SKRIPSI. Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh Aditya Nugraha NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh Aditya Nugraha NIM"

Transkripsi

1 ANALISIS TINDAK TUTUR PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR SURONEGARAN DAN PASAR KONGSI PURWOREJO SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KEMAMPUAN NEGOSIASI DI KELAS X SMK SKRIPSI Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Aditya Nugraha NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2017 i

2

3

4 PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: nama : Aditya Nugraha NIM : Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Judul Skripsi : Analisis Tindak Tutur Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo sebagai Bahan Pembelajaran Kemampuan Negosiasi di Kelas X SMK menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya, kecuali pada bagianbagian tertentu yang saya ambil sebagai bahan acuan. Apabila terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo. Purworejo, 14 Maret 2017 Yang membuat pernyataan, Aditya Nugraha

5 MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al Mujaadilah: 11) PERSEMBAHAN: Karya sederhana ini saya persembahkan kepada : Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Joko Yuwono dan Ibu Yamirah sebagai ungkapan rasa baktiku dan ungkapan terima kasih dalam ketulusan hati, doa, kesabaran, pengorbanan dan motivasi yang tidak pernah letih menuntun dengan kasih sayang dan tidak melewatkan satu haripun untuk mendoakanku. Penulis hadiahkan kepada: 1. Keluargaku Anjar Danu Wibawa, Kartikawati, dan Nabhan Dzulfadhli Wibawa, yang selalu memberikan senyuman, dorongan dan semangat dalam menyusun skripsi ini. 2. Sosok yang selalu membawa keindahan dalam hidupku 3. Sahabat-sahabatku Ananggadipa Amarendra (And i Prasetiyawan), Al Hajj Mahardika Abubakar Sidiq, Untung Nopiyanto, Dani Purwo, dan Ibu Hesti (ibu kos tercinta) yang selalu memberikan bantuan dan dukungan selama penyusunan skripsi. 4. Teman PBSI seperjuangan Mugi Tri Lukito yang selalu bersama-sama dalam suka dan duka di bangku perkuliahan. 5. Almamater Universitas Muhammadiyah Purworejo

6 PRAKATA Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-nya. Dengan semua itu penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Tindak Tutur Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo sebagai Bahan Pembelajaran Kemampuan Negosiasi di Kelas X SMK. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Purworejo; 2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian dalam menyelesaikan skripsi ini; 3. Drs. Muh. Fakhrudin, M. Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah bijaksana, perhatian, sabar, dan teliti dalam membimbing penulis menyusun skripsi ini sehingga layak untuk dibaca sebagai perbendaharaan universitas. Selain itu, beliau memberikan banyak segi positif dan salah satunya yaitu berupa nasihatnasihat tentang hidup sehingga menanamkan rasa semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya; vi

7 4. Nurul Setyorini, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati dalam membimbing, mengarahkan, memotivasi serta memberi petunjuk selama penyusunan skripsi; 5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan ilmu kepada penulis; 6. Seluruh staf dan karyawan perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah dengan ramah dan baik dalam menyediakan buku-buku untuk kelancaran penyusunan skripsi; 7. Teman-teman dan sahabat-sahabatku yang telah memberikan semangat dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu. Penulis hanya dapat berdoa semoga semua pihak yang memberikan bantuan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Meskipun demikian, semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat, menambah ilmu pengetahuan pembaca dan berguna bagi perkembangan pendidikan selanjutnya. Purworejo, 14 Maret 2017 Penulis, vii Aditya Nugraha

8 ABSTRAK Aditya Nugraha. Analisis Tindak Tutur Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo sebagai Bahan Pembelajaran Kemampuan Negosiasi di Kelas X SMK. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) jenis tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi yang terdapat dalam komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo; (2) tindak tutur pada komunikasi lisan yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo sebagai bahan dalam pembelajaran negosiasi bagi siswa kelas X SMK Bisnis dan Manajemen. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah para penjual dan pembeli di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. Objek penelitian ini berupa tindak tutur yang digunakan oleh penjual dan pembeli dalam proses komunikasi pada peristiwa transaksi jual-beli. Instrumen dalam penelitian ini adalah penulis selaku peneliti dilengkapi alat rekam, kartu pencacat data, dan buku-buku yang relevan yang mendukung sebagai acuan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik rekam dan teknik catat. Analisis data dilakukan dengan metode padan dengan teknik pilah unsur penentu (PUP). Hasil analisis disajikan dengan metode informal. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) jenis tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi yang terdapat dalam komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo terdiri dari: (a) tindak tutur lokusi ditemukan data sebanyak 46 tuturan, yakni tindak tutur lokusi pertanyaan berjumlah 32 tuturan, tindak tutur lokusi pernyataan berjumlah 14 tuturan, dan tindak tutur lokusi perintah tidak ditemukan pada saat menganalisis data (b) tindak tutur ilokusi ditemukan data sebanyak 32 tuturan yakni tindak tutur ilokusi arsetif berjumlah 7 tuturan, tindak tutur ilokusi direktif berjumlah 10 tuturan, tindak tutur ilokusi komisif berjumlah 9 tuturan, tindak tutur ilokusi ekspresif berjumlah 8 tuturan, dan tindak tutur ilokusi deklaratif tidak ditemukan pada saat menganalisis tuturan, dan (c) tindak tutur perlokusi ditemukan data sebanyak 32 tuturan yakni tindak tutur perlokusi verbal berjumlah 18 tuturan, dan tindak tutur perlokusi verbal nonverbal berjumlah 14 tuturan. (2) tindak tutur pada komunikasi lisan yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo sebagai bahan dalam pembelajaran negosiasi bagi siswa kelas X SMK Bisnis dan Manajemen. Tindak tutur pada komunikasi lisan yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo sebagai bahan dalam pembelajaran negosiasi bagi siswa kelas X SMK Bisnis dan Manajemen pada kompetensi dasar 3.3. yakni menganalisis teks negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan untuk meningkatkan kemampuan negosiasi guna menumbuhkan minat dan jiwa bisnis kewirausahaan. Kata Kunci : tindak tutur, Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi, bahan pembelajaran viii

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... ABSTRAK DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi viii ix xi xii BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 5 C. Pembatasan Masalah... 6 D. Rumusan Masalah... 6 E. Tujuan Penelitian... 7 F. Manfaat Penelitian... 7 TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS A. Tinjauan Pustaka... 9 B. Kajian Teoretis Pragmatik Tuturan Peristiwa Tutur Aspek-aspek Situasi Tutur Tindak Tutur Jenis-jenis Tindak Tutur Negosiasi METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Subjek Penelitian C. Objek Penelitian D. Fokus Penelitian E. Instrumen Penelitian F. Teknik Pengumpulan Data G. Teknik Analisis Data H. Teknik Penyajian Hasil Analisis ix

10 BAB IV BAB II. PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN DATA A. Penyajian Data Penggunaan Jenis Tindak Tutur yang Digunakan dalam Komunikasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Tindak Tutur pada Komunikasi Lisan yang Digunakan oleh Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo sebagai Bahan dalam Pembelajaran Negosiasi bagi Siswa kelas X SMK Bisnis dan Manajemen B. Pembahasan Data Penggunaan Jenis Tindak Tutur yang Digunakan dalam Komunikasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Tindak Tutur pada Komunikasi Lisan yang Digunakan oleh Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo sebagai Bahan dalam Pembelajaran Negosiasi bagi Siswa Kelas X SMK Bisnis dan Manajemen PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Contoh Kartu Data Tabel 2. Macam dan Jenis Tindak Tutur Tabel 3. Contoh Jenis Tindak Tutur Lokusi dalam Komunikasi pada Peristiwa Negosiasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Tabel 4. Contoh jenis tindak tutur ilokusi dalam komunikasi pada peristiwa negosiasi antara penjual pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Tabel 5. Contoh jenis tindak tutur perlokusi dalam komunikasi pada peristiwa negosiasi antara penjual pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Tabel 6. Jenis dan Kategori Tindak Tutur xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Silabus Data Penelitian Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi Surat Keputusan Penetapan Dosen Penguji Skripsi Kartu Bimbingan Skripsi xii

13 BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Berikut ini dipaparkan bagian-bagian tersebut. A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki arti dan memegang peranan penting bagi manusia ketika melakukan komunikasi dengan sesamanya. Komunikasi tersebut dalam bentuk lisan maupun tulisan. Bahasa memiliki fungsi komunikatif dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan untuk menyampaikan satu maksud tertentu misalnya ide, gagasan, dan keinginannya kepada manusia lain sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Komunikasi dalam pergaulan sering dilakukan oleh manusia, baik komunikasi personal maupun komunikasi kelompok. Dalam berinteraksi dalam masyarakat setiap manusia akan berkomunikasi yang menimbulkan tindak tutur di antara penutur dan mitra tutur. Fungsi bahasa dalam hal ini jelas sebagai alat komunikasi, maka penulis mengaitkan penelitian ini pada ranah bidang pragmatik. Pragmatik merupakan bagian dari linguistik yang menelaah bahasa yang berkaitan dengan fungsi dan bentuk tuturan (Wijana, 1996: 2). Bahasa tumbuh dan dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan masyarakat yang meliputi kegiatan bermasyarakat seperti perdagangan, pemerintahan, kesehatan, pendidikan, keagamaan, dan sebagainya. Kridalaksana 1

14 2 menguraikan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Jadi, bahasa pada prinsipnya dapat diartikan sebagai alat untuk mengekspresikan gagasan, alat komunikasi dengan orang lain, dan alat untuk menunjukkan jati diri (Nurhayati, 2009: 5-6). Ketika seseorang berkomunikasi, harus melihat situasi dan kondisi saat berbicara, serta unsur-unsur yang terdapat di dalam situasi tutur. Subyakto (1992:1) mendefinisikan unsur-unsur yang terdapat dalam tindak tutur dan kaitannya dengan bentuk dan pemilihan ragam bahasa, antara lain siapa yang berbicara, dengan siapa berbicara, tentang apa, dengan jalur apa, dan ragam bahasa yang mana. Bahasa biasa digunakan oleh siapa saja dan di mana saja, dari situasi formal maupun nonformal dan dari tempat menuntut ilmu sampai tempat mencari nafkah. Sebagai contoh bahasa digunakan di sekolah, pasar, kantor dan lain-lain. Tindak tutur merupakan kegiatan bermakna yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk berbahasa dengan mempertimbangkan aspek pemakaian aktualnya. Secara pragmatis ada tiga bentuk tindak tutur yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Dalam penelitian ini, penulis memilih pasar sebagai lokasi pengambilan data. Pasar merupakan tempat berkumpulnya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Sarana yang digunakan dalam melakukan transaksi adalah bahasa. Dengan digunakannya bahasa, penjual dan pembeli dapat melakukan interaksi seperti tawar-menawar atau negosiasi.

15 3 Peristiwa tindak tutur dalam wacana jual-beli di pasar mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu menyampaikan maksud dan tujuan berbagai pihak. Penjual dan pembeli sama-sama menggunakan bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan maksud agar tercapai kesepakatan. Interaksi antara penjual dan pembeli, di Pasar Suronegaran Purworejo dan pasar Kongsi pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya disebut dengan peristiwa tutur. Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan mengkaji tindak tutur yang digunakan oleh penjual dan pembeli di pasar Suronegaran Purworejo dan pasar Kongsi dengan pendekatan pragmatik, yaitu mengkaji hubungan antara lambang dengan penafsiran. Hal yang dimaksud dengan lambang di sini adalah suatu ujaran baik berupa satu kalimat atau lebih yang membawa makna tertentu, yang di dalam pragmatik ditentukan atas hasil penafsiran si pendengar. Dari hasil penelitian tindak tutur di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo, terdapat sebuah materi yang dapat diterapkan sebagai bahan pembelajaran siswa SMK kelas X bisnis dan manejemen. Pada kegiatan belajar siswa SMK terdapat materi negosiasi, dalam silabus kelas X KD 3.3 yaitu menganalisis teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan. Tindak tutur antara penjual dan pembeli di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo dapat digunakan sebagai materi pembelajarannya. Tindak tutur antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo baik diterapkan dalam pembelajaran karena siswa

16 4 dapat membedakan negosiasi yang baik dengan yang kurang baik, dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencapai kesepakatan di antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan berbeda (Nuh, 2013:134). Negosiasi juga dapat terjadi sebagai tanggapan terhadap usulan program dari pihak pertama kepada pihak kedua. Negosiasi dilakukan karena pihak-pihak yang berkepentingan perlu membuat kesepakatan mengenai persoalan yang menuntut penyelesaian bersama. Salah satu alasan Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo dijadikan lokasi penelitian karena belum pernah ada yang melakukan penelitian tindak tutur di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu materi pembelajaran siswa SMK kelas X dan sebagai tugas akhir mahasiswa atau skripsi oleh peneliti. Data yang diperoleh peneliti sebagian besar berupa bahasa Jawa. Hal tersebut disebabkan mayoritas pengunjung di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo menggunakan bahasa Jawa. Ada beberapa data yang menggunakan bahasa Indonesia, tetapi hanya sedikit sekali. Penulis memilih penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo sebagai lokasi pengambilan data karena pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi memiliki beraneka ragam latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya. Perbedaan latar belakang pengunjung tersebut dapat mempengaruhi bentuk tuturan misalnya, intonasi pengucapan dari penutur yang satu dengan yang lain, hal tersebut dapat membedakan maksud dari tuturan.

17 5 Pengunjung Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo tidak hanya dari daerah Purworejo saja, tetapi ada juga dari daerah sekitar Purworejo bahkan dari luar kota. Hal tersebutlah yang menyebabkan Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo memiliki atau menghasilkan beraneka ragam tindak tutur yang menarik untuk diteliti. Manfaat dari penelitian ini yaitu siswa dapat membedakan cara bernegosiasi yang baik dan mendapatkan contoh nyata dari lapangan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1. Bentuk tindak tutur yang terdapat dalam komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo dapat dijadikan materi dalam pembelajaran negosiasi siswa kelas X SMK Bisnis dan Manajemen. 2. Makna tindak tutur yang terdapat dalam komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo dapat dijadikan materi dalam pembelajaran siswa SMK kelas X Bisnis dan Manajemen. 3. Jenis tindak tutur yang terdapat dalam komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo dapat dijadikan materi dalam pembelajaran siswa SMK kelas X Bisnis dan Manajemen. 4. Penyebab terjadinya tindak tutur yang terdapat dalam komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran Purworejo dapat dijadikan materi dalam pembelajaran siswa SMK kelas X Bisnis dan Manajemen.

18 6 5. Komponen-komponen tindak tutur yang muncul dalam setiap peristiwa komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo dapat dijadikan materi dalam pembelajaran siswa SMK kelas X Bisnis dan Manajemen. 6. Bahasa yang terjadi pada komunikasi lisan yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo dapat dijadikan contoh materi dalam pembelajaran negosiasi pada siswa SMK kelas X Bisnis dan Manajemen. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka objek penelitian ini dibatasi pada dua permasalahan yaitu bentuk tindak tutur dan jenis tindak tutur, yang terdapat dalam komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. Dari hasil tindak tutur yang diteliti pada komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo, dapat dijadikan materi dalam pembelajaran negosiasi siswa SMK kelas X Bisnis dan Manajemen. Peneliti mengambil komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo sebagai bahan materi negosiasi dalam pembelajaran siswa SMK kelas X. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

19 7 1. Jenis tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi apa sajakah yang terdapat dalam komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo? 2. Bagaimana jenis tindak tutur yang terjadi pada komunikasi lisan yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo dapat dijadikan materi dalam pembelajaran negosiasi bagi siswa SMK kelas X Bisnis dan Manajemen? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan jenis tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi yang terdapat dalam komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. 2. Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo dengan materi negosiasi dalam pembelajaran negosiasi pada siswa SMK kelas X Bisnis dan Manajemen. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. 1. Secara Teoretis Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat menambah wawasan yang berhubungan dengan pragmatik. Selain itu, penelitian ini mempunyai manfaat

20 8 mengetahui secara kongkrit mengenai bentuk tindak tutur dan jenis tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi dalam komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. 2. Secara Praktis Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui kekhasan tuturan komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. Kekhasan tersebut terlihat pada percakapan antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo.

21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS Bab ini berisi tinjauan pustaka dan kajian teoritis. Dalam tinjauan pustaka diuraikan relevansi antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Kajian teoretis menguraikan teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini. A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan sebuah pengkajian terhadap penelitian terdahulu yang sudah ada sebelum penelitian ini. Penelitian mengenai analisis pragmatik bahasa Indonesia yang terjadi di pasar Suronegaran Purworejo belum ada yang meneliti. Penelitian tentang pragmatik telah dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain sebagai berikut: 1. Muntolib (2013) menulis skripsi yang berjudul Analisis Tindak Tutur Novel Para Abdi Sami Cecaturan Karya Mas Ngabehi Wasesa Pangrawit. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak bebas libat cakap, metode catat, metode analisis data, instrumen penelitian dan teknik pustaka. Subjek penelitian yang diteliti Muntolib adalah Novel Para Abdi Sami Cecaturan Karya Mas Ngabehi Wasesa Pangrawit. Objek dalam penelitian ini adalah tindak tutur yang terdapat dalam Novel Para Abdi Sami Cecaturan Karya Mas Ngabehi Wasesa Pangrawit. Berdasarkan analisis data penelitian ini ditentukan jenis tindak tutur berdasarkan daya tutur meliputi lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur lokusi ditemukan tindak tutur yang menyatakan sesuatu. Tidak tutur ilokusi 9

22 10 ditemukan enam jenis yaitu melaporkan, bertanya, menyarankan, mengusulkan, mendesak dan berterima kasih. Tindak tutur perlokusi ditemukan dua jenis tindak tutur meliputi membujuk dan melegakan. Persamaan antara skripsi yang dilakukan oleh peneliti dengan yang dilakukan oleh Muntolib adalah keduanya sama-sama mengkaji tindak tutur. Perbedaannya adalah Muntolib mengkaji tindak tutur dalam Novel Para Abdi Sami Cecaturan Karya Mas Ngabehi Wasesa Pangrawit, sedangkan dalam penelitian ini peneliti mengkaji tindak tutur yang terjadi di pasar Suronegaran Purworejo dan sebagai bahan pembelajaran di kelas X SMK bisnis dan manajemen. 2. Sari (2011) mengkaji skripsi yang berjudul Analisis Tindak Tutur Pedagang Sayur Keliling di Desa Seren Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pedagang dan pembeli sayur di Desa Seren Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo. Objek dalam penelitian ini adalah tindak tutur dalam percakapan adalah pedagang sayur dan pembeli di Desa Seren dengan fokus penelitian pada tindak tutur dan maksim dalam peristiwa itu, yaitu pedagang dan pembeli. Berdasarkan analisis data penelitian ini ditentukan jenis tindak tutur berdasarkan daya tutur meliputi lokusi, ilokusi dan perlokusi. Tindak tutur lokusi yaitu menyatakan sesuatu. Tindak tutur ilokusi ditemukan enam jenis yaitu meliputi laporan, bertanya, menyarankan, mengusulkan, mendesak dan berterima kasih. Tindak tutur perlokusi ditemukan dua jenis meliputi

23 11 membujuk dan melegakan. Tindak tutur berdasarkan modus tutur antara lain tindak tutur representatif meliputi menyatakan, menunjukkan, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, juga ditemukan tindak tutur berterima kasih, tindak tutur deklarasi meliputi melarang dan memutuskan. Persamaan antara skripsi yang dilakukan oleh peneliti dengan yang dilakukan Sari adalah keduanya sama-sama mengkaji tindak tutur penjual dan pembeli. Perbedaannya adalah Sari mengkaji tindak tutur pada pedagang sayur di Desa Seren, sedangkan peneliti mengkaji tindak tutur pada penjual dan pembeli di pasar Suronegaran Purworejo dan pasar Kongsi sebagai bahan pembelajaran negosiasi di kelas X SMK Bisnis dan Manajemen. 3. Komariah (2010), dalam skripsinya membahas bentuk-bentuk tindak tutur yang digunakan oleh para nelayan di daerah Cilacap Selatan. Penelitian yang dilakukan Komariah sangat relevan sebagai pembanding dalam penelitian ini, karena permasalahan yang dikaji hampir sama, hanya saja sumber data yang akan diteliti berbeda. Hasil yang didapat dari penelitian tersebut adalah (1) jenis tindak tutur yang ditemukan, yaitu lokusi, ilokusi, perlokusi; (2) pelanggaran terhadap prinsip kerja sama, yaitu pelanggaran terhadap maksim kualitas, pelanggaran terhadap maksim kuantitas, pelanggaran terhadap maksim hubungan, dan pelanggaran terhadap maksim cara yang ditemukan dalam tuturan pada Nelayan di daerah Cilacap Selatan. Penelitian Sri Komariah menggunakan sumber data dari Kajian Pragmatik pada Masyarakat Nelayan di Cilacap Selatan berupa percakapan-percakapan yang digunakan oleh komunitas nelayan di Cilacap, sedangkan dalam

24 12 penlitian ini peneliti mengkaji tindak tutur pada penjual dan pembeli di pasar Suronegaran Purworejo dan pasar Kongssi sebagai bahan pembelajaran negosiasi di kelas X SMK Bisnis dan Manajemen. Dari beberapa contoh penelitian tindak tutur tersebut yaitu sama-sama meneliti tentang tindak tuturdan permasalahan yang dikaji hampir serupa. Adapun beberapa perbedaan penelitian ini dengan beberapa contoh penelitian tersebut, subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbeda. Selain itu juga dalam penelitian ini dikaitkan dengan materi untuk kelas X tingkat SMK yaitu materi pembelajaran negosiasi. B. Kajian Teoretis Dalam kajian teoretis ini disajikan penjelasan mengenai beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam pembahasan penelitian ini. Penulis mengemukakan beberapa teori yang akan diuraikan dalam penelitian ini, yaitu (1) pragmatik, (2) tuturan, (3) peristiwa tutur, (4) aspek-aspek situasi tutur, (5) tindak tutur, (6) jenis-jenis tindak tutur, dan (7) negosiasi. 1. Pragmatik Pradotokusumo (2005: 34) menyatakan bahwa pragmatik adalah pengetahuan mengenai perbuatan yang dilakukan dengan bahasa yang digunakan dalam suatu konteks. Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang bahasa yang dipengaruhi konteks tertentu. Konteks di sini adalah maksud tuturan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur. Oleh sebab itu, studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya

25 13 daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan tersebut. Sementara itu, Wijana (1996: 2) menjelaskan pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana suatu kebahasaan digunakan dalam komunikasi. Jadi, makna yang dikaji dalam pragmatik adalah makna yang terikat konteks atau dengan kata lain mengkaji maksud penutur. Pragmatik dapat dimanfaatkan setiap penutur untuk memahami maksud lawan tutur. Penutur dan lawan tutur dapat memanfaatkan pengalaman bersama untuk memudahkan dalam berinteraksi. Sehubungan dengan pengertian pragmatik Yule dalam BPPKI (2013: 172) mengungkapkan bahwa ada empat definisi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicaraan dalam tuturan, (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya, (3) bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan oleh pembicara, dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa pragmatik merupakan bagaimana caranya konteks mempengaruhi cara kita menafsirkan makna kalimat/ujaran. Konteks memiliki peran yang kuat dalam menentukan maksud pembicara/penutur dalam berinteraksi dengan lawan tutur. Pragmatik disini berhubungan erat dengan ekspresi/tindakan yang terjadi antara penutur dan mitra tuturnya dalam percakapan.

26 14 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan secara garis besar bahwa, definisi pragmatik tidak dapat dilepaskan dari bahasa dan konteks. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji penutur untuk menyesuaikan kalimat yang diujarkan sesuai dengan konteksnya sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Jadi, dalam sebuah percakapan antara penutur dan mitra tutur harus saling memahami makna dan konteks tuturan agar sebuah tuturan tersebut bisa dikatakan berhasil. Dalam hal ini, perlu dipahami bahwa kemampuan berbahasa yang baik tidak hanya terletak pada kesesuaian aturan gramatikal tetapi juga pada aturan pragmatik. 2. Tuturan Tuturan adalah suatu ucapan/ujaran yang disampaikan oleh seorang penutur kepada mitra tutur ketika sedang berkomunikasi. Dalam kajian pragmatik, aktivitas/kegiatan melakukan tuturan, ucapan, atau ujaran dengan maksud tertentu itulah yang merupakan tindak tutur atau tindak ujar (Gunarwan dalam Rustono, 1999: 32). Bertumpu dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa tuturan dalam kajian pragmatik merupakan suatu tindak tutur. Tuturan disini adalah kalimat yang diujarkan penutur ketika sedang berkomunikasi. Komunikasi dalam bentuk ujaran biasanya berupa kalimat alternatif, kalimat bertanya, kalimat negasi seperti tidak dan bukan atau kalimat permohonan dan doa. Wijana (1996: 12) mendefinisikan tuturan yan g digunakan di dalam pragmatik merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan yang

27 15 dihasilkan merupakan bentuk dari tindak tutur. Dalam hubungannya dengan pragmatik dapat ditegaskan ada perbedaan mendasar antara kalimat (sentence) dan tuturan (utterance). Kalimat adalah entitas gramatikal sebagai hasil kebahasaan yang diidentifikasikan lewat penggunaanya dalam situasi tertentu. Dari pengertian ini, dapat dipahami bahwa tuturan dapat diartikan sebagai ujaran yang dihasilkan dari proses tindak tutur yang di dalamnya terkandung makna dan digunakan dalam situasi tertentu. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tuturan merupakan bentuk dari tindak tutur. Ujaran yang bentuk formalnya pernyataan biasanya memberi infomasi, tetapi ada juga yang berfungsi lebih yakni yang melakukan suatu tindak bahasa. Tuturan dalam kajian pragmatik dapat dipahami sebagai penggunaan kalimat oleh penutur dalam lingkungan dan pada saat tertentu. 3. Peristiwa Tutur Peristiwa tutur berkaitan dengan segala faktor yang melingkupi peristiwa tutur tersebut. Faktor-faktor yang dimaksud di sini seperti tempat, waktu, psikologi, pendengar, tujuan, isi ujaran, cara penyampaian, bentuk bahasa dan norma dalam berbahasa ( BPPKI, 2013: 172). Sama halnya juga disampaikan oleh Chaer dan Agustina (2010: 47) bahwa peristiwa tutur merupakan proses terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua belah pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu.

28 16 Jadi, berlangsungnya interaksi linguistik digunakan untuk saling menyampaikan informasi antara dua belah pihak tentang suatu topik, waktu, tempat, dan situasi tertentu inilah yang disebut dengan peristiwa tutur. Dengan demikian, peristiwa tutur merupakan rangkaian kegiatan dari sejumlah tindak tutur yang terorganisasikan untuk mencapai suatu ujaran dan ditekankan pada tujuan peristiwanya. Hymes dalam Chaer (2010: 48) mengungkapkan bahwa ada delapan komponen yang harus dipenuhi dalam peristiwa tindak tutur yang bila hurufhuruf pertamanya dirangkai menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut. a. S = Setting and scene Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. b. P = Participants Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara atau pendengar, penyapa atau pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). c. E = Ends : purpose and goal Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan.

29 17 d. A = Act sequences Act sequences mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. e. K = Key : tone or spirit of act Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan disampaikan: dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan gerak tubuh atau isyarat. f. I = Instrumentalities Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf, atau telepon. Instrumentalities ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek, fragam, atau register. g. N = Norm of interaction and interpretation Norm of interaction and interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya, yang mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara. h. G = Genre Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa, dan sebagainya.

30 18 Komponen tutur yang memiliki akronim speaking tersebut digunakan sebagai faktor pendukung dalam menganalisis tindak tutur yang terdapat dalam percakapan penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. Percakapan antara penjual dan pembeli ketika terjadi peristiwa tawar-menawar antara kedua belah pihak dalam bernegoisasi tentang harga sehingga ditentukan harga kesepakatan. 4. Aspek-aspek Situasi Tutur Pragmatik mengkaji makna yang berhubungan dengan situasi tutur. Penutur dan mitra tutur hendaknya memperhatikan aspek-aspek situasi tutur agar tuturannya dapat saling dimengerti. Tarigan (2009: 32) mengatakan bahwa aspek-aspek situasi tuturan atau ujaran yaitu untuk memudahkan kita menentukan dengan jelas bidang pragmatik. Jadi, adanya aspek-aspek situasi tutur dalam sebuah pragmatik, supaya dapat dengan mudah digunakan untuk menganalisis tuturan-tuturan yang kita temui. Sehubungan dengan bermacam-macam maksud yang mungkin dikomunikasikan oleh penutur sebuah tuturan, Leech (2015: 19-22) mengemukakan sejumlah aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik. Aspek-aspek itu meliputi penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan/ aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. a. Penyapa dan yang disapa (pesapa) atau Penutur dan lawan tutur Konsep penutur dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan pembaca bila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media

31 19 tulisan (Leech, 2015: 10). Dalam hal ini, dapat dipahami bahwa situasi ujaran harus ada pihak penutur dan lawan tutur lawan tutur, yaitu orang yang menjadi sasaran atau kawan dari penutur dalam sebuah penuturan. b. Konteks tuturan Konteks tuturan adalah konteks dalam sebuah aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan (Leech, 2015: 20). Dalam pragmatik konteks adalah semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur. Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa seorang mitra tutur harus mempunyai kemampuan untuk memahami sebuah tuturan yang dilakukan melalui tindakan oleh penutur. c. Tujuan tuturan Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur didasari oleh maksud dan tujuan tertentu (Leech, 2015: 20). Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Begitu juga sebaliknya, penutur dalam menyampaikan berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan tuturan yaitu agar lawan tutur memahami tuturan yang disampaikan penutur. d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas Bila gramatika menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai entitas yang abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi

32 20 semantik, dan sebagainya, pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi dalam situasi tertentu (Leech, 2015: 20). Dalam hal ini, tuturan sebagai entitas yang konkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya. Aspek ini berurusan dengan tindak-tindak atau performansi-performansi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. e. Tuturan sebagai produk tindak verbal Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatik, seperti yang dikemukakan dalam kriteria keempat merupakan bentuk tindak tutur (Leech, 2015: 20-21). Tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal. Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa tindakan verbal merupakan tindakan mengekspresikan kata-kata atau ucapan-ucapan. 5. Tindak Tutur Rustono (1999: 31) menyatakan bahwa tindak tutur merupakan hal penting dalam kajian pragmatik. Mengujarkan atau mengungkapkan sebuah tuturan tertentu dipandang sebagai tindakan untuk mempengaruhi atau menyuruh. Kegiatan melakukan tindakan pengujaran atau tuturan yang disebut dengan tindak tutur atau tindak ujar. Ungkapan tersebut menyatakan bahwa seseorang melakukan tindak tutur tidak hanya sekedar bertuturan saja tetapi juga dapat mempengaruhi/menyuruh mitra tutur melakukan sebuah tindakan yang berkaitan erat dengan tuturan yang seseorang sampaikan. Jadi, seorang penutur menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur dengan

33 21 melalui ucapan dapat memperngaruhi atau menyuruh untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Selanjutnya, Chaer dan Agustina (2010: 50) mendefinisikan tindak tutur sebagai gejala individual yang bersifat psikolinguistik dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Berdasarkan pendapat tesebut dapat dipahami bahwa tindak tutur adalah kemampuan seorang individu melakukan tindak ujaran yang mempunyai maksud tertentu sesuai dengan situasi tertentu. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa tindak tutur yang lebih ditekankan adalah arti tindakan dalam tuturannya. Tindak tutur berkaitan dengan lokusi atau pernyataan/informasi, ilokusi atau fungsi informasi dan perlokusi atau pengaruh informasi terhadap lawan tutur (BPPKI, 2013: 172). Jadi, ti ndak tutur mempunyai sifat yang penting, biasanya disampaikan dari seorang penutur kepada mitra tutur dengan tujuan untuk memberikan informasi yang bersifat penting. Tindak tutur yang dilakukan oleh penutur untuk menuangkan apa yang ada dipikirannya (infor masi) melalui kata-kata dan tindakan-tindakan agar mitra tutur memahami tuturan yang disampaikan penutur. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tindak tutur yang digunakan oleh seseorang sangat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti faktor bahasa, lawan bicara, situasi, dan struktur bahasa yang digunakan. Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa tindak tutur merupakan kegiatan komunikasi sosial yang dilakukan oleh manusia untuk

34 22 menyampaikan makna dan tujuan penggunaan bahasa guna menghadapi situasi tertentu. 6. Jenis-jenis Tindak Tutur Tindak tutur terdiri dari beberapa macam sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh para ahli bahasa. Menurut Searle dalam Wijana (1996: 17) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Sama halnya juga disampaikan oleh Austin dalam Chaer dan Agustina (2010: 53) bahwa tindak tutur dapat dirumuskan sebagai tiga peristiwa tindakan yang berlangsung sekaligus, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa secara pragmatik terdapat tiga tindakan yang dapat diwujudkan oleh penutur, yaitu tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi. a. Tindak Tutur Lokusi Menurut Wijana (1996: 18) tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasikan karena dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur. Jadi, tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti berkata atau tindak tutur dalam bentuk yang bermakna dan dapat dipahami. Bahwa lokusi semata-mata tindak tutur, yaitu tindak mengungkapkan sesuatu dengan kata-kata tanpa terikat dengan konteks tuturan.

35 23 Rustono (1999: 35) menyatakan bahwa tindak lokusi adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu. Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa mitra tutur menyampaikan sebuah tuturan kepada penutur hanya untuk menyatakan sesuatu yang bersifat informatif yaitu hanya memberi informasi. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur lokusi merupakan tindak tutur yang dilakukan untuk menyatakan sesuatu yang paling mudah diidentifikasi karena tuturannya jelas sesuai dengan apa yang dirasakan penutur tanpa terikat dengan konteks. Pada dasarnya dalam bentuk lokusi ini tidak dipermasalahkan lagi fungsi tuturannya karena makna yang dimaksudkan adalah memang benar makna yang terdapat pada kalimat yang diujarkan. b. Tindak Tutur Ilokusi Menurut Wijana (1996: 18) tindak tutur ilokusi merupakan sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Jadi, tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit. Tindak tutur ilokusi ini biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan Rustono (1999: 36) menjelaskan bahwa untuk memudahkan dalam mengidentifikasi tindak ilokusi ada beberapa verba yang menandai tindak tutur ilokusi, beberapa verba itu antara lain, melaporkan, mengusulkan,

36 24 mengakui, mengucapkan selamat, berjanji, berterima kasih dan mengumumkan. Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa tindak ilokusi dilakukan oleh penutur dpat diidentifikasikan oleh mitra tutur dengan beberapa jenis tindak ilokusi. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa tindakan ilokusi tidak hanya bermakna untuk menginformasikan sesuatu tetapi juga mengacu untuk melakukan sesuatu. Jadi, tindak ilokusi adalah tindak tutur yang digunakan untuk menginformasikan sesuatu dan untuk melakukan tindakan dari tuturan tersebut. c. Tindak Tutur Perlokusi Menurut Wijana (1996: 19) tindak tutur perlokusi merupakan sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh ( perlocutionary force), atau efek bagi yang mendengarkannya. Dari pendapat tersebut menjelaskan bahwa tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur. Penutur melakukan tindak tutur yang mempunyai efek atau daya pengaruh untuk mitra tutur. Rustono (1999: 36) menjelaskan bahwa tindak perlokusi adalah ujaran yang diucapkan oleh seorang penutur yang mempunyai efek atau daya pengaruh ( perlocutionary force). Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa tindak perlokusi merupakan tuturan yang diucapkan oleh seorang penutur sering memiliki efek atau daya pengaruh yang dihasilkan dengan

37 25 mengujarkan. Tuturan yang tidak ada efek atau daya pengaruh pada mitra tutur, tidak termasuk dalam tindak perlokusi. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang memiliki makna untuk mempengaruhi pendengarnya atau dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur. Tuturan-tuturan yang mempunyai efek dan daya pengaruh saja yang termasuk sebagai tindak perlokusi. 7. Negosiasi Negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencapai kesepakatan di antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan berbeda (Nuh, 2013:134). Negosiasi adalah bagian dari kehidupan kita seharihari, sebagai contoh ketika kita sedang berbelanja di pasar kita terlibat proses tawar-menawar harga barang yang akan kita beli. Dalam hal ini kita sedang melakukan praktik negosiasi. Negosiasi merupakan perundingan antara dua pihak yang di dalamnya terdapat proses memberi, menerima, dan tawarmenawar. Selain itu negosiasi merupakan sebuah ijab kabul dari sebuah proses interaksi yang dilakukan oleh kedua belah pihak untuk menentukan kesepakatan bersama (Sujana, 2004:12). Proses negosiasi biasanya terjadi karena terjadinya perbedaan sehingga perlu diadakan suatu kesepakatan. Di dalam suatu proses jual beli khususnya di pasar tradisional, negosiasi dalam bentuk tawar menawar akan sangat mudah untuk ditemukan. Penjual dalam menawarkan dagangannya akan memasang harga yang lebih tinggi yang bertujuan untuk mendapatkan

38 26 keuntungan yang banyak. Oleh sebab itu, pembeli untuk mendapatkan barang tersebut harus bernegosiasi atau menawar sehingga akan dapat menekan harga. Terjadinya proses tawar-menawar tersebut yang bertujuan untuk mendapatkan harga kesepakatan yang disebut berbegosiasi antara penjuan dan pembeli dalam suatu transaksi jual-beli. Sujana (2004:15) menyatakan bahwa ada beberapa tujuan dari sebuah proses negosiasi, di antaranya adalah sebagai berikut: a. Untuk mendapatkan atau mencapai kata sepakat yang mengandung kesamaan persepsi, saling pengertian, dan persetujuan. b. Untuk mendapatkan atau mencapai kondisi penyelesaian ata jalan keluar dari masalah yang dihadapi bersama. c. Untuk mendapatkan atau mencapai kondisi saling menguntungkan dimana masing-masing pihak merasa menang (win-win solution). Dalam kaitannya dengan penelitian tidak tutur yang terjadi di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo, terdapat sebuah proses negosisasi dari hasil interaksi sosial. Terdapat sebuah materi yang dapat diterapkan sebagai bahan pembelajaran negosiasi pada siswa SMK kelas X bisnis dan manajemen. Pada kegiatan belajar siswa SMK terdapat materi negosiasi, dalam silabus kelas X KD 3.3 yaitu menganalisis teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan. Tindak tutur antara penjual dan pembeli di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo dapat digunakan sebagai materi pembelajarannya. Tindak tutur antara penjual dan pembeli di pasar Suronegaran dan pasar

39 27 Kongsi Purworejo baik diterapkan dalam pembelajaran karena siswa dapat membedakan negosiasi yang baik dengan yang kurang baik, maupun digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

40 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini, dibahas metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, fokus penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis. Kedelapan komponen metode penelitian tersebut disajikan di bawah ini. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian mengenai analisis tindak tutur penjual dan pembeli di pasar Suronegaran Purworejo sebagai bahan pembelajaran kemampuan negosiasi di kelas X SMK ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Semua data yang diperoleh dari penelitian ini penulis sajikan dan analisis menggunakan deskripsi kata-kata sampai detail supaya dapat ditangkap maknanya. Arikunto (2010: 3) berpendapat bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian untuk menyelidik keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Sehubungan dengan pengertian penelitian deskriptif tersebut, Moleong dalam Arikunto (2010: 22) menambahkan bahwa sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian Tindak Tutur Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo sebagai Bahan Pembelajaran Kemampuan Negosiasi di Kelas X SMK ini 28

41 29 merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang terdiri dari subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik keabsahan data, teknik analisis data dan penyajian hasil analisis. Bentuk penelitian kualitatif ini memaparkan laporan penelitian di mana penulis tidak mempergunakan adanya perhitungan. Penulis menggunakan prosedur pemecahan masalah dengan memaparkan keadaan subjek penelitian pada saat sekarang berdasarkan pada fakta-fakta yang terlihat atau data dengan cara memberi deskriptif tentang tindak tutur penjual dan pembeli di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo kemudian memaparkan apa yang terjadi dalam bentuk laporan penelitian seperti apa adanya. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti (Arikunto, 2010: 188). Dalam penelitian ini, subjek yang digunakan adalah para penjual dan pembeli di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. Subjek penelitian ini ditentukan setelah peneliti melakukan prasurvei. Subjek penelitian diambil perwakilan saja, yaitu dengan pertimbangan tertentu yaitu kegiatan tawar-menawar dalam kegiatan negosiasi antara penjual dan pembeli yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa dalam berkomunikasi untuk subjek sebagai sasaran. Adapun pertimbangan dalam pemilihan sasaran adalah penjual yang ramai dikunjungi pembeli untuk mengadakan proses komunikasi dengan penggunaan bahasa Indonesia. Dengan adanya interaksi antara penjual dan pembeli sehingga terjadi suatu proses komunikasi lisan yang dapat disimak.

42 30 Subjek penelitian ini diambil secara tiba-tiba ketika sedang melakukan kegiatan, yaitu dalam satu peristiwa bahasa pada transaksi jual-beli sehingga terjadi proses komunikasi antara penjual dengan pembeli yang dapat disimak. C. Objek Penelitian Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 61). Jadi, berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa objek penelitian merupakan sesuatu hal yang akan diteliti dengan mendapatkan data untuk tujuan tertentu dan kemudian dapat ditarik kesimpulan. Objek dapat berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi kemudian disimpulkan. Objek dalam penelitian ini adalah tindak tutur yang digunakan oleh penjual dan pembeli dalam proses komunikasi pada peristiwa transaksi jual-beli. D. Fokus Penelitian Fokus penelitian merupakan pusat dari objek penelitian. Penelitian ini difokuskan pada tindak tutur ketika terjadi peristiwa tawar menawar antara penjual dan pembeli di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo yang sedang bernegosiasi dalam kegiatan jual-beli. Selain itu, penelitian ini juga berfokus untuk dijadikan bahan pembelajaran kemampuan negosiasi di kelas X SMK.

43 31 C. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010: 203). Dari definisi tersebut dijelaskan bahwa instrumen penelitian merupakan alat atau media yang digunakan oleh peneliti dalam proses mengumpulkan data agar dalam proses pengerjaannya lebih mudah dan hasil lebih baik, lengkap dan sistematis. Sugiyono (2010: 306) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif sebagai human instrument, yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data dan membuat kesimpulan atas semuanya. Bertumpu dengan pendapat di atas, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai sumber instrumen utama yang dibantu dengan buku tentang pragmatik yang menjadi sumber kajian penulis dalam penelitian ini, buku tentang linguistik, buku tentang teori pendidikan, buku tentang kajian bahasa dan perkembangannya dan buku-buku penunjang lainnya yang mendukung dalam penyusunan skripsi dan media lain yang mendukung seperti HP yang digunakan untuk merekam sewaktu pengambilan data serta kartu pencacat data, bolpoin, pensil untuk mencacat data secara keseluruhan. Alat bantu lainnya adalah berupa kartu data. Kartu data berfungsi untuk mencatat data tindak tutur setelah proses perekaman dilakukan. Kartu data ini juga digunakan pengkodean ( coding). Pengkodean ini ditentukan berdasarkan urutan waktu dalam proses pengumpulan data.

44 32 No. Tabel 1 Bentuk Kartu Pencatat Data Kategori Jenis Tuturan Data Negosiasi Tuturan Sumber Data Keterangan gambar 1. Kolom pertama berisi nomor urut data. 2. Kolom kedua berisi kategori jenis tuturan. 3. Kolom ketiga berisi data tuturan negosiasi. 4. Kolom ke empat berisi sumber data yaitu mengenai tempat dan waktu pengambilan data. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Penulis tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan apabila tidak mengetahui teknik pengumpulan data (Sugiyono, 2010: 308). Jadi, teknik pengumpulan data merupakan cara penulis untuk mendapatkan data penelitian. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan teknik-teknik yang sesuai dengan sumber data. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik catat dan teknik rekam.

45 33 1. Teknik Rekam Teknik rekam yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara merekam tuturan informan dengan menggunakan hand phone dengan pertimbangan bahwa data yang diteliti adalah berupa data lisan. Setelah perekaman selesai, dilanjutkan dengan teknik catat sebagai teknik lanjutan, yaitu pencatatan data pada kartu data. Langkah terakhir adalah klasifikasi atau pengelompokkan kartu data berdasarkan bentuk dan jenis tindak tuturnya. 2. Teknik Catat Teknik catat adalah teknik yang digunakan untuk mendapatkan data dengan jalan mencatat apa yang ditentukan pada saat peniliti mengamati objek penelitian (Sudaryanto, 1993: ). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat tulis dengan bantuan komputer. Teknik catat dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mencatat data-data. Setelah data disortir, selanjutnya data ditulis dengan wujud jenis-jenis tindak tutur yang terjadi di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo agar mudah dimengerti oleh pembaca. Selain mencatat data, peneliti juga menyortir data sesuai dengan jenis-jenis tindak tutur yang ada agar lebih mudah memasukkan data. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan analisis, menyusun ke dalam pola,

46 34 memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami baik oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2010: 335). Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis data menggunakan metode padan. Metode padan merupakan metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa ( langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 2001:13). Metode padan dibedakan menjadi lima subjenis yaitu referensial, fonetis artikulatoris, translasional, ortografis dan pragmatis (Sudaryanto, 2001:15). Penelitian ini termasuk ke dalam sub-jenis pragmatis, dengan alat penentunya maksud penutur. Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik pilah unsur penentu ( PUP). Alatnya adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh peneliti. Sesuai dengan jenis penentu yang akan dipisah-pisahkan atau dibagi menjadi berbagai unsur itu, maka daya pilah itu dapat disebut daya pilah pragmatis (Sudaryanto, 2001:20). Data dikumpulkan dan dicatat dalam kartu data, selanjutnya diidentifikasikan dan dicirikan. Langkah berikutnya, data dianalisis berdasarkan kriteria atau kategori yang telah ditentukan dan sesuai dengan teori yang ada. Berikut kriteria-kriteria yang dimaksud dapat dilihat pada tabel 1.

47 35 Jenis Tindak Tutur Tindak Lokusi Tabel 2 Macam dan Jenis Tindak Tutur Kategori Lokusi Pernyataan Lokusi Perintah Indikator Apabila tuturannya berupa berita agar pendengar percaya dengan apa yang dituturkan pembicara. Apabila tuturannya ditandai dengan intonasi keras dan kata kerja yang mengandung isi perintah. Apabila tuturannya mengemukakan bentuk pertanyaan. Lokusi Pertanyaan Tindak Ilokusi Ilokusi Asertif Jika tuturan melibatkan pembicaraan pada kebenaran proposisinya yang diekspresikan. Ilokusi Direktif Ilokusi Komisif Ilokusi Ekspresif Ilokusi Deklaratif Jika tuturan menimbulkan efek melalui tindakan sang penyimak. Jika tuturan melibatkan pembicaraan pada beberapa tindakan yang akan datang. Jika tuturan digunakan untuk mengungkapkan suatu perasaan dan sikap tentang suatu keadaan. Jika tuturan mengakibatkan perubahanperubahan fakta, yaitu kesesuaian antara isi tuturan dengan kenyataan. Tindak Perlokusi Verbal Jika lawan tutur menanggapi penutur dengan menerima dan menolak maksud penutur. (menyangkal, melarang, tidak mengijinkan, mengalihkan dan meminta maaf). Verbal Nonverbal Jika lawan tutur menanggapi penutur dengan ucapan verbal yang disertai gerakan (nonverbal). Misalnya berbicara sambil tertawa, berbicara sambil berjalan atau tindakan-tindakan yang diminta oleh lawan tutur. Sumber: Sudaryanto, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

48 36 Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data adalah sebagai berikut: 1. Pengambilan dan pengklasifikasian data yaitu berupa rekaman video tuturan antara penjual dan pembeli dalam transaksi proses jual-beli yang mengandung negosiasi di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. 2. Percakapan atau tuturan antara penjual dan pembeli dalam transaksi proses jual-beli yang mengandung negosiasi di pasar Suronegaran Purworejo, kemudian dianalisis atau diteliti berdasarkan jenis tindak tuturnya, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi dan tindak tutur perlokusi. 3. Membuat kesimpulan dari semua pembahasan yang dilakukan terkait dengan tuturan yang mengandung unsur negosiasi dalam proses jual-beli. 4. Langkah terakhir, membuat rencana pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan negosiasi di kelas X SMK. G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Hasil analisis penelitian ini dipaparkan sesuai kaidah-kaidah yang telah ditemukan dalam tahap sebelumnya. Pemaparan hasil analisis bersifat deskriptif, berdasarkan pada data yang ada. Hasil analisis penelitian ini disajikan dengan teknik informal. Teknik informal yaitu pemaparannya menggunakan perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993: 145). Penulis dalam penyajian data penelitian ini menggunakan metode informal. Peneliti menyajikan hasil analisis berupa bentuk dan jenis-jenis tindak tutur yang terjadi di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi

49 37 Purworejo tidak menggunakan tanda atau simbol yang bersifat khusus, tetapi dengan kata-kata biasa yang lebih terperinci sehingga mudah dipahami.

50 BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN DATA Tahap terpenting dalam penelitian adalah tahap analisis data yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. Dalam bab IV ini terdapat jawaban tentang analisis tindak tutur antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo, dan sebagai bahan pembelajaran kemampuan bernegosiasi di kelas X SMK. Sistematika pembahasan data pada bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian penyajian data dan bagian peembahasan data. A. Penyajian Data Penyajian data dalam penelitian ini terdiri dari dua penyajian data. Kedua penyajian data tersebut, yaitu contoh penggunaan jenis tindak tutur yang digunakan dalam komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo, dan sebagai bahan pembelajaran kemampuan negosiasi di kelas X SMK. Kedua penyajian data mengenai penggunaan jenis tindak tutur yang digunakan dalam komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo, dan sebagai bahan pembelajaran kemampuan negosiasi di kelas X SMK tersebut penulis jabarkan sebagai berikut. 1. Penggunaan Jenis Tindak Tutur yang Digunakan dalam Komunikasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo. Berdasarkan teori, secara pragmatik terdapat tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh penutur dalam berkomunikasi menurut Searle dan 38

51 39 Austin. Ketiga jenis tindak tutur tersebut, yakni tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Dalam pengambilan data video peristiwa negosiasi dan komunikasi antara penjual dan pembeli di pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo yang dilakukan dalam kurun waktu tiga bulan hanya mendapatkan kurang lebih 30 data negosiasi. Keterbatasan data video yang didapatkan dan dianalisis disebabkan karena pengambilan data dilakukan di pasar tradisional yaitu pasar Suronegaran dan pasar Kongsi. Kedua pasar tersebut merupakan pasar tradisional yang kebanyakan para penuturnya adalah orang desa yang dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa. Selain itu, penulis terkadang mendapatkan masalah ketika mengambil data di lapangan. Keadaan dan suasana pasar yang ramai riuh terkadang membuat hasil rekaman video tersebut tidak dapat terekam dengan baik ketika terjadi negosiasi dalam peristiwa jual-beli. Kedua hal tersebut yang melecut semangat penulis sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi dan diatasi. Oleh sebab itu, penulis menggunakan semangat dan kesabaran yang lebih dan memerlukan waktu yang panjang untuk merekam dan mendapatkan data negosiasi antara penjual dan pembeli yang menggunakan bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, 30 data rekaman video peristiwa negosiasi atau tawarmenawar antara penjual dan pembeli tersebut tidak semuanya dianalisis, tetapi hanya beberapa peristiwa negosiasi sebagai sampel.

52 40 a. Contoh penggunaan jenis tindak tutur lokusi yang digunakan dalam komunikasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo Data yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur lokusi yang digunakan dalam komunikasi dalam peristiwa negosiasi antara penjual pembeli di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo berjumlah 46 data dari 30 rekaman video negosiasi. Dalam penelitian ini, 46 data tersebut tidak semua dianalisis. Sampel data yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur lokusi yang digunakan dalam komunikasi pada peristiwa negosiasi antara penjual pembeli di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo yang dianalisis, penulis jabarkan dalam uraian di bawah ini. Tabel. 3 Contoh Jenis Tindak Tutur Lokusi dalam Komunikasi pada Peristiwa Negosiasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo No. Kategori Jenis Tuturan Data Negosiasi Sumber Data Tuturan 1. Tindak tutur lokusi pertanyaan a) Pembeli dengan pedagang ceker ayam Kutipan negosiasi: Pembeli : Cekernya berapaan, Bu? Penjual : 25 Mbak Pembeli : Ngga bisa kurang, Bu? Penjual : Ngga Mbak Pembeli : Mau beli banyak, Bu Penjual : Ya nanti tak kurangin Pembeli : Jadinya berapa? Penjual : Dua puluh dua setengah (sambil Pasar Suronegaran Purworejo: Minggu, 21 Agustus 2016

53 41 memberikan bungkusan kresek) Pembeli : 5 kilo Bu (sambil menerima bungkusan kresek) b) Pembeli dengan pedagang pisau Kutipan negosiasi: Pasar Suronegaran Purworejo: Senin, 29 Agustus 2016 Pembeli : Berapa, Mbak? Penjual : 10 ribu, Mas Pembeli : Ngga boleh kurang? Penjual : Udah pas, Mas Pembeli : Tujuh setengah ya Penjual : Belum dapat Mas (sambil menggelengkan kepala) c) Pembeli dengan penjual sendok sayur Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapaan Mas? (sambil memegang sendok sayur) Penjual : 15 ribu Mas Pembeli : 8 ribu boleh Mas? (sambil memegang dan memperhatikan sendok sayur) Penjual : Pas 10 ribu Pembeli : Sembilan setengah ya (sambil memegang sendok sayur) Penjual : Pas 10 ribu Mas Pasar Kongsi Purworejo: Minggu, 4 September 2016

54 42 (sambil mengacungkan angan ke arah pembeli) d) Pembeli dan pedagang buah jeruk Kutipan negosiasi: Pembeli : Ini berapaan, Bu? Penjual : 12 Mas Pembeli : 9 ribu ya Bu? Penjual : Belum boleh Mas (sambil menggelengkan kepala) Pembeli : 10 ribu ya? Penjual : 10 ribu yang itu Mas (sambil menunjukan jari) Pembeli : Ya deh Bu (sambil memilih jeruk) e) Pembeli dan pedagang ayam potong Kutipan negosiasi: Pembeli : Bu, harga ayam satu kilo berapa? Penjual : 35 ribu Mbak Pembeli : Mahal banget Bu, 30 ya? Penjual : Dari sananya naik Mbak Pembeli : Kalo boleh 30 ribu saya beli lima kilo Bu Penjual : Yaudah, boleh Mbak Pasar Suronegaran Purworejo: Minggu, 25 September 2016 Pasar Suronegaran Purworejo: Kamis, 29 September 2016

55 43 2. Tindak tutur lokusi pernyataan a) Pembeli dan pedagang ceker ayam Kutipan negosiasi: Pembeli : Cekernya berapaan Bu? Penjual : 25 Mbak Pembeli : Ngga bisa kurang Bu? Penjual : Ngga Mbak Pembeli : Mau beli banyak Bu Penjual : Ya nanti tak kurangin Pembeli : Jadinya berapa? Penjual : Dua puluh dua setengah (sambil memberikan bungkusan kresek) Pembeli : 5 kilo Bu (sambil menerima bungkusan kresek) b) Pembeli dengan pedagang pisau Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapa Mbak? Penjual : 10 ribu Mas Pembeli : Ngga boleh kurang? Penjual : Udah pas Mas Pembeli : Tujuh setengah ya Penjual : Belum dapat Mas (sambil menggelengkan kepala) c) Pembeli dengan pedagang clorot Kutipan negosiasi: Pasar Suronegaran Purworejo: Senin, 26 September 2016 Pasar Suronegaran Purworejo: Senin, 29 Agustus 2016 Pasar Kongsi Purworejo: Minggu, 2 Oktober 2016

56 44 Pembeli : Bu ada clorot? Penjual : Ada Mas, 5 ribu Pembeli : 4 ribu ya Bu, maklum mahasiswa (sambil tersenyum) Penjual : Ya dah Mba, mau berapa? Pembeli : 2 aja Bu d) Pembeli dengan pedagang baju gamis Kutipan negosiasi: Pembeli : Bu gamis ini berapa? Penjual : 200 ribu Mas Pembeli : Kalau yang ini berapa? Penjual : 175 ribu Mas Pembeli : 140 lah Bu Penjual : 140 belom dapat Mas Pembeli : 150 Bu, tanggal tua Bu Penjual : Ya sudah Mas e) Pembeli dengan pedagang cabai Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapa seperempat? Penjual : 13 ribu Pembeli : Ngga 10 Mbak? Penjual : Ngga Mas Pasar Suronegaran Purworejo: Senin, 3 Oktober 2016 Pasar Suronegaran Purworejo: Senin, 3 Oktober 2016

57 45 b. Contoh penggunaan jenis tindak tutur ilokusi yang digunakan dalam komunikasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo Data yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ilokusi yang digunakan dalam komunikasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo berjumlah 34 data dari 30 data. Dalam penelitian ini, 34 data tersebut tidak semuanya dianalisis, tetapi hanya beberapa data saja sebagai sampel. Sampel data yang termasuk jenis tindak tutur ilokusi yang digunakan dalam komunikasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo yang dianalisis, penulis jabarkan dalam uraian di bawah ini. Tabel. 4 Contoh jenis tindak tutur ilokusi dalam komunikasi pada peristiwa negosiasi antara penjual pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Kategori Jenis No. Tuturan Data Negosiasi Sumber Data Tuturan 1. Tindak tutur ilokusi asertif a) Pembeli dengan pedagang ceker ayam Kutipan negosiasi: Pembeli : Cekernya berapaan Bu? Penjual : 25 Mbak Pembeli : Ngga bisa kurang Bu? Penjual : Ngga Mbak Pembeli : Mau beli banyak Bu Penjual : Ya nanti tak kurangin Pembeli : Jadinya berapa? Penjual : Dua puluh dua setengah Pembeli : 5 kilo Bu Pasar Suronegaran Purworejo: Minggu, 21 Agustus 2016

58 46 b) Pembeli dan pedagang buah kelengkeng Kutipan negosiasi: Pasar Kongsi Purworejo: Rabu, 5 Oktober 2016 Pembeli : Kelengkengnya berapaan Bu? Penjual : 30 Mbak Pembeli : 20 ya Bu Penjual : Belinya aja belum dapat 20 Mbak Pembeli : Pasnya berapa? Penjual : Dua tujuh setengah Mbak Pembeli : Kurangi Bu Penjual : Ini masih mahal Mbak, yang lain masih jual 30an Pembeli : 22 ya Bu? Penjual : Belum boleh Mbak beneran Pembeli : Lah, jangan mahal-mahal, Bu Penjual : Bayar 27 aja Mbak Pembeli : 25 lah Penjual : Belum boleh Mbak beneran,untungnya mepet Pembeli : 25 lah Bu Penjual : Beneran ngga untung Mbak Pembeli : 25 ya Bu Penjual : Untungnya cuma seribu Mbak c) Pembeli dan penjual baju gamis Kutipan negosiasi: Pasar Kongsi Purworejo: Jumat, 7 Oktober 2016 Pembeli : Saya mau cari gamis Bu Penjual : Yang model apa

59 47 Mas? Pembeli : Yang ini berapa Bu? Penjual : Yang ini 200 Pembeli : Kalo yang ini bisa kurang ngga Bu? Penjual : Ya bisa nanti saya korting Penjual : Nawar dulu berapa? Pembeli : 125 gimana Bu? Penjual : Gini aja mas,tak korting 175 Pembeli : 140 lah Bu Penjual : Ngga lah Mas,belum ada untungnya Pembeli : Ya udah kalau bisa 150 saya ambil Penjual : Tambahin dikit lah Mas Pembeli : Segitu Bu mentok,tanggal tua soalnya Penjual : Ya udah mau milih yang mana? d) Pembeli dengan penjual makanan clorot Kutipan negosiasi: Pasar Kongsi Purworejo: Minggu, 2 Oktober 2016 Pembeli : Berapa Bu? Penjual : Delapan ribu Pembeli : Kalau yang ini berapa Bu? Penjual : 10 ribu Pembeli : Ngga bisa kurang Bu? Penjual : Itu harusnya 11 ribu Mas, tapi bayar 10 ribu aja e) Pembeli dan pedagang kacang panjang Pasar Suronegaran

60 48 2. Tindak tutur ilokusi direktif Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapa Bu? Penjual : Seiket 4 ribu Pembeli : Bisa kurang Bu? Penjual : Ngga bisa Mas, pas Pembeli : Sama semua Bu? Penjual : Tidak Mas. ada yang 3 ribu,ada yang 4 ribu Mas Pembeli : Yang 3 ribu yang mana Bu? Penjual : Itu yang di bawah Mas a) Pembeli dan pedagang buah jeruk Kutipan negosiasi: Pembeli : Ini berapaan Bu? Penjual : 12 Mas Pembeli : 9 ribu ya Bu? Penjual : Belum boleh Mas Pembeli : 10 ribu ya? Penjual : 10 ribu yang itu Mas b) Pembeli dan penjual ceker ayam Kutipan negosiasi: Pembeli : Cekernya berapaan Bu? Penjual : 25 Mbak Pembeli : Ngga bisa kurang Bu? Penjual : Ngga Mbak Pembeli : Mau beli banyak Bu Penjual : Ya nanti tak kurangin Purworejo: Minggu, 25 September 2016 Pasar Suronegaran Purworejo: Kamis, 25 September 2016 Pasar Suronegaran Purworejo: Minggu, 21 Agustus 2016

61 49 Pembeli : Jadinya berapa? Penjual : Dua puluh dua setengah (sambil memberikan bungkusan kresek) Pembeli : 5 kilo Bu (sambil menerima bungkusan kresek) c) Pembeli dengan penjual pisau Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapa Mba? Penjual : 10 ribu Mas Pembeli : Ngga boleh kurang? Penjual : Udah pas Mas Pembeli : Tujuh setengah ya Penjual : Belum dapat Mas (sambil menggelengkan kepala) d) Pembeli dan penjual kacang panjang Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapa Bu? Penjual : Seiket 4 ribu Pembeli : Bisa kurang Bu? Penjual : Ngga bisa Mas, pas Pembeli : Sama semua Bu? Penjual : Ada yang 3 ribu, ada yang 4 ribu Mas Pembeli : Yang 3 ribu yang mana Bu? Penjual : Itu yang di bawah Mas Pasar Suronegaran Purworejo: Senin, 29 Agustus 2016 Pasar Suronegaran Purworejo: Minggu, 25 September 2016

62 50 3. Tindak tutur ilokusi komisif e) Pembeli dan penjual kompor Kutipan negosiasi: Pembeli : Ini kompor berapa Mas? Penjual : Itu 70 Mas Pembeli : Kurang bisa ngga Mas? Penjual : Ngga bisa Pembeli : Kurangin dikit lah Penjual : Ya udah nawar berapa? Pembeli : 50 Penjual : Ya udah boleh a) Pembeli dan penjual baju gamis Kutipan negosiasi: Pembeli : Saya mau cari gamis Bu Penjual : Yang model apa Mas? Pembeli : Yang ini berapa Bu? Penjual : Yang ini 200 Pembeli : Kalo yang ini bisa kurang ngga Bu? Penjual : Ya bisa nanti saya korting Pembeli : 50 persen ya, Bu Penjual : Nawar dulu berapa? Pembeli : 125 gimana Bu? Penjual : Gini aja Mas, tak korting 175 Pembeli : 140 lah Bu Penjual : Ngga lah Mas, belum ada untungnya Pembeli : Ya udah kalau bisa 150 saya Pasar Kongsi Purworejo: Sabtu, 12 November 2016 Pasar Kongsi Purworejo: Jumat, 7 Oktober 2016

63 51 ambil Penjual : Tambahin dikit lah Mas Pembeli : Segitu Bu mentok,tanggal tua soalnya Penjual : Ya udah mau milih yang mana? b) Pembeli dan penjual buah kelengkeng Kutipan negosiasi: Pasar Kongsi Purworejo: Rabu, 5 Oktober 2016 Pembeli : Kelengkengnya berapaan Bu? Penjual : 30 Mbak Pembeli : 20 ya Bu Penjual : Belinya aja belum dapat 20 Mbak Pembeli : Pasnya berapa? Penjual : Dua tujuh setengah Mbak Pembeli : Kurangi ya, buat penglaris Ibu Penjual : Ini masih mahal Mbak, yang lain masih jual 30an Pembeli : 22 ya Bu? Penjual : Belum boleh Mbak beneran Penjual : Bayar 27 aja Mbak Pembeli : 25 lah Penjual : Belum boleh Mbak beneran, untungnya mepet Pembeli : 25 lah Bu Penjual : Beneran ngga untung Mbak Pembeli : 25 ya Bu Penjual : Untungnya cuma seribu Mbak c) Pembeli dan penjual kacang panjang Pasar Suronegaran

64 52 Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapa Bu? Penjual : Seiket 4 ribu Pembeli : Bisa kurang Bu? Penjual : Ngga bisa Mas, pas Pembeli : Sama semua Bu? Penjual : Ada yang 3 ribu, ada yang 4 ribu Mas Pembeli : Yang 3 ribu yang mana Bu? Penjual : Itu yang di bawah Mas d) Pembeli dan penjual buah jeruk Kutipan negosiasi: Pembeli : Ini berapaan Bu? Penjual : 12 Mas Pembeli : 9 ribu ya Bu? Penjual : Belum boleh Mas Pembeli : 10 ribu ya? Penjual : 10 ribu yang itu Mas e) Pembeli dan penjual ceker ayam Kutipan negosiasi: Pembeli : Cekernya berapaan Bu? Penjual : 25 Mbak Pembeli : Ngga bisa kurang Bu? Penjual : Ngga Mbak Pembeli : Mau beli banyak Bu Penjual : Ya nanti tak kurangin Purworejo: Minggu, 25 September 2016 Pasar Suronegaran Purworejo: Kamis, 25 September 2016 Pasar Suronegaran Purworejo: Minggu, 21 Agustus 2016

65 53 4. Tindak tutur ilokusi ekspresif Pembeli : Jadinya berapa? Penjual : Dua puluh dua setengah Pembeli : 5 kilo Bu a) Pembeli dan pedagang buah kelengkeng Kutipan negosiasi: Pembeli : Kelengkengnya berapaan Bu? Penjual : 30 Mbak Pembeli : 20 ya Bu Penjual : Belinya aja belum dapat 20 Mbak Pembeli : Pasnya berapa? Penjual : Dua tujuh setengah Mbak Pembeli : Kurangi ya, buat penglaris Ibu Penjual : Ini masih mahal Mbak, yang lain masih jual 30an Pembeli : 22 ya Bu? Penjual : Belum boleh Mbak beneran Pembeli : Jangan mahalmahal Bu Penjual : Bayar 27 aja Mbak Pembeli : 25 lah Penjual : Belum boleh Mbak beneran, untungnya mepet Pembeli : 25 lah Bu Penjual : Beneran ngga untung Mbak Pembeli : 25 ya Bu Penjual : Untungnya cuma seribu Mbak b) Pembeli dan penjual baju gamis Kutipan negosiasi: Pasar Kongsi Purworejo: Rabu, 5 Oktober 2016 Pasar Kongsi Purworejo: Jumat, 7 Oktober 2016

66 54 Pembeli : Saya mau cari gamis Bu Penjual : Yang model apa Mas? Pembeli : Yang ini berapa Bu? Penjual : Yang ini 200 Pembeli : Kalo yang ini bisa kurang ngga Bu? Penjual : Ya bisa nanti saya korting Pembeli : 50 persen ya Bu Penjual : Nawar dulu berapa? Pembeli : 125 gimana Bu? Penjual : Gini aja Mas,tak korting 175 Pembeli : 140 lah Bu Penjual : Ngga lah Mas,belum ada untungnya Pembeli : Ya udah kalau bisa 150 saya ambil Penjual : Tambahin dikit lah Mas Pembeli : Segitu Bu mentok,tanggal tua soalnya Penjual : Ya udah mau milih yang mana? c) Pembeli dan pedagang ayam potong Kutipan percakapan: Pembeli : Bu, harga ayam satu kilo berapa? Penjual : 35 ribu Mbak Pembeli : Mahal banget Bu, 30 ya? Penjual : Dari sananya naik Mbak Pasar Suronegaran Purworejo: Kamis, 29 September 2016

67 55 Pembeli : Kalo boleh 30 ribu saya beli lima kilo Bu Penjual : Yaudah, boleh Mbak d) Pembeli dan pedagang emping Kutipan negosiasi: Pasar Kongsi Purworejo: Jumat, 7 Oktober 2016 Pembeli : Bu, tanya kalo emping sekilo berapa? Penjual : 15 Mbak, ini baru kok Mbak Pembeli : Kirain 12 Bu Penjual : Sejak lebaran belom turun lagi Mbak Pembeli : Ya Bu, makasih e) Pembeli dan pedagang singkong Kutipan negosiasi: Pembeli : Singkong sekilo berapa Pak? Penjual : Tiga ribu Bu Pasar Suronegaran Purworejo: Kamis, 29 September 2016 Pembeli : Mahal banget, dua ribu ya? Penjual : Bu, mau berapa kilo? Pembeli : Yaudah, saya ambil tiga kilo Pak Penjual : Iya Bu

68 56 c. Contoh penggunaan jenis tindak tutur perlokusi yang digunakan dalam komunikasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo Data yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur perlokusi yang digunakan dalam komunikasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo berjumlah 32 data dari 30 data. Dalam penelitian ini, 32 data tersebut tidak semuanya dianalisis, namun hanya beberapa data saja sebagai sampel. Sampel data yang termasuk jenis tindak tutur perlokusi yang digunakan dalam komunikasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo yang dianalisis, penulis jabarkan dalam uraian di bawah ini. Tabel. 5 Contoh jenis tindak tutur perlokusi dalam komunikasi pada peristiwa negosiasi antara penjual pembeli di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo Kategori Jenis No. Tuturan Data Negosiasi Sumber Data Tuturan 1. Tindak tutur perlokusi verbal a) Pembeli dan penjual ceker ayam Kutipan negosiasi: Pembeli : Cekernya berapaan Bu? Penjual : 25 Mbak Pembeli : Ngga bisa kurang Bu? Penjual : Ngga Mbak Pembeli : Mau beli banyak Bu Penjual : Ya nanti tak kurangin Pembeli : Jadinya berapa? Penjual : Dua puluh dua setengah Pasar Suronegaran Purworejo: Minggu, 21 Agustus 2016

69 57 Pembeli : 5 kilo Bu b) Pembeli dan penjual baju gamis Kutipan negosiasi: Pasar Kongsi Purworejo: Jumat, 7 Oktober 2016 Pembeli : Saya mau cari gamis Bu Penjual : Yang model apa Mas? Pembeli : Yang ini berapa Bu? Penjual : Yang ini 200 Pembeli : Kalo yang ini bisa kurang ngga Bu? Penjual : Ya bisa nanti saya korting Penjual : Nawar dulu berapa? Pembeli : 125 gimana Bu? Penjual : Gini aja Mas, tak korting 175 Pembeli : 140 lah Bu Penjual : Ngga lah Mas, belum ada untungnya Pembeli : Ya udah kalau bisa 150 saya ambil Penjual : Tambahin dikit lah Mas Pembeli : Segitu bu mentok, tanggal tua soalnya Penjual : Ya udah mau milih yang mana? c) Pembeli dan pedagang buah kelengkeng Kutipan percakapan: Pasar Kongsi Purworejo: Rabu, 5 Oktober 2016 Pembeli : Kelengkengnya berapaan Bu? Penjual : 30 Mbak

70 58 Pembeli : 20 ya Bu Penjual : Belinya aja belum dapat 20 Mbak Pembeli : Pasnya berapa? Penjual : Dua tujuh setengah Mbak Pembeli : Kurangi Bu Penjual : Ini masih mahal Mbak, yang lain masih jual 30an Pembeli : 22 ya Bu? Penjual : Belum boleh Mbak beneran Pembeli : Lah, jangan mahal-mahal, Bu Penjual : Bayar 27 aja Mbak Pembeli : 25 lah Penjual : Belum boleh Mbak beneran,untungnya mepet Pembeli : 25 lah Bu Penjual : Beneran ngga untung Mbak Pembeli : 25 ya Bu Penjual : Untungnya cuma seribu Mbak d) Pembeli dan pedagang ayam potong Kutipan negosiasi: Pembeli : Bu, harga ayam satu kilo berapa? Penjual : 35 ribu Mbak Pembeli : Mahal banget Bu, 30 ya? Penjual : Dari sananya naik Mbak Pembeli : Kalo boleh 30 ribu saya beli lima kilo Bu Penjual : Yaudah, boleh Pasar Suronegaran Purworejo: Kamis, 29 September 2016

71 59 Mbak e) Pembeli dan pedagang emping Kutipan negosiasi: Pasar Kongsi Purworejo: Jumat, 7 Oktober Tindak tutur perlokusi verbal non verbal Pembeli : Bu, tanya kalo emping sekilo berapa? Penjual : 15 Mbak, ini baru kok Mbak Pembeli : Kirain 12 Bu Penjual : Sejak lebaran belom turun lagi Mbak Pembeli : Ya Bu, makasih a) Pembeli dan pedagang ceker ayam Kutipan percakapan: Pembeli : Cekernya berapaan Bu? Penjual : 25 Mbak Pembeli : Ngga bisa kurang Bu? Penjual : Ngga Mbak Pembeli : Mau beli banyak Bu Penjual : Ya nanti tak kurangin Pembeli : Jadinya berapa? Penjual : Dua puluh dua setengah (sambil memberikan bungkusan kresek) Pembeli : 5 kilo Bu (sambil menerima bungkusan kresek) b) Pembeli dan penjual pisau dapur Pasar Suronegaran Purworejo: Minggu, 21 Agustus 2016 Pasar Suronegaran

72 60 Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapa Mbak? Penjual : 10 ribu Mas Pembeli : Ngga boleh kurang? Penjual : Udah pas Mas Pembeli : Tujuh setengah ya Penjual : Belum dapat Mas (sambil menggelengkan kepala) c) Pembeli dan penjual sendok sayur Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapaan Mas? (sambil memegang sendok sayur) Penjual : 15 ribu Mas Pembeli : 8 ribu boleh Mas? (sambil memegang dan memperhatikan sendok sayur) Penjual : Pas 10 ribu Pembeli : Sembilan setengah ya (sambil memegang sendok sayur) Penjual : Pas 10 ribu Mas (sambil mengacungkan angan ke arah pembeli) d) Pembeli dan pedagang buah jeruk Purworejo: Senin, 29 Agustus 2016 Pasar Kongsi Purworejo: Kamis, 4 September 2016 Pasar Suronegaran Purworejo: Kamis, 25 September

73 61 Kutipan negosiasi: 2016 Pembeli : Ini berapaan Bu? Penjual : 12 Mas Pembeli : 9 ribu ya Bu? Penjual : Belum boleh Mas (sambil menggelengkan kepala) Pembeli : 10 ribu ya? Penjual : 10 ribu yang itu Mas (sambil menunjukan jari) Pembeli : Ya deh Bu (sambil memilih jeruk) e) Pembeli dan pedagang tahu Kutipan percakapan: Pembeli : Ini berapa Bu? Penjual : Itu 10 ribu Mas Pembeli : Ngga bisa kurang Bu? Penjual : Ngga Mas Pembeli : Isi berapa ini Bu? Penjual : Isi 10 Mas Pembeli : Kalau 7 ribu boleh Bu? Penjual : Oh ya bisa Mas (sambil tersenyum) Pasar Suronegaran Purworejo: Kamis, 25 September 2016

74 62 2. Tindak Tutur pada Komunikasi Lisan yang Digunakan oleh Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo sebagai Bahan dalam Pembelajaran Negosiasi bagi Siswa Kelas X SMK Bisnis dan Manajemen Penelitian mengenai tindak tutur yang terjadi pada komunikasi lisan yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo dapat dijadikan bahan pembelajaran kemampuan negosiasi bagi siswa Kelas X SMK Bisnis dan Manajemen. Jenis-jenis tindak tutur yang digunakan yaitu jenis tindak tutur menurut Searle dan Austin. Ketiga jenis tindak tutur tersebut, yakni tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka jenis tindak tutur yang terjadi pada komunikasi lisan yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo, dapat dijadikan materi pembelajaran sesuai dengan: a. Pembelajaran negosiasi dalam bisnis dan penjualan bagi siswa Kelas X SMK Bisnis dan Manajemen dalam standar kompetensi 3.3 Memahami dan dapat mengungkapkan jenis tuturan melalui teks anekdok dan peristiwa negosiasi. b. Kompetensi dasar yang sesuai dengan penelitian ini, yaitu 3.3. menganalisis teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan untuk meningkatkan kemampuan negosiasi dengan penggunaan tuturan yang baik. c. Indikator yang dijadikan fokus penelitian, yakni (1) memahami jenis-jenis tindak tutur, (2) mengembangkan pemahaman jenis tindak tutur

75 63 digunakan untuk bernegosiasi, (3) bernegosiasi yang baik dengan teman atau lawan tutur. d. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan indikator dan tujuan penelitian. Penelitian ini menganalisis tindak tutur yang digunakan oleh penjual dan pembeli di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. Dengan demikian, tujuan pembelajarannya dikaitkan dengan penggunaan tuturan untuk meningkatkan kemampuan negosiasi dalam jual-beli atau bisnis. Fokus tujuan pembelajaran, yakni (1) siswa mampu memahami jenis-jenis tindak tutur yang digunakan antara penjual dan pembeli dalam bernegosiasi, (2) siswa mampu memahami dan mengembangkan jenis - jenis tuturan yang digunakan antara penjual dan pembeli untuk meningkatkan kemampuan bernegosiasi dalam jual-beli atau bisnis, (3) siswa mampu bernegosiasi dengan baik dengan lawan tutur atau temannya. e. Bahan pembelajaran Bahan atau sumber pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Bahan pembelajaran yang digunakan, yakni (1) rekaman video negosiasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo, (2) buku Pragmatik karangan George Yule, (3) buku pengajaran Pragmatik karangan Henry Guntur Tarigan (4) buku Prinsipprinsip Pragmatik karangan George Leech, dan (5) buku Manajemen Bisnis dan Pemasaran untuk SMK karangan Sastramiharja.

76 64 B. Pembahasan Data Pembahasan data dalam penelitian ini didasarkan pada penyajian data. Dalam penyajian data, data yang disajikan untuk dibahas dan dianalisis, yakni tindak tutur antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo, dan sebagai bahan pembelajaran kemampuan bernegosiasi di kelas X SMK. Pembahasan data mengenai tindak tutur antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo dalam penelitian ini didasarkan pada teori jenis-jenis tindak tutur menurut Searle dan Austin. Jenis-jenis tindak tutur menurut Searle dan Austin terdiri dari tiga jenis tindakan, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Searle menjelaskan lebih lanjut bahwa ketiga tindak tutur tersebut masih diklasifikasikan menjadi beberapa kriteria-kriteria. Jenis Tindak Tutur Tindak Lokusi Table 6 Jenis dan Kategori Tindak Tutur Kategori Lokusi Pertanyaan Lokusi Pernyataan Lokusi Perintah Indikator Apabila tuturannya mengemukakan bentuk pertanyaan. Apabila tuturannya berupa berita agar pendengar percaya dengan apa yang dituturkan pembicara. Apabila tuturannya ditandai dengan intonasi keras dan kata kerja yang mengandung isi perintah. Tindak Ilokusi Ilokusi Asertif Jika tuturan melibatkan pembicaraan pada kebenaran proposisinya yang diekspresikan. Ilokusi Direktif Ilokusi Komisif Jika tuturan menimbulkan efek melalui tindakan sang penyimak. Jika tuturan melibatkan pembicaraan pada beberapa tindakan yang akan

77 65 Ilokusi Ekspresif Ilokusi Deklaratif datang. Jika tuturan digunakan untuk mengungkapkan suatu perasaan dan sikap tentang suatu keadaan. Jika tuturan mengakibatkan perubahanperubahan fakta, yaitu kesesuaian antara isi tuturan dengan kenyataan. Tindak Perlokusi Verbal Jika lawan tutur menanggapi penutur dengan menerima dan menolak maksud penutur. (menyangkal, melarang, tidak mengijinkan, mengalihkan dan meminta maaf). Verbal Nonverbal Jika lawan tutur menanggapi penutur dengan ucapan verbal yang disertai gerakan (nonverbal). Misalnya berbicara sambil tertawa, berbicara sambil berjalan atau tindakan-tindakan yang diminta oleh lawan tutur. Sumber: Tarigan, Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa Penelitian ini difokuskan pada penggunaan tindak tutur dalam peristiwa negosiasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo. Peristiwa negosiasi antara penjual dan pembeli tersebut disajikan dalam bahasa tulis. Dalam penelitian ini mengenai tindak tutur pada peristiwa negosiasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo terbagi menjadi tiga jenis tindak tutur, yakni tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Apabila dalam suatu peristiwa tutur tersebut terdapat gerakan badan atau aktivitas gerak tubuh penulis tuliskan di belakang tuturan lisannya sebagai penguat suatu peristiwa tutur. Sistematika pembahasan data tindak tutur dalam peristiwa negosiasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo terdiri dari tiga subbab, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Tiap-tiap subbab terdiri dari pembahasan jenis tindak tutur

78 66 berdasarkan klasifikasi-klasifikasi jenis tuturan. Dalam menganalisis data tersebut, digunakan penyebutan pedagang atau penjual dengan pembeli untuk menyamakan dengan keadaan di lapangan dalam peristiwa negosiasi. Pembahasan data analisis tindak tutur antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo, dan sebagai bahan pembelajaran kemampuan bernegosiasi di kelas X SMK didasarkan pada kajian teoretis dalam penelitian ini. Pembahasan kedua subbahasan tersebut sebagai berikut. 1. Penggunaan Jenis Tindak Tutur yang Digunakan dalam Komunikasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo. Manusia pada prinsipnya melakukan tindak tutur berfungsi untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Manusia dalam berkomunikasi memiliki berbagai tujuan dan fungsi misalnya untuk bernegosiasi dalam peristiwa jualbeli. Namun, pada kenyataannya tindak tutur yang dilakukaan oleh manusia dibedakan menjadi tiga jenis yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Pemahamaan mengenai jenis tindak tutur ini dapat digunakan seseorang untuk dapat mengefektifkan dalam komunikasinya, yaitu dengan memahami jenis tindak tutur tersebut dan dapat mengklasifikasikan sehingga dapat bermanfaat dalam berkomunikasi dengan orang lain. Penganalisisan jenis dan pengklasifikasian tindak tutur tersebut dapat dilihat pada peristiwa negosiasi jual-beli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo dalam pembahasan data di bawah ini.

79 67 a. Contoh Penggunaan Jenis Tindak Tutur Iokusi yang Digunakan dalam Komunikasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Tindak tutur lokusi pada dasarnya untuk menyatakan sesuatu yang paling mudah diidentifikasi karena tuturannya jelas sesuai dengan apa yang dirasakan penutur tanpa terikat dengan konteks. Dalam bentuk tuturan lokusi ini tidak dipermasalahkan lagi fungsi tuturannya karena makna yang dimaksudkan adalah memang benar makna yang terdapat pada kalimat yang diujarkan. Dalam peristiwa negosiasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo, ditemukan data yang mengandung jenis tindak tutur lokusi dengan berbagai klasifikasi. Klasifikasi penggunaan tindak tutur lokusi dalam peristiwa negosiasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo, dipaparkan sebagai berikut. 1) Tindak Tutur Iokusi Pertanyaan dalam Komunikasi pada Peristiwa Negosiasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Berdasarkan teori, tindak tutur lokusi dibagi menjadi tiga kategori, yakni lokusi pertanyaan, perintah dan pernyataan. Dalam kategori tindak tutur yang pertama yaitu tindak tutur pertanyaan, pada prinsipnya itu dapat diketahui dengan mudah. Tindak tutur lokusi pernyaan ini apabula tuturannya mengemukakan suatu bentuk pertanyaan. Tindak tutur pertanyaan ini sering dilakukan oleh seorang penutur dalam berbagai kegiatan seperti bernegosiasi pada peristiwa perniagaan. Penggunaan tindak tindak tutur lokusi pertanyaan tersebut

80 68 dapat dilihat dan dianalisis dalam peristiwa negosiasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo, seperti data di bawah ini. a) Negosiasi pembeli dengan pedagang ceker ayam Di pasar tradisional sering terlihat peristiwa negosiasi tawar menawar antara penjual dan pembeli. Dalam peristiwa negosiasi tersebut, sering terdapat penggunaan tindak tutur lokusi untuk mencapai kesepakatan. Hal ini seperti yang terlihat pada peristiwa negosiasi antara pembeli dan pedagang ceker. Kutipan negosiasi: Pembeli : Cekernya berapaan Bu? Penjual : 25 Mbak Pembeli : Nggak bisa kurang Bu? Penjual : Nggak Mbak Pembeli : Mau beli banyak Bu Penjual : Ya nanti tak kurangin Pembeli : Jadinya berapa? Penjual : Dua puluh dua setengah (sambil memberikan bungkusan kresek) Pembeli : 5 kilo Bu (sambil menerima bungkusan kresek) Situasi pada percakapan di atas, ketika terdapat negosiasi antara seorang pembeli dan penjual ceker ayam di pasar Suronegaran. Seorang pembeli menanyakan harga ceker ayam kepada seorang penjual ayam. Peristiwa negosiasi diawali oleh seorang pembeli yang menanyakan harga ceker ayam. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Cekernya berapaan Bu?

81 69 Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur lokusi pertanyaan karena tuturannya jelas untuk menanyakan sesuatu sesuai dengan apa yang dituturkan penutur tanpa ada maksud lainnya. Dalam tuturan tersebut terlihat jelas fungsi dan maksud penutur hanya untuk mengemukakan suatu pertanyaan. Tuturan seorang pembeli tersebut berisi suatu pertanyaan untuk mengetahui harga ceker ayam kepada seorang penjual ayam. Tuturan pembeli yang berisi pertanyaan untuk mengetahui harga ceker ayam kepada seorang penjual ayam ini yang disebut tindak tutur lokusi pertanyaan. b) Negosiasi pembeli dengan pedagang pisau dapur Kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli sering terjadi di pasat tradisional. Kegiatan negosiasi ini antara pedagang dan pembeli sering terdapat penggunaan tindak tutur lokusi pertanyaan. Hal ini dapat dilihat pada peristiwa negosiasi untuk mencapai adanya suatu kesepakatan antar penjual dan pembeli. Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapa Mbak? Penjual : 10 ribu Mas Pembeli : Ngga boleh kurang? Penjual : Udah pas Mas Pembeli : Tujuh setengah ya Penjual : Belum dapat Mas (sambil menggelengkan kepala) Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang pembeli dan penjual pisau dapur di pasar

82 70 Suronegaran. Seorang pembeli menanyakan harga sebuah pisau dapur kepada seorang penjual gerabah dan peralatan rumah tangga. Peristiwa negosiasi diawali oleh seorang pembeli yang menanyakan harga sebuah pisau dapur. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Berapa Mbak? Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur lokusi pertanyaan karena tuturannya jelas untuk menanyakan sesuatu sesuai dengan apa yang dituturkan penutur kepada lawan tutur tanpa ada maksud lainnya. Dalam tuturan tersebut terlihat jelas fungsi dan maksud penutur hanya untuk mengemukakan suatu pertanyaan. Pada tuturan tersebut berisi suatu pertanyaan yang dituturkan oleh seorang pembeli untuk mengetahui harga sebuah pisau dapur kepada seorang penjual peralatan rumah tangga. Tuturan pembeli yang berisi pertanyaan untuk mengetahui harga sebuah pisau dapur kepada seorang penjual peralatan rumah tangga ini yang disebut tindak tutur lokusi pertanyaan. c) Negosiasi pembeli dengan penjual sendok sayur Dalam suatu komunikasi tidak bisa lepas dari suatu tuturan. Begitu pula dalam kegiatan yawar menawar di suatu pasar tradisional ketika bertransaksi jual-beli. Dalam kegiatan jual-beli ini sering terdapat penggunaan tindak tutur lokusi pertanyaan, seperti yang terlihat berikut.

83 71 Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapaan Mas? (sambil memegang sendok sayur) Penjual : 15 ribu Mas Pembeli : 8 ribu boleh Mas? (sambil memegang dan memperhatikan sendok sayur) Penjual : Pas 10 ribu Pembeli : Sembilan setengah ya (sambil memegang sendok sayur) Penjual : Pas 10 ribu Mas (sambil mengacungkan angan ke arah pembeli) Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang pembeli dan penjual sendok sayur di salah satu lapak pasar Kongsi. Seorang pembeli menanyakan harga sebuah sendok sayur kepada pedagang gerabah dan peralatan rumah tangga. Peristiwa negosiasi diawali oleh seorang pembeli yang menanyakan harga sebuah sendok sayur. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Berapaan Mas? (sambil memegang sendok sayur) Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur lokusi pertanyaan karena tuturannya jelas untuk menanyakan sesuatu sesuai dengan apa yang dituturkan penutur kepada lawan tutur tanpa ada maksud lainnya. Dalam tuturan tersebut terlihat jelas fungsi dan maksud penutur hanya untuk mengemukakan suatu pertanyaan. Pada tuturan tersebut berisi suatu pertanyaan yang dituturkan oleh seorang pembeli untuk mengetahui harga sebuah pisau dapur kepada seorang penjual peralatan rumah tangga. Meskipun dalam tuturan lisan pembeli (verbal) disertai dengan gerak atau aktivitas badan (nonverbal), namun tidak

84 72 memiliki arti atau makna lainnya. Gerak badan pembeli yang memegang sendok sayur hanya untuk melihat, mengamati dan memilih sendok sayur yang baik kualitasnya. Tuturan pembeli yang berisi pertanyaan untuk mengetahui harga sebuah sendok sayur kepada seorang penjual peralatan rumah tangga ini yang disebut tindak tutur lokusi pertanyaan. d) Negosiasi pembeli dengan pedagang buah jeruk Dalam komunikasi pada saat tawar-menawar antara penjual dan pembeli sering terlihat di pasar tradisional. Pada saat berkomunikasi ini sering terdapat penggunaan tindak tutur lokusi pertanyaan. Hal tersebut dapat terlihat pada peristiwa negosiasi antara pembeli dan pedagang buah jeruk. Kutipan negosiasi: Pembeli : Ini berapaan Bu? Penjual : 12 Mas Pembeli : 9 ribu ya Bu? Penjual : Belum boleh Mas (sambil menggelengkan kepala) Pembeli : 10 ribu ya? Penjual : 10 ribu yang itu Mas (sambil menunjukan jari) Pembeli : Ya deh Bu (sambil memilih jeruk) Situasi pada percakapan peristiwa di atas ketika terdapat negosiasi antara seorang pembeli dengan pedagang buah-buahan di pasar Suronegaran. Seorang pembeli menanyakan harga buah jeruk per kilogram kepada seorang pedagang buah-buahan. Peristiwa negosiasi diawali oleh seorang pembeli yang

85 73 menanyakan harga buah jeruk per kilogram. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Ini berapaan Bu? Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur lokusi pertanyaan karena tuturannya jelas hanya untuk menanyakan sesuatu sesuai dengan apa yang dituturkan penutur kepada lawan tutur tanpa ada maksud dan tujuan lainnya. Dalam tuturan tersebut terlihat jelas fungsi dan maksud penutur hanya untuk mengemukakan suatu pertanyaan. Pada tuturan tersebut berisi suatu pertanyaan yang dituturkan oleh seorang pembeli untuk mengetahui harga buah jeruk per kilogramnya kepada seorang pedagang buah-buahan di salah satu lapak buah di pasar Suronegaran. Tuturan pembeli yang berisi pertanyaan untuk mengetahui harga jeruk/kg kepada seorang penjual buah-buahan ini yang disebut tindak tutur lokusi pertanyaan. e) Negosiasi pembeli dengan pedagang ayam potong Kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli sering terjadi di suatu pasar tradisional. Dalam peristiwa negosiasi tawar menawar tersebut, antara penjual dan pembeli sering menggunakan tindak tutur lokusi. Penggunaan tindak tutur lokusi pertanyaan seperti yang terlihat antara pembeli dan penjual ayam potong. Kutipan negosiasi: Pembeli : Bu, harga ayam satu kilo berapa? Penjual : 35 ribu Mbak

86 74 Pembeli : Mahal banget Bu, 30 ya? Penjual : Dari sananya naik Mbak Pembeli : Kalo boleh 30 ribu saya beli lima kilo Bu Penjual : Yaudah, boleh Mbak Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang pembeli dan pedagang ayam potong di salah satu kios pasar Suronegaran. Seorang pembeli menanyakan harga ayam potong per kilogram kepada seorang pedagang ayam potong. Peristiwa negosiasi dimulai oleh seorang pembeli yang menanyakan harga ayam potong per kilogram kepada pedagang. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Bu, harga ayam satu kilo berapa? Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur lokusi pertanyaan karena tuturannya jelas untuk menanyakan sesuatu sesuai dengan apa yang dituturkan penutur kepada lawan tutur tanpa ada maksud lainnya. Dalam tuturan tersebut terlihat jelas fungsi dan maksud penutur hanya untuk mengemukakan suatu pertanyaan. Pada tuturan tersebut berisi suatu pertanyaan yang dituturkan oleh seorang pembeli untuk mengetahui harga ayam potong per kilogramnya kepada seorang ayam di pasar suronegaran. Tuturan pembeli yang berisi pertanyaan untuk mengetahui harga ayam potong/kg kepada seorang penjual ayam potong ini yang disebut tindak tutur lokusi pertanyaan.

87 75 2) Tindak Tutur Lokusi Pernyataan dalam Komunikasi pada Peristiwa Negosiasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Dalam peristiwa negosiasi atau tawar-menawar antara penjual dengan pembeli di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo banyak terdapat penggunaan tindak tutur lokusi pernyataan. Tindak tutur lokusi pernyataan ini sering digunakan oleh kedua belah pihak baik pedagang maupun pembeli. Penggunaan tindak tutur lokusi pernyataan ini pada dasarnya berupa berita agar pendengar percaya dengan apa yang dituturkan pembicara. Di bawah ini disajikan sampel dan analisis data mengenai tindak tutur lokusi pernyataan yang dilakukan antara penjual dan pembeli pada peristiwa negosiasi di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. a) Negosiasi pembeli dengan pedagang ceker ayam Penjual dan pembeli bernegosiasi jamak terjadi di suatu pasar tradisional. Dalam kegiatan negosiasi tersebut sering terdapat penggunaan tindak tutur lokusi. Hal ini dapat terlihat pada peristiwa negosiasi antara pembeli dan penjual ceker ayam berikut. Kutipan negosiasi: Pembeli : Cekernya berapaan Bu? Penjual : 25 Mbak Pembeli : Ngga bisa kurang bu? Penjual : Ngga Mbak Pembeli : Mau beli banyak Bu Penjual : Ya nanti tak kurangin Pembeli : Jadinya berapa?

88 76 Penjual : Dua puluh dua setengah (sambil memberikan bungkusan kresek) Pembeli : 5 kilo Bu (sambil menerima bungkusan kresek) Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang pembeli dan pedagang ceker ayam potong di salah satu kios pasar Suronegaran. Seorang penjual ceker menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh pembeli mengenai harga ceker ayam dari salah satu calon pembeli. Penjual ayam potong menjawab pertanyaan pembeli mengenai harga ceker ayam yaitu Rp25.000,00 per kilogram. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan 25 Mbak. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur lokusi pernyataan karena tuturannya jelas untuk menyatakan suatu berita yang ditujukan kepada lawan tuturnya. Dalam tuturan tersebut terlihat jelas fungsi dan maksud penutur hanya untuk menjawab pertanyaan dan menyatakan atau mengemukakan suatu tuturan supaya lawan tutur percaya atau mengetahui. Pada tuturan tersebut berisi suatu pernyataan yang dituturkan oleh seorang penjual ayam untuk menyatakan atau memberitahukan harga ceker ayam kepada seorang pembeli yang bertanya kepadanya. Dalam tuturan tersebut seorang penjual memberitahukan dan menyatakan kepada seorang pembeli bahwa harga ceker ayam per kilogram seharga Rp25.000,00. Tuturan penjual yang berisi pernyataan atau

89 77 pemberitahuan mengenai harga ceker ayam Rp25.000,00/kg ini yang disebut tindak tutur lokusi pernyataan. b) Negosiasi pembeli dengan pedagang pisau dapur Dalam suatu komunikasi tidak bisa lepas dari suatu peristiwa tuturan. Begitu pula dalam kegiatan tawar menawar di suatu pasar tradisional ketika bertransaksi jual-beli. Dalam kegiatan jual-beli ini sering terdapat penggunaan tindak tutur lokusi pertanyaan, seperti yang terlihat antara pembeli dan pedagang pisau dapur berikut. Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapa Mbak? Penjual : 10 ribu Mas Pembeli : Ngga boleh kurang? Penjual : Udah pas Mas Pembeli : Tujuh setengah ya Penjual : Belum dapat Mas (sambil menggelengkan kepala) Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang pembeli dan pedagang peralatan rumah tangga di pasar Suronegaran. Seorang penjual peralatan rumah tangga menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh seorang calon pembeli mengenai harga sebuah pisau dapur. Penjual peralatan rumah tangga menjawab pertanyaan pembeli mengenai harga sebuah pisau dapur. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan 10 ribu Mas.

90 78 Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur lokusi pernyataan karena tuturannya jelas untuk menyatakan suatu berita yang ditujukan kepada lawan tuturnya. Dalam tuturan tersebut terlihat jelas fungsi dan maksud penutur hanya untuk menjawab pertanyaan dan menyatakan atau mengemukakan suatu tuturan supaya lawan tutur percaya atau mengetahui. Pada tuturan tersebut berisi suatu pernyataan yang dituturkan oleh seorang penjual peralatan rumah tangga untuk menyatakan atau memberitahukan harga sebuah pisau dapur kepada seorang pembeli yang bertanya kepadanya. Dalam tuturan tersebut seorang penjual memberitahukan dan menyatakan kepada seorang pembeli bahwa harga sebuah pisau dapur seharga Rp10.000,00. Tuturan penjual yang berisi pernyataan atau pemberitahuan mengenai harga sebuah pisau dapur Rp10.000,00 ini yang disebut tindak tutur lokusi pernyataan. c) Negosiasi pembeli dengan pedagang makanan clorot Kegiatan tawar-menawar antara penjual dan pembeli sering terjadi di suatu pasar tradisional. Dalam peristiwa negosiasi tawar-menawar tersebut, antara penjual dan pembeli sering menggunakan tindak tutur lokusi. Penggunaan tindak tutur lokusi pernyataan seperti yang terlihat antara pembeli dan penjual clorot. Kutipan negosiasi: Pembeli : Bu ada clorot? Penjual : Ada Mas, 5 ribu

91 79 Pembeli : 4 ribu ya Bu, maklum mahasiswa (sambil tersenyum) Penjual : Ya dah Mbak, mau berapa? Pembeli : 2 aja Bu Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang pembeli dan pedagang jajanan pasar di pasar Kongsi. Seorang penjual jajanan pasar menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang calon pembeli mengenai tersedianya jajanan clorot. Penjual jajanan pasar tersebut menjawab pertanyaan pembeli mengenai tersedianya jajanan clorot serta memberitahukan harganya. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Ada Mas, 5 ribu. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur lokusi pernyataan karena tuturannya jelas untuk menyatakan suatu berita yang ditujukan kepada lawan tuturnya. Dalam tuturan tersebut terlihat jelas fungsi dan maksud penutur hanya untuk menjawab pertanyaan dan menyatakan atau mengemukakan suatu tuturan supaya lawan tutur percaya atau mengetahui. Pada tuturan tersebut berisi suatu pernyataan yang dituturkan oleh seorang penjual jajanan pasar untuk menyatakan atau memberitahukan bahwa masih tersedia jajanan clorot, selain itu juga memberitahukan harganya kepada seorang pembeli yang bertanya kepadanya. Dalam tuturan tersebut seorang penjual memberitahukan dan menyatakan kepada seorang pembeli bahwa jajanan clorot masih ada dengan harga Rp5.000,00 per ikatnya.

92 80 Tuturan penjual yang berisi pernyataan atau pemberitahuan mengenai harga clorot Rp5.000,00/ikat ini yang disebut tindak tutur lokusi pernyataan. d) Negosiasi pembeli dengan pedagang baju gamis Kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli sering terjadi di pasat tradisional. Kegiatan negosiasi ini antara pedagang dan pembeli sering terdapat penggunaan tindak tutur lokusi pernyataan. Hal ini dapat dilihat pada peristiwa negosiasi untuk mencapai adanya suatu kesepakatan antar penjual dan pembeli. Kutipan negosiasi: Pembeli : Bu gamis ini berapa? Penjual : 200 ribu Mas Pembeli : Kalau yang ini berapa? Penjual : 175 ribu Mas Pembeli : 140 lah Bu Penjual : 140 belom dapat Mas Pembeli : 150 bu, tanggal tua Bu Penjual : ya sudah Mas Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang pembeli dan pedagang pakaian di pasar Suronegaran. Seorang penjual pakaian menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh seorang calon pembeli mengenai harga baju gamis. Penjual pakaian menjawab pertanyaan pembeli mengenai harga sebuah baju gamis yaitu Rp ,00. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan 200 ribu Mas. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur lokusi pernyataan karena tuturannya jelas untuk menyatakan suatu

93 81 berita yang ditujukan kepada lawan tuturnya. Dalam tuturan tersebut terlihat jelas fungsi dan maksud penutur hanya untuk menjawab pertanyaan dan menyatakan atau mengemukakan suatu tuturan supaya lawan tutur percaya atau mengetahui. Pada tuturan tersebut berisi suatu pernyataan yang dituturkan oleh seorang penjual pakaian untuk menyatakan atau memberitahukan harga baju gamis kepada seorang pembeli yang bertanya kepadanya. Dalam tuturan tersebut seorang penjual memberitahukan dan menyatakan kepada seorang pembeli bahwa harga baju gamis pilihannya seharga Rp ,00. Tuturan penjual yang berisi pernyataan atau pemberitahuan mengenai harga baju gamis Rp ,00 ini yang disebut tindak tutur lokusi pernyataan. e) Negosiasi pembeli dengan pedagang cabai Penjual dan pembeli sering mengadakan negosiasi untuk mencapai kesepakatan di suatu pasar tradisional. Berbagai jenis tindak tutur sering terlihat pada peristiwa tersebut. Penggunaan tindak tutur lokusi pernyataan sering dugunakan dalam kegiatan tersebut. Hal tersebut seperti yang terlihat antara pembeli dan pedagang cabai berikut. Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapa seperempat? Penjual : 13 ribu Pembeli : Ngga 10 Mbak? Penjual : Ngga Mas

94 82 Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang pembeli dan pedagang sayur dan bumbu dapur di salah satu lapak pasar Suronegaran. Seorang penjual sayur dan bumbu dapur menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh pembeli mengenai harga cabai sebanyak seperempat kilogram dari salah satu calon pembeli. Penjual sayur dan bumbu dapur menjawab pertanyaan pembeli mengenai harga cabai sebanyak seperempat kilogram dengan tuturan 13 ribu. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur lokusi pernyataan karena tuturannya jelas untuk menyatakan suatu berita yang ditujukan kepada lawan tuturnya. Dalam tuturan tersebut terlihat jelas fungsi dan maksud penutur hanya untuk menjawab pertanyaan dan menyatakan atau mengemukakan suatu tuturan supaya lawan tutur percaya atau mengetahui. Pada tuturan tersebut berisi suatu pernyataan yang dituturkan oleh seorang penjual sayur dan bumbu dapur untuk menyatakan atau memberitahukan harga capai sebanyak seperempat kilogram kepada seorang pembeli yang bertanya kepadanya. Dalam tuturan tersebut seorang penjual memberitahukan dan menyatakan kepada seorang pembeli bahwa harga cabai sebanyak seperempat kilogram seharga Rp13.000,00. Tuturan penjual yang berisi pernyataan atau pemberitahuan mengenai harga cabai seperempat kilo Rp13.000,00 ini yang disebut tindak tutur lokusi pernyataan.

95 83 3) Tindak Tutur Iokusi Perintah dalam Komunikasi pada Peristiwa Negosiasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Peristiwa negosiasi atau tawar-menawar antara penjual dengan pembeli di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo menjadi kegiatan yang wajar dalam perdagangan. Tindak tutur lokusi digunakan oleh kedua belah pihak baik pedagang maupun pembeli. Namun, penggunaan tindak tutur lokusi perintah, peneliti tidak menemukannya dalam kegiatan negosiasi antara penjual dan pembeli di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi. Tindak tutur lokusi perintah dapat diketahui apabila tuturannya ditandai dengan intonasi keras dan kata kerja yang mengandung isi perintah. Dalam merekam dan mencari data di lapangan, penggunaan tidak tutur lokusi perintah ini tidak didapati ketika terjadi peristiwa negosiasi antara penjual dan pembeli di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. b. Contoh Penggunaan Jenis Tindak Tutur Ilokusi yang Digunakan dalam Komunikasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Tindak tutur ilokusi pada dasarnya tidak hanya bermakna untuk menginformasikan sesuatu tetapi juga mengacu untuk melakukan sesuatu. Pada prinsipnya, tindak tutur ilokusi bukan hanya sebatas tuturan untuk menginformasikan saja, namun juga untuk melakukan tuturan tersebut. Dalam peristiwa negosiasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo yang peneliti dapatkan, ditemukan data yang mengandung jenis tindak tutur ilokusi dengan

96 84 berbagai klasifikasi. Klasifikasi penggunaan tindak tutur ilokusi dalam peristiwa negosiasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo, seperti tindak tutur ilokusi asertif, tindak tutur ilokusi direktir, tindak tutur ilokusi komisif, dan tindak tutur ilokusi ekspresif. Namun, penggunaan tindak tutur ilokusi deklaratif dalam pengambilan data dalam peristiwa negosiasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo tidak ditemukan. Di bawah ini disajikan sampel dan analisis data tersebut. 1) Tindak Tutur Ilokusi Asertif dalam Komunikasi pada Peristiwa Negosiasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Dalam kegiatan komunikasi tawar-menawar antara penjual dengan pembeli di sebuah pasar tradisional seperti pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo banyak terdapat tuturan yang selain untuk berkomunikasi juga untuk memiliki maksud lainnya. Tindak tutur seperti ini dalam pengetahuan ilmu bahasa disebut tindak tutur ilokusi yang sering digunakan oleh kedua belah pihak baik pedagang maupun pembeli. Salah satu tindak tutur ilokusi yang sering digunakan dalam kumunukasi negosiasi adalah tindak tutur ilokusi asertif. Tindak tutur ilokusi asertif pada dasarnya jika tuturan yang diujarkan melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang diekspresikan, misalnya menyatakan, memberitahukan, menyarankan, mengeluh, menuntut, dan melaporkan. Di bawah ini disajikan sampel dan analisis data mengenai tindak tutur ilokusi asertif yang dilakukan

97 85 antara penjual dan pembeli pada peristiwa negosiasi di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. a) Negosiasi pembeli dengan pedagang ceker ayam Tuturan dalam kegiatan tawar menawar di pasar tradisional sering di dapati menggunakan tindak tutur ilokusi. Para pedagang dan pembeli biasnya tidak menyadari dan kurang memahami mengenai jenis yang dituturkannya ketika bernegosiasi. Penggunan tindak tutur ilokusi tersebut seperti yang dapat dilihat ketika terjadi negosiasi antara pembeli dan penjual ceker ayam. Kutipan negosiasi: Pembeli : Cekernya berapaan Bu? Penjual : 25 Mbak Pembeli : Ngga bisa kurang Bu? Penjual : Ngga Mbak Pembeli : Mau beli banyak Bu Penjual : Ya nanti tak kurangin Pembeli : Jadinya berapa? Penjual : Dua puluh dua setengah Pembeli : 5 kilo Bu Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang pembeli dan pedagang ceker ayam di salah satu lapak pasar Suronegaran. Seorang calon pembeli memberitahukan dan akan mengekpresikan untuk membeli ceker dalam jumlah banyak kepada penjual bila mendapatkan harga kesepakata. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Mau beli banyak Bu.

98 86 Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi asertif karena di dalam tuturan tersebut bertujuan untuk menginformasikan atau memberitahukan kebenaran proposisi yang diekspresikan kepada lawan tutur. Pada tuturan tersebut berisi suatu pemberitahuan mengenai kebenaran proposisi yang akan diekspresikan yang dituturkan oleh seorang calon pembeli. Seorang calon pembeli memberitahukan bahwa dirinya akan membeli ceker ayam dalam jumlah yang banyak bila menemukan harga kesepakatan dalam negosiasi dengan penjual. Pemberitahuan mengenai pembelian dalam jumlah banyak ini akan diekspresikan atau dilakukannya bila penjual menyetujui untuk mengurangi harga seperti yang dikehendaki calon pembeli. Tuturan pembeli yang bertujuan untuk memberitahukan dan akan diekspesikan (dengan tindakan) atau dilakukannya untuk membeli ceker dalam jumlah banyak kepada penjual bila terjadi kesepakatan harga ini yang disebut tindak tutur ilokusi asertif. b) Negosiasi pembeli dengan pedagang buah kelengkeng Kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli sering terjadi di suatu pasar tradisional. Dalam peristiwa negosiasi tawarmenawar tersebut, antara penjual dan pembeli sering menggunakan tindak tutur lokusi. Penggunaan tindak tutur ilokusi pernyataan seperti yang terlihat antara pembeli dan penjual buah kelengkeng.

99 87 Kutipan negosiasi: Pembeli : Kelengkengnya berapaan Bu? Penjual : 30 Mbak Pembeli : 20 ya Bu Penjual : Belinya aja belum dapat 20 Mbak Pembeli : Pasnya berapa? Penjual : Dua tujuh setengah Mbak Pembeli : 21 ya Bu Penjual : Ini masih mahal Mbak, yang lain masih jual 30an Pembeli : 22 ya Bu? Penjual : Belum boleh Mbak beneran Pembeli : Kurangi ya, buat penglaris Ibu Penjual : Bayar 27 aja Mbak Pembeli : 25 lah Penjual : Belum boleh Mbak beneran,untungnya mepet Pembeli : 25 lah Bu Penjual : Beneran ngga untung Mbak Pembeli : 25 ya Bu Penjual : Untungnya cuma seribu Mbak Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang pembeli dan pedagang buah kelengkeng di pasar Kongsi. Seorang penjual memberitahukan dan mengekspresikan melalui sebuah keluhan kepada seorang calon pembeli mengenai harga kulakan/membeli kelengkeng harganya lebih dari Rp20.000,00/kg. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Belinya aja belum dapat 20 Mbak. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi asertif karena di dalam tuturan tersebut bertujuan untuk menginformasikan atau memberitahukan kebenaran proposisi yang diekspresikan kepada lawan tutur. Pada tuturan tersebut berisi suatu pemberitahuan mengenai kebenaran proposisi yang

100 88 diekspresikan dan dituturkan oleh seorang penjual. Seorang penjual memberitahukan bahwa dirinya dalam kulakan /membeli kelengkeng harganya lebih dari Rp20.000,00. Tingginya harga dalam kulakan /pembelian buah kelengkeng ini diekpresikan dengan suatu keluhan kepada calon pembeli sehingga pembeli dapat memahami penjual yang belum melepaskan kelengkeng seperti harga yang dikehendaki pembeli. Tuturan penjual yang bertujuan untuk memberitahukan suatu kebenaran dan diekspesikan (dengan tuturan keluhan) kepada pembeli bahwa dalam kulakan/membeli kelengkeng harganya lebih dari Rp20.000,00 ini yang disebut tindak tutur ilokusi asertif. c) Negosiasi pembeli dengan pedagang baju gamis Kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli sering terjadi di pasat tradisional. Kegiatan negosiasi ini antara pedagang dan pembeli sering terdapat penggunaan tindak tutur ilokusi asertif. Hal ini dapat dilihat pada peristiwa negosiasi untuk mencapai adanya suatu kesepakatan antar penjual baju gamis dan calon pembeli. Kutipan negosiasi: Pembeli : Saya mau cari gamis Bu Penjual : Yang model apa Mas? Pembeli : Yang ini berapa Bu? Penjual : Yang ini 200 Pembeli : Kalo yang ini bisa kurang ngga Bu? Penjual : Ya bisa nanti saya korting Pembeli : 50 persen ya, Bu Penjual : Nawar dulu berapa?

101 89 Pembeli : 125 gimana Bu? Penjual : Gini aja Mas,tak korting 175 Pembeli : 140 lah Bu Penjual : Ngga lah Mas, belum ada untungnya Pembeli : Ya udah kalau bisa 150 saya ambil Penjual : Tambahin dikit lah Mas Pembeli : Segitu Bu mentok,tanggal tua soalnya Penjual : Ya udah mau milih yang mana? Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang pembeli dan pedagang pakaian di pasar Kongsi. Seorang penjual memberitahukan kebenaran dan mengekspresikan melalui sebuah keluhan kepada seorang calon pembeli bahwa dirinya menolak melepaskan baju gamis dengan harga yang ditawarkan penjual karena belum mendapatkan keuntungan. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Ngga lah Mas, belum ada untungnya. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi asertif karena di dalam tuturan tersebut bertujuan untuk menginformasikan atau memberitahukan kebenaran proposisi yang diekspresikan kepada lawan tutur. Pada tuturan tersebut berisi suatu pemberitahuan mengenai kebenaran proposisi yang diekspresikan dan dituturkan oleh seorang penjual. Seorang penjual memberitahukan bahwa dirinya menolak untuk melepaskan baju gamis kepada seorang calon pembeli. Pembeli menolak menjual baju gamis karena belum mendapatkan keuntungan dengan harga yang dikehendaki pembeli. Tuturan penjual yang bertujuan untuk memberitahukan suatu kebenaran

102 90 dan diekspesikan (dengan tuturan keluhan) kepada pembeli yang menolak melepaskan/menjual baju gamis karena belum mendapatkan keuntungan ini yang disebut tindak tutur ilokusi asertif. d) Negosiasi pembeli dengan penjual makanan clorot Dalam suatu komunikasi tidak bisa lepas dari suatu peristiwa tuturan. Begitu pula dalam kegiatan tawar-menawar di suatu pasar tradisional ketika bertransaksi jual-beli. Dalam kegiatan jual-beli ini sering terdapat penggunaan tindak tutur ilokusi, seperti yang terlihat antara pembeli dan pedagang jajanan clorot berikut. Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapa Bu? Penjual : Delapan ribu Pembeli : Kalau yang ini berapa Bu? Penjual : 10 ribu Pembeli : Ngga bisa kurang Bu? Penjual : Itu harusnya 11 ribu Mas, tapi bayar 10 ribu aja Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dan pedagang jajanan pasar clorot di pasar Kongsi. Seorang penjual memberitahukan kebenaran dan mengekspresikan melalui sebuah saran kepada seorang calon pembeli. Pembeli memberitahukan bahwa harga clorot seharusnya Rp11.000,00, namun menyarankan kepada pembeli untuk membayar dengan hargarp ,00 saja. Hal

103 91 tersebut dapat terlihat dengan tuturan Itu harusnya 11 ribu Mas, tapi bayar 10 ribu aja. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi asertif karena di dalam tuturan tersebut bertujuan untuk menginformasikan atau memberitahukan kebenaran proposisi yang diekspresikan kepada lawan tutur. Pada tuturan tersebut berisi suatu pemberitahuan mengenai kebenaran proposisi yang diekspresikan dan dituturkan oleh seorang penjual. Seorang penjual memberitahukan bahwa harga sebuah makanan clorot sebenarnya Rp11.000,00 tetapi penjual menyarankan kepada seorang pembeli untuk membayar dengan harga Rp10.000,00 saja. Tuturan penjual yang bertujuan untuk membicarakan suatu kebenaran dan diekspesikan (dengan tuturan menyarankan) mengenai harga clorot yang sebenarnya Rp11.000,00 kepada pembeli dan menyarankannya untuk membayar dengan harga Rp10.000,00 ini yang disebut tindak tutur ilokusi asertif. e) Negosiasi pembeli dan pedagang kacang panjang Dalam komunikasi pada saat tawar-menawar antara penjual dan pembeli sering terlihat di pasar tradisional. Pada saat berkomunikasi ini sering terdapat penggunaan tindak tutur ilokusi asertif. Hal tersebut dapat terlihat pada peristiwa negosiasi antara pembeli dan pedagang kacang panjang. Kutipan negosiasi:

104 92 Pembeli : Berapa Bu? Penjual : Seiket 4 ribu Pembeli : Bisa kurang Bu? Penjual : Ngga bisa Mas, pas Pembeli : Sama semua Bu? Penjual : Tidak Mas. ada yang 3 ribu, ada yang 4 ribu Mas Pembeli : Yang 3 ribu yang mana Bu? Penjual : Itu yang di bawah Mas Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dan pedagang sayur mayur (kacang panjang) di pasar Suronegaran. Seorang penjual menuturkan sebuah kebenaran dan mengekspresikan melalui sebuah pemberitahuan kepada seorang calon pembeli. Pembeli menuturkan bahwa tidak semua harga kacang panjang yang dijualnya sama. Penjual kemudian memberitahukan bahwa harga kacang panjang beragam ada yang Rp3.000,00, dan Rp4.000,00. Hal tersebut dapat terlihat dengan tuturan tidak Mas. ada yang 3 ribu, ada yang 4 ribu Mas. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi asertif karena di dalam tuturan tersebut bertujuan untuk menginformasikan atau membicarakan kebenaran proposisi yang diekspresikan kepada lawan tutur. Pada tuturan tersebut berisi suatu kebenaran proposisi yang diekspresikan dan dituturkan oleh seorang penjual. Seorang penjual menuturkan bahwa harga tiap kacang panjang tiap ikatnya tidak sama. Penjual memberitahuak bahwa harga kacang panjang beragam tiap ikatnya yakni, ada yang

105 93 Rp3.000,00, dan Rp4.000,00. Tuturan penjual yang bertujuan untuk membicarakan suatu kebenaran dan diekspesikan (dengan tuturan memberitahukan) mengenai perbedaan dan keberagaman harga kacang panjang ini yang disebut tindak tutur ilokusi asertif. 2) Tindak Tutur Ilokusi Direktif dalam Komunikasi pada Peristiwa Negosiasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Dalam suatu kegiatan negosiasi atau tawar-menawar di sebuah pasar tradisional pastinya terjadi komunikasi dengan menggunakan media bahasa. Tiap-tiap tuturan akan memiliki berbagai arti dan fungsi dalam praktek negosiasi di pasar tradisional. Kejadian dan peristiwa semacam itu pastinya juga terjadi di pasar tradisional seperti pasar Suronegaran dan pasar Kongsi. Tindak tutur antara penjan dan pembeli dalam peristiwa negosiasi di pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi sering ditemukan dengan penggunaan tindak tutur ilokusi, salah satunya tindak tutur ilokusi direktif. Tindak tutur ilokusi direktif merupakan tuturan yang menimbulkan efek melalui tindakan sang penyimak, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan, menganjurkan, dan menasihatkan. Di bawah ini disajikan sampel dan analisis data mengenai tindak tutur ilokusi direktif yang dilakukan antara penjual dan pembeli pada peristiwa negosiasi di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo.

106 94 a) Negosiasi pembeli dan pedagang buah jeruk Kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli sering terjadi di pasat tradisional. Kegiatan negosiasi ini antara pedagang dan pembeli sering terdapat penggunaan tindak tutur ilokusi direktif. Hal ini dapat dilihat pada peristiwa negosiasi untuk mencapai adanya suatu kesepakatan antar penjual buah jeruk dan calon pembeli. Kutipan negosiasi: Pembeli : Ini berapaan Bu? Penjual : 12 Mas Pembeli : 9 ribu ya Bu? Penjual : Belum boleh Mas Pembeli : 10 ribu ya? Penjual : 10 ribu yang itu Mas Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dan penjual buah-buahan di salah satu lapak khusus buah pasar Suronegaran. Seorang penjual menyarankan kepada seorang pembeli untuk memilih jeruk yang kualitasnya lebih rendah bila menginginkan dengan harga Rp10.000,00 per kilogram. Hal tersebut dapat diketahui dengan tuturan 10 ribu yang itu Mas. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi direktif karena di dalam tuturan tersebut berisi sebuah saran yang akan menimbulkan adanya efek kepada lawan tutur. Pada tuturan tersebut berisi saran yang dituturkan oleh penjual jeruk kepada calon pembeli. Penjual buah-buahan menyarankan

107 95 kepada seorang pembeli untuk memilih jeruk yang memiliki kualitas lebih rendah bila menginginkannya dengan harga Rp10.000,00 per kilogram. Dengan tuturan saran tersebut, penjual berharap memberikan efek kepada pembeli yang akan memilih jeruk berkualitas lebih rendah dengan harga Rp10.000,00 per kilogram. Tuturan penjual yang berupa saran yang bertujuan untuk memberikan efek kepada pembeli supaya memilih jeruk berkualitas lebih rendah dengan harga Rp10.000,00 per kilogram ini yang disebut tindak tutur ilokusi direktif. b) Negosiasi pembeli dan pedagang ceker ayam Kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli sering terjadi di suatu pasar tradisional. Dalam peristiwa negosiasi tawar menawar tersebut, antara penjual dan pembeli sering menggunakan tindak tutur ilokusi. Penggunaan tindak tutur lokusi direktif seperti yang terlihat antara pembeli dan penjual ceker berikut. Kutipan negosiasi: Pembeli : Cekernya berapaan Bu? Penjual : 25 Mbak Pembeli : Ngga bisa kurang Bu? Penjual : Ngga Mbak Pembeli : Mau beli banyak Bu Penjual : Ya nanti tak kurangin Pembeli : Jadinya berapa? Penjual : Dua puluh dua setengah (sambil memberikan bungkusan kresek) Pembeli : 5 kilo bu (sambil menerima bungkusan kresek)

108 96 Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dan pedagang ceker ayam di salah satu lapak khusus daging pasar Suronegaran. Seorang pembeli meminta pengurangan harga ceker Rp25.000,00/kilogram karena dinilai terlalu mahal supaya mendapatkan keringanan. Hal tersebut dapat dilihat dengan tuturan Ngga bisa kurang Bu? Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi direktif karena di dalam tuturan tersebut berupa pertanyaan yang berisi sebuah permintaan yang akan menimbulkan adanya efek bagi lawan tutur. Pada tuturan tersebut berupa pertanyaan berisi permintaan yang dituturkan oleh seorang calon pembeli kepada pedagang ceker ayam. Pembeli menanyakan permintaan mengenai pengurangan harga ceker Rp25.000,00/kilogram karena dinilai terlalu mahal supaya mendapatkan keringanan. Dengan tuturan pertanyaan yang berisi permintaan tersebut, pembeli berharap dapat memberikan efek kepada penjual yang akan menurunkan harga ceker dari Rp25.000,00/kilogram menjadi lebih ringan/murah. Tuturan pembeli berupa pertanyaan yang berisi sebuah permintaan untuk memberikan efek kepada penjual supaya mendapatkan keringanan harga ceker ini yang disebut tindak tutur ilokusi direktif.

109 97 c) Negosiasi pembeli dan penjual pisau Di pasar tradisional sering terlihat peristiwa negosiasi tawar menawar antara penjual dan pembeli. Dalam peristiwa negosiasi tersebut, sering terdapat penggunaan tindak tutur ilokusi untuk mencapai kesepakatan. Hal ini seperti yang terlihat pada peristiwa negosiasi antara pembeli dan pedagang pisau dapur. Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapa Mbak? Penjual : 10 ribu Mas Pembeli : Nggak boleh kurang? Penjual : Udah pas Mas Pembeli : Tujuh setengah ya Penjual : Belum dapat Mas (sambil menggelengkan kepala) Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dan penjual pisau dapur di pasar Suronegaran. Seorang pembeli bertanya untuk meminta pengurangan harga pisau dapur yang berharga Rp10.000,00 karena dinilai terlalu mahal supaya mendapatkan keringanan. Hal tersebut dapat dilihat dengan tuturan Ngga bisa kurang? Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi direktif karena di dalam tuturan tersebut berupa pertanyaan dengan maksud untuk mengungkapkan suatu permintaan yang akan menimbulkan adanya efek bagi lawan tutur. Pada tuturan tersebut berupa pertanyaan untuk mengungkapkan suatu permintaan yang dituturkan oleh seorang calon pembeli kepada

110 98 penjual pisau dapur. Pembeli menanyakan mengenai pengurangan harga sebuah pisau dapur kepada penjual yang bertujuan untuk meminta pengurangan harga karena dinilai terlalu mahal supaya mendapatkan keringanan. Dengan tuturan pertanyaan yang berisi permintaan tersebut, pembeli berharap dapat memberikan efek kepada penjual supaya menurunkan harga sebuah pisau dapur yang semula Rp10.000,00 menjadi lebih ringan/murah. Tuturan pembeli berupa pertanyaan dengan maksud mengungkapkan suatu permintaan untuk memberikan efek kepada penjual supaya menurunkan harga sebuah pisau dapur ini yang disebut tindak tutur ilokusi direktif. d) Negosiasi pembeli dan penjual kacang panjang Dalam suatu komunikasi tidak bisa lepas dari suatu tuturan. Begitu pula dalam kegiatan tawar-menawar di suatu pasar tradisional ketika bertransaksi jual-beli. Dalam kegiatan jual-beli ini sering terdapat penggunaan tindak tutur ilokusi direktif, seperti yang terlihat berikut. Kutipan negosiasi: Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual : Berapa Bu? : Seiket 4 ribu : Bisa kurang Bu? : Ngga bisa Mas, pas : Sama semua Bu? : Tidak Mas. ada yang 3 ribu, ada yang 4 ribu Mas : Yang 3 ribu yang mana Bu? : Itu yang di bawah Mas

111 99 Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dan penjual kacang panjang di sebuah lapak sayuran pasar Suronegaran. Seorang pembeli bertanya untuk meminta pengurangan harga seikat kacang panjang yang berharga Rp4.000,00 karena dinilai terlalu mahal supaya mendapatkan keringanan. Hal tersebut dapat dilihat dengan tuturan Bisa kurang Bu? Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi direktif karena di dalam tuturan tersebut berupa pertanyaan dengan maksud untuk mengungkapkan suatu permintaan yang akan menimbulkan adanya efek bagi lawan tutur. Pada tuturan tersebut berupa pertanyaan untuk mengungkapkan suatu permintaan yang dituturkan oleh seorang calon pembeli kepada penjual kacang panjang. Pembeli menanyakan mengenai pengurangan harga seikat kacang panjang kepada penjual karena dinilai terlalu mahal supaya mendapatkan keringanan. Dengan tuturan pertanyaan yang berisi permintaan tersebut, pembeli berharap dapat memberikan efek kepada penjual supaya menurunkan harga seikat kacang panjang yang semula Rp4.000,00 menjadi lebih ringan/murah. Tuturan pembeli berupa pertanyaan dengan maksud mengungkapkan suatu permintaan untuk memberikan efek kepada penjual supaya menurunkan harga seikat kacang panjang ini yang disebut tindak tutur ilokusi direktif.

112 100 e) Negosiasi pembeli dan penjual kompor Kegiatan tawar-menawar antara penjual dan pembeli sering terjadi di pasat tradisional. Kegiatan negosiasi ini antara pedagang dan pembeli sering terdapat penggunaan tindak tutur ilokusi direktif. Hal ini dapat dilihat pada peristiwa negosiasi untuk mencapai adanya suatu kesepakatan antar penjual dan pembeli. Kutipan negosiasi: Pembeli : Ini kompor berapa Mas? Penjual : Itu 70 Mas Pembeli : Kurang bisa nggak Mas? Penjual : Nggak bisa Pembeli : Kurangin dikit lah Penjual : Ya udah nawar berapa? Pembeli : 50 Penjual : Ya udah boleh Situasi pada percakapan di atas yaitu ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dan penjual kompor di sebuah lapak gerabah dan peralatan rumah tangga di pasar Kongsi. Seorang pembeli meminta pengurangan harga sebuah kompor yang berharga Rp70.000,00 karena dinilai terlalu mahal supaya mendapatkan pengurangan. Hal tersebut dapat dilihat dengan tuturan Kurangin dikit lah. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi direktif karena di dalam tuturan tersebut untuk mengungkapkan suatu permintaan yang akan menimbulkan adanya efek bagi lawan tutur. Pada tuturan tersebut untuk

113 101 mengungkapkan suatu permintaan yang dituturkan oleh seorang calon pembeli kepada penjual kompor. Pembeli meminta pengurangan harga untuk sebuah kompor kepada penjual karena dinilai terlalu mahal supaya mendapatkan keringanan. Dengan tuturan permintaan tersebut, pembeli berharap dapat memberikan efek kepada penjual supaya menurunkan harga kompor yang semula Rp70.000,00 menjadi lebih ringan/murah. Tuturan pembeli dengan maksud mengungkapkan suatu permintaan untuk memberikan efek kepada penjual supaya menurunkan harga sebuah kompor ini yang disebut tindak tutur ilokusi direktif. 3) Tindak Tutur Ilokusi Komisif dalam Komunikasi pada Peristiwa Negosiasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Pada praktiknya di masyarakat, pemakaian tindak tutur ilokusi sering dilakukan dalam pergaulan. Pemakaian tindak tutur ilokusi sering digunakan dalam berbagai kegiatan seperti saat bernegosiasi atau tawar menawar dalam kegiatan jual beli di suatu pasar tradisional. Pada pasar-pasar tradisional seperti pasar Suronegaran dan pasar Kongsi sering terdengar menggunaan tindak tutur ilokusi dalam peristiwa negosiasi misalnya tindak tutur ilokusi komisif. Tindak tutur ilokusi komisif dapat diketahui bila tuturan melibatkan pembicaraan pada beberapa tindakan yang akan datang misalnya menjanjikan, bersumpah, menawarkan, dan memanjatkan (doa). Di bawah ini disajikan sampel dan analisis data mengenai tindak tutur ilokusi

114 102 direktif yang dilakukan antara penjual dan pembeli pada peristiwa negosiasi di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. a) Negosiasi pembeli dan pedagang baju gamis Pasar tradisional menjadi tempat perputaran ekonomi rakyat mayoritas di Indonesia. Di pasar tradisional ini sering terjadi peristiwa negosiasi yang kental dengan penggunaan berbagai jenis tindak tutur. Peristiwa negosiasi dengan penggunaan jenis tindak tutur ilokusi seperti yang terlihat antara pembeli dan penjual baju gamis. Kutipan negosiasi: Pembeli : Saya mau cari gamis Bu Penjual : Yang model apa Mas? Pembeli : Yang ini berapa Bu? Penjual : Yang ini 200 Pembeli : Kalo yang ini bisa kurang ngga Bu? Penjual : Ya bisa nanti saya korting Pembeli : 50 persen ya, Bu Penjual : Nawar dulu berapa? Pembeli : 125 gimana Bu? Penjual : Gini aja Mas, tak korting 175 Pembeli : 140 lah Bu Penjual : Nggak lah Mas, belum ada untungnya Pembeli : Ya udah kalau bisa 150 saya ambil Penjual : Tambahin dikit lah Mas Pembeli : Segitu Bu mentok, tanggal tua soalnya Penjual : Ya udah mau milih yang mana? Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dan penjual pakaian di salah satu lapak pakaian pasar Kongsi. Seorang penjual membicarakan dan mencoba bernegosiasi mengenai harga baju gamis dan berusaha menawarkan pemotongan harga kepada

115 103 seorang calon pembeli menjadi Rp ,00. Hal tersebut dapat dilihat dengan tuturan Gini aja Mas, tak korting 175. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi komisif karena di dalam tuturan tersebut melibatkan pembicaraan pada beberapa tindakan yang akan datang/dilakukan. Pada tuturan tersebut pedagang baju gamis membicarakan/ menuturkan adanya penawaran yang akan diberikan kepada seorang calon pembeli. Penjual menawarkan kortingan kepada calon pembeli untuk sebuah baju gamis yang semula berharga Rp ,00 menjadi Rp ,00. Tuturan penjual yang membicarakan tindakan yang datang/dilakukan dengan memberikan tawaran sebuah kortingan harga ini yang disebut tindak tutur ilokusi komisif. b) Negosiasi pembeli dan pedagang buah kelengkeng Kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli sering terjadi di pasat tradisional. Kegiatan negosiasi ini antara pedagang dan pembeli sering terdapat penggunaan tindak tutur ilokusi komisif. Hal ini dapat dilihat pada peristiwa negosiasi untuk mencapai adanya suatu kesepakatan antar penjual dan pembeli. Kutipan negosiasi: Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual : Kelengkengnya berapaan Bu? : 30 Mbak : 20 ya Bu : Belinya aja belum dapat 20 Mbak : Pasnya berapa? : Dua tujuh setengah Mbak

116 104 Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual : Kurangi ya, buat penglaris Ibu : Ini masih mahal Mbak, yang lain masih jual 30an : 22 ya Bu? : Belum boleh Mbak beneran : Berapa Bu? : Bayar 27 aja Mbak : 25 lah : Belum boleh Mbak beneran,untungnya mepet : 25 lah Bu : Beneran ngga untung Mbak : 25 ya Bu : Untungnya cuma seribu Mbak Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dan penjual buah-buahan di salah satu lapak buah pasar Kongsi. Seorang pembeli meminta pengurangan harga dan bernegosiasi dengan cara akan mendoakan supaya laris dagangannya. Hal tersebut dapat dilihat dengan tuturan Kurangi ya, buat penglaris Ibu. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi komisif karena di dalam tuturan tersebut melibatkan pembicaraan pada beberapa tindakan yang akan datang/dilakukan. Pada tuturan tersebut pembeli membicarakan/menuturkan berupa doa/harapan kepada seorang penjual. Calon pembeli berharap/berdoa supaya dagangannya laris apabila penjual bersedia mengurangi harga buah kelengkengnya. Tuturan pembeli yang membicarakan tindakan yang akan datang/dilakukan dengan mendoakan penjual supaya laris bila mendapatkan pengurangan harga ini yang disebut tindak tutur ilokusi komisif.

117 105 c) Negosiasi pembeli dan penjual kacang panjang Dalam suatu komunikasi tidak bisa lepas dari suatu peristiwa tuturan. Begitu pula dalam kegiatan tawar menawar di suatu pasar tradisional ketika bertransaksi jual-beli. Dalam kegiatan jual-beli ini sering terdapat penggunaan tindak tutur ilokusi komisif, seperti yang terlihat antara pembeli dan penjual kacang panjang berikut. Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapa Bu? Penjual : Seiket 4 ribu Pembeli : Bisa kurang Bu? Penjual : Ngga bisa Mas, pas Pembeli : Sama semua Bu? Penjual : Tidak Mas. ada yang 3 ribu, ada yang 4 ribu Mas Pembeli : Yang 3 ribu yang mana Bu? Penjual : Itu yang di bawah Mas Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dan penjual sayuran di pasar Suronegaran. Seorang penjual membicarakan mencoba bernegosiasi mengenai harga kacang panjang dan berusaha menawarkan beberapa macam harga kacang panjang per ikatnya kepada calon pembeli. Hal tersebut dapat dilihat dengan tuturan Tidak Mas. ada yang 3 ribu, ada yang 4 ribu Mas. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi komisif karena di dalam tuturan tersebut melibatkan pembicaraan pada beberapa tindakan yang akan datang/dilakukan.

118 106 Pada tuturan tersebut pedagang kacang panjang membicarakan/ menuturkan bshwa harga kacang panjang beraneka ragam dan memberikan penawaran kepada seorang calon pembeli. Penjual menawarkan perbedaan harga kacang panjang tiap ikatnya kepada calon pembeli dengan harga Rp3.000,00 dan Rp4.000,00. Tuturan penjual yang membicarakan tindakan yang akan datang/dilakukan dengan memberikan tawaran perbedan harga kacang panjang per ikatnya ini yang disebut tindak tutur ilokusi komisif. d) Negosiasi pembeli dan penjual buah jeruk Dalam suatu komunikasi tidak bisa lepas dari suatu tuturan. Begitu pula dalam kegiatan yawar menawar di suatu pasar tradisional ketika bertransaksi jual-beli. Dalam kegiatan jual-beli ini sering terdapat penggunaan tindak tutur ilokusi komisif, seperti yang terlihat berikut. Kutipan negosiasi: Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual : Ini berapaan Bu? : 12 Mas : 9 ribu ya Bu? : Belum boleh Mas : 10 ribu ya? : 10 ribu yang itu Mas Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dan penjual buah-buahan di salah satu lapak buah pasar Suronegaran. Seorang penjual membicarakan mencoba bernegosiasi mengenai harga jeruk dan berusaha menawarkan jeruk dengan harga Rp10.000,00/kilogram

119 107 dengan kualitas yang lebih rendah kepada calon pembeli. Hal tersebut dapat dilihat dengan tuturan 10 ribu yang itu Mas. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi komisif karena di dalam tuturan tersebut melibatkan pembicaraan pada beberapa tindakan yang akan datang/dilakukan. Pada tuturan tersebut pedagang buah jeruk membicarakan/ menuturkan bahwa harga jeruk beraneka ragam dan memberikan penawaran kepada seorang calon pembeli. Penjual menawarkan harga jeruk Rp10.000,00/kilogram dengan kualitas yang rendah. Tuturan penjual yang membicarakan tindakan yang akan datang/dilakukan dengan menawarkan harga jeruk Rp10.000,00/kg dengan kualitas yamg sedikit lebih rendah ini yang disebut tindak tutur ilokusi komisif. e) Negosiasi pembeli dan penjual ceker ayam Di pasar tradisional sering terlihat peristiwa negosiasi tawar menawar antara penjual dan pembeli. Dalam peristiwa negosiasi tersebut, sering terdapat penggunaan tindak tutur ilokusi untuk mencapai kesepakatan. Hal ini seperti yang terlihat pada peristiwa negosiasi antara pembeli dan pedagang ceker ayam. Kutipan negosiasi: Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual : Cekernya berapaan Bu? : 25 Mbak : Nggak bisa kurang Bu? : Nggak Mbak : Mau beli banyak Bu : Ya nanti tak kurangin

120 108 Pembeli Penjual Pembeli : Jadinya berapa? : Dua puluh dua setengah : 5 kilo Bu Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dan penjual ceker ayam di salah satu lapak daging pasar Suronegaran. Seorang penjual membicarakan dan mencoba bernegosiasi mengenai harga ceker ayam dan berjanji akan mengurangi/manurunkan harga kepada seorang calon pembeli yang akan membeli dalam jumlah banyak. Hal tersebut dapat dilihat dengan tuturan Ya nanti tak kurangin. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi komisif karena di dalam tuturan tersebut melibatkan pembicaraan pada beberapa tindakan yang akan datang/dilakukan. Pada tuturan tersebut pedagang ceker ayam dalam tuturanya menjanjikan akan memberikan pengurangan harga yang akan diberikan kepada calon pembeli. Pedagang ceker menjanjikan akan mengurangi harga ceker yang semula Rp25.000,00/kg karena pembeli akan membeli dalam jumlah yang banyak. Tuturan pembeli yang menjanjikan akan memberikan pengurangan harga kepada calon pembeli karena akan membeli dalam jumlah banyak ini yang disebut tindak tutur ilokusi komisif.

121 109 4) Tindak Tutur Ilokusi Ekpresif dalam Komunikasi pada Peristiwa Negosiasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Dalam setiap komunikasi, salah satu fungsinya untuk mengekspresikan yang dialami. Hal ini juga terlihat pada seseorang yang sedang bernegosiasi pada peristiwa tawar-menawar di pasar tradisional seperti pasar Suronegaran dan pasar Kongsi. Perasaan dan ekspresi perasaan terlihat dalam tiap tutur yang diujarkannya. Dalam ilmu pragmatik, tuturan yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan dikenal dengan tindak tutur ilokusi ekspresif. Tindak tutur ekspresif mempunyai ciri jika tuturan yang diujarkan/digunakan untuk mengungkapkan suatu perasaan dan sikap tentang suatu keadaan, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memaafkan, mengampuni, menyalahkan, memuji, menyatakan belasungkawa (perasaan sedih), dan sebagainya. Di bawah ini disajikan sampel dan analisis data mengenai tindak tutur ilokusi ekspresif yang dilakukan antara penjual dan pembeli pada peristiwa negosiasi di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. a) Negosiasi pembeli dan pedagang buah kelengkeng Dalam komunikasi pada saat tawar-menawar antara penjual dan pembeli sering terlihat di pasar tradisional. Pada saat berkomunikasi ini sering terdapat penggunaan tindak tutur ilokusi ekspresif. Hal tersebut dapat terlihat pada peristiwa negosiasi antara pembeli dan pedagang kelengkeng.

122 110 Kutipan negosiasi: Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual : Kelengkengnya berapaan Bu? : 30 Mbak : 20 ya Bu : Belinya aja belum dapat 20 Mbak : Pasnya berapa? : Dua tujuh setengah Mbak : Kurangi ya, buat penglaris Ibu : Ini masih mahal Mbak, yang lain masih jual 30an : 22 ya Bu? : Belum boleh Mbak beneran : Jangan mahal-mahal, Bu : Bayar 27 aja Mbak : 25 lah : Belum boleh Mbak beneran,untungnya mepet : 25 lah Bu : Beneran ngga untung Mbak : 25 ya Bu : Untungnya cuma seribu Mbak Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dengan penjual buahbuahan di los buah-buahan pasar Kongsi. Seorang penjual menuturkan mengenai perasaannya kepada seorang calon pembeli bahwa dirinya hanya mendapatkan untung Rp1.000,00 bila pembeli bersedia menghargai buah kelengkengnya Rp27.000,00/kg. Hal tersebut dapat dilihat dengan tuturan Untungnya cuma seribu Mbak. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi ekspresif karena di dalam tuturan tersebut digunakan untuk mengungkapkan suatu perasaan dan sikap tentang suatu keadaan. Pada tuturan tersebut berisi ungkapan kesedihan atau rasa

123 111 keprihatinan yang dituturkan seorang penjual kepada calon pembeli. Penjual mengungkapkan perasaan sedih/prihatin karena dirinya hanya akan mendapatkan untung Rp1.000,00 bila calon pembeli bersedia menghargai buah kelengkengnya Rp27.000,00/kg. Tuturan penjual berupa ungkapan kesedihan atau rasa keprihatinan karena dirinya hanya akan mendapatkan untung seribu rupiah yang dituturkan seorang penjual kepada calon pembeli ini yang disebut tindak tutur ilokusi ekspresif. b) Negosiasi pembeli dan penjual baju gamis Kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli sering terjadi di suatu pasar tradisional. Dalam peristiwa negosiasi tawarmenawar tersebut, antara penjual dan pembeli sering menggunakan tindak tutur lokusi. Penggunaan tindak tutur ilokusi ekspresif seperti yang terlihat antara pembeli dan penjual baju gamis. Kutipan negosiasi: Pembeli : Saya mau cari gamis Bu Penjual : Yang model apa Mas? Pembeli : Yang ini berapa Bu? Penjual : Yang ini 200 Pembeli : Kalo yang ini bisa kurang nggak Bu? Penjual : Ya bisa nanti saya korting Pembeli : 50 persen ya Bu Penjual : Nawar dulu berapa? Pembeli : 125 gimana Bu? Penjual : Gini aja Mas,tak korting 175 Pembeli : 140 lah Bu Penjual : Nggak lah Mas, belum ada untungnya Pembeli : Ya udah kalau bisa 150 saya ambil Penjual : Tambahin dikit lah Mas Pembeli : Segitu Bu mentok,tanggal tua soalnya Penjual : Ya udah mau milih yang mana?

124 112 Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dengan penjual pakaian di pasar Kongsi. Seorang penjual menolak harga yang dikehendaki pembeli yaitu Rp ,00 dan menuturkan mengenai perasaannya bahwa dirinya belum mendapatkan keuntungan bila dihargai segitu. Hal tersebut dapat dilihat dengan tuturan Nggak lah Mas, belum ada untungnya. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi ekspresif karena di dalam tuturan tersebut digunakan untuk mengungkapkan suatu perasaan dan sikap tentang suatu keadaan. Pada tuturan tersebut berisi penolakan dan ungkapan kesedihan atau rasa keprihatinan yang dituturkan seorang penjual kepada calon pembeli. Penjual menolak keinginan pembeli yang menghargai baju gamisnya seharga Rp ,00, kemudian mengungkapkan perasaan sedih/prihatin karena dirinya belum mendapatkan keuntungan. Tuturan penjual berupa ungkapan kesedihan atau rasa keprihatinan karena dirinya tidak mendapatkan untung kepada calon pembeli ini yang disebut tindak tutur ilokusi ekspresif. c) Negosiasi pembeli dan penjual ayam potong Dalam suatu komunikasi tidak bisa lepas dari suatu peristiwa tuturan. Begitu pula dalam kegiatan tawar-menawar di suatu pasar tradisional ketika bertransaksi jual-beli. Dalam

125 113 kegiatan jual-beli ini sering terdapat penggunaan tindak tutur ilokusi ekspresif, seperti yang terlihat antara pembeli dan pedagang ayam potong berikut. Kutipan percakapan: Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual : Bu, harga ayam satu kilo berapa? : 35 ribu Mbak : Mahal banget Bu, 30 ya? : Dari sananya naik Mbak : Kalo boleh 30 ribu saya beli lima kilo Bu : Yaudah, boleh Mbak Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dengan penjual ayam potong di salah satu lapak daging pasar Suronegaran. Seorang pembeli mengeluhkan perasaannya mengenai harga ayam potong yang dinilainya terlalu mahal kepada seorang penjual. Hal tersebut dapat dilihat dengan tuturan Mahal banget Bu, 30 ya? Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi ekspresif karena di dalam tuturan tersebut digunakan untuk mengungkapkan suatu perasaan dan sikap tentang suatu keadaan. Pada tuturan tersebut berisi keluhan perasaan yang dituturkan calon pembeli mengenai harga ayam potong yang dinilainya terlalu mahal. Calon pembeli mengeluhkan mahalnya harga ayam potong yang diberikan penjual, kemudian menawarnya dengan harga Rp30.000,00/kg kepada penjual ayam. Tuturan pembeli berupa keluhan mengenai mahalnya harga ayam potong kepada

126 114 seorang penjual ayam ini yang disebut tindak tutur ilokusi ekspresif. d) Negosiasi pembeli dan penjual emping Di pasar tradisional sering terlihat peristiwa negosiasi tawar menawar antara penjual dan pembeli. Dalam peristiwa negosiasi tersebut, sering terdapat penggunaan tindak tutur ilokusi untuk mencapai kesepakatan. Hal ini seperti yang terlihat pada peristiwa negosiasi antara pembeli dan pedagang emping. Kutipan negosiasi: Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli : Bu, tanya kalo emping sekilo berapa? : 15 Mbak, ini baru kok Mbak : Kirain 12 Bu : Sejak lebaran belom turun lagi Mbak : Ya Bu, makasih Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dengan penjual emping di pasar Kongsi. Seorang pembeli menayakan mengenai harga emping kepada seorang pedagang dan mengungkapkan rasa terima kasihnya karena telah mendapatkan informasi dan tanggapan yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dengan tuturan Ya Bu, makasih. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi ekspresif karena di dalam tuturan tersebut digunakan untuk mengungkapkan suatu perasaan dan sikap tentang suatu keadaan. Pada tuturan tersebut berisi ungkapan rasa terima kasih yang

127 115 dituturkan oleh calon pembeli karena telah diberikan informasi dengan baik. Seorang calon pembeli mengucapkan perasaan senang dan berterima kasih karena telah diberikan informasi mengenai harga emping kepada seorang pedagang. Tuturan calon pembeli berupa ucapan terima kasih karena telah mendapatkan informasi mengenai harga emping yang dituturkan kepada seorang penjual ini yang disebut tindak tutur ilokusi ekspresif. e) Negosiasi pembeli dan pedagang singkong Kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli sering terjadi di pasat tradisional. Kegiatan negosiasi ini antara pedagang dan pembeli sering terdapat penggunaan tindak tutur ilokusi ekspresif. Hal ini dapat dilihat pada peristiwa negosiasi untuk mencapai adanya suatu kesepakatan antar penjual singkong dan pembeli. Kutipan negosiasi: Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual : Singkong sekilo berapa Pak? : Tiga ribu Bu : Mahal banget, dua ribu ya? : Bu, mau berapa kilo? : Yaudah, saya ambil tiga kilo Pak : Iya Bu Situasi pada percakapan di atas yaitu ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dengan penjual singkong di pasar Suronegaran. Seorang pembeli mengeluhkan perasaannya mengenai harga singkong yang dinilainya terlalu mahal kepada seorang penjual dan menawarnya dengan harga

128 116 Rp2.00,00. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Mahal banget, dua ribu ya? Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur ilokusi ekspresif karena di dalam tuturan tersebut digunakan untuk mengungkapkan suatu perasaan dan sikap tentang suatu keadaan. Pada tuturan tersebut berisi keluhan perasaan yang dituturkan calon pembeli mengenai harga singkong yang dinilainya terlalu mahal. Calon pembeli mengeluhkan mahalnya harga singkong yang diberikan penjual, kemudian menawarnya dengan harga Rp2.000,00/kg kepada penjual. Tuturan pembeli berupa keluhan mengenai mahalnya harga singkong kepada seorang penjual ini yang disebut tindak tutur ilokusi ekspresif. 5) Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif dalam Komunikasi pada Peristiwa Negosiasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Dalam komunikasi pada peristiwa negosiasi di pasar tradisional sering dan pasti terjadi. Hal ini juga didapati pada peristiwa negosiasi di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. Pada peristiwa negosiasi ini banyak menggunakan tuturan ilokusi dengan berbagai fungsi dan tujuan. Namun, dalam praktik di lapangan yang peneliti analisis, penggunaan tindak tutur ilokusi deklaratif tidak ditemukan dalam peristiwa negosiasi di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. Tindak tutur ilokusi deklaratif ini dapat diketahui Jika tuturan mengakibatkan perubahan-perubahan fakta, yaitu

129 117 kesesuaian antara isi tuturan dengan kenyataan. Contohnya: menyerahkan diri, memecat, membebaskan, membaptis, memberi nama, menamai, mengucilkan, mengangkat, menunjuk, menentukan, menjatuhkan hukuman, menvonis, dan sebagainya. Tindak tutur ilokusi deklaratif ini merupakan kategori tindak ujar yang khas, semua itu dilakukan oleh seseorang yang mempunyai wewenang khusus atau dalam lembaga tertentu. c. Contoh Penggunaan Jenis Tindak Tutur Perlokusi yang Digunakan dalam Komunikasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang memiliki makna untuk mempengaruhi pendengarnya atau dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur. Tuturan-tuturan yang mempunyai efek dan daya pengaruh saja yang termasuk sebagai tindak perlokusi. Pada prinsipnya, tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur. Dalam peristiwa negosiasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo yang peneliti dapatkan, ditemukan data yang mengandung jenis tindak tutur perlokusi dengan berbagai klasifikasi. Klasifikasi penggunaan tindak tutur perlokusi dalam peristiwa negosiasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo, seperti tindak tutur perlokusi verbal dan tindak tutur perlokusi verbal nonverbal. Di bawah ini disajikan sampel dan analisis data tersebut.

130 118 1) Tindak Tutur Perlokusi Verbal dalam Komunikasi pada Peristiwa Negosiasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Di dalam suatu pasar tradisional pada peristiwa tawarmenawar untuk mendapatkan harga kesepakatan dilakukan dengan tuturan atau lisan. Namun, setiap lisan yang diujarkan akan memiliki fungsi dan makna yang beraneka macam. Pada peristiwa negosiasi di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi sering didapati penggunaan tuturan yang dapat memberikan efek tertentu bagi lawan tuturnya. Ujaran atau tuturan yang dapat memberikan efek bagi lawan tutur ini yang disebut tindak tutur perlokusi. Dalam praktiknya, tindak tutur perlokusi itu terbagi menjadi dua jenis yakni tindak tutur perlokusi verbal dan tindak tutur perlokusi verbal nonverbal. Tindak tutur perlokusi verbal dapat diketahui jika lawan tutur menanggapi penutur dengan menerima dan menolak maksud penutur misalnya (menyangkal, melarang, tidak mengijinkan, mengalihkan dan meminta maaf) tanpa adanya gerak atau aktifitas badan. Di bawah ini disajikan sampel dan analisis data mengenai tindak tutur perlokusi verbal yang dilakukan antara penjual dan pembeli pada peristiwa negosiasi di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. a) Negosiasi pembeli dengan pedagang ceker ayam Dalam komunikasi pada saat tawar-menawar antara penjual dan pembeli sering terlihat di pasar tradisional. Pada saat berkomunikasi ini sering terdapat penggunaan tindak tutur

131 119 perlokusi. Hal tersebut dapat terlihat pada peristiwa negosiasi antara pembeli dan pedagang ceker ayam. Kutipan negosiasi: Pembeli : Cekernya berapaan Bu? Penjual : 25 Mbak Pembeli : Nggak bisa kurang Bu? Penjual : Nggak Mbak Pembeli : Mau beli banyak Bu Penjual : Ya nanti tak kurangin Pembeli : Jadinya berapa? Penjual : Dua puluh dua setengah Pembeli : 5 kilo Bu Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang pembeli dan pedagang ceker ayam di salah satu lapak pasar Suronegaran. Seorang calon pembeli memberitahukan akan membeli ceker dalam jumlah banyak kepada penjual. Tuturan ini dimaksudkan supaya pembeli mendapatkan efek atau respon yaitu pengurangan harga ceker dari pedagang ayam. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Mau beli banyak Bu. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur perlokusi verbal karena di dalam tuturan tersebut bertujuan untuk menginformasikan atau memberitahukan dan dapat memberikan efek kepada lawan tuturnya. Pada tuturan tersebut berisi suatu pemberitahuan bahwa pembeli akan membeli ceker ayam dalam jumlah yang besar kepada penjual. Seorang calon pembeli memberitahukan bahwa dirinya akan membeli ceker ayam dalam

132 120 jumlah yang banyak dengan maksud supaya mendapatkan respon atau efek dari penjual. Pemberitahuan mengenai pembelian dalam jumlah banyak ini akan direspon atau mempengaruhi penjual ceker untuk mengurangi atau menurunkan harga ceker ayam/kg. Tuturan pembeli yang bertujuan untuk memberitahukan membeli ceker dalam jumlah banyak dengan maksud mendapatkan efek atau respon sebuah pengurangan harga dari penjual ini yang disebut tindak tutur perlokusi verbal. b) Negosiasi pembeli dan penjual baju gamis Kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli sering terjadi di suatu pasar tradisional. Dalam peristiwa negosiasi tawar menawar tersebut, antara penjual dan pembeli sering menggunakan tindak tutur perlokusi. Penggunaan tindak tutur lokusi pernyataan seperti yang terlihat antara pembeli dan penjual baju gamis. Kutipan negosiasi: Pembeli : Saya mau cari gamis Bu Penjual : Yang model apa Mas? Pembeli : Yang ini berapa Bu? Penjual : Yang ini 200 Pembeli : Kalo yang ini bisa kurang ngga Bu? Penjual : Ya bisa nanti saya korting Pembeli : Jangan mahal-mahal y Bu Penjual : Nawar dulu berapa? Pembeli : 125 gimana Bu? Penjual : Gini aja Mas,tak korting 175 Pembeli : 140 lah Bu Penjual : Nggak lah Mas,belum ada untungnya Pembeli : Ya udah kalau bisa 150 saya ambil Penjual : Tambahin dikit lah Mas

133 121 Pembeli : Segitu Bu mentok, tanggal tua soalnya Penjual : Ya udah mau milih yang mana? Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang pembeli dan pedagang baju gamis di salah satu lapak pakaian pasar Kongsi. Seorang calon pembeli memberitahukan bahwa dirinya tidak bisa lagi untuk menaikkan harga karena sedang tanggal tua kepada penjual. Tuturan ini dimaksudkan supaya pembeli mendapatkan efek atau respon yaitu diberikan harga yang murah sesuai dengan kemampuannya dari penjual baju. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Segitu Bu mentok, tanggal tua soalnya. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur perlokusi verbal karena di dalam tuturan tersebut bertujuan untuk menginformasikan atau memberitahukan dan dapat memberikan efek kepada lawan tuturnya. Pada tuturan tersebut berisi suatu pemberitahuan bahwa pembeli tidak dapat membayar baju gamis dengan harga yang lebih tinggi kepada penjual. Seorang calon pembeli memberitahukan bahwa dirinya tidak dapat membayar sebuah baju dengan harga yang lebih tinggi lagi karena sedang tanggal tua dengan maksud supaya mendapatkan respon atau efek dari penjual. Ujaran tanggal tua di sini, dimaksudkan memberitahukan kepada penjual bahwa calon pembeli memiliki masalah keuangan yang tinggal sedikit dan belum mendapatkan gaji. Pemberitahuan mengenai kemampuan keuangan dalam

134 122 membayar dan mengenai tanggal tua bertujuan supaya penjual memberikan baju gamis tersebut sesuai dengan harga kemampuan calon pembeli. Tuturan pembeli yang berisi kemampuan untuk membayar dan tanggal tua dengan maksud mendapatkan efek atau respon sebuah simpati dan pengurangan harga dari penjual ini yang disebut tindak tutur perlokusi verbal. c) Negosiasi pembeli dan pedagang buah kelengkeng Dalam suatu komunikasi tidak bisa lepas dari suatu tuturan. Begitu pula dalam kegiatan tawar-menawar di suatu pasar tradisional ketika bertransaksi jual-beli. Dalam kegiatan jual-beli ini sering terdapat penggunaan tindak tutur perlokusi verbal, seperti yang terlihat berikut. Kutipan negosiasi: Pembeli : Kelengkengnya berapaan Bu? Penjual : 30 Mbak Pembeli : 20 ya Bu Penjual : Belinya aja belum dapat 20 Mbak Pembeli : Pasnya berapa? Penjual : Dua tujuh setengah Mbak Pembeli : Kurangi Bu Penjual : Ini masih mahal Mbak, yang lain masih jual 30an Pembeli : 22 ya Bu? Penjual : Belum boleh Mbak beneran Pembeli : Lah, jangan mahal-mahal, Bu Penjual : Bayar 27 aja Mbak Pembeli : 25 lah Penjual : Belum boleh Mbak beneran,untungnya mepet Pembeli : 25 lah Bu Penjual : Beneran ngga untung Mbak Pembeli : 25 ya Bu Penjual : Untungnya cuma seribu Mbak

135 123 Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang pembeli dan pedagang buah kelengkeng di salah satu lapak buah pasar Kongsi. Seorang penjual memberitahukan bahwa harga kulakan/beli buah kelengkeng lebih dar Rp20.000,00/kg. Tuturan ini dimaksudkan supaya penjual mendapatkan efek atau respon yaitu kenaikan harga kelengkeng dari calon pembeli. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Belinya aja belum dapat 20 Mbak. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur perlokusi verbal karena di dalam tuturan tersebut bertujuan untuk menginformasikan atau memberitahukan dan dapat memberikan efek kepada lawan tuturnya. Pada tuturan tersebut berisi suatu pemberitahuan bahwa penjual dalam kulakan/membeli buah kelengkeng harganya lebih dari Rp20.000,00/kg kepada calon pembeli. Seorang penjual memberitahukan bahwa dirinya dalam kulakan/membeli kelengkeng harganya lebih dari Rp20.000,00/kg dengan maksud supaya mendapatkan respon atau efek dari calon pembeli. Pemberitahuan mengenai kulakan/pembelian buah kelengkeng ini akan direspon atau mempengaruhi calon pembeli untuk menaikkan penawaran harga kelengkeng. Tuturan penjual yang bertujuan untuk memberitahukan harga kulakan/membeli kelengkeng harganya lebih dari Rp ,00/kg dengan maksud

136 124 mendapatkan efek atau respon sebuah kenaikan harga dari calon pembeli ini yang disebut tindak tutur perlokusi verbal. d) Negosiasi pembeli dan pedagang ayam potong Kegiatan tawar-menawar antara penjual dan pembeli sering terjadi di suatu pasar tradisional. Dalam peristiwa negosiasi tawar menawar tersebut, antara penjual dan pembeli sering menggunakan tindak tutur perlokusi. Penggunaan tindak tutur perlokusi verbal seperti yang terlihat antara pembeli dan penjual ayam potong. Kutipan percakapan: Pembeli : Bu, harga ayam satu kilo berapa? Penjual : 35 ribu Mbak Pembeli : Mahal banget Bu, 30 ya? Penjual : Dari sananya naik Mbak Pembeli : Kalo boleh 30 ribu saya beli lima kilo Bu Penjual : Yaudah, boleh Mbak Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang pembeli dan pedagang ayam potong di salah satu los daging pasar Suronegaran. Seorang calon pembeli mengungkapkan mahalnya harga daging ayam yang diberikan kepada penjual. Tuturan ini dimaksudkan supaya pembeli mendapatkan efek atau respon yaitu pengurangan harga ayam. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Mahal banget Bu, 30 ya? Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur perlokusi verbal karena di dalam tuturan tersebut bertujuan untuk menginformasikan atau memberitahukan dan dapat memberikan

137 125 efek kepada lawan tuturnya. Pada tuturan tersebut berisi suatu keluhan bahwa pembeli merasa keberatan atau kemahalan dengan harga yang diberikan oleh penjual. Seorang calon pembeli memberitahukan bahwa dirinya merasa keberatan bila harus membayar Rp35.000,00/kg dengan maksud supaya mendapatkan respon atau efek dari penjual. Tuturan mengenai keluhan mahalnya harga ayam akan direspon atau mempengaruhi penjual ayam untuk mengurangi atau menurunkan harga ayam/kg. Tuturan pembeli yang berisi keluhan mengenai mahalnya harga ayam dengan maksud mendapatkan efek atau respon sebuah pengurangan harga dari penjual ini yang disebut tindak tutur perlokusi verbal. e) Negosiasi pembeli dan pedagang emping Dalam komunikasi pada saat tawar-menawar antara penjual dan pembeli sering terlihat di pasar tradisional. Pada saat berkomunikasi ini sering terdapat penggunaan tindak tutur perlokusi verbal. Hal tersebut dapat terlihat pada peristiwa negosiasi antara pembeli dan pedagang emping. Kutipan negosiasi: Pembeli : Bu, tanya kalo emping sekilo berapa? Penjual : 15 Mbak, ini baru kok Mbak Pembeli : Kirain 12 Bu Penjual : Sejak lebaran belom turun lagi Mbak Pembeli : Ya Bu, makasih

138 126 Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang pembeli dan pedagang emping di pasar Kongsi. Seorang penjual mengungkapkan bahwa harga emping belum turun dari lebaran kepada calon pembeli. Tuturan ini dimaksudkan supaya pembeli mendapatkan efek atau respon yaitu percaya dan mau membayar dengan harga mahak seperti waktu lebaran. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Sejak lebaran belom turun lagi Mbak. Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur perlokusi verbal karena di dalam tuturan tersebut bertujuan untuk menginformasikan atau memberitahukan dan dapat memberikan efek kepada lawan tuturnya. Pada tuturan tersebut berisi informasi bahwa sejak lebaran harga emping tetap sama dan tidak mengalami penurunan kepada calon pembeli. Penjual memberitahukan bahwa harga emping tidak mengalami penurunan dari lebaran yaitu Rp15.000,00 /kg dengan maksud memberikan efek kepada calon pembeli. Tuturan informasi mengenai harga emping yang tidak mengalami penurunan sejak lebaran supaya pembeli percaya dan bersedia membayar dengan harga yang dikehendaki penjual. Tuturan penjual yang berisi informasi mengenai tidak adanya penurunan harga emping sejak lebaran dengan maksud mendapatkan efek atau respon rasa percaya dan bersedia

139 127 membayar dengan harga Rp15.000,00 oleh calon pembeli ini yang disebut tindak tutur perlokusi verbal. 2) Tindak Tutur Perlokusi Verbal Nonverbal dalam Komunikasi pada Peristiwa Negosiasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo Dalam suatu komunikasi biasanya dilakukan dengan disertai adanya gestur atau suatu gerakan badan/tubuh. Gerak tubuh ini biasanya memiliki arti dan untuk menegaskan apa yang dituturkan oleh penutur. Gestur atau gerak tubuh ini juga sering terlihat ketika terjadi negosiasi atau peristiwa tawar-menawar antara seorang penjual dan pembeli di suatu pasar tradisional. Suatu tuturan yang disertai gerak tubuh akan lebih meyakinkan lawan tutur dalam suatu negosiasi. Tuturan yang disertai adanya gerak badan ini dalam ilmu bahasa atau linguistik disebut dengan tindak tutur perlokusi verbal non verbal. Tindak tutur perlokusi verbal nonverbal ini dapat diketahui jika lawan tutur menanggapi penutur dengan ucapan verbal yang disertai gerakan (nonverbal). Misalnya berbicara sambil tertawa, berbicara sambil berjalan atau tindakan-tindakan yang diminta oleh lawan tutur dan sebagainya. Di bawah ini disajikan sampel dan analisis data mengenai tindak tutur perlokusi verbal nonverbal yang dilakukan antara penjual dan pembeli pada peristiwa negosiasi di pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo.

140 128 a) Negosiasi pembeli dan pedagang ceker ayam Di pasar tradisional sering terlihat peristiwa negosiasi tawar-menawar antara penjual dan pembeli. Dalam peristiwa negosiasi tersebut, sering terdapat penggunaan tindak tutur perlokusi untuk mencapai kesepakatan. Hal ini seperti yang terlihat pada peristiwa negosiasi antara pembeli dan pedagang ceker ayam. Kutipan percakapan: Pembeli : Cekernya berapaan Bu? Penjual : 25 Mbak Pembeli : Ngga bisa kurang Bu? Penjual : Ngga Mbak Pembeli : Mau beli banyak Bu Penjual : Ya nanti tak kurangin Pembeli : Jadinya berapa? Penjual : Dua puluh dua setengah (sambil memberikan bungkusan kresek) Pembeli : 5 kilo Bu (sambil menerima bungkusan kresek) Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dan pedagang ceker ayam di pasar Suronegaran. Penjual setelah mengetahui informasi bahwa pembeli akan membeli ceker dalam jumlah yang banyak segera menetapkan harga baru. Penjual menjawab pertanyaan dari pembeli yang mencoba bernegosiasi dengan menuturkan mengenai harga ceker ayam yaitu Rp22.500,00/kg sambil memberikan sebuah bungkusan kresek kepada pembeli. Hal

141 129 tersebut dapat dilihat pada tuturan dua puluh dua setengah (sambil memberikan bungkusan kresek). Tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur perlokusi verbal nonverbal karena pada peristiwa komunikasi/negosiasi tersebut lawan tutur menanggapi penutur dengan ucapan lisan (verbal) yang disertai gerakan badan/aktivitas tubuh (nonverbal). Pada negosiasi tersebut penjual menanggapi pertanyaan dari seorang pembeli yang menanyakan harga ceker ayam/kg disertai gerakan atau aktifitas badan. Penjual menanggapi pertanyaan dari pembeli bahwa harga ceker ayam Rp22.500,00/kg sambil memberikan sebuah bungkusan kresek kepada pembeli. Tanggapan dari penjual berupa tuturan lisan (verbal) mengenai harga ceker ayam Rp22.500,00/kg disertai dengan gerakan badan/aktivitas tubuh (nonverbal) sambil memberikan sebuah bungkusan kresek kepada pembeli ini disebut tindak tutur perlokusi verbal nonverbal. b) Negosiasi pembeli dan penjual pisau dapur Dalam suatu komunikasi tidak bisa lepas dari suatu tuturan. Begitu pula dalam kegiatan tawar-menawar di suatu pasar tradisional ketika bertransaksi jual-beli. Dalam kegiatan jual-beli ini sering terdapat penggunaan tindak tutur perlokusi verbal nonverbal, seperti yang terlihat berikut.

142 130 Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapa Mbak? Penjual : 10 ribu Mas Pembeli : Nggak boleh kurang? Penjual : Udah pas Mas Pembeli : Tujuh setengah ya Penjual : Belum dapat Mas (sambil menggelengkan kepala) Situasi pada kutipan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dan pedagang pisau dapur di pasar Suronegaran. Penjual setelah mengetahui harga yang ditawarkan pembeli untuk sebuah pisau dapur dengan harga Rp7.500,00 menolak tawaran tersebut. Penjual menolak tawaran pembeli yang menawar sebuah pisau dapur dengan harga Rp7.500,00 sambil menggelengkan kepalanya. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Belum dapat Mas (sambil menggelengkan kepala). Respon tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur perlokusi verbal nonverbal karena pada peristiwa komunikasi/negosiasi tersebut lawan tutur menanggapi penutur dengan ucapan lisan (verbal) yang disertai gerakan badan/aktivitas tubuh (nonverbal). Pada negosiasi tersebut penjual menanggapi penawaran dari seorang pembeli yang ingin mengharga sebuah pisau dapur dengan sebuah tuturan lisan disertai gerakan atau aktifitas badan. Penjual menanggapi penawaran dari pembeli untuk harga sebuah pisau dapur Rp7.500,00 dengan penolakan

143 131 sambil menggelengkan kepalanya. Tanggapan dari penjual berupa tuturan lisan (verbal) penolakan mengenai penawaran harga yang diajukan pembeli disertai dengan gerakan badan/aktivitas tubuh (nonverbal) berupa gelengan kepala kepada pembeli ini disebut tindak tutur perlokusi verbal nonverbal. c) Negosiasi pembeli dan penjual sendok sayur Kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli sering terjadi di pasat tradisional. Kegiatan negosiasi ini antara pedagang dan pembeli sering terdapat penggunaan tindak tutur perlokusi verbal nonverbal. Hal ini dapat dilihat pada peristiwa negosiasi untuk mencapai adanya suatu kesepakatan antar penjual dan pembeli. Kutipan negosiasi: Pembeli : Berapaan Mas? (sambil memegang sendok sayur) Penjual : 15 ribu Mas Pembeli : 8 ribu boleh Mas? (sambil memegang dan memperhatikan sendok sayur) Penjual : Pas 10 ribu Pembeli : Sembilan setengah ya (sambil memegang sendok sayur) Penjual : Pas 10 ribu Mas (sambil mengacungkan angan ke arah pembeli) Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dan pedagang sendok sayur di pasar Kongsi. Pembeli setelah mengetahui harga yang ditawarkan penjual untuk sebuah sendok sayur dengan harga Rp15.000,00 menolak tawaran tersebut. Pembeli menolak tawaran

144 132 penjual kemudian menawar sendok sayur tersebut dengan harga Rp8.000,00 sambil memegang dan memilih-milih sendok sayur. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan 8 ribu boleh Mas? (sambil memegang dan memperhatikan sendok sayur). Respon tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur perlokusi verbal nonverbal karena pada peristiwa komunikasi/negosiasi tersebut lawan tutur menanggapi penutur dengan ucapan lisan (verbal) yang disertai gerakan badan/aktivitas tubuh (nonverbal). Pada negosiasi tersebut pembeli menanggapi penawaran dari seorang penjual yang menawarkan harga sebuah sendok sayur seharga Rp15.000,00 dengan sebuah tuturan lisan disertai gerakan atau aktifitas badan. Pembeli menanggapi penawaran dari penjual untuk harga sebuah sendok sayur dengan mengajukan penawaran warga lebih rendah sambil memilih-milih sendok sayur. Tanggapan dari pembeli berupa tuturan lisan (verbal) menawar harga sendok sayur seharga Rp8.000,00 disertai dengan gerakan badan/aktivitas tubuh (nonverbal) berupa memegang dan memilih-milih sendok sayur ini disebut tindak tutur perlokusi verbal nonverbal. d) Negosiasi pembeli dan pedagang buah jeruk Penjual dan pembeli bernegosiasi sering terjadi di suatu pasar tradisional. Dalam kegiatan negosiasi tersebut sering terdapat penggunaan tindak tutur perlokusi. Hal ini dapat terlihat

145 133 pada peristiwa negosiasi antara pembeli dan penjual buah jeruk berikut. Kutipan negosiasi: Pembeli : Ini berapaan Bu? Penjual : 12 Mas Pembeli : 9 ribu ya Bu? Penjual : Belum boleh Mas (sambil menggelengkan kepala) Pembeli : 10 ribu ya? Penjual : 10 ribu yang itu Mas (sambil menunjukan jari) Pembeli : Ya deh Bu (sambil memilih jeruk) Situasi pada percakapan di atas ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dan pedagang buah jeruk di salah satu lapak buah-buahan pasar Suronegaran. Penjual setelah mengetahui harga yang ditawarkan pembeli untuk buah jeruk/kg dapur dengan harga Rp9.000,00 menolak tawaran tersebut. Penjual menolak tawaran pembeli yang menawar buah jeruk/kg dengan harga Rp9.000,00 sambil menggelengkan kepalanya. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Belum boleh Mas (sambil menggelengkan kepala). Respon tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur perlokusi verbal nonverbal karena pada peristiwa komunikasi/negosiasi tersebut lawan tutur menanggapi penutur dengan ucapan lisan (verbal) yang disertai gerakan badan/aktivitas tubuh (nonverbal). Pada negosiasi tersebut penjual menanggapi penawaran dari seorang pembeli yang ingin mengharga buah

146 134 jeruk/kg dengan sebuah tuturan lisan disertai gerakan atau aktifitas badan. Penjual menanggapi penawaran dari pembeli yang harga buah jeruk Rp9.000,00/kg dengan penolakan sambil menggelengkan kepalanya. Tanggapan dari penjual berupa tuturan lisan (verbal) penolakan mengenai penawaran harga yang diajukan pembeli disertai dengan gerakan badan/aktivitas tubuh (nonverbal) berupa gelengan kepala ini disebut tindak tutur perlokusi verbal nonverbal. e) Negosiasi pembeli dan pedagang tahu Dalam suatu komunikasi tidak bisa lepas dari suatu peristiwa tuturan. Begitu pula dalam kegiatan tawar-menawar di suatu pasar tradisional ketika bertransaksi jual-beli. Dalam kegiatan jual-beli ini sering terdapat penggunaan tindak tutur perlokusi verbal non verbal, seperti yang terlihat antara pembeli dan pedagang tahu berikut. Kutipan percakapan: Pembeli : Ini berapa Bu? Penjual : Itu 10 ribu Mas Pembeli : Nggak bisa kurang Bu? Penjual : Nggak Mas Pembeli : Isi berapa ini Bu? Penjual : Isi 10 Mas Pembeli : Kalau 7 ribu boleh Bu? Penjual : Oh ya bisa Mas (sambil tersenyum) Situasi pada percakapan di atas yaitu ketika terjadi peristiwa negosiasi antara seorang calon pembeli dan pedagang tahu di pasar Suronegaran. Penjual menyetujui penawaran yang

147 135 diajukan pembeli untuk sebungkus tahu dengan harga Rp 7.000,00. Penjual menerima penawaran harga yang diajukan pembeli tersebut sambil tersenyum ke arah pembeli. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Oh ya bisa Mas (sambil tersenyum). Respon tuturan yang dicetak tebal di atas merupakan tindak tutur perlokusi verbal nonverbal karena pada peristiwa komunikasi/negosiasi tersebut lawan tutur menanggapi penutur dengan ucapan lisan (verbal) yang disertai gerakan badan/aktivitas tubuh (nonverbal). Pada negosiasi tersebut penjual menanggapi penawaran dari seorang pembeli yang ingin mengharga sebungkus tahu dengan sebuah tuturan lisan disertai gerakan atau aktifitas badan. Penjual menanggapi penawaran dari pembeli untuk sebungkus tahu Rp7.000,00 dengan senang hati sambil tersenyum. Tanggapan dari penjual berupa tuturan lisan (verbal) persetujuan mengenai penawaran harga yang diajukan pembeli disertai dengan gerakan badan/aktivitas tubuh (non verbal) berupa senyuman ini disebut tindak tutur perlokusi verbal nonverbal. 2. Tindak Tutur pada Komunikasi Lisan yang Digunakan oleh Penjual dan Pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo sebagai Bahan dalam Pembelajaran Negosiasi bagi Siswa Kelas X SMK Bisnis dan Manajemen Pembelajaran tindak tutur antara penjual dan pembeli saat peristiwa tawar menawar jual-beli pada siswa Kelas X SMK Bisnis dan Manajemen

148 136 pada hakikatnya untuk meningkatkan kemampuan dalam bernegosiasi. Kemampuan bernegosiasi ini digunakan untuk mengadakan kesepakatankesepakatan dalam berbisnis guna memajukan usaha yang dikerjakannya. Hasil penelitin ini dapat digunakan sebagai bahan dalam pembelajaran para siswa Kelas X SMK Bisnis dan Manajemen untuk meningkatkan kemampuan bernegosiasi. Bernegosiasi yang penulis maksudkan adalah tawar-menawar untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan dalam berwirausaha. Hasil penelitian tindak tutur pada komunikasi lisan yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo ini dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bernegosiasi guna menumbuhkan minat dan jiwa bisnis kewirausahaan dengan menyesuaikan kompetensi dasar yang terdapat dalam silabus. Kompetensi dasar yang sesuai dengan penelitian ini adalah 3.3. menganalisis teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan untuk meningkatkan kemampuan negosiasi dengan penggunaan tuturan yang baik. Dalam pembelajaran, hasil penelitian tindak tutur pada komunikasi lisan yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo dijadikan sebagai contoh meningkatkan kemampuan bernegosiasi guna menumbuhkan minat dan jiwa bisnis kewirausahaan. Adapun media atau bahan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bernegosiasi adalah rekaman

149 137 peristiwa tawar-menawar yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. Penggunaan media tersebut sebagai bahan atau media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bernegosiasi, yakni dengan harapan memperjelas tujuan dan fungsi jenis-jenis dan kategori tindak tutur dalam melakukan negosiasi. Jenis-jenis tindak tutur dalam peristiwa tawar menawar atau negosiasi tersebut menggunakan jenisjenis dan kategori tindak tutur menurut Searle dan Austin, memvariasi metode pembelajaran, mendorong siswa supaya dapat bernegoisasi khususnya dalam berbisnis atau wirausaha, dan menjadikan pelajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan/bisnis siswa pada saat bernegosiasi. Tujuan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan negosiasi menggunakan media rekaman peristiwa tawar-menawar yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo sebagai bahan pembelajaran, penulis paparkan dalam uraian di bawah ini. a. Meningkatkan jiwa bisnis, kesenangan, dan keterampilan siswa untuk berbisnis atau berwirausaha. b. Mengenalkan pada siswa bahwa pada saat peristiwa tawar-menawar yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo terjadi adanya suatu peristiwa negosiasi untuk mencapai adanya kesepakatan. c. Mengenalkan jenis-jenis dan kategori tindak tutur.

150 138 d. Mengenalkan jenis-jenis dan kategori tindak tutur kepada siswa dengan rekaman peristiwa tawar-menawar yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo. e. Memberi contoh serta memotifasi siswa agar mampu meningkatkan kemampuan bernegosiasi baik di lingkungan siswa atau yang di masyarakat sehingga dapat menumbuhkan jiwa bisnis atau berwirausaha. f. Mengembangkan landasan berpikir siswa dan rasa cinta atau senang bernegosiasi khususnya untuk menumbuhkan jiwa bisnis atau wirausaha. g. Membentuk kesadaran siswa tentang pentingnya tindak tutur yang diterapkan pada saat bernegosiasi, khususnya di sini penerapan bahasa yang baik dan efektif dalam negosiasi. Dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bernegosiasi, bahan atau materi pembelajaran yang digunakan, yaitu (1) rekaman video negosiasi penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo, (2) buku Pragmatik karangan George Yule, (3) buku pengajaran Pragmatik karangan Henry Guntur Tarigan (4) buku Prinsip-prinsip Pragmatik karangan George Leech, dan (5) buku Manajemen Bisnis dan Pemasaran untuk SMK karangan Sastramiharja. Alasan jenis-jenis tindak tutur menurut Searle dan Austin dipilih oleh penulis sebagai materi bahan pembelajaran karena dapat digunakan untuk peningkatan kemampuan bernegosiasi, yakni:

151 139 a. Jenis-jenis tindak tutur menurut Searle dan Austin terdiri dari tiga jenis, yakni (a) tindak tutur lokusi (tindak tutur lokusi pertanyaan, tindak tutur lokusi pernyataan, dan tindak tutur lokusi perintah, (b) tindak tutur ilokusi (tindak tutur ilokusi asertif, tindak tutur ilokusi direktif, tindak tutur ilokusi komisif, tindak tutur ilokusi ekpresif, dan tindak tutur ilokusi deklaratif), dan tindak tutur perlokusi (tindak tutur perlokusi verbal dan tindak tutur perlokusi verbal non verbal). b. Berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan/masyarakat (pasar), penggunaan jenis tindak tutur menurut Searle dan Austin yang digunakan untuk bernegosiasi banyak dijumpai di dalam masyarakat dan salah satu contohnya adalah tuturan pada peristiwa tawar-menawar yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. c. Jenis-jenis tindak tutur menurut Searle dan Austin merupakan jenis tindak tutur yang umumnya digunakan di kalangan masyarakat sehingga jenisjenis tindak tutur tersebut mudah diterima dan dipahami oleh siswa. d. Masyarakat Indonesia pada umumnya banyak berwirausaha/ bisnis sehingga dapat menerapkan jenis-jenis tuturan pada saat bernegosiasi. Oleh karena itu, pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bernegosiasi dengan menerapkan teori jenis-jenis tuturan perlu diterapkan pada siswa Kelas X SMK Bisnis dan Manajemen. Salah satu caranya adalah mengajarkan kepada siswa dalam bernegosiasi dapat menerapkan jenis-jenis

152 140 tuturan untuk mencapai kesepakatan, jenis tuturan di sini khususnya jenisjenis bahasa menurut Searle dan Austin. Salah satu media yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bernegosiasi adalah rekaman peristiwa tawar-menawar yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo. Tuturan dalam peristiwa tawarmenawar yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan pasar Kongsi Purworejo dijumpai berbagai penggunaan jenis-jenis tindak tutur menurut Searle dan Austin sehingga dapat apabila rekaman tersebut dijadikan media bahan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bernegosiasi pada siswa Kelas X SMK Bisnis dan Manajemen.

153 BAB V PENUTUP Bab ini terdiri dari simpulan dan saran. Simpulan merupakan jawaban padat dari rumusan masalah, sedangkan saran merupakan rekomendasi penulis yang disampaikan kepada pembaca sebagai hasil refleksi penulis terhadap temuan penelitian. A. Simpulan Berdasarkan analisis data yang terdapat dalam bab IV di atas, maka pertanyaan dari rumusan masalah dapat terjawab. Simpulan hasil analisis dari bab IV sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur yang digunakan dalam komunikasi antara penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo terdiri dari tiga jenis tindak tutur, yakni tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Dalam tindak tutur lokusi ditemukan terdiri dari dua kategori tuturan yakni tindak tutur lokusi pertanyaan, dan tindak tutur lokusi pernyataan. Dalam tindak tutur lokusi ditemukan sebanyak 46 tuturan, yakni tindak tutur lokusi pertanyaan berjumlah 32 tuturan, dan tindak tutur lokusi pernyataan berjumlah 14 tuturan. Sementara itu, tindak tutur ilokusi terdiri dari lima kategori data yakni tidak tutur ilokusi asertif, tidak tutur ilokusi direktif, tidak tutur ilokusi komisif, tidak tutur ilokusi ekspresif, dan tindak tutur ilokusi deklaratif. Dalam tindak tutur ilokusi ditemukan sebanyak 32 tuturan yakni tindak tutur ilokusi asertif berjumlah 7 tuturan, tindak tutur ilokusi direktif berjumlah

154 142 tuturan, tindak tutur ilokusi komisif berjumlah 9 tuturan, dan tindak tutur ilokusi ekspresif berjumlah 8 tuturan. Dalam tindak tutur perlokusi ditemukan dua kategori, yakni tindak tutur perlokusi verbal dan tindak tutur perlokusi verbal nonverbal. Dalam tindak tutur perlokusi ditemukan sebanyak 32 tuturan, yakni tindak tutur perlokusi verbal berjumlah 18 tuturan, dan tindak tutur perlokusi verbal nonverbal berjumlah 14 tuturan. 2. Tindak tutur pada komunikasi lisan yang digunakan oleh penjual dan pembeli di Pasar Suronegaran dan Pasar Kongsi Purworejo sebagai bahan dalam pembelajaran negosiasi bagi siswa SMK kelas X Bisnis dan Manajemen pada kompetensi dasar 3.3. Salah satu kompetensi 3.3, yakni menganalisis teks negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan untuk meningkatkan kemampuan negosiasi guna menumbuhkan minat dan jiwa bisnis kewirausahaan. Oleh karena itu, hasil penelitian tersebut dijadikan sebagai bahan pembelajaran serta contoh untuk meningkatkan kemampuan bernegosiasi karena siswa SMK kelas X bisnis dan manajemen belum dapat maksimal dalam bernegosiasi guna menumbuhkan minat dan jiwa bisnis kewirausahaan. B. Saran Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, penulis memberikan saran kepada: 1. tenaga pendidik Pemahaman dan peningkatkan kemampuan bernegosiasi hendaknya selalu diajarkan dalam setiap kegiatan pembelajaran khususnya kelas bisnis

155 143 dan menejemen, baik pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan tenaga pendidik selalu mengajarkan dan meningkatkan kemampuan bernegosiasi diharapkan dapat menjadi pemacu semangat siswa dalam menumbuhkan minat bisnis dan jiwa kewirausahaan. Dalam proses belajar mengajar hendaknya lebih bervariasi supaya siswa tidak bosan dengan pembelajaran yang dilakukan. Pemvariasian dapat dilakukan dengan cara melibatkan siswa untuk aktif mencari bahan pembelajaran, penerapan metode pembelajaran yang tepat, pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. Pemvariasian media juga harus dilakukan dengan menggunakan berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. 2. mahasiswa dan mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo. Penelitian dalam bidang pragmatik di Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo masih sedikit. Penelitian yang dilakukan penulis masih sebagian kecil dari ilmu pragmatik. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Muhammadiyah Purworejo dapat mengembangkan penelitian ini dengan lebih baik. 3. siswa bisnis dan manajemen Penelitian yang penulis lakukan dapat digunakan sebagai salah satu pemvariasian sebagai bahan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bernegosiasi. Peningkatan kemampuan negosiasi dapat menumbuhkan minat dan jiwa bisnis para siswa bisnis dan manajemen sehingga dapat

156 144 direalisasikan dalam kehidupan nyata. Tumbuhnya minat bisnis dan jiwa kewirausahaan ini diharapkan akan melahirkan pebisnis dan pengusaha muda yang akan berguna baik bagi diri, agama, bangsa dan negara.

157 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Cummings, Louise Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner (Terjemahan Eti Setiawati dkk). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Endraswara, Suwardi Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS. Finoza, Lamuddin Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia. Ismawati, Esti Metode Penelitian Pendidikan Bahasa & Sastra. Surakarta: Yuma Pustaka. Leech, Geoffrey Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Mulyana Kajian Wacana, Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana.Yogyakarta: Tiara Wacana. Muntolib Analisis Tindak Tutur Novel Para Abdi Sami Cecaturan Karya Mas Ngabehi Wasesa Pangrawit. Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah. Nurhayati, Endang Sosiolonguistik: Kajian Kode Tutur dalam Wayang. Yogyakarta: Kanwa Publisher. Wijana, dkk Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Komariah Kajian Pragmatik pada Masyarakat Nelayan di Cilacap Selatan. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa: Universitas Muhammadiyah Purworejo. Rustono Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press. Siswantoro, Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

158 Subroto, Edi Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Cendrawasih. Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis). Duta Wacana University Press. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Tarigan, Henry Guntur Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Tim Penyusun UMP Pedoman Penulisan Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Wijana dan Muhammad Rohmadi Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. Wijana, I Dewa Putu Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offiset. Yule, George Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

159 LAMPIRAN

160

161

162

163

164

165

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu budaya manusia yang sangat tinggi nilainya karena dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan gejala individual, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM IKLAN RADIO DI JEMBER

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM IKLAN RADIO DI JEMBER ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM IKLAN RADIO DI JEMBER SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi S-1 Jurusan Sastra Indonesia dan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mengalami perubahan signifikan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tindak Tutur. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara, pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah aktivitas sosial. Bahasa itu terdiri atas dua bagian yaitu lisan, seperti percakapan, pembacaan berita, berpidato,kegiatan diskusi/seminar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa sebagai wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi bahasa adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, alih kode, campur kode dan bilingualisme. 2.1.1 Tuturan Tuturan atau

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di Universitas Negeri Gorontalo. Dari sekian banyak mahasiswa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan wujud yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. Setiap komunikasi dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM IKLAN PRODUK MINUMAN DI TELEVISI SKRIPSI

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM IKLAN PRODUK MINUMAN DI TELEVISI SKRIPSI ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM IKLAN PRODUK MINUMAN DI TELEVISI SKRIPSI Oleh Siska Dwi Esti NIM 100110201069 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER 2014 ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM IKLAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIALOG FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO (SEBUAH TINJAUAN PRAGMATIK)

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIALOG FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO (SEBUAH TINJAUAN PRAGMATIK) TINDAK TUTUR ILOKUSI DIALOG FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO (SEBUAH TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR SATWA DAN TANAMAN HIAS YOGYAKARTA (Kajian Pragmatik) SKRIPSI

ANALISIS TINDAK TUTUR PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR SATWA DAN TANAMAN HIAS YOGYAKARTA (Kajian Pragmatik) SKRIPSI ANALISIS TINDAK TUTUR PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR SATWA DAN TANAMAN HIAS YOGYAKARTA (Kajian Pragmatik) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU TERHADAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP NEGERI 7 JEMBER SKRIPSI. Oleh

TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU TERHADAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP NEGERI 7 JEMBER SKRIPSI. Oleh TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU TERHADAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP NEGERI 7 JEMBER SKRIPSI Oleh Sutik Susmiati NIM 080210402043 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Dalam berkomunikasi, manusia saling menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret: satu istilah dapat mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan peranan yang sangat penting, tanpa bahasa manusia tidak akan bisa sempurna dalam berinteraksi. Manusia dapat memenuhi semua kebutuhan sosialnya

Lebih terperinci

KAJIAN TINDAK TUTUR PADA WACANA RUBRIK SURAT PEMBACA KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2014 SKRIPSI

KAJIAN TINDAK TUTUR PADA WACANA RUBRIK SURAT PEMBACA KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2014 SKRIPSI KAJIAN TINDAK TUTUR PADA WACANA RUBRIK SURAT PEMBACA SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2014 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu tuturan pasti mempunyai maksud serta faktor yang melatarbelakangi penutur dalam menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur. Yule (2006: 82-83) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lain, alat yang

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY SKRIPSI

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY SKRIPSI TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Berbahasa dalam bentuk berbicara merupakan bagian dari keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RAGAM BAHASA DALAM STATUS DAN KOMENTAR MAHASISWA PBSI PADA APLIKASI BBM (BLACKBERRY MESSENGER) SKRIPSI. Oleh:

KARAKTERISTIK RAGAM BAHASA DALAM STATUS DAN KOMENTAR MAHASISWA PBSI PADA APLIKASI BBM (BLACKBERRY MESSENGER) SKRIPSI. Oleh: KARAKTERISTIK RAGAM BAHASA DALAM STATUS DAN KOMENTAR MAHASISWA PBSI PADA APLIKASI BBM (BLACKBERRY MESSENGER) SKRIPSI Oleh: Maya Dwi Jayanti NIM 100210402024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan dan profesi baik dibidang politik, wirausaha, instansi pemerintah, pendidikan, dan sebagainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu bentuk perwujutan peradaban dan kebudayaan manusia. Dalam kamus linguistik, bahasa adalah satuan lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA i FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa tutur terjadinya atau berlangsung pada interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur;

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Implikatur Penutur dan mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki kesamaan latar belakang pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk. Oleh: AH A 310060149

SKRIPSI. Diajukan untuk. Oleh: AH A 310060149 ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI GURU BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 7 BANYUDONO BOYOLALI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur

Lebih terperinci

INFERENSI DALAM WACANA SPANDUK DAN BALIHO BERBAHASA JAWA DI YOGYAKARTA SKRIPSI

INFERENSI DALAM WACANA SPANDUK DAN BALIHO BERBAHASA JAWA DI YOGYAKARTA SKRIPSI INFERENSI DALAM WACANA SPANDUK DAN BALIHO BERBAHASA JAWA DI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor

BAB V PENUTUP. kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG NASKAH DRAMA NYARIS

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG NASKAH DRAMA NYARIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG NASKAH DRAMA NYARIS KARYA N. RIANTIARNO, RELEVANSI PENELITIAN DENGAN PEMBELAJARAN MENDESKRIPSIKAN PERILAKU MANUSIA MELALUI DIALOG NASKAH DRAMA, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk percakapan yang mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di kelas. Dengan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia mempunyai dua peran dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, yaitu sebagai pemberi informasi dan sebagai penerima informasi. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia merupakan suatu makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan bahasa baik lisan maupun tulisan guna bergaul dengan manusia lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan penuturnya. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi manusia. Manusia selalu menggunakan bahasa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan atau dihindari dari kehidupan manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya,

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Interaksi yang terjadi dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik manusia. Bahasa merupakan salah satu ciri pembeda utama umat manusia dengan makhluk

Lebih terperinci

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bertransaksi yaitu ada barang yang akan diperdagangkan, kesepakatan yang tidak dipaksa oleh pihak manapun.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bertransaksi yaitu ada barang yang akan diperdagangkan, kesepakatan yang tidak dipaksa oleh pihak manapun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar merupakan tempat bertemunya pembeli dan pedagang. Pasar juga tempat untuk bertransaksi, sedangkan transaksi adalah kegiatan yang dilakukan oleh penjual dan pembeli

Lebih terperinci

TINDAK ILOKUSI PADA IKLAN RADIO PROSALINA JEMBER DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA

TINDAK ILOKUSI PADA IKLAN RADIO PROSALINA JEMBER DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA TINDAK ILOKUSI PADA IKLAN RADIO PROSALINA JEMBER DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci