BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Interaksi Sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun. komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Koping individu tidak efektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas atau disertai peningkatan resiko kematian yang. kebebasan (American Psychiatric Association, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN JIWA : PERILAKU KEKERASAN DI BANGSAL SEMBADRA RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. F DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DI BANGSAL SRIKANDI RSJD SURAKARTA

Penelitian Keperawatan Jiwa

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.T DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI BANGSAL SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan tidak terkendali (Diananda, 2009). Kanker menjadi penyakit yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Masyarakat yang mengalami krisis ekonomi tidak saja akan mengalami gangguan kesehatan fisik berupa gangguan gizi, terserang berbagai penyakit infeksi, tetapi juga dapat mengalami gangguan kesehatan mental psikiatri yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas kerja dan kualitas hidup secara nasional menurun yang akan mengakibatkan hilangnya satu generasi sehat yang akan meneruskan perjuangan dan cita cita bangsa. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menyebutkan 14,1% penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa ringan hingga berat dan terus meningkat tiap tahunnya. Selain itu Riskesdas juga menyatakan bahwa masyarakat berjenis kelamin laki-laki lebih besar berisiko terkena gangguan jiwa daripada wanita, hal ini disebabkan laki-laki tidak memiliki hormon estrogen dan progesteron yang berperan dalam mengurangi serta mengatasi respon sakit, selain itu estrogen dan progesteron berperan 1

dalam memproduksi endorfin yang berfungsi menjaga kebugaran emosi dan suasana hati. Gangguan mental psikiatri dapat terjadi mulai dari tingkat yang ringan bahkan berat yang memerlukan penanganan khusus di rumah sakit, baik di rumah sakit jiwa atau di unit perawatan jiwa di rumah sakit umum (Rasmun, 2001). Dalam ilmu keperawatan jiwa, di Indonesia ditemukan 7 diagnosa keperawatan gangguan bagi pasien penderita gangguan jiwa, yaitu: perilaku kekerasan; gangguan sensori presepsi: halusinasi; isolasi sosial; gangguan proses pikir: waham; risiko bunuh diri; defisiensi perawatan diri; gangguan konsep diri: harga diri rendah (Keliat 2010). Gangguan jiwa memang tidak menyebabkan kematian secara langsung, namun orang dengan gangguan jiwa dapat menurunkan produktivitas kerja dan berisiko bagi orang lain. Karena hidup manusia tidak lepas dari peran dan hubungan dengan orang lain, oleh karena itu orang dengan gangguan jiwa dapat berdampak pada hubungan sosial manusia itu sendiri yang mana hubungan antar manusia sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai makhluk sosial manusia memiliki dorongan untuk mengadakan hubungan dan hidup dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar, yang disebut dengan dorongan sosial. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki dorongan 2

untuk mengadakan hubungan dengan diri sendiri (dalam rangka mengevaluasi dirinya sendiri). Manusia membutuhkan hubungan bukan saja dengan individu lain, tetapi juga dengan lingkungan sekitar. Hubungan ini disebut interaksi sosial. Interaksi sosial dapat disebut dengan proses sosial dan merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang menyangkut hubungan antar individu-individu, individu-kelompok, dan kelompok dalam bentuk kerjasama. Interaksi sosial tidak dapat berjalan tanpa adanya suatu komunikasi di dalamnya (Mubarak, 2009). Komunikasi adalah proses kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu bersosialisasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya (Potter & Perry, 2005). Dalami (2009) mengatakan bahwa jika komunikasi tidak berjalan dengan baik, individu akan melakukan tindakan menghindari hubungan dengan orang lain dan lingkungan yang terkait erat dengan ketidakmampuan individu dalam proses hubungan yang mengarah pada pemutusan hubungan sosial yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, dan respon lingkungan yang negatif. Kondisi ini yang selanjutnya mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan untuk menghindar dari orang lain. Karakteristik klien yang mengalami gangguan dalam berhubungan dengan orang 3

lain dapat berupa ketidaknyamanan dalam interaksi sosial, ketidakmampuan untuk menerima pendapat orang lain, gangguan interaksi dengan teman-teman dekat, keluarga, dan orang-orang terdekat lainnya. Gangguan ini cukup berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya perilaku manipulatif pada individu yakni perilaku agresif atau melawan terhadap orang lain yang menghalangi keinginannya atau dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Karena suatu proses interaksi sosial sangat penting bagi manusia, oleh karena itu setiap manusia akan melakukan suatu interaksi dengan sesama manusia, hanya saja bila manusia terganggu kondisi psikologisnya maka akan terganggu juga interaksi dengan sesama manusia tersebut, hal itulah yang terjadi pada pasien dengan gangguan jiwa harga diri rendah. Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Stuart and Gail, 2006). Harga diri rendah biasanya terjadi karena kritik diri sendiri dan orang lain yang menimbulkan penurunan produktivitas yang berkepanjangan, 4

yang dapat menimbulkan gangguan dalam berhubungan dengan orang lain dan dapat menimbulkan perasaan ketidakmampuan dari dalam tubuh, selalu merasa bersalah terhadap orang lain, mudah sekali tersinggung atau marah yang berlebihan terhadap orang lain, selalu berperasaan negatif tentang tubuhnya sendiri. Karena itu dapat menimbulkan ketegangan peran yang dirasakan kepada klien yang mempunyai gangguan harga diri rendah. Harga diri rendah juga selalu mempunyai pandangan hidup yang pesimis dan selalu beranggapan mempunyai keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan terhadap kemampuan yang dimiliki, dapat menimbulkan penarikan diri secara sosial, yang dapat menimbulkan kekhawatiran pada klien (Stuart & Gail, 2007). Oleh karena itu pasien dengan gangguan harga diri rendah sangat rentan terjadi ketegangan atau gangguan interaksi sosial karena pasien dengan harga diri rendah memiliki ciri-ciri diantaranya sulit bergaul dan memiliki pandangan hidup yang pesimis (Yosep, 2011) yang membuat mereka enggan untuk berinteraksi dengan teman-temannya seperti contoh bercakap-cakap. Banyak cara yang dilakukan untuk menangani pasien dengan harga diri rendah yang mengalami gangguan interaksi sosial, dimulai dari pemberian asuhan keperawatan 5

yang didalamnya termasuk Terapi Aktivitas Kelompok (Keliat, 2010). Terapi Aktivitas Kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Didalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku yang lama yang maladaptif (Keliat, 2012). Terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan terapi untuk pasien dengan indikasi menarik diri dan kurang kegiatan sosial, harga diri rendah. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) adalah suatu bentuk terapi yang meliputi sekelompok orang yang memfokuskan pada kesadaran diri dan mengenal diri sendiri dalam memperbaiki hubungan interpersonal dan merubah tingkah laku (Keliat & Akemat, 2012). Pada terapi aktivitas kelompok sosialisasi ini pasien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari inter personal (satu dan satu), kelompok, dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok. Kemampuan berinteraksi sosial pasien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Terapi aktivitas kelompok ini memberi hasil: kemampuan memperkenalkan diri, kemampuan berkenalan, kemampuan 6

bercakap-cakap, kemampuan menyampaikan dan membicarakan topik tertentu, kemampuan menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi, kemampuan bekerjasama, kemampuan menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi yang telah dilakukan. Selain itu berdasarkan pengalaman peneliti saat praktik klinik dalam stase jiwa melihat bahwa meskipun pasien harga diri rendah telah diberikan terapi aktivitas kelompok sosialisasi namun masih terlihat kurang bahkan tidak mampu untuk bersosialisasi dengan teman-temannya. Karena pasien dengan gangguan harga diri rendah sangat rentan dan berisiko mengalami kerusakan dalam berinteraksi sosial, maka peneliti berusaha menggali dan meneliti apakah terdapat hubungan antara Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dengan kemampuan berinteraksi sosial pada pasien harga diri rendah. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat ditemukan beberapa masalah yang dapat diuraikan sebagai berikut, harga diri rendah memang bukan kasus yang terbesar dan terberat, namun jika tidak segera ditangani pasien dengan harga diri rendah dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja dan kerusakan hubungan sosial yang dimana hubungan sosial sangat penting bagi manusia. 7

1.3 Batasan Masalah a. Penelitian dilakukan di RSJD Amino Gondohutomo Semarang. b. Partisipan di ambil dari ruang VIII dan X. c. Partisipan berjenis kelamin laki-laki d. Terapi aktivitas kelompok: sosialisasi e. Harga diri rendah: kronik f. Lama dirawat 1 6 minggu 1.4 Perumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara terapi aktivitas kelompok (TAK) sosialisasi dengan kemampuan berinteraksi sosial pada pasien harga diri rendah di bangsal pria Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang? 1.5 Tujuan Penelitian a. Tujuan umum: Mengetahui hubungan antara TAK sosialisasi dengan kemampuan pasien berinteraksi sosial pada pasien harga diri rendah di bangsal pria Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan jiwa. 8

b. Tujuan khusus: a. Mengidentifikasi kemampuan bersosialisasi pasien harga diri rendah. b. Mengidentifikasi hubungan antara terapi aktivitas kelompok sosialisasi dengan kemampuan berinteraksi sosial pasien harga diri rendah. 1.6 Manfaat Penelitian A. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memperluas ilmu pengetahuan dan memberikan kontribusi yang positif bagi ilmu keperawatan. Sehingga dapat membantu mengembangkan berbagai ilmu dan penelitian khususnya keperawatan jiwa untuk waktu yang akan datang. B. Secara Praktis 1. Bagi rumah sakit jiwa Memberikan informasi tentang beberapa cara menangani pasien dengan gangguan jiwa yang salah satunya melalui Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi berdasarkan hasil atau kesimpulan dari penelitian ini. Sehingga dapat dipergunakan untuk meningkatkan atau memperbaiki beberapa hal yang kurang seperti dalam pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi. 9

2. Bagi profesi keperawatan Dapat membantu mengembangkan ilmu keperawatan jiwa, melalui penerapan diberbagai bidang yang salah satunya melalui penelitian tentang keperawatan jiwa. 3. Bagi peneliti Memberikan pengetahuan dalam meneliti, terutama pada pasien dengan harga diri rendah serta dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan. 4. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai landasan penelitian tentang keperawatan jiwa dan penelitian yang lain. 10