PREPARATION OF ACTIVATED CARBON FROM SILK COTTON WOOD AND COCONUT SHELL BY PYROLISIS WITH CERAMIC FURNACE

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

ACTIVATED CARBON PRODUCTION FROM COCONUT SHELL WITH (NH 4 )HCO 3 ACTIVATOR AS AN ADSORBENT IN VIRGIN COCONUT OIL PURIFICATION ABSTRACT

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH SUHU, KONSENTRASI ZAT AKTIVATOR DAN WAKTU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KEMIRI

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN NaOH PADA KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA UNTUK ADSORPSI LOGAM Cu 2+

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

BAB III METODE PENELITIAN

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

Jason Mandela's Lab Report

PENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF KULIT KEMIRI

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

PERBAIKAN MUTU FRAKSI KEROSIN MELALUI PROSES ADSORPSI OLEH KARBON AKTIF

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

PEMBUATAN DAN KUALITAS ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR (LIQUID SMOKE)

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

ITM-05: PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN PADA AKTIVASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN ASAM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT UNTUK PENYARINGAN AIR KERUH

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI CANGKANG BUAH KARET UNTUK ADSORPSI ION BESI (II) DALAM LARUTAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

Mengapa Air Sangat Penting?

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

STUDI TENTANG PEMANFAATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA PADA PROSES DESALINASI AIR LAUT DENGAN TEKNIK REVERSE OSMOSIS

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI AKTIVASI ARANG DARI TEMPURUNG KELAPA DENGAN PENGOZONAN ABSTRAK ABSTRACT

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

ANALISIS DAYA SERAP TONGKOL JAGUNG TERHADAP KALIUM, NATRIUM, SULFIDA DAN SULFAT PADA AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

DAUR ULANG LIMBAH HASIL INDUSTRI GULA (AMPAS TEBU / BAGASSE) DENGAN PROSES KARBONISASI SEBAGAI ARANG AKTIF

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Pulp - Cara uji bilangan kappa

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(1): ISSN: Maret 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

BAB III METODE PENELITIAN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN DAN RANTING PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca cajuputi Powell) UNTUK PEMBUATAN ARANG AKTIF

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Metodologi Penelitian

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAAN ARANG AKTIF DARI KULIT PISANG DENGAN AKTIVATOR KOH DAN APLIKASINYA TERHADAP ADSORPSI LOGAM Fe

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

PERANCANGAN DAN APLIKASI ALAT PIROLISIS UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

EKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap

mesh, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml selanjutnya diamkan selama 30 menit

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=

BAB 3 METODE PERCOBAAN

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI ARANG SISA PEMBUATAN ASAP CAIR CANGKANG KELAPA SAWIT DENGAN METODE AKTIFASI KIMIA-FISIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Indo. J. Chem. Sci. 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

Karakteristik Arang Aktif dari Tempurung Kelapa dengan Pengaktivasi H2SO4 Variasi Suhu dan Waktu

Metodologi Penelitian

Transkripsi:

121 PREPARATION OF ACTIVATED CARBON FROM SILK COTTON WOOD AND COCONUT SHELL BY PYROLISIS WITH CERAMIC FURNACE Pembuatan Karbon Aktif Dari Kayu Randu dan Tempurung Kelapa Dengan Proses Distilasi Kering Menggunakan Tanur dari Gerabah Winarto Haryadi *, Muchalal and Robby Noor Cahyono Chemistry Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Gadjah Mada University, Yogyakarta 55281 Received 24 March 2005; Accepted 1 April 2005 ABSTRACT Preparation of activated carbon from silk cotton wood and coconut shell has been done. Carbon was made by pyrolysis process in the Muchalal furnace with 3000 watt electric power. The electric power was increased gradually from 1000, 2000 and then 3000 watt with interval 2 hours during hours. Carbon was activated in Muchalal furnace with 4000 watt electric power during 2 hours and flowed with nitrogen gas. Product of the activated carbon was compared to standart product with several analysis including the surface area, acetic acid adsorption, iod adsorption and vapour adsorption. The results of analysis showed that surface area for silk cotton wood carbon, coconut shell carbon, and E.Merck product were 288.802 m 2 /g, 222.938 m 2 /g and 610.5543 m 2 /g, respectively. Acetic acid adsorption for silk cotton wood carbon, coconut shell carbon, and standart product were 15.391 mg/g, 132.91 mg/g, and 186.911 mg/g, respectively. Iodine adsorption for cotton wood carbon, coconut shell carbon, and standart product were 251.685 mg/g, 20.20 mg/g and 310.905 mg/g, respectively. Vapour adsorption for cotton wood carbon, coconut shell carbon and standart product were 12%, 4%,and 14%., respectively Key words : Activated carbon, pyrolysis, Muchalal furnace PENDAHULUAN Karbon aktif adalah karbon amorf berwujud padat yang memiliki luas permukaan internal yang memiliki rongga sehingga mempunyai daya serap yang besar terhadap gas, uap dan zat yang berada dalam larutan. Karbon aktif mempunyai luas permukaan antara 300-2000 m 2 /gr. Permukaan yang luas disebabkan adanya permukaan dalam (internal surface) yang berongga di dalam karbon aktif [1]. Karbon aktif diperoleh melalui proses aktivasi terhadap arang karbon. Karbon dapat diperoleh dari hasil pembakaran kayu, serbuk gergaji, tempurung, residu pabrik kertas, residu pengolahan minyak, coke dari batubara dan petroleum cokes pada suhu sekitar 400 C. Karbon aktif dapat dibuat dari berbagai jenis kayu. Penelitian tentang pembuatan karbon aktif telah dilakukan dengan bahan dasar tempurung kelapa, kayu bakau serta beberapa jenis kayu keras. Tiga komponen kayu yang utama (komponen makromolekul) yang terdapat dalam semua kayu adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Proporsi dari tiga polimer organik struktural ini bervariasi menurut jenis kayunya. Randu (Ceiba pentandra L. * Corresponding author. Email address : winarto@yahoo.com Gaertner) adalah tanaman besar dengan tinggi mencapai 150 kaki dan diameter mencapai kaki. Tanaman randu termasuk dalam divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Malvanes dan famili Bombacaceae. Kayu randu secara anatomi termasuk jenis kayu lunak, sehingga pemanfaatan kayu randu masih sangat terbatas dan nilai ekonomi jenis kayu ini tidak terlalu tinggi. Untuk meningkatkan nilai ekonomi kayu randu, maka akan dilakukan pembuatan karbon aktif dari kayu tersebut. Karbon aktif yang diperoleh dari kayu randu akan dibandingkan dengan karbon aktif dari tempurung kelapa. Tempurung kelapa merupakan bagian dari buah tanaman kelapa (Cocus nuciefera, L). Tempurung kelapa berfungsi melindungi inti dari buah kelapa. Komponen kayu dan komponen tempurung kelapa hampir sama. Tempurung kelapa tergolong dalam kayu keras, hal ini didasarkan pada kandungan airnya yang berkisar 6-9% (yang dihitung dari berat keringnya) [2]. Karbon aktif dari tempurung kelapa sudah banyak diproduksi dan dipasarkan. Pembuatan karbon aktif dilakukan dalam dua tahap utama yaitu proses karbonasi dan proses

122 Indo. J. Chem., 2005, 5 (2), 121-124 aktivasi untuk menghilangkan senyawa non karbon sehingga diperoleh unsur karbon yang murni. Proses karbonisasi dan proses aktivasi ini disebut juga proses distilasi kering dan alat yang digunakan pada proses ini biasa disebut tanur. Tanur yang sering digunakan pada proses ini terbuat dari stainless steel sehingga harganya sangat mahal. Dengan alasan tersebut Muchalal merancang tanur yang terbuat dari tanah liat yang disebut sebagai tanur Muchalal. Proses pembuatan karbon aktif pada prinsipnya menggunakan suatu reaktor pemanas yang terdiri atas reaktor karbonisasi dan reaktor aktivasi. Reaktor karbonisasi terdiri dari reaktor asap dan tungku pemanas [3]. Fungsi utama dari reaktor aktivasi adalah untuk mengaktivasi arang menjadi karbon aktif. Umumnya reaktor karbonisasi dan aktivasi menggunakan tanur ataupun tungku pemanas yang sama, baik yang menggunakan pemanas listrik ataupun pemanas yang menggunakan bahan bakar tertentu. Perbedaan utama antara reaktor karbonisasi dan reaktor aktivasi adalah pada reaktor aktivasi dialirkan gas inert melalui bagian bawah reaktor dengan pipa khusus. Reaktor aktivasi berbentuk kolom yang terbuat dari stainless steel [4]. Gas karbon dioksida atau gas inert lainnya dialirkan melalui dasar kolom. Gas inert digunakan agar proses aktivasi berlangsung efektif dengan mengusir tar dan sisa senyawa karbon yang menempel pada pori arang. Alat destilasi kering yang ada umumnya hanya mempunyai satu saluran pembuangan yaitu melalui bagian atas alat [5,6]. Tanur Muchalal ini merupakan alat destilasi kering yang telah dimodifikasi yaitu saluran pembuangan dibuat dua buah yaitu bagian atas untuk membuang asap cair dan bagian bawah untuk membuang tar. Tar yang berbentuk pasta dan mempunyai berat jenis besar akan lebih mudah keluar dari saluran bawah karena pengaruh gravitasi. METODE PENELITIAN Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini : gas nitrogen, iodium (Merck), natrium tiosulfat (Merck), karbon Aktif (Merck) sebagai standar, asam asetat (Merck), natrium hidroksida (Merck), asam oksalat (Merck), indikator amilum 1 %, indikator fenolftalein dan etanol teknis. Peralatan Alat yang digunakan dalam penelitian ini : satu set alat destilasi kering dan satu set alat aktivasi rancangan Muchalal (Gambar 1). Oven listrik dengan suhu maksimal 350 C, termokopel (Termoklin), ayakan 325 mesh, alat timbang elektrik, alat pengocok OSK 6445 Universal Shaker Ogawa Seiki, Alat sentrifugasi, seperangkat alat AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry), seperangkat alat SAA (Surface Area Analizer) dan alat alat gelas laboratorium. Prosedur Penelitian Proses Distilasi Kering Kayu randu yang bersih dan kering dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam tanur dan dibakar tanpa udara dengan daya listrik 3000 watt selama jam. Dengan cara yang sama dilakukan juga terhadap tempurung kelapa. Proses Aktivasi Arang dan Penentuan Besaran Burn Off Arang hasil pirolisis dalam keadaan kering ditimbang dan kemudian dimasukkan ke dalam tanur Muchalal, dipanaskan pada suhu 00 o C selama 2 jam sambil dialiri gas nitrogen melewati ujung atas tanur. Analisis kandungan logam K dan Na pada air bekas cucian karbon aktif dengan AAS. Karbon hasil aktivasi dicuci dengan air hingga ph netral dan air bekas cucian karbon aktif baik sampel maupun standar dianalisis kandungan logam K dan Na dengan menggunakan AAS. Spesifikasi Karbon Aktif Hasil Pirolisis Analisis Luas Permukaan Karbon Aktif dengan Surface Area Analizer (SAA) Karbon aktif yang diperoleh dan karbon aktif standar hasil pencucian dikarakterisasi dengan alat Surface Area Analizer (SAA) untuk menentukan luas permukaannya. 2 6 1 8 3 4 5 Keterangan gambar : 1.Tanur Muchalal 2.Pendingin lurus 3.Pipa kaca 4.Pendingin bola 5.Penampung distilat atas 6.Penampung distilat bawah.selang karet Gambar 1 Skema tanur Muchalal

123 Daya serap karbon aktif terhadap asam asetat Karbon aktif hasil netral dipanaskan dalam oven 120 C selama 1 jam dan 1 g darinya setelah dingin dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml yang berisi 25 ml asam asetat 1 M. Campuran dikocok selama 10 menit kemudian ditutup dibiarkan selama 24 jam. Setelah waktu terlewatkan disaring, filtrat yang tertampung ditentukan kuantitas asam asetat yang diserap oleh karbon aktif dengan cara titrasi NaOH 0,5 M. Uji daya serap karbon aktif tehadap larutan iodium Karbon aktif hasil dipanaskan dalam oven 120 C selama 1 jam diambil 0,25 g dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml berisi 25 ml larutan iodium 0,1 M, dikocok selama 15 menit. Campuran kemudian dipindah ke dalam tabung sentrifugasi, dan dipusingkan selama,5 menit. Lima mililiter dari cairan yang bening dititrasi larutan Na 2 S 2 O 3 0,1 M hingga warna kuning mulai pudar, dilanjutkan penambahan indikator amilum 1 % dan dititrasi lanjut hingga larutan menjadi bening. Uji daya serap karbon aktif tehadap uap air Karbon aktif yang dihasilkan pada percobaan sebelumnya dibiarkan dalam tempat yang kering dan terbuka selama 24 jam kemudian setelah itu diambil 1 g dipanaskan pada suhu 120 C selama 3 jam, dan ditimbang hingga diperoleh massa yang tetap. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pirolisis dengan Tanur Hasil pirolisis kayu randu dan tempurung kelapa dengan tanur Muchalal tanpa pompa vakum selama jam disajikan pada Tabel 1. Pada pirolisis kayu randu suhu naik dengan perlahan sedangkan pada pirolisis tempurung kelapa suhu naik dengan cepat. Pada pirolisis kayu randu kisaran temperatur 90-110 C dialami dalam waktu yang lama sedangkan pada pirolisis tempurung kelapa lebih cepat. Keadaan ini disebabkan kandungan air di kayu randu lebih banyak dibandingkan di tempurung kelapa. Proses pirolisis ini menghasilkan destilat berupa asap cair dan tar yang dapat mengalir keluar melalui bagian atas dan bawah tanur serta residu berupa arang yang tertinggal di dalam tanur. Dari Tabel 1 diperoleh data bahwa kayu randu menghasilkan asap cair lebih banyak dari pada tempurung kelapa. Proses Aktivasi Arang Menjadi Karbon Aktif Arang hasil pirolisis diaktivasi secara fisika dengan pemanasan suhu tinggi disertai aliran gas nitrogen dari bagian atas tanur selama 2 jam sehingga akan diperoleh karbon aktif. Proses aktivasi dilakukan di dalam tanur aktivasi yang memiliki ukuran yang lebih kecil daripada tanur untuk pirolisis dan memiliki elemen pemanas sebanyak empat buah. Pada proses aktivasi ini terjadi pembersihan pori-pori arang yang masih tertutup oleh tar dan senyawa hidrokarbon serta terjadi perluasan permukaan dalam (internal surface). Pengaliran gas dari bagian atas tanur dimaksudkan agar tar yang masih menutup pori karbon lebih mudah keluar karena selain didorong oleh gas nitrogen yang dialirkan juga adanya gaya gravitasi. Adanya massa yang hilang selama aktivasi menimbulkan besaran burn off. Besaran burn off mengindikasikan kesempurnaan proses distilasi kering. Nilai besaran burn off yang besar mengindikasikan proses destilasi pada pembentukan arang belum sempurna, sehingga masih banyak senyawa hidrokarbon dan tar yang tertinggal dan menutup pori-pori arang. Harga besaran burn off disajikan dalam Tabel 2. Dari tabel tersebut diketahui bahwa proses pirolisis kayu randu berjalan lebih baik dibandingkan pirolisis tempurung kelapa. Pada proses pirolisis bahan dari tumbuhan selalu dihasilkan logam oksida dari beberapa logam terutama logam natrium dan kalium. Pencucian arang karbon hasil aktivasi adalah menghilangkan abu anorganik, karena oksida logam tersebut akan mempengaruhi daya serap karbon aktif terhadap senyawa tertentu. Pencucian dilakukan hingga ph pada air cucian bersifat netral. Kandungan logam natrium dan kalium disajikan dalam Tabel 3. Tabel 1 Pirolisis 3000 gram kayu randu, daya 3000 watt selama selama jam. Bahan Hasil (% Berat) Arang Asap cair* Hilang Kayu randu 35,6 19,15 45,18 Tempurung 41,11,61 51,28 * Asap cair terdiri dari tar terkondensasi dan air Tabel 2 Besaran burn off dalam proses aktivasi No Sampel Besaran burn off 1 Kayu randu 18,41 2 Tempurung kelapa 21,14 Tabel 3 Kandungan logam natrium dan kalium dalam air bekas cucian karbon aktif* Serbuk karbon Kandungan Kandungan Na (ppm) K (ppm) Kayu randu 6,09 2,35 x 10 5 Tempurung 32,83 342,06 Standar 1,43 33,1 * Volume air bekas cucian = 250 ml

124 Indo. J. Chem., 2005, 5 (2), 121-124 Tabel 4 Hubungan luas permukaan serbuk arang dengan massa yang terserap Serbuk karbon Luas permukaan Asam asetat Iodium Uap air (m 2 /g) (mg/g) (mg/g) (% berat) Kayu randu 288,80 15,391 251,685 12,00 Tempurung 222,939 132,91 20,20 4,00 Standar 610,554 186,911 310,905 14,00 Kandungan logam Na dan K karbon aktif kayu randu dan tempurung kelapa yang dihasilkan dari tanur Muchalal ternyata masih lebih tinggi daripada kandungan kedua karbon tersebut pada karbon aktif standar. Hal ini menunjukkan bahwa Tanur Muchalal belum dapat meminimalkan kandungan Na dan K sehingga perlu dilakukan proses lebih lanjut. Kadar kalium dari arang kayu randu lebih besar dari tempurung kelapa hal ini disebabkan karena kayu randu termasuk golongan kayu lunak. Spesifikasi Karbon Aktif Hasil Pirolisis Analisis secara kualitatif terhadap karbon aktif kayu randu dan tempurung kelapa dibandingkan dengan karbon aktif standar, dilakukan dengan cara : (1) menghitung luas permukaan karbon aktif menggunakan surface area analizer, (2) menghitung serapan terhadap larutan asam asetat, (3) menghitung daya serap terhadap larutan iodium, dan (4) menghitung daya serap terhadap uap air. Hasil analisis kualitatif secara keseluruhan disajikan dalam Tabel 4. Dari Tabel 4 diperoleh data bahwa luas permukaan karbon aktif kayu randu dan tempurung kelapa masih berbeda bila dibandingkan karbon aktif standar. Hal ini dimungkinkan karena proses aktivasi yang dilakukan kurang sempurna, karena suhu maksimal yang dapat dicapai hanya 580 C sedangkan suhu untuk menghasilkan karbon aktif berkualitas yang baik adalah antara 900 1000 C. Akibatnya proses pembukaan pori karbon aktif dan pengusiran senyawa karbon serta tar yang masih menutup pori tidak berlangsung secara optimal. Kualitas karbon aktif selain dilihat dari luas permukaannya juga dari daya serapnya terhadap larutan tertentu, terhadap iodium dan asam asetat. Kemampuan menyerap larutan baik larutan iodium maupun asam asetat yang terbesar dimiliki oleh karbon aktif standar dan yang memiliki kemampuan paling rendah adalah tempurung kelapa. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa dengan semakin besarnya luas permukaan daya serap karbon aktif terhadap uap juga semakin besar. KESIMPULAN 1. Karbon aktif dapat dihasilkan dari kayu randu menggunakan tanur dari gerabah (tanur Muchalal), lama proses pirolisis jam, daya 3000 watt dan lama aktivasi 2 jam dengan daya 4000 watt. 2. Karbon aktif kayu randu memiliki luas permukaan lebih besar daripada karbon aktif tempurung kelapa, namun luas permukaan kedua jenis karbon aktif tersebut masih lebih kecil dibanding dengan karbon aktif standar. 3. Daya serap karbon aktif kayu randu terhadap asam asetat, iodium dan uap air relatif lebih besar daripada karbon aktif tempurung kelapa, namun masih lebih kecil dibandingkan standar. DAFTAR PUSTAKA 1. Kirk-Othmer, 1983, Encyclopedia of Chemical Technology, 3th Edition, Vol. 4, John Wiley and Sons, Inc, New York 2. Tilman, D., 1981, Wood Combustion, Principles Processes and Economics,Academic Press, Inc., New York 3. Johanes, H., 1986, Improved Sawdust Stove, UNESCO Workshop, Bangkok 4. Isroi, N.H, 1992, Modifikasi Pembuatan Reaktor Karbon Aktif, FMIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 5. Tahir, I., 1992, Pengambilan Asap Cair secara Destilasi Kering pada Proses Pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa, Skripsi, FMIPA, UGM, Yogyakarta 6. Tranggono, Suhardi, Setiadji, B., Darmadji, P, Supranto, Sudarmanto dan Armunanto, R., 199, Produksi Asap Cair dari Berbagai Jenis Kayu dengan Proses Pirolisis, paper Riset Unggulan Terpadu III 1995-199, FTP, UGM Yogyakarta

125