CHARACTERISTIC TEST OF ASPHALT CONCRETE (AC- BC) BY USING THE AGGREGATE BASALT (CASE STUDY: SUBSTITUTION OF PORTLAND CEMENT AND HUSK ASH)

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

Pengaruh Subtitusi Asbuton Butir 20/25 pada Aspal pen. 60/70 Terhadap Karakteristik Campuran Beton Aspal AC-WC

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

UJI MARSHALL PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN TAMBAHAN PARUTAN BAN BEKAS

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

STABILITAS LAPIS ASPAL BETON AC-WC MENGGUNAKAN ABU SEKAM PADI

TINJAUAN PENGGUNAAN SERBUK ARANG TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK LASTON LAPIS AUS (AC-WC)

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

NASKAH SEMINAR INTISARI

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

Jurnal Teknik Sipil ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 9 Pages pp

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

KARAKTERISTIK CAMPURAN AC-WC MENGGUNAKAN AGREGAT SIMEULUE DENGAN VARIASI ASPAL RETONA BLEND 55 DAN ASPAL PENETRASI 60/70

Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA (LANJUTAN STUDI SEBELUMNYA)

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

PENGGUNAAN ABU BATU BARA SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC

KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal

METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

METODOLOGI PENELITIAN

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN AC-BC DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENGISI (FILLER) FLY ASH

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

PENGGUNAAN ABU BATU KAPUR DESA BUHUT JAYA KABUPATEN KAPUAS SEBAGAI TAMBAHAN FILLER

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN FILLER GRANIT DAN KERAMIK PADA CAMPURAN LASTON AC-WC TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

PENGARUH BATU KAPUR SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN LASTON LAPIS AUS (AC-WC) ABSTRAK

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

UJI MARSHALL TERHADAP CAMPURAN AC-WC DENGAN SUBSTITUSI KOLABORASI LIMBAH PET DAN SBB KE DALAM ASPAL PENETRASI 60/70

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

Transkripsi:

ISSN 2302-0253 10 Pages pp. 139-148 CHARACTERISTIC TEST OF ASPHALT CONCRETE (AC- BC) BY USING THE AGGREGATE BASALT (CASE STUDY: SUBSTITUTION OF PORTLAND CEMENT AND HUSK ASH) Teuku Irwansyah Putra 1, M. Isya 2, Sofyan M. Saleh 3 1) Mahasiswa Magister Teknik Sipil Bidang Manajemen Rekayasa Transportasi, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111 Pirwansyah74@yahoo.co.id (2,3) Dosen Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111 mtsunsyiah@yahoo.co.id Abstract : Development of the Road construction in Banda Aceh and surrounding areas during this time using materials from river from, so that causing change in the base of river flow, Besides the problems above, the other problem is the lack of production from stone ash from stone Crusher From the problems it is necessary to have another alternative for road and also for filler The Material that can be used for road are basalt rocks is the raw material from mountain, whereas filler besides portland cement, it is also used rice husk ash which is widely available in Aceh. From this problem, it is needs to be studied about the characteristic of asphalt concrete Marshall primarily by using aggregate basalt derived and filler of the rice husk ash from rice refineries in Aceh. The purpose of this research to know parameter of Marshall Aggregate basalt with the variation of the filler material of portland cement and rice husk ash, so that is known the influence of mixing and compaction toward the parameter of marsall using asphalt Pen 60/70 on asphalt concrete (AC-BC). By using 6% of portland cement - 0% rock ash the stability value is very good reaching 9.34% and durability value amounting to 10.57%. On the using 6% of husk ash - 0% rock ash the stability value decrease 26,30% and for durability value also decrease 9,74%. gray stone stability values decreased to 26.30% a decline in the value of durability also 9.74%. The using Portland cement as big as the better is used to gain Marshall parameter and durability value, whereas at the rice husk as great as the using of Marshall Parameter and durability value getting more declining. Keyword : Material Basalt, Asphalt Concrete (AC-BC), Aspal Pen 60/70, Filler Material for portland cement and Husk Ash. Abstrak : Pembangunan konstruksi jalan di Banda Aceh dan sekitarnya selama ini menggunakan material dari sungai, sehingga menyebabkan perubahan dasar pada alur sungai. Selain permasalah di atas, permasalahan lain adalah kurangnya produksi abu batu dari Stone Crusher. Dari permasalahan tersebut maka perlu ada alternatif lain untuk material jalan dan juga untuk filler. Material yang bisa digunakan untuk jalan adalah batuan basalt yang merupakan bahan baku dari gunung, sedangkan filler selain portland cement juga, digunakan abu sekam padi yang banyak terdapat di Aceh. Dari permasalahan ini, maka perlu dikaji mengenai Karakteristik Marshall beton aspal terutama dengan menggunakan agregat basalt dan filler abu sekam padi dari kilang-kilang padi di Aceh. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui parameter Marshall Agregat basalt dengan variasi bahan pengisi portland cement dan abu sekam padi, sehingga diketahui pengaruh pencampuran dan pemadatan terhadap parameter marshall menggunakan aspal Pen 60/70 pada beton aspal (AC BC). Dengan menggunaan 6% portland cement 0% abu batu nilai stabilitas sangat baik mencapai 9,34% dan nilai durabilitas sebesar 10,57%. Pada penggunaan 6% abu sekam 0% abu batu nilai stabilitas menurun 26,30% dan untuk nilai durabilitas juga terjadi penurunan 9,74%. Penggunaan portland cement makin besar semakin baik untuk mendapatkan parameter Marshall dan nilai durabilitas, sedangkan pada sekam padi semakin besar penggunaannya parameter Marshall dan nilai durabilitas makin menurun. Kata kunci; Material Basalt, Beton Aspal (AC-BC), Aspal Pen 60/70, Bahan Pengisi portland cement dan Abu Sekam. 139 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

PENDAHULUAN Selama ini penggunaan agregat kasar dan agregat halus banyak digunakan material yang berasal dari sungai sebagai bahan dasar untuk pembuatan aspal beton. Mengingat dampak negatif dari adanya penambangan galian C di sepanjang aliran sungai dan terjadinya perubahan pada dasar alur sungai yang menyebabkan kerusakan pada aliran dan gerusan pada sisi sisi sungai, maka untuk menghindari kerusakan tersebut perlu di cari alternatif lain yaitu dengan melakukan galian C pada daerah daerah yang memiliki kandungan kandungan material batuan yang cukup besar yang berada di lokasi perbukitan. Batuan yang berada di lokasi perbukitan dinamakan batuan basalt. Basalt adalah batuan beku yang terjadi dari pembekuan magma komposisi basa dipermukaan atau dekat permukaan bumi. Penggunaan batual basalt untuk suatu konstruksi jalan dapat memberikan suatu alternatif pengganti material batu sungai yang jumlahnya semakin terbatas. Batuan ini memiliki kemampuan untuk memenuhi persyaratan yang sesuai dengan spesifikasi material untuk suatu konstruksi jalan. Selain terbatasnya agregat yang berasal dari sungai, agregat halus yang berupa abu batu hasil stone crusher juga terbatas. Untuk itu perlu ada suatu alternatif lain untuk menggatikan atau mensubtitusikan dalam abu batu. Selain abu batu yang digunakan sebagai filler. Abu sekam merupakan kulit padi yang telah terjadi proses penggilingan dan pembakaran. Menurut laporan Badan Pusat Statistik Republik Indonesia hasil produksi padi pada tahun 2011 sebesar 51.19 juta ton dan setiap tahun bertambah sebanyak 2%, sedangkan untuk wilayah Provinsi Aceh produksi padi sebesar 1,79 juta ton. Keberadaan abu sekam yang melimpah di Indonesia masih tidak termamfaatkan dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dari campuran beton aspal (AC-BC) dengan menggunakan aggregat kasar basalt dan filler dari portland cement dan abu sekam yang disubsitusi dengan abu batu dari material basalt. Adapun parameter-parameter yang ditinjau adalah stabilitas, Flow, Marshall Qoutient, rongga dalam campuran (VIM), rongga antara agregat (VMA), rongga terisi aspal (VFA), kepadatan (density) dan durabilitas serta mengevaluasi kinerja campuran terhadap spesifikasi yang disyaratkan untuk Campuran beton aspal (AC-BC). TINJAUAN KEPUSTAKAAN Batuan Basalt Basalt adalah batuan beku vulkanik, yang berasal dari hasil pembekuan magma berkomposisi basa di permukaan atau dekat permukaan bumi. Mempunyai ukuran butir yang sangat baik sehingga kehadiran mineral mineral tidak terlihat. Batuan basalt lazimnya bersifat masif dan keras, bertekstur afanitik, terdiri atas mineral gelas vulkanik, plagioklas, piroksin. Amfibol dan mineral hitam. Kandungan mineral Vulkanik ini hanya dapat terlihat pada jenis batuan basalt yang berukuran butir kuarsa, yaitu jenis dari batuan basalt yang bernama gabbro (Anonim, 2012). Batuan basalt kerap digunakan sebagai bahan baku dalam industri poles, bahan bangunan/ pondasi Volume 3, No. 2, Mei 2014-140

bangunan (gedung, jalan, jembatan dan lainlain) dan sebagai agregat. Batuan basalt mempunyai unsur-unsur mineral yang terkandung di dalamnya. Unsur utama dalam batuan basalt berdasarkan penelitian terakhir (Sucipta, E dan Sadisun, I.A), adalah sebagai berikut : Tabel 1. Kandungan Mineral Batuan Basalt Sumber : Sucipta, IGBE dan Sadisun, IA (2000) Bahan Campuran Beraspal Panas a. Agregat Agregat atau batu adalah material berbutir yang keras dan kompak, yang mencakup antara lain batu bulat, batu pecah, abu batu dan pasir. Agregat digunakan sebagai bahan campuran beraspal, membentuk suatu kombinasi ikatan yang seimbang di antara pembentuk campuran beraspal, mortar atau beton. Agregat Terdiri dari : 1. Agregat Kasar mempunyai fungsi dalam campuran panas aspal adalah selain memberikan stabilitas dalam campuran juga sebagai pengisi mortar sehingga campuran menjadi ekonomis. 2. Agregat halus terdiri atas agregat hasil pemecah batu (abu batu) atau pasir alam dengan ukuran lolos saringan no. 8 (2,36 mm) dan tertahan pada saringan no.200 (75 micron), Agregat halus harus terdiri atas partikel-partikel yang bersih, keras, tidak mengandung lempung atau bahanbahan yang tidak dikehendaki (Anonim, 2010). b. Bahan pengisi Bahan pengisi (filler) adalah bahan yang lolos ayakan no. 200 (75 micron) dan tidak kurang dari 75% terhadap beratnya. Bahan pengisi (filler) terdiri dari debu batu kapur (limestone dust), abu terbang, portland cement, abu tanur semen dan abu batu serta harus kering dan bebas dari gumpalangumpalan dan bahan lain yang mengganggu (Anonim, 2010). c. Gradasi Gradasi adalah distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat yang saling mengisi sehingga terjadinya suatu ikatan yang saling mengunci (interlocking). Persyaratan gradasi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Gradasi Agregat untuk Beton Aspal (AC-BC) Ukuran Ayakan % Berat yang Lolos AC-BC ASTM (mm) Gradasi Halus Gradasi Kasar 1 1 25 100 100 3 / 4 19 90 100 90-100 1 " / 2 12,5 74 90 71-90 3/8 9,5 64 82 58 80 No. 4 4,75 47 64 37-56 No.8 2,36 34,6 49 23-34,6 No. 16 1,18 28,3 38 15-22,3 No. 30 0,6 20,7-28 10-16,7 No. 50 0,3 13,7-20 7-13,7 No. 100 0,15 4 13 5 11 No. 200 0,075 4 8 4-8 Sumber : Anonim (2010) d. Aspal (Bitumen) Fungsi aspal dalam campuran perkerasan adalah sebagai bahan pengikat antar aspal dan agregat dan antara sesama aspal, sebagai bahan pengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori 141 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

yang ada dalam butir agregat itu sendiri dan sebagai pelumas pada saat penghamparan di lapangan sehingga memudahkan untuk dipadatkan. Abu Sekam Abu hasil pembakaran sekam padi, yang pada hakikatnya adalah limbah, ternyata mempunyai sumber silika/karbon yang cukup tinggi. Pirolisis lebih lanjut dari hasil pembakaran sekam padi menunjukan bahwa kandungan SiO2 mencapai 80-90%, yang juga menarik 15% berat abu akan diperoleh dari total berat sekam padi yang dibakar. Pemamfaatan abu sekam padi demikian layak untuk dipikirkan (Wanadri, AA 1999). Perencanaan Campuran Penetrasi 60/70 Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2008) menghitung perencanaan kadar aspal menggunakan rumus sebagai berikut : Pb = 0,035(%CA)+ 0,045 (%FA) + 0,18 (%Filler) + Konstanta Keterangan : Pb = Kadar aspal tengah/ ideal, persen terhadap berat campuran CA = Agregat kasar tertahan saringan No. 8; FA = Agregat halus lolos saringan No. 8 dan tertahan saringan No. 200 Filler = adalah agregat minimal 75% lolos saringan No. 200 Nilai Konstanta sekitar 0,5-1,0 Metode Marshall Pada Pengujian Campuran Beraspal Pemeriksaan Marshall Test di maksudkan untuk menentukan : stabilitas, kelelahan plastis (flow), berat volume (density), persen rongga dalam campuran (VIM), persen rongga terisi aspal (VFB), persen rongga antar butir agregat (VMA), Marshall Quotient (MQ), yaitu sebuah gambaran kekakuan yang merupakan ukuran ketahanan benda uji terhadap deformasi. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini metode pengujian yang digunakan mengikuti prosedur AASHTO tahun 1990 dan standar Departemen Pekerjaan Umum atau standar-standar lain bila tidak ada dalam kedua prosedur tersebut. Pengujian material agregat Agregat kasar dan agregat halus yang digunakan adalah dari jenis batu basalt yang dipecah dengan mesin pemecah batu (Stone Crusher) yang berasal dari Krueng Raya Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan filler berupa portland cement dan abu sekam padi. Pengujian material aspal Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aspal Pen. 60/70 produksi Pertamina. Pemilihan Gradasi agregat Pemeriksaan gradasi agregat yang bersumber dari Stone Crusher dilakukan pada Volume 3, No. 2, Mei 2014-142

agregat kasar dan agregat halus dengan menggunakan analisa saringan yang dapat di gambarkan pada kurva gradasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah gradasi lapisan AC- BC, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1. batu pada kadar aspal optimum, untuk memperoleh parameter Marshall dengan rendaman pada waterbath suhu 60 o C selama 24 Jam. Hasil perbandingan stabilitas dari rendaman 24 jam dibandingkan stabilitas dari rendaman 30 menit, akan diperoleh nilai durabilitas. Tabel 3. Jumlah Benda Uji untuk Metode Marshall Gambar 1. Grafik Gradasi Perencanaan Benda Uji Jumlah benda uji dalam penelitian ini sebanyak 63 buah. Benda uji yang dibuat terdiri dari tiga kelompok yaitu : 1. Benda uji dengan variasi kadar aspal Penetrasi 60/70 dalam campuran beton aspal (AC-BC) mengikuti pada Rumus (2.1). Dari evaluasi parameter Marshall akan diperoleh kadar aspal optimum (KAO) 2. Pembuatan benda uji dengan variasi 0%, 2%, 4% dan 6% persentase abu sekam dan portland cement dalam substitusi abu batu, untuk memperoleh parameter Marshall dengan rendaman pada waterbath suhu 60 o C selama 30 menit. 3. Pembuatan benda uji dengan variasi 0%, 2%, 4% dan 6% persentase abu sekam dan portland cement dalam substitusi abu No. Kadar Aspal Jumlah 1. P b 1,0 A11, A12, A13 2. P b 0,5 A21, A22, A23 3. P b A31, A32, A33 4. P b + 0,5 A41, A42, A43 5. P b + 1,0 A51, A52, A53 Jumlah Total 15 Buah Tabel 4. Benda Uji dengan Rendaman 30 menit % Portland % Abu No. Jumlah Cement Batu 1. 0 % 6 % B11, B12, B13 2. 2 % 4 % B21, B22, B23 3. 4 % 2% B31, B32, B33 4. 6 % 0 % B41, B42, B43 Jumlah Total Tabel 5. Benda Uji dengan Rendaman 24 Jam 12 Buah % Portland % Abu No. Jumlah Cement Batu 1. 0 % 6 % C11, C12, C13 2. 2 % 4 % C21, C22, C23 3. 4 % 2% C31, C32, C33 4. 6 % 0 % C41, C42, C43 Jumlah Total 12 Buah Tabel 6. Benda Uji dengan Rendaman 30 menit % Abu % Abu No. Jumlah Sekam Batu 1. 0 % 6 % D11, D12, D13 2. 2 % 4 % D21, D22, D23 3. 4 % 2% D31, D32, D33 4. 6 % 0 % D41, D42, D43 Jumlah Total 12 Buah 143 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

Tabel 7. Benda Uji dengan Rendaman 24 Jam No. %Abu Sekam % Abu Batu Jumlah 1. 0 % 6 % E11, E12, E13 2. 2 % 4 % E21, E22, E23 3. 4 % 2 % E31, E32, E33 4. 6 % 0 % E41, E42, E43 Jumlah Total 12 Buah Total keseluruhan benda uji adalah 15 + 12 + 12 + 12 + 12 = 63 benda Uji. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil pengujian parameter Marshall untuk campuran beton aspal (AC-BC) untuk variasi persentase substitusi portland cement dan abu sekam dengan abu batu pada kadar aspal optimum (KAO) disajikan pada pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall dan durabilitas untuk variasi portland cement dengan abu batu No Karakteristik Campuran Persen Portland Cement Persen Abu Batu 0% - 6% 2% - 4% 4% - 2% 6%- 0% Spesifikasi Dept. PU 1. Stabilitas (kg) 1953,89 2016,77 2082,08 2136,46 > 800 2. Flow Plastis (mm) 3,6 3,4 3,3 3,0 > 3 3. MQ (Kg) 552,77 596,31 632,64 707,22 > 250 4. Density (gr/cm3) 2,335 2,332 2,339 2,357 > 2 5. VIM (%) 4,35 4,31 4,17 3,43 3,5 5,0 6. VMA (%) 16,61 16,56 16,32 15,68 > 14 7. VFB (%) 73,84 73,96 74,54 78,13 > 63 8. Durabilitas (%) 78,15 83,41 84,63 86,41 > 80 % Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall untuk variasi abu sekam dengan abu batu No Karakteristik Campuran Persen Abu Sekam Persen Abu Batu 0% - 6% 2% - 4% 4% - 2% 6%- 0% Spesifikasi Dept. PU 1. Stabilitas (kg) 1953,89 2121,06 1756,69 1439,99 > 800 2. Flow Plastis (mm) 3,6 4,9 3,8 4,2 > 3 3. MQ (Kg) 552,77 438,65 460.79 347,12 > 250 4. Density (gr/cm3) 2,335 2,329 2,330 2,341 > 2 5. VIM (%) 4,35 4,59 4,55 4,11 3,5 5,0 6. VMA (%) 16,61 16,48 16,52 16,58 > 14 7. VFB (%) 73,84 72,20 72,55 75,19 > 63 8. Durabilitas (%) 78,15 76,51 73,58 70,54 > 80 % Pembahasan Pengaruh variasi persentase portland cement dan abu sekam disubstitusi pada abu batu basalt terhadap parameter Marshall pada kadar aspal optimum diperlihatkan pada Gambar 2 sampai Gambar 9 dibawah ini. Volume 3, No. 2, Mei 2014-144

Gambar 5. Pengaruh variasi filler terhadap nilai density Gambar 2. Pengaruh variasi filler terhadap nilai stabilitas Gambar 6. Pengaruh variasi filler terhadap nilai VIM Gambar 3. Pengaruh variasi filler terhadap nilai flow Gambar 7. Pengaruh variasi filler terhadap nilai VMA Gambar 4. Pengaruh variasi filler terhadap nilai marshall quantient Gambar 8. Pengaruh variasi filler terhadap nilai VFB 145 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

Gambar 9. Pengaruh variasi filler terhadap nilai durabilitas Dari gambar 2 sampai gambar 9 menunjukkan semua variasi persentase semen PC dan abu sekam disubstitusi pada abu batu basalt, nilai stabilitas memenuhi persyaratan, yaitu > 800 kg. Pada substitusi 2% abu sekam 4% abu batu mempunyai stabilitas lebih tinggi dari 2% semen PC 4% abu batu, sedangkan untuk persentase 4% abu sekam 2% abu batu dan 6% abu sekam 0% abu batu mempunyai stabilitas lebih rendah dari 4% semen PC 2% abu batu dan 6% semen PC 0% abu batu. Penggunaan 2% Semen PC 4% abu batu, 4% semen PC 2% abu batu dan 6% semen PC 0% abu batu terjadi peningkatan stabilitas 3,21%, 6,56% dan 9,34%. Pada penggunaan 2% abu sekam 4% abu batu terjadi peningkatan stabilitas 8,55%, tetapi pada 4% abu sekam 2% abu batu dan 6% abu sekam 0% abu batu, cenderung mempunyai stabilitas terus menurun hingga 10,092% dan 26,30%. Hal ini memperlihatkan bahwa penggunaan abu sekam yang disubstitusikan pada abu batu, membuat campuran beton aspal (AC-BC) semakin plastis dengan nilai flow yang lebih besar dari dari penggunaan semen PC disubstitusikan pada abu batu, sehingga stabilitasnya semakin menurun. Untuk nilai flow beton aspal (AC-BC) dengan menggunakan semen PC semakin turun dengan bertambahnya persentase filler yang disubstitusi pada abu batu basalt sedangkan nilai flow beton aspal (AC-BC) dengan menggunakan abu sekam, mempunyai perubahan yang tidak linear dan beraturan seiring bertambahnya persentase filler yang disubstitusi pada abu batu basalt. Dari grafik di atas, nilai flow yang masih memenuhi spesifikasi yaitu > 3 mm, sehingga perubahan bentuk (deformasi plastis) akibat pembebanan bisa terhindar dari keretakan. Nilai Marshall Quotient campuran beton aspal (AC-BC) dari filler semen PC cenderung naik seiiring dengan bertambahnya persentase substitusi pada abu batu basalt, karena nilai flownya semakin rendah. Untuk nilai Marshall Quotient dari filler abu sekam semakin menurun dengan bertambahnya persentase substitusi pada abu batu basalt, karena nilai flow meningkat dan stabilitasnya menurun. Untuk nilai density dari berbagai variasi persentase semen PC dan abu sekam, cenderung meningkat dengan bertambahnya persentase filler yang disubstitusi pada abu batu basalt. Nilai density tertinggi diperoleh pada pengunaan 6% semen PC 0% abu batu dan yang terendah pada penggunaan abu 2% sekam - 4% abu batu. Dari hasil perhitungan menunjukkan nilai density pada semua variasi persentase semen PC dan abu sekam Volume 3, No. 2, Mei 2014-146

disubstitusi pada abu batu basalt memenuhi persyaratan yaitu lebih besar dari 2 gr/cm3. Untuk penggunaan semen PC disubstitusi pada abu batu basalt, terjadi penurunan nilai VIM, walaupun penurunannya tidak besar. Penurunan ini disebabkan semakin banyak semen PC, maka semakin mudah menyatu dengan abu batu untuk mengisi rongga dalam campuran, sehingga dengan meningkatnya persentase semen PC disubstitusi pada abu batu basalt, maka nilai VIM semakin kecil. Untuk penggunaan abu sekam, nilai VIM juga terjadi penurunan seiring dengan meningkatnya persentase abu sekam disubstitusi pada abu batu basalt. Penggunan abu sekam, mempunyai nilai VIM lebih besar dari nilai VIM menggunakan semen PC untuk bahan substitusi pada abu batu basalt. Dari gambar di atas, nilai VIM yang masih memenuhi persyaratan untuk campuran beton aspal (AC-BC) yaitu masih dalam 3,5% sampai dengan 5,0%. Pada gambar 2 sampai gambar 9 menunjukkan semakin meningkatnya jumlah persentase semen PC disubstitusi pada abu batu basalt, maka nilai VMA campuran semakin kecil, karena semen PC dan abu batu banyak mengisi rongga, akibatnya rongga antar agregat semakin kecil. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan penggunaan portland cement dapat mempengaruhi parameter marshall terutama nilai 147 - Volume 3, No. 2, Mei 2014 stabilitas. Penggunaan 2% portland cement 4% abu batu, 4% portland cement 2% abu batu dan 6% portland cement 0% abu batu dapat meningkatan nilai stabilitas 3,21%, 6,56% dan 9,34%. Nilai durabilitas dari sebelumnya tanpa portland cement tidak mencapai nilai durabilitas yang disyaratkan, terus meningkat dengan adanya substitusi portland cement sebagai filler sebanyak 2%, 4% dan 6% pada abu batu terjadi peningkatan 5,258%, 6,479% dan 10,57% memenuhi syarat > 80%. Untuk parameter lainnya seperti flow, Marshall Quotient, Density, VIM, VMA dan VFB memenuhi persyaratan. 2. Pada penggunaan 2% sekam padi 4% abu batu terjadi peningkatan stabilitas 8,55%, tetapi pada 4% sekam padi 2% abu batu dan 6% sekam padi 0% abu batu, stabilitas terus menurun hingga 10,092% dan 26,30%. Untuk 2%, 4% dan 6% substitusi abu sekam pada abu batu terjadi penurunan nilai durabilitas sebesar 2,1%, 5,85% dan 9,74% sehingga nilai durabilitasnya < 80%. Untuk parameter lainnya seperti flow, Marshall Quotient, Density, VIM, VMA dan VFB memenuhi persyaratan. Saran Pada penelitian ini yang ditinjau dengan menggunakan abu sekam hasil lolos saringan no. 200, tanpa dilakukan pembakaran lagi.

Diharapkankan untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan sekam padi yang dibakar dengan suhu tertentu sehingga bisa menghasilkan unsur silica yang dapat bersifat sementasi, sehingga bisa lebih awet seperti semen PC bila bereaksi dengan air yang memenuhi spesifikasi Bina Marga tahun 2010. Sucipta, I G B E., dan Sadisun I A., 2000, Studi Petrografi Batuan Volkanik Sebagai Agregat Bahan Baku Beton, Buletin Geologi, Vol. 32, No. 3. Bandung. Sukirman, S, 2003, Campuran Beraspal Panas, Penerbit Granit, Bandung. DAFTAR PUSTAKA AASHTO, 1998, Standart Specification for Transportation Materials and Methods of Sampling and Testing. Washington, D.C. Anonim, 1985, Petunjuk Pembuatan Barang dari Karet Alam, Balai Penelitian Perkebunan Bogor dan Rubber Stichting Amsterdam. Anonim, 1989, Tata Cara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) Untuk Jalan Raya, SNI 03-1737-1989, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta Anonim, 1990, Standard Specification for Transportation Materials and Methods of Sampling and Testing, 15 th ed, AASHTO,. Washington, DC. Anonim, 2012, Jenis-Jenis batuan Basalt, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta Ami, A., dan Djoko, S., 2008, Pemamfaatan Bahan Limbah Untuk Perkerasan Lentur Jalan Raya, Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP, ITS, Surabaya. Anonim (2010), Seksi 6.3 Spesifikasi Campuran Beraspal Panas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum (2006), Seksi 6.3 Spesifikasi Campuran Beraspal Panas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum 2010, Buku Petunjuk Praktis Penggunaan Aspal pen 60/70 Dalam Campuran Beraspal Panas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta. Kurniadjie, 2007, Kerusakan Bleeding Pada Lapisan Beraspal Akibat Pengaruh Temperatur Aspal Saat Pencampuran,www.pusjatan.pu.go.id/upload /jurnal/2007/jn2402ags0706.pdf SNI, 1991, Metode Pengujian Sifat Fisis Aspal Padat, http://www.pu.go.id/satminkal/ balitbang/sni/buat%20web/rsni%20cd/ab STRAKS/UMUM/ASPAL/METODE/SNI Volume 3, No. 2, Mei 2014-148