BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588).

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

ETNOGRAFI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

SKRIPSI. Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh Aditya Nugraha NIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB V PENUTUP. hasil evaluasi peneliti dari penelitian ini. menyimpulkan, yang pertama, jenis- jenis dan fungsi tindak tutur yang

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB V PENUTUP. kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang. membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan

ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

Transkripsi:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, 2001: 117). Tindak tutur merupakan salah satu bagian dari ilmu pragmatik. Oleh sebab itu, konsep penelitian ini adalah tindak tutur, tindak tutur ilokusi, dan novel Tanah Tabu. 2.1.1.1 Tindak Tutur Teori tindak tutur adalah pandangan yang mempertegas bahwa ungkapan suatu bahasa dapat dipahami dengan baik apabila dikaitkan dengan situasi konteks terjadinya ungkapan tersebut. Istilah tindak tutur muncul karena di dalam mengucapkan sesuatu penutur tidak semata-mata menyatakan tuturan tetapi dapat mengandung maksud dibalik tuturan itu. (Purwo 1990:16) mendefenisikan tuturan sebagai ujaran kalimat pada konteks yang sesungguhnya. Menurut Chaer (2004:50) tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat makna atau arti tindakan dalam tuturannya.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah aktivitas tindakan dengan menuturkan sesuatu. Misalnya, tindakan mengusir dapat dilakukan dengan tuturan Maaf mas, sekarang sudah jam sepuluh Maksud tuturan ini adalah tindakan mengusir bukan menunjukkan waktu. 2.1.1.2 Tindak Tutur Ilokusi J. L. Austin merupakan tokoh yang pertama memperkenalkan teori tindak tutur. Ia mengatakan bahwa secara analitis dapat dijelaskan atas 3 macam tindak bahasa yang terjadi secara serentak, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindak ilokusi adalah salah satu dari teori Austin. Tindak tutur ilokusi adalah pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji pertanyaan, dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan. Chaer (2004:53) mengatakan bahwa tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalmat performatif yang eksplisit. Tindak tutur ilokusi biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan. Dengan kata lain ilokusi berati melakukan tindakan dalam mengatakan sesuatu (Leech, 1993:316). Tindak tutur ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan (Rustono, 1999:37). Tindak ilokusi tidak mudah diidentifikasi karena tindak ilokusi ini berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan dan di mana tindak tutur dilakukan sehingga dalam tindak tutur ilokusi perlu disertakan konteks tuturan dalam situasi tuturan. Contoh tindak tutur ilokusi : Tolong ambilkan buku itu! Mas.

2.1.1.3 Novel Tanah Tabu Novel Tanah Tabu merupakan novel pemenang Sayembara I Novel DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) tahun 2008 dan diterbitkan kali pertama oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada Mei 2009 yang ditulis oleh Anndita S. Thayf. Anindita Siswanto Thayf lahir di Makassar, 5 April 1978. Jatuh cinta pertama kali dengan buku sejak usia taman kanak-kanak sampai sekarang. Mengawali kegiatan menulis karena suka bekhayal. Novel Tanah Tabu bertutur tentang realita pedih kaum perempuan Papua, yaitu tentang perjalanan hidup tiga perempuan suku Dani dari tiga generasi yakni Mabel, Mace, dan Leksi. 2.1.2 Landasan Teori 2.1.2.1. Pragmatik Pragmatik sama halnya dengan semantik yang sama-sama mengkaji tentang makna-makna satuan lingual, hanya saja semantik mempelajari makna secara internal, sedangkan pragmatik mempelajari makna secara eksternal, karena telaah semantik adalah makna yang bebas konteks, sedangkan makna yang dikaji oleh pragmatik adalah makna yang terikat konteks. Menurut Kridalaksana (2001:176) disebutkan bahwa pragmatik adalah : (1) syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; (2) aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran. Dalam pragmatik juga dilakukan kajian tentang deiksis, praanggapan, implikatur, tndak tutur, dan aspek-aspek struktur wacana (Levinson, 1983 dalam Soemarno 1988:169).

Dalam penelitian ini yang dibicarakan mengenai pragmatik yang terbatas pada kajian tindak tutur yang merupakan bagian dari suatu percakapan dan konteksnya yang mempunyai peranan penting dalam percakapan. 2.1.2.2 Tindak Tutur Teori tindak tutur adalah pandangan yang mempertegas bahwa ungkapan suatu bahasa dapat dipahami dengan baik apabila dikaitkan dengan situasi konteks terjadinya ungkapan tersebut. Dalam percakapan terjadi tindak tutur. Istilah tindak tutur berasal dari bahasa Inggris speech act yang berarti tindak tutur. Namun, ada sebagian pakar pragmatik Indonesia (seperti Purwo) yang menerjemahkannya menjadi tindak ujaran. Dalam hal pengertian istilah Indonesia tampaknya tidak ada perbedaan antara kedua istilah ini (Siregar, 1997:36). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan salah satu istilah saja yaitu Tindak tutur. Menurut Searle (1969), dalam komunikasi bahasa terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi bahasa bukan sekedar lambang, kata, atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata, atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur. Lebih tegasnya, tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. Sebagaimana komunikasi bahasa yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah, begitu juga tindak tutur dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah (Rani, 2004:158) J.L.Austin merupakan tokoh teori tindak tutur pertama yang memperkenalkan konsep tindak tutur melalui bukunya How to do thing with words. Menurut Austin, tuturan pada dasarnya dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tuturan bersifat

performatif dan tuturan yang bersifat konstantif. Selanjutnya, dinyatakan bahwa semua tuturan pada dasarnya bersifat performatif, yang berarti bahwa dua hal terjadi secara bersamaan ketika orang mengucapkannya. Teori tindak tutur Austin selanjutnya mengalami perkembangan setelah Searle dalam bukunya Speech Act: An Essay in the Philisophy of Language. Ia mengatakan bahwa secara pragmatis setidaktidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionry act), tindak ilokusi (ilocutionary act) dan tindak perlokusi (perlocutionary act) (Chaer dan Leonie, 2004: 53), yaitu: 1. Tindak tutur lokusi, adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti berkata, atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. 2. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit. Tindak tutur ilokusi biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan. 3. Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistik dari orang lain. Teori tindak tutur Austin merupakan teori tindak tutur yang berdasarkan pembicara, sedangkan Searle melihat tindak tutur berdasarkan pendengar. Jadi, Searle berusaha melihat bagaimana nilai ilokusi itu ditangkap dan dipahami pendengar. Searle membuat klasifikasi dasar tuturan yang membentuk tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis tindak tutur, yaitu (1) Representatif; (2) Direktif; (3) Ekspresif; (4) Komisif; dan (5) Deklaratif.

Berdasarkan pedapat Searle bahwa jenis tindak tutur ilokusi ada lima, yaitu: 1. Tindak Tutur Representatif Menurut Yule (2006:92), tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang menyatakan keyakinan penutur tentang ihwal realita eksternal. Tindak tutur ini berfungsi memberi tahu orang-orang mengenai sesuatu. Artinya, pada tindak tutur jenis representatif penutur berupaya agar kata-kata atau tuturan yang dihasilkan sesuai dengan jenis realita dunia. Searle (dalam Leech:1993), menyebutkan tindak tutur jenis ini sebagai tindak tutur asertif, yang mengidentifikasikan dari segi semantik karena bersifat proposisional. Selain itu, yang bertanggung jawab terhadap kesesuaian antara kata-kata atau tuturan dengan fakta duniawi terletak pada pihak penutur. Yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur representatif ini, adalah tuturantuturan yang bersifat penegasan, pernyataan, pelaporan dan pemerian. 2. Tindak Tutur Komisif Yule (2006) memberi pemahaman bahwa tindak tutur komisif, penutur menindaklanjuti atau memenuhi apa yang dituturkan. Tuturan semacam ini mengekspresikan apa yang dimaksudkan oleh penutur. Dalam penggunaan tindak tutur komisif, penutur bertanggung jawab atas kebenaran apa yang dituturkan. Leech (1993) mengatakan jenis tindak tutur ini memiliki fungsi menyenangkan. Menyenangkan maksudnya adalah menyenangkan pihak pendengarnya karena dia tidak mengacu kepada kepentingan penutur. Jenis tindak tutur yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini menurut Yule (2006:94) adalah perjanjian, ancaman, penolakan dan jaminan.

3. Tindak Tutur Direktif Dalam tindak tutur direktif mengandung hal yang bersifat keinginan pihak penutur kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tindak tutur direktif merupakan ekspresi dari apa yang penutur inginkan (Yule, 2006:93). Jenis tindak tutur yang termasuk dalam tindak tutur jenis direktif adalah perintah, permintaan, pemberian saran. Dalam hal ini pendengar bertanggung jawab untuk menyelesaikan apa yang akan dilakukannya terhadap keinginan penutur. 4. Tindak Tutur Ekspresif Yule (2006:93) berpendapat bahwa dalam tindak tutur ekspresif terdapat pernyataan yang menggambarkan apa yang penutur rasakan. Tindak tutur ini mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis penutur terhadap suatu keadaan, meliputi mengucapkan terima kasih, terkejut, mengucapkan selamat datang, mengucapkan selamat, gembira, khawatir, sombong dan rasa tidak suka. 5. Tindak Tutur Deklaratif Berdasarkan pendapat Yule (2006:93) dapat diketahui bahwa dalam tindak tutur deklaratif terdapat perubahan dunia sebagai akibat dari tuturan itu, misalnya ketika kita mengundurkan diri dengan mengatakan saya mengundurkan diri, memecat seseorang dengan mengatakan Anda dipecat, atau menikahi seseorang dengan menyatakan Saya bersedia. Yang termasuk ke dalam jenis ini antara lain, memecat, menyatakan perang, menikahkan, membebastugaskan (Hasibuan, 2005:88).

2.1.2.3 Konteks Konteks berhubungan dengan situasi berbahasa (speech situasion). Konteks mempunyai pengaruh kuat pada penafsiran makna kata. Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau bersama teks dan menjadi lingkungan atau situasi penggunaan bahasa (Rani, 2004:190). Konteks berhubungan dengan interaksi linguistik dalam ujaran atau lebih yang melibatkan pihak, yakni penutur dan lawan tutur dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer dan Leonie, 2004: 47). Suatu konteks harus memenuhi delapan komponen yang diakronimkan sebagai S-P- E-A-K-I-N-G Hymes (dalam Chaer dan Leonie, 2004: 48-49). Komponen tersebut adalah : 1. S (Setting and Scene), setting berkenaan dengan tempat dan waktu tuturan berlangsung, scene adalah situasi tempat dan waktu. 2. P (Participants), pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan. 3. E (end), merujuk pada waktu dan tujuan tuturan. 4. A (act sequence), mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. 5. K (keys), mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan disampaikan dengan senang hati, serius, mengejek, dan bergurau. 6. I (instrumentalies), mengacu pada jalur bahasa yang digunakan. 7. N (norm of interaction and interpretation), mengacu pada tingkah laku yang khas dan sikap yang berkaitan dengan peristiwa tutur. 8. G (genre), mengacu pada jenis penyampaian. Setting and scene. Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu atau situasi

psikologis pembicara. Waktu, tempat dan situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Berbicara di lapangan sepakbola pada waktu ada pertandingan sepakbola dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu banyak orang membaca dan dalam keadaan sunyi, anda harus berbicara seperlahan mungkin. Paticipants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima pesan. Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai pembicara atau pendengar; tetapi dalam khotbah di mesjid, khotib sebagai pembicara dan jemaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran. Status sosial partisipan sangat menentukan ragam bahasa yang digunakan. Misalnya, seorang anak akan menggunakan ragam atau gaya bahasa yang berbeda bila berbicara dengan orangtua atau gurunya, bila dibandingkan berbicara dengan teman-temannya. Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang terjadi di ruang pengadilan bermaksud menyelesaikan suatu kasus perkara; namun partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan terdakwa, pembela berusaha membuktikan bahwa terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan yang adil. Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaanya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran dalam kuliah umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah berbeda. Begitu juga isi ujaran yang dibicarakan.

Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan disampaikan dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek. Hal ini dapat juga ditujukan dengan gerak tubuh dan isyarat. Instrumentalies, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalies ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek, fragam, atau register. Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam bernteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara. Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa, dan sebagainya. 2.1.2.4 Aspek-aspek Situasi Tuturan Pragmatik merupakan kajian yang mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi ujar. Dengan demikian bagi penutur dan mitra tutur hendaknya memperhatikan aspek situasi tutur di dalam komunikasinya agar antara penutur dan mitra tutur dapat saling mengerti atas tuturannya. Leech (1993:19-21) membagi aspek situasi tutur atas lima bagian, yaitu: (1) penutur dan mitra tutur; (2) konteks tutur; (3) tindak tutur sebagai tindakan atau kegiatan; (4) tujuan tuturan; (5) tuturan sebagai produk tindak verbal. 1. Penutur dan Mitra tutur Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Sementara itu, mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam pentuturan. Di dalam

peristiwa tutur peran penutur dan mitra tutur dilakukan secara silih berganti, yang semula berperan penutur pada tahap tutur berikutnya dapat menjadi mitra tutur, demikian sebaliknya. Aspek-aspek yang terkait dengan komponen penutur dan mitra tutur antara lain usia, latar belakang sosial, ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat keakraban. 2. Konteks Tuturan Dalam tata bahasa konteks tuturan itu mencakupi semua aspek fisik atau latar sosial yang relevan dengan tuturan yang diekspresi. Konteks yang bersifat fisik, yaitu fisik tuturan dengan tuturan lain, biasa disebut ko-teks. Sementara itu, konteks latar sosial lazim dinamakan konteks. Di dalam pragmatik konteks itu berarti semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tuturnya. Konteks ini berperan membantu mitra tutur di dalam menafsirkan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur. 3. Tujuan Tuturan Tujuan tuturan adalah apa yang ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Komponen ini menjadikan hal yang melatarbelakangi tuturan. Karena semua tuturan memiliki suatu tujuan. 4. Tindak Tutur sebagai bentuk Tindakan atau Aktivitas Tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas adalah bahwa tindak tutur itu merupakan tindakan juga. Tindak tutur sebagai suatu tindakan tidak ubahnya sebagai tindakan mencubit dan menendang. Hanya saja, bagian tubuh yang berperan berbeda. Pada tindakan mencubit tanganlah yang berperan, pada tindakan menendang kakilah yang berperan, sedangkan pada tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan.

5. Tuturan Sebagai Produk Tindak Verbal Tuturan itu merupakan hasil suatu tindakan. Tindakan manusia itu dibedakan menjadi dua, yaitu tindakan verbal dan tindakan nonverbal. Berbicara atau bertutur itu adalah tindakan verbal. Oleh karena tercipta melalui tindakan verbal, tuturan itu merupakan produk tindak verbal. Tindakan verbal adalah tindak mengekpresikan kata-kata atau bahasa. 2.1.2.5 Fungsi Tindak Ilokusi Manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya. Untuk itu, fungsi bahasa bagi manusia yaitu untuk berinteraksi dengan masyarakat penting sekali. Fungsi bahasa dalam masyarakat tidak hanya memiliki satu fungsi saja akan tetapi ada beberapa fungsi lain, salah satunya yaitu fungsi ilokusi. Searle (dalam Leech yang diindonesiakan Oka 1993: 162), bahwa fungsi ilokusi dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis sesuai dengan hubungan fungsifungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan dan terhormat. Adapun fungsi tindak ilokusi antara lain kompetitif, menyenangkan, bekerja sama, dan bertentangan. 1. Fungsi Kompetitif Fungsi kompetitif adalah tuturan yang tidak bertatakrama (discourteous), misalnya meminta pinjaman dengan nada memaksa, sehingga di sini melibatkan sopan santun. Tujuan ilokusi bersama dengan tujuan sosial. Pada ilokusi yang berfungsi kompetitif ini, sopan santun mempunyai sifat negatif dan tujuannya

mengurangi ketidak harmonisan; misalnya memerintah, meminta, menuntut, dan mengemis. 2. Fungsi Menyenangkan Fungsi menyenangkan adalah tuturan yang bertatakrama. Tujuan ilokusi sejalan dengan tujuan social. Pada fungsi ini, sopan santun lebih positif bentuknya dan bertujuan mencari kesempatan untuk beramah tamah; misalnya menawarkan, mengajak atau mengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih, dan mengucapkan selamat. 3. Fungsi Bekerja sama Fungsi kerja sama adalah tidak melibatkan sopan santun karena pada fungsi ini sopan santun tidak relevan. Tujuan ilokusinya tidak melibatkan tujuan sosial; misalnya menyatakan, melaporkan, mengumumkan, dan mengajarkan. 4. Fungsi Bertentangan Fungsi bertentangan adalah unsure sopan santun tidak ada sama sekali karena fungsi ini pada dasarnya bertujuan menimbulkan kemarahan. Tujuan ilokusi bertentangan dengan tujuan sosial; misalnya mengancam, menuduh, menyumpahi, dan memarahi. 2.2 Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki, mempelajari), perbuatan meninjau (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:1198), sedangkan pustaka adalah kitab, buku, primbon (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:912)

Jadi, tinjauan pustaka adalah hal-hal atau pengetahuan yang berhubungan dengan penelitian sebagai bahan referensi yang mendukung penelitian, atau menjelaskan hasil-hasil dari penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik yang diteliti agar semakin jelas permasalahan penelitian yang akan dipecahkan. Penelitian tentang tindak tutur yang relevan sebagai sumber adalah sebagai berikut: Hasibuan (2005) mengkaji tentang Perangkat Tindak Tutur dan Siasat Kesantunan Berbahasa dalam Bahasa Mandailing. Ia mengemukakan jenis-jenis tindak tutur versi Searle, yaitu representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Beliau juga membahas tentang tindak tutur langsung dan tidak langsung. Maharani (2007) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix. Ia membahas tentang jenis-jenis tindak tutur percakapan berdasarkan teori J.L.Austin yaitu tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi serta analisis pasangan berdampingan yang terdapat dalam percakapan komik Asterix seri ke-20. Malau (2009) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur dalam Seri Cerita Kenangan Agenteuil Hidup Memisahkan Diri karya NH. Dini. Ia membahas tentang jenis-jenis tindak tutur berdasarkan teori Searle, yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif, tindak tutur deklaratif dan tindak tutur ekspresif. Tindak tutur dalam Seri Cerita Argenteuil Hidup Memisahkan Diri disimpulkan bahwa hanya terdapat empat jenis tindak tutur saja yaitu tindak tutur represetatif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif, dan tindak tutur deklaratif. sedangkan, tindak tutur ekspresif tidak ada ditemukan Yani (2006) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Wacana Komik di Majalah Annida. Ia membahas tentang jenis tindak tutur ilokusi berdasarkan pendapat Searle, yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur komisif,

tindak tutur direktif, tindak tutur deklaratif, dan tindak tutur ekspresif. Selain membahas tentang jenis tindak tutur ia juga membahas tentang fungsi tindak tutur ilokusi yang ada dalam wana komik di majalah Annida. Penelitian tentang karya Anindita S. Thayf belum pernah dilakukan berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian khususnya tindak tutur yang terdapat dalam novel Tanah Tabu ini.