APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PEMETAAN SEBARAN TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH ILEGAL DI KOTA BANJARBARU, KALIMANTAN SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK ABSTRACT. Kata kunci : Kota Yogyakarta, TPS ilegal, Pemetaan, Sistem Informasi Geografis (SIG)

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

memerintahkan untuk merancang Banjarbaru sebagai alternatif ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Bab 5: 5.1 AREA BERESIKO SANITASI

PENENTUAN LOKASI TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR (TPA) SAMPAH KOTA BANJARBARU MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Andy Mizwar

PENENTUAN LOKASI TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR (TPA) SAMPAH KOTA BANJARBARU MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan

Sistem Informasi Geografis Potensi Wilayah Kabupaten Banyuasin Berbasis Web

PERAN KELUARGA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA

ANALISIS KASUS KEMATIAN IBU BERDASARKAN PENDEKATAN WILAYAH DENGAN MENGGUNAKAN PENERAPAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI

Sistem Informasi Geografis Pemetaan Hasil Perkebunan dan Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI LOKASI SMA DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RTRW BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 ABSTRACT

Estimasi Volume Sampah Domestik dan Rekomendasi Rute Pengangkutan Sampah Berdasarkan Analisis Spasial di Kota Surakarta

III. BAHAN DAN METODE

Abstract. Keywords : Agriculture, GIS, spatial data and non-spatial data, digital map. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan aktifitas penduduk di suatu daerah membawa perubahan yang

PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFI LAPORAN PRAKTIKUM 7 BUFFER

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN)

Analisis Pola Distribusi Apotek Di Kota Banjarbaru Berdasarkan Nearest Neighbor Statistics dan Sistem Informasi Geografis

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA AJIBARANG WETAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DEVELOPMENT OF A WASTE TO ENERGY PILOT : PERSPECTIVE FROM JAMBI CITY

Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang


ANALISA SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DI SEKITAR LAGUNA SEGARA ANAKAN KABUPATEN CILACAP - PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV GAMBARAN LOKASI

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG INFRASTRUKTUR DI KELURAHAN ANDURING KOTA PADANG JURNAL

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE

Geographic Information System (GIS) Arna Fariza TI PENS. Apakah GIS itu?

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

ANALISIS SPASIAL SUMBERDAYA ALAM PERKEBUNAN KARET RAKYAT KOTA BANJARBARU DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH

PEMETAAN DAERAH RAWAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PULAU BATAM

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

PERANAN JICA (JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY) TERHADAP PENANGANAN SAMPAH PERKOTAAN MAKASSAR SKRIPSI

POTENSI BEBAN PENCEMAR (PBP) AIR ASAL LIMBAH PETERNAKAN DI KOTA BANJARMASIN. Danang Biyatmoko

Jurnal Geodesi Undip AGUSTUS 2015

SAMBUTAN WALIKOTA BANJARBARU... PENGANTAR KETUA POKJA SANITASI KOTA BANJARBARU... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

UNIVERSITAS UDAYANA PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DALAM ANALISIS AKSESIBILITAS FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN GAWAT

TINJAUAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PEMBUANGAN SAMPAH DOMESTIK DI DESA LAM ILIE MESJID KECAMATAN INDRAPURI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya jumlah penduduk Indonesia diikuti oleh tingkat pertumbuhan

Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN

Optimisasi pengalokasian sampah wilayah ke tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Surakarta dengan model integer linear programming

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

MODEL OPTIMASI ALOKASI PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN PENDEKATAN INEXACT FUZZY LINEAR PROGRAMMING ( STUDI KASUS: PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MALANG )

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

ANALISIS HASIL PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Kota Denpasar)

Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis

Kajian Timbulan Sampah Domestik di Kelurahan Sukamenak Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015)

EVALUASI SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANDA RAYA, JAYA BARU DAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH

1. PENDAHULUAN Perkembangan kota yang semakin pesat membuat banyak bangunan didirikan dimana-mana dan tentunya akan merubah tata ruang yang telah ada.

III. METODE PENELITIAN

PEMODELAN PROFIL DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Pembangunan Basis Data Guna Lahan Kabupaten Bengkalis

EVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

ANALISIS SPASIAL PENENTUAN LOKASI KESEHATAN DI KOTA SALATIGA

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PREDIKSI PENGGUNAAN DAN PERUBAHAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA IKONOS MULTISPEKTRAL

APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH KOTA DENGAN PERILAKU MASYARAKAT : Studi Kasus Pengelolaan Sampah Kota Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODEL SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (Studi Kasus di Wilayah Propinsi Kalimantan Tengah) SAMSURI

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARBARU

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING

KAJIAN PEMBANGUNAN PASAR TRADISIONAL KOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN Oleh M. MUHAMAD RUSMIN NURYADIN

Proposal Peduli Sanitasi

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN GIS UNTUK PENENTUAN LOKASI TPA SAMPAH DI KOTA SURABAYA

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Batasan Masalah...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA DARI SEGI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PEMETAAN SEBARAN TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH ILEGAL DI KOTA BANJARBARU, KALIMANTAN SELATAN Andy Mizwar *) dan Putri Rachmalia Kartini Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat Jl A. Yani Km.36,5 Banjarbaru Kalimantan Selatan, 7714, Indonesia E-mail: andy.mizwar@gmail.com, Telp. 81346264276 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sebaran tempat pembuangan sampah (TPS) ilegal dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Data penelitian diperoleh melalui pengamatan dan pengukuran secara langsung di lapangan serta studi pustaka. Seluruh data yang diperoleh, baik yang berbasis geografis maupun yang bersifat deskriptif dan numerik diolah dan dipetakan dengan menggunakan perangkat lunak ESRI ArcView GIS 3.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kota Banjarbaru terdapat 64 lokasi TPS ilegal dan sebarannya dipengaruhi oleh jarak dari sungai, jarak dari jalan utama, jarak dari jalan lokal, tutupan lahan, kepadatan penduduk, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, cara membuang sampah, cakupan wilayah layanan pengangkutan sampah dan jarak dari TPS resmi. Kata kunci: Kalimantan Selatan, pembuangan sampah ilegal, pemetaan, sampah domestik, sistem informasi geografis ABSTRACT This study aimed to map the illegal dumping distribution and to analyze the factors that influence it. The research was conducted in the Banjarbaru City, South Kalimantan Province. The data were obtained through direct observations and measurements in the field, and literature study. All data were obtained, both geographical-based nor descriptive and numeric, are processed and mapped using ESRI ArcView GIS 3.3. The results showed that in the Banjarbaru city there are 64 illegal dumping site and it s spreading is affected by distance from the river, distance from the main road, distance of local roads, land cover, population density, level of education, type of job, how to dispose of waste, waste transport service coverage and the distance from the legal dumping site. Keywords: Domestic waste, geographic information system, illegal dumping, mapping, South Kalimantan 1. PENDAHULUAN Tempat pembuangan sampah ilegal telah mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah, terutama terjadinya pencemaran tanah dan air tanah. Menurut investigasi yang dilakukan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup Indonesia (Anonim, 28a), sekitar 44% dari total 13

timbulan sampah Indonesia atau setara dengan ± 16,94 juta ton/tahun sampah belum tertangani dengan sistem pengelolaan sampah yang saat ini diterapkan dan mengakibatkan munculnya banyak tempat pembuangan sampah (TPS) ilegal. Permasalahan ini sudah seharusnya menjadi perhatian pemerintah terkait dengan reformasi pengelolaan sampah berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 28 tentang Pengelolaan Sampah (Anonim, 28b) dan strategi pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) 215. Salah satu alternatif penanganan masalah ini adalah dengan menerapkan sistem pengawasan terintegrasi yang telah terbukti berhasil mencegah munculnya TPS ilegal (Tasaki, dkk., 27). Sistem ini terdiri dari tujuh langkah penerapan program pengelolaan TPS ilegal, yaitu mengidentifikasi pemangku kepentingan, menentukan batas-batas wilayah target, melakukan evaluasi menyeluruh terhadap masalah, menentukan tujuan pengelolaan, merumuskan program pengelolaan, pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan, dan memonitor pelaksanaan program dan mengevaluasi dampak program (Anonim, 1998). Dengan memperhatikan tujuh langkah pengelolaan tersebut, dapat dikemukakan bahwa pemetaan sebaran TPS ilegal untuk menentukan batas-batas wilayah target merupakan salah satu titik awal dari penerapan sistem pengawasan terintegrasi. Pemetaan sebaran TPS ilegal berguna untuk menginformasikan, menunjukkan dan memperingatkan kepada para pemangku kepentingan tentang lokasi-lokasi pembuangan sampah ilegal serta karakteristiknya (Tasaki, dkk., 24). Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan kemampuannya dalam memasukkan, menyimpan, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan data bereferensi geografis (Prahasta, 25) telah banyak digunakan dalam pengelolaan sampah, beberapa di antaranya; Vijay, dkk. (28), Kalani dan Samarakoon (21), dan Senthil, dkk. (212) menggunakan SIG untuk menentukan lokasi penempatan bak sampah. Ogwueleka (29), Calkias dan Lasaridi (29), dan Chimote dan Bhabhulkar (212) membangun model sistem pengumpulan dan transportasi sampah menggunakan SIG. Sementara itu, Akbari, dkk. (28), Yahaya, dkk. (21), dan Mizwar (212) mengevaluasi kesesuaian lahan untuk tempat pengolahan akhir (TPA) sampah menggunakan SIG. Namun hanya beberapa penelitian saja yang difokuskan pada pemetaan sebaran TPS ilegal dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tasaki, dkk. (24) menganalisis faktor-faktor geofisik yang mempengaruhi munculnya TPS ilegal. Tasaki, dkk. (27) membangun model zonasi TPS ilegal berbasis SIG, dan Matsumoto dan Takeuchi (211) menganalisis pengaruh karakteristik masyarakat terhadap frekuensi pembuangan sampah secara ilegal. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada aplikasi SIG untuk pemetaan sebaran TPS ilegal dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan harapan dapat menjadi informasi tambahan dalam penerapan sistem pengawasan terintegrasi terhadap TPS ilegal. 2. METODE PENELITIAN 2.1 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu GPS Garmin 76CSx, meteran, seperangkat komputer beserta perangkat lunak ESRI ArcView GIS 3.3., peta dasar berupa peta digital Rupa Bumi Indonesia, skala 1:5., lembar 1712-23 (Bati-Bati), 1712-23 (Aranio), 1712-51 (Banjarmasin) dan 1712-52 (Martapura), dan kuesioner. 2.2 Prosedur Penelitian Data primer diperoleh melalui pengamatan dan pengukuran secara langsung di lapangan. Lokasi TPS ilegal yang ditentukan dengan cara plotting koordinat lokasi menggunakan GPS Garmin 14

76CSx. Luas dan volume sampah di lokasi TPS ilegal yang diukur menggunakan meteran kemudian dihitung luas dan volume sampahnya. Data karakteristik masyarakat (tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan cara membuang sampah) diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) terhadap 3 responden yang ditentukan secara purposive sampling dalam radius 3 m dari masing-masing lokasi TPS ilegal. Sebanyak 22 responden diambil dalam wilayah Kecamatan Banjarbaru Utara dan 98 responden diambil dalam wilayah Kecamatan Banjarbaru Selatan. Rentang umur responden berkisar antara 25 - > 6 tahun, dengan proporsi 5% reponden pria dan 5% responden wanita. Untuk data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, termasuk informasi dari Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Ruang Kota Banjarbaru. Kriteria penentuan TPS ilegal yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu timbunan sampah lebih dari 1 m³, tidak dilayani oleh angkutan sampah Pemko Banjarbaru, dan telah digunakan lebih dari 1 bulan. Empat parameter geofisik yang terdiri dari; jarak dari sungai, jarak dari jalan utama, jarak dari jalan lokal, dan tutupan lahan (Tasaki, dkk., 24), empat parameter karakteristik masyarakat yang terdiri dari; kepadatan penduduk, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan cara membuang sampah (Matsumoto dan Takeuchi, 211), serta dua parameter pelayanan pengelolaan sampah yang terdiri dari; cakupan wilayah layanan pengangkutan sampah, dan jarak dari TPS resmi, ditetapkan sebagai variabel bebas. Sementara itu, jumlah dan sebaran lokasi TPS ilegal sebagai variabel terikat. Seluruh data yang diperoleh, baik yang berbasis geografis maupun yang bersifat deskriptif dan numerik, diolah dan dipetakan dengan menggunakan perangkat lunak ESRI ArcView GIS 3.3. Peta Jarak dari Sungai, Peta Jarak dari Jalan Utama, Peta Jarak dari Jalan Lokal, Peta Cakupan Wilayah Layanan Pengangkutan Sampah, dan Peta Jarak dari Tempat Pembuangan Sampah Resmi diperoleh dengan proses buffering yang dilakukan pada Peta Hidrologi, Peta Jaringan Jalan, Peta Jalur Pengangkutan Sampah Kota Banjarbaru, dan Peta Sebaran Lokasi TPS Resmi Kota Banjarbaru. Peta Tutupan Lahan diperoleh dengan metode deduksi dari peta digital Rupa Bumi Indonesia. Sementara itu, Peta Kepadatan Penduduk, Tingkat Pendidikan, Jenis Pekerjaan, dan Cara Membuang Sampah diperoleh dengan proses calculating dan converting kondisi demografi Kota Banjarbaru dan hasil kuesioner. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sebaran TPS Ilegal Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran secara langsung di lapangan, ditemukan 64 lokasi TPS ilegal di Kota Banjarbaru. Di wilayah Kecamatan Banjarbaru Utara terdapat 46 lokasi TPS ilegal (71,88%), sedangkan 18 lokasi (28,12%) berada di wilayah Kecamatan Banjarbaru Selatan. Lokasi TPS ilegal terbanyak (16 lokasi) ditemukan di Sungai Ulin dan Loktabat Utara Kecamatan Banjarbaru Utara, sedangkan di Komet Kecamatan Banjarbaru Utara tidak ditemukan tempat pembuangan sampah ilegal. Hal ini terkait dengan posisi Komet yang merupakan pusat pemerintahan Kota Banjarbaru dan merupakan satu-satunya kelurahan yang mendapatkan layanan pengelolaan sampah 1%. Lokasi TPS ilegal terluas (± 5 m²) berada di Komplek ASABRI Sungai Ulin, Sungai Ulin, Kecamatan Banjarbaru Utara, sedangkan volume sampah terbanyak (± 1 m³) terdapat di Jl. Dahlina Raya, Sungai Besar, Kecamatan Banjarbaru Selatan. Hasil pemetaan sebaran tempat pembuangan sampah ilegal di Kota Banjarbaru disajikan pada Gambar 1. 15

3.2 Pengaruh Faktor Geofisik Pengaruh masing-masing faktor geofisik terhadap keberadaan TPS ilegal di Kota Banjarbaru ditunjukkan pada Gambar 2. Berdasarkan jarak dari sungai (Gambar 2(a)), ditemukan masingmasing 22 lokasi TPS ilegal (34,38%) yang berada pada jarak 3 5 m dan > 5 m dari sungai, masing-masing 8 lokasi (12,5%) yang berada pada jarak 1 2 m dan 2 3 m dari sungai, dan 4 lokasi (6,25%) pada jarak < 1 m dari sungai. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah lokasi TPS ilegal di Kota Banjarbaru meningkat seiring dengan bertambahnya jarak dari sungai. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Kota Banjarbaru untuk tidak membuang sampah di sungai cukup tinggi. Untuk parameter jarak dari jalan, ditemukan 51 lokasi TPS ilegal (79,69%) berada di jalan utama (jalan nasional/jalan provinsi/jalan kabupaten) dan 13 lokasi (2,31%) berada di jalan lokal. Hal ini menunjukkan bahwa faktor aksesibilitas sangat mempengaruhi keberadaan lokasi TPS ilegal. 16

9622 96225 9615 9621 9675 962 9619 9618 9617 9616 254 255 256 257 258 259 26 261 262 263 264 24 2475 255 2625 27 9621 9622 Kabupaten Banjar 96225 9615 Kabupaten Banjar Kecamatan Kecamatan Landasan Ulin Liang A nggang KOTA BANJARBARU Kecamatan Cempaka Kabupaten Banjar 9617 9618 9619 962 Kecamatan Landasan Ulin LU-1 LU-2 PETA SEBARAN LOKASI TPS ILEGAL KOTA BANJARBARU 5 5 Meters Proyeksi : Transverse Mercator Sistem Grid : Grid UTM Datum : WGS 84, UTM Zone 5S LU-3 LU-4 Loktabat Utara LU-6 LU-16 LS-1 LU-15 LU-1 LU-5 LU-11 LU-12 MS-12 MS-13 LU-9 LU-7 MS-1 LU-8 MS-14MS-11 MS-9 LU-13 LU-14 Loktabat Selatan Km-2 LS-2 LS-3 LS-5 LS-4 LS-6 Km-1 Mentaos Komet Kemuning Km-3 Gt-2 Gt-1 MS-8 MS-7 MS-6 MS-5 MS-4 MS-1 MS-3 MS-2 Guntung Paikat Gt-3 Gt-4 Km-4 SB-1 SB-4 SB-2 SB-3 Sungai Besar 9675 24 2475 SU-1 SU-3 SU-4 SU-5 SU-7 SU-2 SU-8 SU-6 SU-1 SU-9 SU-14 SU-13 SU-12 SU-11 SU-16 SU-15 Kabupaten Tanah Laut Kec. Banjarbaru Utara Kec. Banjarbaru Selatan 255 Sungai Ulin 2625 27 9616 Keterangan : batas kota/kabupaten batas kecamatan batas kelurahan jalan lokasi TPS ilegal Kecamatan Banjarbaru Selatan Kecamatan Banjarbaru Utara Sumber : 1. RBI digital, Skala 1:5., Tahun 29, BAKOSURTANAL 2. Peta Administrasi Kota Banjarbaru 3. Survey Lapangan, 211 Kecamatan Cempaka 254 255 256 257 258 259 26 261 262 263 264 Gambar 1. Peta sebaran lokasi TPS ilegal di Kota Banjarbaru 17

Jumlah TPS Ilegal Jumlah TPS Ilegal Jumlah TPS Ilegal 3 1% 25 2 15 1 8 8 22 22 8% 6% 4% 5 4 2% < 1 1-2 2-3 3-5 > 5 % (a) Jarak dari sungai (m) 4 36 1% 3 8% 2 1 (b) 8 2 2 3 < 5 5-1 1-25 25-5 5-1 > 1 Jarak dari jalan utama (m) 6% 4% 2% % 1 1% 8 7 8% 6 5 6% 4 4% (c) 2 1 < 5 5-1 1-25 > 25 Jarak dari jalan lokal (m) 2% % 18

Jumlah TPS Ilegal 35 32 1% 3 25 2 17 8% 6% 15 1 5 7 8 4% 2% Tanah kosong Hutan kota Permukiman Semak belukar % (d) Jenis tutupan lahan Gambar 2. Histrogram pengaruh faktor geofisik terhadap TPS ilegal (a) Jarak dari sungai, (b) Jarak dari jalan utama, (c) Jarak dari jalan lokal, (d) Tutupan lahan Berdasarkan jarak dari jalan utama (Gambar 2(b)), mayoritas lokasi TPS ilegal (36 lokasi) berada pada jarak < 5 m, yang berarti bahwa lokasi-lokasi TPS ilegal tersebut tepat berada di bahu jalan yang sangat memudahkan orang untuk membuang sampah di lokasi-lokasi tersebut. Jumlah lokasi TPS ilegal berkurang seiring dengan bertambahnya jarak dari jalan utama, kecuali pada jarak 5 1 m yang sedikit meningkat menjadi 8 lokasi. Hal ini terjadi akibat pembukaan akses jalan khusus menuju lokasi TPS ilegal tersebut (2 lokasi) dan berada di area hutan kota/hutan pinus (5 lokasi). Sementara itu, berdasarkan parameter jarak dari jalan lokal (Gambar 2(c)), ditemukan 5 lokasi TPS ilegal (38,46%) pada jarak < 5 m yang merupakan terbanyak kedua setelah jarak 1 25 m dari jalan lokal (7 lokasi). Hal ini terkait dengan status jalan lokal di Kota Banjarbaru yang mayoritas merupakan jalan komplek perumahan, sehingga lokasi TPS ilegal relatif berada lebih jauh dari jalan untuk menghindari terjadinya penyebaran bau timbunan sampah mencapai lokasi permukiman. Namun ketiadaan akses jalan untuk mencapai lokasi yang lebih jauh lagi menyebabkan keberadaan lokasi TPS ilegal tersebut hanya terbatas pada jarak 25 m dari jalan lokal. Berkenaan dengan aspek tutupan lahan (Gambar 2(d)), semua lokasi TPS ilegal ditemukan pada area lahan yang belum terbangun atau belum dimanfaatkan. Sebanyak 32 lokasi TPS ilegal (5%) berada di semak belukar, 17 lokasi (26,56%) berada di lahan kosong dalam area permukiman, 8 lokasi (12,5%) berada di area hutan kota/hutan pinus, dan 7 lokasi (1,94%) berada di area tanah kosong. 3.3 Pengaruh Faktor Karakteristik Masyarakat Pada tahun 21, kepadatan penduduk Loktabat Utara sebesar 1235 jiwa/km², Mentaos 5822 jiwa/km², Komet 1647 jiwa/km², Sungai Ulin 1918 jiwa/km², Loktabat Selatan 974 jiwa/km², Kemuning 2353 jiwa/km², Guntung Paikat 3229 jiwa/km², dan Sungai Besar 2413 jiwa/km² (Anonim, 211). Apabila dibandingkan dengan jumlah lokasi TPS ilegal yang ditemukan, maka dapat diketahui bahwa mayoritas lokasi TPS ilegal berada di wilayah dengan kepadatan penduduk 15 3 jiwa/km² (24 lokasi) dan < 15 jiwa/km² (22 lokasi). Jumlah TPS ilegal turun menjadi 4 lokasi pada wilayah dengan kepadatan penduduk 3 45 jiwa/km², namun kembali bertambah menjadi 14 lokasi pada wilayah dengan kepadatan penduduk > 45 jiwa/km², sebagaimana 19

Jumlah TPS Ilegal % Responden Jumlah TPS Ilegal ditunjukkan pada Gambar 3(a). Hal ini menunjukkan bahwa wilayah dengan kepadatan penduduk yang lebih rendah memiliki probabilitas keberadaan TPS ilegal yang lebih tinggi. Terkait dengan jumlah TPS ilegal di Mentaos (kepadatan penduduk > 45 jiwa/km²) sebanyak 14 lokasi yang berarti lebih banyak dibanding di Guntung Paikat (kepadatan penduduk 3 45 jiwa/km²) yang hanya 4 lokasi, dapat dijelaskan bahwa 8 lokasi TPS ilegal di Mentaos (57,14%) berada di area hutan kota/hutan pinus yang merupakan fasilitas umum dan sering digunakan oleh masyarakat Kota Banjarbaru dan sekitarnya. Dengan demikian keberadaan TPS ilegal di area tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh masyarakat di sekitar area hutan kota/hutan pinus tersebut. 35 3 25 2 15 1 5 (a) 22 24 14 4 < 15 15-3 3-45 > 45 Kepadatan penduduk (jiwa/km 2 ) 1% 8% 6% 4% 2% % 2 5 16 16 16 4 12 14 3 8 2 4 4 4 4 6 1 Guntung Paikat Kemuning Sungai Besar Loktabat Selatan Mentaos Loktabat Utara Sungai Ulin (b) TPS Ilegal SD SLTP SLTA D3 Sarjana Tingkat Pendidikan 2

Jumlah TPS Ilegal % Responden Jumlah TPS Ilegal % Responden 2 5 16 14 16 16 4 12 3 8 6 2 4 4 4 4 1 (c) Guntung Paikat Kemuning Sungai Besar Loktabat Selatan Jenis Pekerjaan Mentaos Loktabat Utara TPS Ilegal PNS/TNI/Polri Swasta Pensiun Pedagang Rumah tangga Sungai Ulin 2 5 16 14 16 16 4 12 3 8 6 2 4 4 4 4 1 Guntung Paikat Kemuning Sungai Besar Loktabat Selatan Mentaos Loktabat Utara Sungai Ulin (d) TPS Ilegal ke TPS resmi diambil petugas lahan kosong Cara membuang sampah Gambar 3. Histrogram pengaruh faktor karakteristik masyarakat terhadap TPS ilegal (a) Kepadatan penduduk, (b) Tingkat pendidikan, (c) Jenis pekerjaan, (d) Cara membuang sampah Berdasarkan tingkat pendidikan (Gambar 3(b)), diketahui bahwa jumlah lokasi TPS ilegal meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah responden dengan tingkat pendidikan SLTP dan SLTA, sedangkan peningkatan jumlah responden dengan tingkat pendidikan D3 dan sarjana mengakibatkan berkurangnya jumlah lokasi TPS ilegal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Apantaku (25) dan Longe, dkk. (29) yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam sistem pengelolaan sampah. Untuk parameter jenis pekerjaan (Gambar 3(c)), diketahui bahwa jumlah lokasi TPS ilegal meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah responden dengan jenis pekerjaan pensiunan, rumah tangga dan pedagang. Sebaliknya jumlah lokasi TPS ilegal berkurang seiring dengan meningkatnya jumlah responden dengan jenis pekerjaan PNS/TNI/Polri dan swasta. Berkenaan dengan cara membuang sampah (Gambar 3(d)), sangat jelas terlihat bahwa jumlah lokasi TPS ilegal meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah responden yang terbiasa membuang sampah di lahan kosong dan sebaliknya jumlah lokasi TPS ilegal berkurang seiring dengan meningkatnya jumlah responden yang terbiasa membuang sampah di TPS resmi. Hal yang menarik adalah terjadinya peningkatan jumlah lokasi TPS ilegal seiring dengan meningkatnya jumlah responden yang sampahnya diambil oleh petugas kebersihan. Berdasarkan hasil wawancara secara mendalam (indepth interview) terhadap 72 responden yang sampahnya diambil oleh petugas kebersihan tersebut, diketahui bahwa frekuensi pengambilan sampah oleh petugas 21

Jumlah TPS Ilegal Jumlah TPS Ilegal kebersihan tidak selalu dilakukan setiap hari. Terkadang sampah menumpuk selama 3 5 hari bahkan sampai lebih dari satu minggu. Oleh karena itu, responden berinisiatif untuk membuang sampah ke TPS resmi maupun ke lahan kosong di dekat rumah mereka. 3.4 Pengaruh Faktor Pelayanan Pengelolaan Sampah Dalam penelitian ini, dua parameter pelayanan pengelolaan sampah yang terdiri dari; cakupan wilayah layanan pengangkutan sampah dan jarak dari TPS resmi, digunakan untuk menganalisis hubungan antara ketersediaan sarana pengelolaan sampah dengan jumlah lokasi TPS ilegal di Kota Banjarbaru. Pengaruh masing-masing parameter dari faktor pelayanan pengelolaan sampah terhadap keberadaan TPS ilegal di Kota Banjarbaru ditunjukkan pada Gambar 4. 5 47 1% 4 3 8% 6% 2 1 (a) 17 dalam jalur di luar jalur Jalur pengangkutan sampah 4% 2% % 4 39 1% 3 8% 2 1 (b) 14 9 1 1 < 1 1-2 2-3 3-5 > 5 Jarak dari TPS resmi (m) 6% 4% 2% % Gambar 4. Histrogram pengaruh faktor pelayanan pengelolaan sampah terhadap TPS ilegal (a) Cakupan wilayah layanan pengangkutan sampah, (b) Jarak dari TPS resmi Untuk parameter cakupan wilayah layanan pengangkutan sampah (Gambar 4(a)), ditemukan 47 lokasi TPS ilegal berada di luar jalur pengangkutan sampah Kota Banjarbaru, sedangkan 17 lokasi berada di dalam jalur pengangkutan sampah Kota Banjarbaru. Berdasarkan hasil wawancara secara mendalam dengan Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Ruang Kota Banjarbaru, dapat dikemukakan bahwa keberadaan mayoritas lokasi TPS ilegal (73,44%) di luar jalur pengangkutan sampah menunjukkan bahwa salah satu penyebab munculnya lokasi TPS ilegal di Kota Banjarbaru adalah belum meratanya cakupan wilayah layanan pengangkutan sampah di Kota Banjarbaru. Sementara itu, keberadaan 26,56% lokasi TPS ilegal di dalam jalur pengangkutan sampah disebabkan oleh keterbatasan kapasitas armada angkutan sampah, sehingga timbunan sampah selain yang tertampung dalam TPS resmi tidak dapat dilayani. Hal ini didukung dengan data jumlah 22

timbulan sampah yang terangkut untuk wilayah Kecamatan Banjarbaru Utara dan Banjarbaru Selatan sebanyak ± 121,5 m³/hari yang apabila dibandingkan dengan estimasi jumlah timbulan sampah di dua kecamatan ini sebesar ± 144,27 m³/hari maka terdapat ± 22,7 m³/hari (15,78%) sampah yang tidak terangkut. Berdasarkan jarak dari TPS resmi (Gambar 4(b)), ditemukan masing-masing 1 lokasi TPS ilegal (1,56%) yang berada pada jarak < 1 m dan 1 2 m dari TPS resmi, 9 lokasi (14,6%) pada jarak 2 3 m dari TPS resmi, 14 lokasi (21,88%) pada jarak 3 5 m dari TPS resmi, dan 39 lokasi (6,94%) pada jarak > 5 dari TPS resmi. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah lokasi TPS ilegal di Kota Banjarbaru meningkat seiring dengan bertambahnya jarak dari TPS resmi. Selain itu, kondisi ini juga menunjukkan bahwa jumlah TPS resmi masih kurang dan sebarannya tidak merata. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemetaan sebaran tempat pembuangan sampah (TPS) ilegal dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dilakukan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sebaran lokasi TPS ilegal dipengaruhi oleh jarak dari sungai, jarak dari jalan utama, jarak dari jalan lokal, tutupan lahan, kepadatan penduduk, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, cara membuang sampah, cakupan wilayah layanan pengangkutan sampah dan jarak dari TPS resmi. DAFTAR PUSTAKA Akbari, V., Rajabi, M. A., Chavoshi, S. H. dan Shams, R.. (28). Landfill Site Selection by Combining GIS and Fuzzy Multi Criteria Decision Analysis, Case Study: Bandar Abbas, Iran. World Applied Sciences Journal, 3(1):39-47. Anonim. (1998). Illegal Dumping Prevention Guidebook EPA95-B-97-1. US EPA Region 5, Chicago, Illinois. Anonim. (28a). Statistik Persampahan Indonesia Tahun 28. Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Jakarta. Anonim. (28b). Undang-Undang Nomor 18 Tahun 28 tentang Pengelolaan Sampah. Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta. Anonim. (211). Kota Banjarbaru dalam Angka Tahun 211. BPS Kota Banjarbaru, Banjarbaru. Apantaku, S. O. (25). Influence of Extension Education on Residents Waste Disposal Practices in Abeokuta Area of Ogun State. International Journal of Agricultural Sciences, Science, Environment and Technology, 5(1):53-63. Calkias, C. dan Lasaridi, K. (29). A GIS-based Model for the Optimization of Municipal Solid Waste Collection: the Case Study of Nikea, Athens, Greece. Wseas Transactions on Environment and Development, 5(1):64-65. Chimote, K. dan Bhabhulkar, A. (212). Municipal Solid Waste (MSW) Collection by Geographical Information System (GIS). National Conference on Innovative Paradigms in Engineering and Technology. IJCA, New York, 1-4 March 212. Kalani, I. A. dan Samarakoon, L. (21). Locating Bin Using GIS for Waste Management. International Journal of Engineering and Technology, 1(2):97-11. Longe, E. O., Longe, O. O. dan Ukpebor, E. F. (29). People s Perceptions on Household Solid Waste Management in Ojo Local Government Area in Nigeria. Iranian Journal of Environmental Health Science & Engineering, 6(3):29-216. 23

Matsumoto, S. dan Takeuchi, K. (211). The Effect of Community Characteristics on the Frequency of Illegal Dumping. Environmental Economics and Policy Studies, 13:177-193. Mizwar, A. (212). Penentuan Lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah Kota Banjarbaru Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Jurnal EnviroScienteae, 8(1):16-22. Ogwueleka, T. C. (29). Route Optimization for Solid Waste Collection: Onitsha (Nigeria) Case Study. Journal of Applied Sciences and Environmental Management, 13(2):37-4. Prahasta, E. (25). Sistem Informasi Geografis: Konsep-konsep Dasar. Bandung: Penerbit Informatika. Senthil, J., Vadivel, S. dan Murugesan, J. (212). Optimum Location of Dust Bins Using Geo- Spatial Technology: A Case Study of Kumbakonam Town, Tamil Nadu, India. Advances in Applied Science Research, 3(5):2997-33. Tasaki, T., Kawahata, T., Osako, M., Matsui, Y., Takagishi, S., Morita, A. dan Akishima, S. (27). A GIS-based zoning of illegal dumping potential for efficient surveillance. Waste Management, 27:256-267. Tasaki, T., Matsui, Y., Kawahata, T., Osako, M., Takagishi, S. dan Morita, A. (24). Analysis of Geographic Attributes and Probabilities Related to Illegal Dumping. Japan Society of Waste Management Experts, 15:1-1. Vijay, R., Gautam, A., Kalamdhad, A., Gupta, A. dan Devotta, S. (28). GIS-based Locational Analysis of Collection Bins in Municipal Solid Waste Management Systems. Journal of Environmental Engineering and Science, 7:39-43. Yahaya, S., Ilori, C., Whanda, S. dan Edicha, J. (21). Land Fill Site Selection for Municipal Solid Waste Mangement Using Geographic Information System and Multicriteria Evaluation. American Journal of Scientific Research, 1:34-49. 24