handayani dwi utami Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia,

dokumen-dokumen yang mirip
Tinjauan Hukum (Isi KUHP) 1. KUHP pasal 285 Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar

DISKUSI TOPIK SEXUAL AB USE K E L O M P O K 1

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

Prosedur Pemeriksaan Medis dan Pengumpulan Bukti Medis Kekerasan pada Perempuan. Seminar dan Workshop Penanganan Kekerasan SeksualTerhadap Perempuan

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Sebagai UU yang Mengatur Tindak Pidana Khusus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

j K ika amu korban Perkosaan

PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkosaan merupakan salah satu tindakan kekerasan pada perempuan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

MODUL FORENSIK PEMERIKSAAN KEJAHATAN SEKSUAL. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat

DASAR HUKUM PEMERIKSAAN FORENSIK 133 KUHAP

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

Bentuk Kekerasan Seksual

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU KEJAHATAN PERKOSAAN TERHADAP LAKI-LAKI

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kejahatan seksual yang menyangkut persetubuhan tertera pada bab XIV Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

P U T U S A N NOMOR : 687/PID.SUS/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Lampiran 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

RELEVANSI Skm gatra

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak

P U T U S A N. Nomor : 16 / PID / 2013 / PT.KT.SMDA

P U T U S A N No. 814 K/Pid/2008 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

H M ISTAR A R RI R TON O G N A G, A

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

Umur/Tanggal Lahir : 16 Tahun / 24 Desember Pendidikan : SMK (Kelas 2)

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

Analisis Kualitas Visum et Repertum Beberapa Dokter Spesialis pada Korban Kekerasan Seksual di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

VISUM ET REPERTUM. 1. Definisi

KEJAHATAN DAN PELANGGARAN TERHADAP NYAWA DAN TUBUH ORANG

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

P U T U S A N NOMOR : 445 /PID/2011/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan perundang-undangan. Sebagai suatu kenyataan sosial,

Peraturan Pemerintah No 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi Pasal 31 kehamilan akibat perkosaan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sesuai dengan ketentuan yang dalam Undang-Undang

BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA

BAB II PENGATURAN HUKUM TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK. A. Pengaturan Hukum Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak

PENGATURAN DELIK KESUSILAAN DALAM KUHP DAN RUU KUHP

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

I. PENDAHULUAN. budayanya. Meskipun memiliki banyak keberagaman bangsa Indonesia memiliki

Kata kunci : Kebijakan Hukum Pidana, perlindungan, korban perkosaan

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI

: Kasri Simanjuntak Als Bapak Ari. Umur/Tgl.lahir : 46 tahun / 24 April Pekerjaan : PNS.

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

Kekerasan Seksual. Sebuah Pengenalan. Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26

Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016. bidang hukum privat, dan dalam bidang hukum publik. 3 Undang-Undang No. 35 Tahun 2014

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

Lemeshow, S.Dkk, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada University press. Yogya

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

PARADIGMA BARU PERAN DOKTER DALAM PELAYANAN KEDOKTERAN FORENSIK

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Karimah Ihda Husnayain 1, Winda Trijayanthi Utama 2 Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP DAN HIPOTESIS

KUALITAS Visum et Repertum (VeR) KASUS DELIK SUSILA DOKTER UMUM DI RS ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG Handayani Dwi Utami 1, Rodiani 2

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS

Aborsi pada Kehamilan akibat perkosaan: Ketentuan perundangundangan dan Fikih Islam

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MASA PRANATAL. Siti Rohmah Nurhayati

- SELAMAT MENGERJAKAN -

P U T U S A N. NOMOR 382 /Pid.Sus/2013/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut

BAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

Transkripsi:

handayani dwi utami Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia, haniforensic@gmail.com

Lingkup delik kesusilaan Pelanggaran kesusilaan dimuka umum (281) Pornografi (282,283) Perzinahan (284) Perkosaan (285) Pencabulan (283-295) Perdagangan anak dan perempuan (296-297) Mengobati dengan harapan pengguguran (299)

Perkosaan (KUHP 285) Bagian inti dari delik ini adalah : Dengan kekerasan/ancaman kekerasan Paksaan Diluar pernikahan Terjadi persetubuhan

Bagian inti delik pencabulan Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan Paksaan Melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul

pencabulan Perbuatan cabul adalah perbuatan melanggar perasaan malu seksual (bertentangan dengan norma etika sosial yang ditunjukkan pada kontak seksual dengan/tanpa melakukan perbuatan persetubuhan Ruang lingkup pencabulan lebih luas dari perkosaan (meliputi perkosaan dan hal-hal yang tidak masuk kriteria perkosaan tapi masuk dalam delik kesusilaan

Lingkup delik perkosaan pencabulan Delik kesusilaan

Bagan delik kesusilaan persetubuhan Diluar perkawinan Dalam perkawinan Dengan persetujuan Tanpa persetujuan Pasal 288

persetujuan Dengan persetujuan perempuan Tanpa persetujuan perempuan Umur perempuan lebih dari 15 th (KUHP 284) Dengan kekerasan/ancaman (KUHP 285) Belum cukup 15 th (KUHP 287) Pingsan/tak berdaya (KUHP 286)

Peranan dokter dalam VeR Tanda persetubuhan Perkiraan umur Peranan forensik Tanda kekerasan Pantas tidaknya dikawin

Peranan dokter Dalam VeR maupun keterangan saksi ahli dipengadilan kapasitas dokter bukan menentukan ada/tidak perkosaan Kapasitas dokter adalah menyatakan bahwa dalam diri korban telah terjadi/tidak persetubuhan yang disertai kekerasan /tidak

Data epidemiologi TKP

Trace evidence

VeR kejahatan seksual Mencakup hal : tanda persetubuhan tanda kekerasan Perkiraan umur Pantas dikawin (UU perkawinan dan fisikbiologis) Perkiraan saat persetubuhan (keadaan sperma dan luka selaput dara)

Trace evidence Pemeriksaan luka (daerah genital dan non genital) Pemeriksaan bitemarks Pemeriksaan darah, urin, saliva, mani (gol darah, obat/racun, sperma dan ejakulat, kehamilan,pms) Pemeriksaan rambut, epitel mukosa vagina, mukosa mulut, anogenital

Manifestasi kekerasan Adanya perlukaan Adanya obat-obatan/ zat seperti NAPZA

Manifestasi cukup umur Dewasa (21 tahun ke atas) khususnya pada kasus homoseksual dan lesbian Terkait dengan pasal 287 menyetubuhi anak belum dewasa (walaupun dengan persetujuan)

Pantas dikawin Berdasarkan tingkat kematangan biologis sudah menstruasi organ reproduksi sudah berfungsi sempurna/siap dibuahi Berdasarkan UU perkawinan RI (laki-laki 19 tahun, perempuan 16 tahun)

Pemeriksaan cukup umur /pantas kawin Pemeriksaan penentuan umur melalui : 1. pertumbuhan gigi 2. Pemeriksaan Rontgen tulang 3. pemeriksaan siklus menstruasi dan tanda kelamin sekunder

Pemeriksaan perkiraan saat persetubuhan Keadaan luka pada anogenital (penyembuhan luka 7-10 hari Keadaan sperma 4-5 jam masih bergerak 24-36 jam (tidak bergerak pada orang hidup) 7-8 hari (jenazah) Normal jumlah : 2-5 ml/ejakulasi 60 juta/ml sperma, 90% motile

Pemeriksaan korban berdasarkan waktu pemeriksaan bukti Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 sperma 2 hari Air mani 3 hari Robekan hymen perlukaan PMS Napza/obat 3 hari kehamilan Stress pasca perkosaan

Hasil pemeriksaan pada korban kejahatan seksual Penetrasi Robekan selaput dara/hymen Luka2 pada alat genital dan dinding vagina ejakulasi Sperma didalam vagina, asam fosfatase, kholin dan spermin kehamilan PMS Gonorrhoe Sifilis

Pemeriksaan forensik

tersangka Sel epitel vagina Penyakit menular seksual Golongan darah Enzimatik DNA

Faktor yang berpengaruh pada pembuktian Saat pemeriksaan Variasi biologis Penggunaan kondom

Faktor yang berpengaruh Saat pemeriksaan 1. 1. Keaslian benda bukti (kondisi korban saat di px) 2. Kualifikasi dokter/pemeriksa 3. Koordinasi dokter-penyidik

Faktor yang berpengaruh Variasi biologis 1. hymen elastis 2. Derajat penetrasi 3. Ukuran dan kaliber penis 4. Azoospermia (tidak ada sperma/mandul) Penggunaan kondom