. jinak yang tumbuh pada rahim. Dalam istilah kedokteranya disebut

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

Transkripsi:

HUBUNGAN FAKTOR KOMORBID, USIA DAN STATUS GIZI DENGAN LAMA RAWAT INAP PADA PASIEN HERNIA INGUINALIS LATERALIS REPONIBILIS YANG DIOPERASI HERNIOREPAIR TANPA MESH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERIODE 2005-2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : AHMAD AFIF J 500 060 070 Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hernia merupakan salah satu kasus di bagian bedah yang pada umumnya sering menimbulkan masalah kesehatan dan memerlukan tindakan operasi. Hernia dapat terjadi akibat kelainan kongenital maupun didapat. Dari hasil penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar 10% yang menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya pada pria (Stead, 2004). Hernia inguinalis lateralis merupakan hernia yang paling sering ditemukan yaitu sekitar 50%, sedangkan hernia ingunal medialis 25% dan hernia femoralis sekitar 15%. ( Stead, 2004). Diperkirakan 15 % populasi dewasa menderita hernia inguinal, 5-8 % pada rentang usia 25-40 tahun dan mencapai 45 % pada usia 75 tahun. Hernia inguinalis dijumpai 25 kali lebih banyak pada pria dibanding perempuan (Simarmata, 2003). Angka kemungkinan terjadinya hernia strangulata adalah 2,8 persen setelah 3 bulan munculnya hernia dan 4,5 persen setelah 2 tahun (George, 1999). Presipitasi terjadinya hernia dikarenakan oleh kenaikan tekanan intra abdomen, seperti : kerja berat, batuk kronis, dan konstipasi (Marijata, 2006). Kondisi ini diperparah dengan krisis ekonomi Indonesia, yang berakibat pada tingginya jumlah penduduk miskin Indonesia hingga mencapai 35,7%, dimana sebagian besar merupakan pekerja berat (BPS dan Depsos, 2002). Hal ini memperbesar kerentanan penduduk miskin menderita hernia. Dalam rehabilitasi hernia dikenal Herniorepair metode standar atau herniorepair tanpa mesh (Pure tissue Repair Hernioplasty). Metode ini telah lama digunakan dan bahkan menjadi metode yang paten digunakan oleh dokter bedah dalam waktu lama. Lama rawat inap yang merupakan bagian rehabilitasi pasien pasca operasi, dapat menggambarkan keadaan pasien setelah operasi dilakukan dan resiko operasi. Disamping itu, angka lama rawat inap (Length of stay) merupakan salah satu

indikator kualitas pelayanan medis yang telah ditetapkan oleh The American Colledge of Surgeons (Soejadi, 1996). Hernia yang merupakan kasus bedah yang banyak teradi disamping apendisitis akut, sering menimbulkan masalah-masalah penyerta. Pada kasus yang terjadi, pasien hernia sering juga memiliki penyakit lain, seperti : batuk kronis, ascites, peningkatan cairan peritoneum oleh karena atresia bilier, pembesaran prostat, tumor abdomen dan obstipasi (Alex et al., 2007 dan Chowbey et al., 2006). Dengan adanya penyakit ini tentunya meningkatkan nilai morbiditas pasien dan menggangu proses penyembuhan. Proses penyembuhan yang terhambat akan mengakibatkan bertambahnya lama rawat inap. Pertambahan usia berbanding lurus dengan tingkat kejadian hernia. Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi pada semua umur, namun paling banyak terjadi pada usia antara 45 sampai 75 tahun (McIntosh, 2000). Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Simarmata (2003) bahwa insidensi hernia inguinalis diperkirakan diderita oleh 15% populasi dewasa, 5-8 % pada rentang usia 25-40 tahun, dan mencapai 45 % pada usia 75 tahun. Dalam usia tua dikenal sindrom gagal pulih, tanda sindroma gagal pulih muncul secara bertahap, dimulai dari malnutrisi dengan hilangnya jaringan lemak dan otot, penurunan fungsi fisik dan kognitif, menurunnya nafsu makan dan makin menarik diri dari aktivitas sosial (Martono, 2009). Sindroma gagal pulih merupakan stadium akhir dari kerapuhan pada usia lanjut. Sebanyak 46% pasien yang dirawat di rumah sakit menderita malnutisi (Chima et al., 1997). Malnutrisi pada pasien yang dirawat berhubungan dengan meningkatnya lama hari rawat inap, biaya, dan komplikasi (Braunchweig et al., 2000). Masalah gizi di rumah sakit sering diabaikan antara lain karena kurangnya dokumentasi berat badan, tinggi badan, dan asupan makanan. Monitor laboratorium untuk menilai status gizi sering tidak dilakukan, sedangkan pertambahan kebutuhan gizi pada keadaan sakit, trauma, stress dan sebagainya sering diabaikan (Saifun, 1998).

Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas yaitu komorbid, usia dan status gizi dapat berpengaruh terhadap respons pengobatan dan respons pengobatan dapat dinilai dari lama rawat, serta belum banyak penelitian yang dilakukan untuk menilai respons pengobatan pasien hernia yang dirawat di bangsal rumah sakit maka dilakukan penelitian hubungan komorbid, usia dan status gizi dengan lama rawat pasien hernia inguinalis lateralis reponibialis yang dilakukan operasi herniarepair tanpa mesh dan dirawat di RS PKU Muhammadiyah Surakarta periode 2005-2007. B. Rumusan Masalah Penelitian Uraian ringkas pada latar belakang masalah di atas memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan peneliti sebagai berikut: 1. Apakah faktor komorbid berhubungan dengan lama rawat inap pada pasien hernia inguinalis lateralis reponibilis yang dioperasi herniorepair tanpa mesh? 2. Apakah usia berhubungan dengan lama rawat inap pada pasien hernia inguinalis lateralis reponibilis yang dioperasi herniorepair tanpa mesh? 3. Apakah status gizi berhubungan dengan lama rawat inap pada pasien hernia inguinalis lateralis reponibilis yang dioperasi herniorepair tanpa mesh? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Melihat hubungan faktor komorbid, usia dan status gizi dengan lama rawat inap pasieh hernia inguinalis lateralis reponibilis yang dioperasi herniorepair tanpa mesh. 2. Tujuan khusus a) Memperoleh dari data rekam medis jumlah pasien hernia inguinalis lateralis reponibilis yang dilakukan operasi herniorepair tanpa menggunakan mesh di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.

b) Mengetahui jumalah pasien hernia dengan faktor komorbid yang dirawat inap 3 hari dan 3 hari, dan lama rawat pasien tanpa faktor komorbid. c) Mengetahui jumalah pasien hernia dengan usia >50 tahun yang dirawat inap 3 hari dan 3 hari, dan lama rawat pasien dengan usia 50 tahun. d) Mengetahui jumalah pasien hernia dengan kadar albumin 3,5 mg/dl yang dirawat inap 3 hari dan 3 hari, dan lama rawat pasien dengan kadar albumin 3,5 mg/dl D. Manfaat Penelitian 1. Ilmiah Sebagai informasi data tambahan bagi penulis, para teknisi dan para peneliti lain. 2. Aplikatif Memperoleh data rekam medis menilai seberapa lama pasien hernia post operatif dengan herniorepair tanpa mesh 3. Pelayanan masyarakat Meningkatkan kualitas penanganan pasien post operasi hernia dan sebagai pertimbangan perawatan bagi tenaga medis terutama bagian bedah pada pasien hernia yang dilakukan herniorepair.