BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan daerah diselenggarakan sesuai dengan yang diamanatkan. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk. mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1994 TENTANG PERATURAN GAJI HAKIM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

vii Tinjauan Mata Kuliah

STANDAR PELAYANAN PADA JENIS PELAYANAN PEMBERHENTIAN PNS DENGAN HAK PENSIUN DI KABUPATEN BLORA

GOLONGAN RUANG IV/b KE BAWAH

Pasal 5. Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 April 2001 KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

2015, No Fungsional Pengantar Kerja didasarkan pada analisis beban kerja; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN;

2 Badan Kepegawaian Negara tentang Pemberhentian dan Pemberian Pensiun Bagi Pegawai Negeri Sipil Berpangkat Pembina Utama Muda Golongan Ruang IV/c Ke

MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGANGKATAN DALAM JABATAN STRUKTURAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2002 TENTANG KENAIKAN JABATAN DAN PANGKAT HAKIM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No atasnama Presiden selain dibuat secara individual perlu dibuat secara kolektif; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN

PENDAHULUAN. Tujuan dan Keuntungan. Dasar Hukum Jabatan Fungsional Pranata Komputer

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Pengangkatan Dalam Jabatan Struktural Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu. Pegawai Negeri Sipil

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR: 01/SKB/M.PAN/4/2003 NOMOR: 17 TAHUN 2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Kelompok Dokumen / Informasi yang Wajib Tersedia Setiap Saat

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TUNJANGAN HAKIM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL GURU

tentang - Dr.Sihabudin,SH.,MH - Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

Peraturan...

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 021 TAHUN 2016 TENTANG MUTASI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2015, No.68 2 Mengingat Badan Kepegawaian Negara tentang Kenaikan Pangkat Bagi Pegawai Negeri Sipil Berpangkat Pembina Utama Muda Golongan Ruang IV/c

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SUKOHARJO TENTANG PERPANJANGAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MEMANGKU JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik; MEMUTUSKAN:

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BERITA NEGARA. DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Organisasi. Tim Penilai. Perancang Perundang-undangan. Kanwil. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN

2016, No atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyesuaian Penetapan Angka Kredit Guru Pegawai Negeri Sip

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2002 TENTANG KENAIKAN JABATAN DAN PANGKAT HAKIM

BAB 1 PENDAHULUAN. layanan publik yang prima bagi masyarakatnya sesuai yang telah diamanatkan

1. BIDANG MUTASI 1.1 KENAIKAN PANGKAT

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 19 TAHUN 2000 (19/2000) TENTANG TUNJANGAN HAKIM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2906); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran N

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 41 TAHUN 2002 (41/2002) TENTANG KENAIKAN JABATAN DAN PANGKAT HAKIM

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentan

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

~ ..56tt1cotOtJaIca?w PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PENYESUAIAN JABATAN FUNGSIONAL GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Diatur mengenai Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Serta Kode Etik Dan Dan Kode

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 800/3669/BKD TENTANG

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017

SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 07/E/2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENJABAT SEKRETARIS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG NOMOR IDENTITAS PEGAWAI NEGERI SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STRATEGI PENCAPAIAN ANGKA KREDIT WIDYAISWARA

PEMBINAAN TEKNIS TIM PENILAI PRANATA KOMPUTER - ADMINISTRASI

PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan daerah diselenggarakan sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintahan daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Penyelenggaraan otonomi daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdayaguna dan berhasilguna, diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja (Pasal 12 UU No. 43 Tahun 1999). Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 43 tahun 1999, menyebutkan Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Selanjutnya Pasal 32 menyatakan bahwa untuk meningkatkan 1

2 kegairahan bekerja, diselenggarakan usaha kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil, usaha kesejahteraan meliputi program pensiun dan tabungan hari tua, asuransi kesehatan, tabungan perumahan, dan asuransi pendidikan bagi putra putri Pegawai Negeri Sipil. Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai, Pasal 1 antara lain menyatakan bahwa pensiun pegawai dan pensiun janda/duda pegawai diberikan sebagai jaminan hari tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa pegawai negeri selama bertahun-tahun bekerja dalam dinas pemerintah. Pemberian penghargaan atas jasa-jasa Pegawai Negeri tersebut ditetapkan dengan surat keputusan pensiun, hal ini akan mempunyai arti yang sangat besar apabila pemberian penghargaan tersebut diberikan tepat pada waktunya, tepat pada orangnya dan aman dalam penetapannya. Hal ini berarti bahwa pemberian dan penetapan surat keputusan pensiun harus diberikan tepat waktu atau tidak boleh mengalami keterlambatan, dan suatu penghargaan juga akan mempunyai arti yang sangat besar apabila diberikan tepat pada orangnya dalam arti orang yang benar-benar berhak mendapat suatu penghargaan sesuai syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Di samping itu surat keputusan pensiun harus ditetapkan dalam kondisi yang aman, artinya bahwa dalam penetapan surat keputusan pensiun tidak boleh mengalami kesalahan. Namun demikian dalam kenyataannya pada saat ini masih banyak keluhan dari masyarakat calon penerima pensiun, atau keluarganya yang disampaikan kepada Badan Kepegawaian Negara, Presiden dan pimpinan istansi terkait yang

3 disampaikan melalui media cetak, media elektronik, maupun melalui surat dengan menyatakan bahwa surat keputusan pemberian pensiun banyak yang mengalami keterlambatan dan sebagian ada yang menganggap bahwa prosedurnya berbelitbelit, tidak seragam antara instansi yang satu dengan lainnya, dan syarat administratif dianggap terlalu membebani calon penerima pensiun. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka dalam rangka penyusunan prosedur penetapan dan pemberian pensiun diperlukan kajian dilapangan untuk mendapatkan data-data dan bahan masukan untuk penyempurnaan prosedur penetapan dan pemberian pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), serta untuk mencari solusi yang tepat untuk meningkatkan pelayanan kepada para calon penerima pensiun. Menurut Pasal 12 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1969 untuk mendapatkan hak pensiun tersebut, seorang Pegawai Negeri mengajukan surat permintaan kepada Kantor Urusan Pegawai (sekarang Badan Kepegawaian Negara). Namun demikian prosedur dan kewenangan pemberian pensiun tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan. Sesuai Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, dan peraturan pelaksanaannya antara lain menyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Daerah yang berpangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c, Pembina Utama Madya golongan ruang IV/d dan Pembina Utama golongan ruang IV/e pemberhentian dan pemberian pensiunnya menjadi kewenangan

4 Presiden setelah mendapat pertimbangan teknis dari Kepala Badan Kepegawaian Negara. Selanjutnya Kepala Badan Kepegawaian Negara mempunyai kewenangan untuk menetapkan pemberhentian dan pemberian pensiun bagi PNS Pusat dan Daerah yang berpangkat Pembina Tk.I golongan ruang IV/b ke bawah yang mencapai batas usia pensiun, tewas, meninggal dunia, cacat karena dinas dan termasuk pemberian pensiun janda/duda dari pensiunan PNS yang meninggal dunia. Bagi Pejabat Pembina Kepegawaian dan Gubernur yang bersangkutan, dapat menetapkan pemberhentian dan pemberian pensiun yang dikecualikan bagi PNS yang tewas, meninggal dunia, cacat karena dinas atau mencapai batas usia pensiun. Permasalahan pensiun bagi pegawai negeri sipil disampaikan oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Taufiq Effendi yang mengatakan bahwa pemerintah akan memperbaiki sistem pembayaran pensiun bagi pegawai negeri sipil. Setiap tahun PNS yang pensiun bertambah banyak, kalau tidak diatur lebih baik maka beban negara akan sangat besar. Akan diatur lagi supaya mereka mendapatkan haknya dan negara tidak terbebani. Saat ini pihaknya tengah mengumpulkan masukan dari berbagai pihak untuk menyiapkan konsep sistem pembayaran pensiun yang lebih baik bagi pegawai negeri sipil. Lebih lanjut ia menjelaskan, setiap tahun pemerintah harus mengeluarkan dana sekitar Rp25 triliun untuk membayar pensiunan pegawai negeri sipil serta janda/dudanya. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat setiap tahun. Pada suatu kesempatan ia mengatakan bahwa jika pada 2019 jumlah pegawai negeri sipil yang pensiun mencapai lima juta orang maka pemerintah paling tidak harus mengeluarkan dana Rp6,1 triliun perbulan atau Rp72 triliun per tahun.. 1 Pensiun bagi pegawai negeri di Kabupaten Sleman menurut Kepala BKD Drs, Iswoyo Haadiwarno mengatakan bahwa sebelum memasuki masa purna 1 Taufiq Effendi, Sistem Pensiun PNS Akan Diperbaiki, Antara News, 08/01/08 20:40

5 tugas BKD telah memberikan pembekalan bagi Calon Purna tugas yang bertujuan untuk memberikan motivasi kepada PNS calon purna tugas tahun 2008 agar lebih siap dan bersemangat dalam menjalani masa pensiun serta memberikan pengetahuan teknis tentang prosedur pengusulan pensiun dan pengurusan hak peserta Taspen kepada calon pensiun. Dalam kesempatan tersebut akan disampaikan pula materi ketrampilan yang diharapkan dapat semakin menambah pengetahuan dan wawasan.. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah prosedur penetapan pensiun bagi pegawai negeri sipil di Kabupaten Sleman? 2. Apakah faktor yang menghambat dalam penetapan pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Sleman? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan pokok dilakukan pengkajian terhadap prosedur penetapan pensiun PNS ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimanakah prosedur penetapan pensiun bagi pegawai negeri sipil di Kabupaten Sleman 2. Untuk mengetahui faktor apa yang menghambat dalam penetapan pensiun bagi pegawai negeri sipil di Kabupaten Sleman

6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Untuk memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan hukum, khususnya Hukum Administrasi Negara. 2. Manfaat praktis Memberikan masukan dalam pelaksanaan pemberian pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Sleman