BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB),

dokumen-dokumen yang mirip
Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

TENTANG PENGUJIAN, PENILAIAN, PELEPASAN DAN PENARIKAN VARIETAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

Bidang Produksi Tanaman Hortikultura

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 38/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 1017/Kpts/TP.120/12/98 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/Permentan/OT.140/11/2013 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman

Good Agricultural Practices

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TUGAS MENTERI MUDA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

No.1374, 2014 KEMENTAN. Calon Kebun Sumber Benih. Sertifikasi Benih. Evaluasi Kebun Sumber Benih. Teh. Standar Operasional Prosedur.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 38/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah perusahaan yang telah mantap secara finansial dan operasional,

Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang kaya dengan hasil pertanian serta

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 257/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai persyaratan Guna Mencapai Derajad Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Landasan Hukum

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 68/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

1.1. Latar Belakang. Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura 1

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Undang-Undang No. 29 Tahun Tentang : Perlindungan Varietas Tanaman

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENETAPAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK TAHUN 2014

I.1. Latar Belakang strategi Permasalahan Dari sisi pertanian

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2005 SERI D PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2001 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I MENTERI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dituntut untuk memberikan kontribusi dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), sumber devisa melalui ekspor, penyediaan pangan dan bahan baku industri, penyediaan lapangan kerja dan pendapatan petani. Perubahan lingkungan strategis Global dan nasional menuntut arah dan strategi pembangunan pertanian. Dengan diratifikasinya beberapa kesepakatan internasional (GATT/WTO) dan regional (APEC, AFTA, NAFTA dan Uni Eropa) mengawali era liberalisasi perdagangan dan investasi yang mendorong peningkatan persaingan komoditas. Era reformasi dan otonomi daerah di dalam negeri membawa perubahan sistem pemerintahan, sosial, politik dan ekonomi yang menuntut perubahan wawasan dan sikap aparatur negara, serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pertanian.. Dalam rangka mengantisipasi perubahan lingkungan strategis tersebut, Departemen Pertanian telah menetapkan program pembangunan pertanian tahun 2005 2009 yang di arahkan pada peningkatan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing usaha pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani. Program peningkatan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing usaha pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani membuka peluang berkembangnya usaha dan industri sarana produksi dan jasa pelayanan 1

2 di dalam negeri. Penerapan teknologi merupakan komponen utama usaha pertanian meningkatkan kebutuhan sarana produksi. Salah satu komponen produksi yang paling banyak dibutuhkan petani adalah benih bermutu. Kesediaan benih bermutu sangat strategis karena menjadi tumpuan utama dalam mencapai keberhasilan dalam usaha budidaya tanaman. Potensi daya hasil suatu varietas tergantung pada kualitas benih yang tersedia dipasar. Mengingat arti pentingnya benih unggul dalam kegiatan usaha pertanian dan peningkatan ketahanan pangan, maka di perlukan upaya memperbesar penyediaan benih, memperbaiki sistem distribusi dan meningkatkan penggunaan benih bermutu di kalangan petani melalui pengembangan dan penyuluhan usaha dan sistem perbenihan nasional. Kapasitas produksi benih dipengaruhi oleh ketersediaan sumberdaya genetik, kegiatan pemuliaan tanaman. Kegiatan pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas unggul baru dilakukan oleh pemulia pada lembaga penelitian milik pemerintah yang kapasitasnya masih terbatas dibandingkan dengan kebutuhan nasional. Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman Pasal 12 dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang perbenihan tanaman mengatur benih dari varietas unggul hasil pemuliaan atau introduksi dari luar negeri dapat diedarkan setelah dilepas oleh Menteri Pertanian. Pelepasan varietas unggul hanya dilakukan apabila jumlah benihnya cukup tersedia untuk produksi lebih lanjud dan dilakukan atas permohonan penyelenggara pemuliaan tanaman. Keputusan Presiden nomor 27 tahun 1971, Dilingkungan Departemen Pertanian dibentuk Badan Benih

3 Nasional (BBN) yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian dan mempunyai fungsi membantu menteri dalam merencanakan dan merumuskan kebijakan dibidang perbenihan. Struktur organisasi BBN terdiri dari ketua badan, sekretaris badan dan anggota-anggota yang terdiri dari pejabat pejabat dari departemen departemen dan instansiinstansi yang mempunyai kepentingan dalam masalah pembinaan benih. Untuk kelancaran pelaksanaan fungsi dan tugasnya, susunan kelengkapan organisasi BBN terdiri dari Sekretariat, Tim Penilai dan Pelepas Varietas TP2V) serta Tim Pembinaan, Pengawasan dan Sertifikasi (TP2S). Salah satu tugas TP2V adalah merumuskan prosedur dan melakukan penilaian dan pelepasan varietas. Varietas tanaman, jika akan diedarkan harus terlebih dahulu melalui proses penilaian dan pelepasan varietas. Pelepasan varietas adalah pengakuan pemerintah terhadap suatu varietas baru hasil pemuliaan, introduksi dan atau unggul daerah yang dinyatakan dalam keputusan menteri bahwa varietas tersebut merupakan varietas unggul yang dapat disebarluaskan. Tujuan penilaian dan pelepasan varietas adalah menyediakan pilihan varietas-varietas unggul untuk memenuhi kebutuhan pasar yang sesuai dengan selera konsumen. Prosedur pelepasan varietas, pemilik calon varietas mengajukan secara tertulis kepada Menteri Pertanian melalui Ketua Badan Benih Nasional (BBN) u/p Ketua Tim Penilai dan Pelepasan Varietas (TP2V) Departemen Pertanian. Penilaian oleh TP2V melalui sidang yang dihadiri oleh pemohon, hasil penilaian disampaikan kepada ketua BBN. Usulan yang tidak memenuhi syarat ditolak permohonannya disertai alasan, sedangkan usulan yang memenuhi

4 syarat diusulkan oleh ketua BBN kepada Menteri Pertanian untuk disyahkan pelepasannya sebagai varietas unggul baru. Varietas yang disetujui oleh Menteri Pertanian untuk dilepas akan dituangkan dalam Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan). Selanjutnya Sekretariat TP2V akan mengirimkan Kepmentan tentang pelepasan varietas tersebut kepada pemohon dan mensosialisasikannya kepada institusi yang berkecimpung dalam perbenihan seperti instansi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman, Balai-Balai Penelitian dan lainlain. Suatu varietas apabila akan dilepas dievaluasi melalui suatu proses penilaian teknis dan pengkajian oleh tim penilai dan pelepasan varietas dengan parameter yang dinilai adalah keunggulan daya hasil, ketahanan terhadap hama dan penyakit tanaman utama, ketahanan terhadap cekaman lingkungan, kecepatan berproduksi, mutu hasil dan mempunyai nilai ekonomis, dimana parameter ini diperoleh melalui suatu pengumpulan data-data yang diperoleh melalui kegiatan uji adaptasi untuk tanaman semusim dan observasi untuk tanaman tahunan. Suatu varietas dapat dilepas apabila memenuhi syarat-syarat silsilah dan cara mendapatkannya jelas, tersedia deskripsi yang lengkap dan jelas, dapat menunjukan keunggulannya terhadap varietas pembanding, seragam, stabil dan mudah dibedakan dari varietas yang sudah dikenali dan tersedianya benih penjenis untuk perbanyakan lebih lanjut. Sejak 1980 sampai dengan awal tahun 2004 telah dilepas lebih kurang 600 varietas unggul tanaman hortikultura terdiri dari tanaman sayuran, buah, tanaman hias dan tanaman biofarmaka namun dalam pengembangannya tidak

5 semua varietas yang telah dilepas dan dinyatakan unggul disukai konsumen dan digunakan oleh petani. Era globalisasi dan pasar bebas yang ditandai dengan semakin terbukannya arus informasi mendorong perubahan fundamental preferensi konsumen dari orientasi produk menjadi orientasi karakteristik mutu produk Hal ini harus diantisipasi oleh pemulia dalam merakit varietas unggul baru. Kontinuitas penyediaan varietas unggul sesuai preferensi konsumen dalam proses produksi hortikultura mutlak diperlukan, agar varietas-varietas yang telah dilepas dapat dimanfaatkan oleh konsumen/petani dalam memenuhi kebutuhan pasar. Proses penilaian dan pelepasan varietas adalah salah satu bentuk pelayanan dari pemerintah kepada para pemilik calon varietas. Dalam sebuah organisasi mempelajari suatu proses dan pengukuran kerja sangat penting untuk menghasilkan output yang sesuai dengan yang diharapkan. Untuk memberikan pelayanan yang efektif, efisisen dan memuaskan diperlukan penelaahan pada proses, agar dapat diidentifikasi proses, tujuan, keterlambatan dan waktu yang diperlukan agar proses pelayanan menjadi lebih sederhana untuk itu yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan-perubahan pada proses yang sedang berjalan. Business Process Reenginering (BPR) menjadi salah satu alat kunci untuk membantu organisasi agar dapat lebih efektif melaksanakan perubahan. Penerapan BPR dapat membuat organisasi lebih jelas dalam melakukan analisa kegiatan, proses dan prosedur yang terjadi saat ini. Jika analisa proses bisnis

6 dapat dilakukan lebih jelas, dapat memungkinkan untuk membuat alternatifalternatif baru yang membuat perubahan untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 1.2. Perumusan Masalah Badan Benih Nasional (BBN) berfungsi untuk membantu Menteri Pertanian dalam merumuskan dan merencanakan kebijakan perbenihan. Guna kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi BBN organisasinya terdiri dari: sekretariat dengan 2 (dua) tim teknis yaitu, Tim Penilaian dan Pelepasan Varietas (TP2V) dan Tim Pembinaan dan Sertifikasi. BBN adalah organisasi yang bersifat koordinatif dengan sumberdaya manusia terbatas, sehingga khususnya pelaksanaan pelepasan varietas hortikultura dikoordinir oleh Kepala Subdit Mutu Benih Direktorat Perbenihan Hortikultura yang berkedudukan sebagai Sekretaris TP2V. Didalam melaksanakan proses pelepasan varietas dirasakan kesulitan dalam aspek opersional dan aspek teknis; seperti proses penilaian dan pelepasan varietas yang tidak efektif dan tidak efisien; keterbatasan dalam penyediaan informasi untuk kepentingan manajemen, pengusul dan petani; kurang memadainya sistem manajemen administrasi, kurang tertatanya dokumen dengan baik dan prosesnya melibatkan berbagai institusi/stakeholder. Dari penjelasan tersebut diatas dapat dibuat perumusan pokok permasalahan yang dihadapi BBN dalam proses penilaian dan pelepasan varietas yaitu :

7 1. Apakah proses pelepasan varietas dapat dipersingkat? 2. Bagaimana memperbaiki proses pelepasan varietas agar lebih efisien dan efektif? 3. Bagaimana menerapkan teknologi informasi pada proses pelepasan varietas? 1.3. Tujuan dan manfaat Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah : - Memberikan masukan kepada pemegang kebijakan, agar permasalahan yang dihadapi dalam proses penilaian dan pelepasan varietas tanaman hortikultura dapat diatasi guna meningkatkan kinerja organisasi dalam melayani masyarakat. - Membuat standard proses penilaian dan pelepasan varietas, agar dapat memberikan pelayanan yang efisien dan terukur. - Mengkaji pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung proses agar menjadi efektif dan efisien. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini : - Menghasilkan proses penilaian dan pelepasan varietas yang efektif dan efisien. - Membantu organisasi dalam meningkatkan pelayanan pada proses penilaian dan pelepasan varietas.

8 1.4. Ruang Lingkup Cakupan penelitian yang akan dilakukan adalah : - Melakukan proses rekayasa ulang prosedur Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura pada Badan Benih Nasional, Departemen Pertanian. Prosedur dimulai dari pengajuan permohonan pemilik calon varietas, kepada Menteri Pertanian, yang dilengkapi makalah yang berisi data-data dan foto yang menunjukkan keunggulannya. Usulan pelepasan varietas dinilai/dievaluasi dalam suatu sidang oleh tim penilai dan pelepasan varietas, hasil penilaian disampaikan kepada ketua BBN selanjutnya setelah disetujui oleh ketua BBN diusulkan kepada Menteri Pertanian, Menteri dapat menerima atau menolak usulan tersebut untuk usulan yang diterima akan dilepas dan dituangkan dalam Keputusan Menteri Pertanian. - Meninjau kembali organisasi dan kualifikasi staf pelaksana pelepasan varietas dan pemanfaatan teknologi informasi dalam mendukung proses pelepasan varietas. - Diagram alir aktifitas dikaitkan dengan struktur organisasi dan waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing tahapan proses.

9 1.5. Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Berisi gambaran umum mengenai penulisan tesis ini, terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Berisi pengertian dan definisi dari BPR, tujuan dan tahapan BPR, serta teori organisasi. BAB III : METODOLOGI Berisi mengenai kerangka pemikiran penulisan tesis ini, metode analisis yang digunakan dalam melakukan rekayasa ulang proses bisnis adalah model untuk mengelola perubahan organisasi dan menggunakan alat bantu untuk melakukan simulasi proses bisnis. BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN Membahas mengenai alur kerja yang sedang berjalan dan pembahasannya, proses bisnis yang diusulkan dengan pembahasannya, membandingkan proses bisnis yang sedang berjalan dengan proses bisnis yang diusulkan. Pembahasan simulasi proses bisnis diimplementasikan dengan menggunakan software Microsoft Project 2003

10 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Berisikan mengenai kesimpulan dari pembahasan hasil analisa yang telah dilakukan dan memberikan saran-saran agar rekayasa ulang dapat diimplementasikan guna meningkatkan efektifitas organisasi.