REKAYASA SISTEM NEURO-FUZZY UNTUK IDENTIFIKASI JENIS KAYU BANGUNAN DAN FURNITURE

dokumen-dokumen yang mirip
Identifikasi Jenis Kayu Menggunakan Support Vector Machine Berbasis Data Citra

ARSITEKTUR ANFIS UNTUK PENGENALAN KAYU BERBASIS CITRA CROSS-SECTION

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman Online di:

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL INTISARI ABSTRACT

T 2 Aplikasi Model Neuro Fuzzy Untuk Prediksi Tingkat Inflasi Di Indonesia

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

PRAKIRAAN BEBAN PUNCAK JANGKA PANJANG PADA SISTEM KELISTRIKAN INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITMA ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Architecture Net, Simple Neural Net

PERANCANGAN SISTEM KONTROL POSISI DAN KECEPATAN PADA KAPAL SELAM MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

PERBANDINGAN AKURASI ALGORITME PELATIHAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGGUNA KERETA API DI PULAU JAWA

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

Achmad Fauqy Ashari Supervisor: Wiwik Anggraeni S.Si, M.Kom Ahmad Mukhlason S.Kom, M.Sc

Unnes Journal of Mathematics

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER

ANALISIS FUNGSI AKTIVASI SIGMOID BINER DAN SIGMOID BIPOLAR DALAM ALGORITMA BACKPROPAGATION PADA PREDIKSI KEMAMPUAN SISWA

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE BACKPROPAGATION ABSTRAK

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: Perancangan Model Matematis Untuk Penentuan Jumlah Produksi di PT. XZY

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 4, Oktober 2013 ISSN

PEMILIHAN WARNA LIPSTIK BERDASARKAN INFORMASI USIA DAN WARNA KULIT DENGAN MENGGUNAKAN METODA ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

Penerapan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System Dalam Memprediksi Volume Pemakaian Air Bersih

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Machine learning (ML), bagian dari kecerdasan buatan (artificial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

PENGARUH IPK DAN MOTIVASI DALAM MEMPREDIKSI KETEPATAN WAKTU KELULUSAN MAHASISWA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PAKAR BERBASIS ADAPTIVE NEURO FUZZY

PREDIKSI LUAS PANEN DAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN BANYUMAS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) A-31

PERBANDINGAN BEBERAPA MODEL UNTUK KINERJA ALGORITMA BACKPROPAGATION COMPARISON OF SOME MODEL FOR PEFORMANCE IMPROVEMENT IN BACKPROPAGATION ALGORITHM

SLOPE CORRECTION PADA TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN WAKTU PERPINDAHAN LAMPU LALU LINTAS MENGGUNAKAN METODE NEURO-FUZZY PADA SISTEM TRANPORTASI CERDAS

Mahasiswa mampu memformulasikan permasalahan yang mengandung fakta dengan derajad ketidakpastian tertentu ke dalam pendekatan Sistem Fuzzy.

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

Rancang Bangun Perangkat Lunak Penentuan Lokasi Untuk Penelitian Pendahuluan Usaha Ritel di Surabaya Dengan Jaringan Saraf Tiruan

Pengenalan Aksara Lampung Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

Neural Networks. Machine Learning

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

SIMULASI APLIKASI ANFIS (ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM) TIRUAN PID PADA PENGENDALIAN TINGGI PERMUKAAN AIR

STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

PENGARUH UJI TUKEY TERHADAP VERIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN

MENGENALI FUNGSI LOGIKA AND MELALUI PEMROGRAMAN PERCEPTRON DENGAN MATLAB

ANALISIS DAN PERACANGAN APLIKASI SISTEM PENDETEKSI GANGGUAN JARINGAN KOMPUTER MENGGUNAKAN MULTILAYER DENGAN PELATIHAN FEEDFORWARD SKRIPSI

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK. Kata Kunci : Artificial Neural Network(ANN), Backpropagation(BP), Levenberg Marquardt (LM), harga emas, Mean Squared Error(MSE), prediksi.

STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA

Penggunaan Metode Logika Fuzzy Untuk Memprediksi Jumlah Kendaraan Bermotor Berdasarkan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas, Lebar Jalan Dan Faktor Koreksi

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA PROBABILISTIC NEURAL NETWORK

PENDAHULUAN. Latar Belakang

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY. Abstraksi

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT DAN ALGORITMA BACK PROPAGATION ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya

Kode/SKS : TEL 212/2 Prasyarat : -

Gambar (Figure) 1. Bagan Pengambilan Contoh Uji (Schematic pattern for wood sample collection)

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini, memerlukan banyak hal yang harus

IDENTIFIKASI KERUSAKAN MESIN BERPUTAR BERDASARKAN SINYAL SUARA DENGAN METODE ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM

PENERAPAN MODEL NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION UNTUK PREDIKSI HARGA AYAM

3.1.2 Analisis Kebutuhan... Error! Bookmark not defined Perancangan... Error! Bookmark not defined Pengujian... Error!

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI GABUNGAN ALGORITMA GENETIKA DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (STUDY KASUS PERAMALAN SAHAM)

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK UNTUK OPTIMASI AKURASI PADA PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation

PENGENALAN TULISAN TANGAN AKSARA BATAK TOBA MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BERBASIS MULTILAYER PERCEPTRON

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

PERAMALAN JUMLAH KENDARAAN DI DKI JAKARTA DENGAN JARINGAN BACKPROPAGATION

Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

REKAYASA SISTEM NEURO-FUZZY UNTUK IDENTIFIKASI JENIS KAYU BANGUNAN DAN FURNITURE Florensa Rosani Br Purba Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Jl. Tanjung Duren Raya No.4 Jakarta Barat 11470 Telp. (012) 5666952-5 Ext.506, Fax.5999956 Email: frpnop@yahoo.com ABSTRAK There are two major class of characteristics for wood species identification. The first class is general characteristics such as colour, odour, wood grain, texture etc, those can be observed directly by common sense,namely the eyes without using aditional tools ecxept a loupe with at least ten times magnification. The second class is anatomical characteristics which provide wood structure including morphology and type of cell wood components as well as their distribution, which can be observed by using microscope. By the artificial intelligence system, wood species which one commonly used for industries become easier to identify. It takes shorter time compared with the conventional activity. Aim of research was to create the neuro-fuzzy system model, which able to identify wood species for construction and furniture utilizations based on their wood anatomical characteristics, namely vessel element (their distribution, frequency and size) and ray parenchyma (frequency, wide, high). Objects in this research were rubber wood, keruing, kamper, acacia, meranti and jelutong. The Neuro-Fuzzy System developed could identify with 0% errorness if the system using the same in the training process or using training sintetic more than 1000. Kata Kunci: anatomic characteristic, neuro-fuzzy, wood class identification. 1. PENDAHULUAN Secara garis besar ada dua kelompok ciri yang digunakan mengidentifikasi jenis kayu, yaitu ciri umum dan ciri anatomi. Ciri umum adalah ciri yang dapat diamati langsung dengan pancaindera, baik dengan penglihatan, penciuman, perabaan dan sebagainya tanpa bantuan alat-alat pembesar bayangan. Ciri anatomi meliputi susunan, bentuk, dan ukuran sel atau jaringan penyusun yang hanya dapat diamati secara jelas dengan mikroskop atau bantuan lup berkekuatan pembesaran minimal sepuluh kali (Mandang dan Pandit, 2002). Secara teoritis metode identifikasi jenis kayu dapat dipelajari sebagai suatu pengetahuan dan melalui proses latihan yang rutin. Permasalahannya adalah apabila petugas yang mengidentifikasi jenis kayu belum terlalu terampil, maka waktu yang dibutuhkan serangkaian kegiatan pengujian kayu menjadi lebih lama. Sistem cerdas yang dapat melakukan identifikasi jenis kayu akan sangat membantu dalam proses kegiatan identifikasi jenis kayu, terutama petugas yang belum terlalu terampil. Penelitian ini adalah membuat model sistem neuro-fuzzy yang dapat melakukan identifikasi jenis kayu bangunan dan furniture berdasarkan ciri anatomi kayu susunan pori, ukuran pori, frekuensi pori, frekuensi jari-jari, lebar jarijari, dan tinggi jari-jari. Jenis kayu yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah karet, keruing, kapur, akasia, balau, dan jelutung. Salah satu penelitian yang menggunakan neurofuzzy adalah penelitian menyelesaikan masalah multiobjective control (I-Fang, 2000). Penelitian ini mengusulkan neuro-fuzzy combiner (NFC) dengan menggunakan metode belajar supervised menyelesaikan masalah-masalah multiobjective control. Secara prinsip NFC yang diusulkan dapat mengkombinasikan n low-level controller secara hirarki membentuk contoller fuzzy multiobjective. Aturan-aturan yang ada pada NFC digunakan n low-level controller menentukan langkah-langkah yang sesuai dalam memperlakukan environment (plant). 2. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan membuat model rekayasa sistem neuro-fuzzy yang dapat mengidentifikasi jenis-jenis kayu bangunan dan furniture dengan kesalahan identifikasi rata-rata maksimal 1%. Selain itu penelitian mengenai neurofuzzy ini juga mempunyai tujuan: a. Membandingkan kinerja tiga jenis algoritma training jaringan saraf tiruan yang dapat diaplikasikan pemodelan identifikasi jenisjenis kayu. b. Menentukan jumlah training minimal agar diperoleh kesalahan validasi dan testing rata-rata 0%. c. Menentukan korelasi pola training dengan kinerja training jaringan saraf tiruan. E-12

d. Menentukan kesalahan identifikasi rata-rata hasil training set sintetis secara online menggunakan riil. 3. MANFAAT Manfaat dari penelitian ini adalah membantu proses kegiatan identifikasi jenis kayu karet, keruing, kapur, akasia, balau, dan jelutung berdasarkan ciri anatomi kayu, terutama petugas yang belum terlalu terampil. 4. RUANG LINGKUP Ruang lingkup penelitian ini adalah model sistem neuro-fuzzy yang dapat melakukan identifikasi jenis kayu bangunan dan furniture berdasarkan ciri anatomi kayu yamg meliputi: susunan pori, ukuran pori, frekuensi pori, frekuensi jari-jari, lebar jari-jari, dan tinggi jari-jari. Sedangkan jenis kayu yang menjadi lingkup obyek penelitian ini adalah: karet, keruing, kapur, akasia, balau, dan jelutung. longitudinal. Jenis-jenis parenkim dapat dilihat pada Gambar 4. c. Jari-jari (Rays), yaitu: parenkim dengan arah horizontal. Jari-jari dapat dibedakan berdasarkan ukuran lebarnya dan keseragaman ukurannya Gambar 2. Klasifikasi transisi ukuran pori Gambar 3. Klasifikasi susunan pori 5. TINJAUAN PUSTAKA 5.1 Metode Identifikasi Jenis Kayu Bond and Hamner (2002) mengklasifikasikan permukaan kayu kedalam tiga kategori referensi bidang geometris, yaitu cross section, radial section, dan tangential section seperti terlihat pada Gambar 1. Gambar 4. Jenis-jenis parenkim Gambar 1. Referensi bidang geometris permukaan kayu Ciri anatomi dapat dilihat pada bidang crosssection dengan cara memotong sel kayu secara tegak lurus dengan arah pertumbuhan pohon. Ciri anatomi yang dapat diamati adalah: a. Pori (Vessel), yaitu: sel yang berbentuk pembuluh dengan arah longitudinal. Berdasarkan ukuran, pori dapat diklasifikasi menjadi tiga katagori, yaitu: Ring-porous, Semi-ring porous, dan Diffuse-porous seperti terlihat pada Gambar 2. Sedangkan berdasarkan susunan posisi, pori dapat diklasifikasikan menjadi lima katagori, yaitu: Solitary pores, Pore multiples, Pore chains, Nested pores (clusters), dan Wavy bands (ulmiform) seperti terlihat pada Gambar 3. b. Parenkim (Parenchyma), yaitu: sel yang berdinding tipis berbentuk batu bata dengan arah 5.2 Logika Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output (Jang, 1997). Ada tiga hal yang harus diperhatikan memahami dasar-dasar logika fuzzy, yaitu: himpunan fuzzy, fungsi keanggotaan, dan operasi logika. Bila X adalah kumpulan obyek yang secara umum dinotasikan dengan x, maka himpunan fuzzy A dalam X didefinisikan sebagai himpunan pasangan berikut: A = x, μ A x x X (1) {( ( )) } dimana μ A (x) disebut sebagai fungsi keanggotaan (membership function) himpunan fuzzy A. Fungsi keanggotaan memetakan setiap elemen X ke suatu nilai keanggotaan antara 0 sampai dengan 1. Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik input ke dalam nilai keanggotaannya yang memiliki interval 0 sampai 1 (Kusumadewi, 2003). Beberapa fungsi yang dapat digunakan adalah: triangular, trapezoidal, generalizzed bell, gaussian, two-side gaussian, kurva S, kurva Z, kurva Π, E-13

sigmoid, difference of two-side sigmoid, dan product of two sigmoid. Seperti halnya pada himpunan konvensional, ada beberapa operasi yang didefinisikan secara khusus mengkombinasi dan memodifikasi himpunan fuzzy. Beberapa operasi logika fuzzy yang didefinisikan oleh Zadeh adalah AND, OR, dan NOT. Operasi AND berhubungan dengan operasi interseksi pada himpunan berikut: μ A B = min( μ A[] x, μb [ y] ) (2) Operasi OR berhubungan dengan operasi union pada himpunan berikut: μ A B = max( μ A[] x, μb [ y] ) (3) Operasi NOT berhubungan dengan operasi komplemen pada himpunan berikut: μ A = 1 μ A [] x (4) 5.3 Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Jaringan saraf tiruan adalah suatu sistem pengolah informasi yang memiliki karakteristik kinerja tertentu yang mirip dengan jaringan saraf biologi. (Fausett, 1994). Salah satu arsitektur jaringan saraf tiruan (JST) adalah multilayer feedforward. Secara umum, jaringan feedforward L layer (multilayer) terdiri dari: satu set unit sensor yang merupakan input layers, satu atau lebih (L- 1) hidden layer, dan satu output layer, seperti terlihat pada Gambar 5. adalah: susunan pori, ukuran pori, frekuensi pori, frekuensi jari-jari, lebar jari-jari, dan tinggi jari-jari (Mandang dan Pandit, 2002). Jenis kayu bangungan dan furniture yang menjadi obyek penelitian adalah: kayu karet, keruing, kapur, akasia, balau, dan jelutung. Berikutnya adalah pemodelan dan perancangan sistem cerdas yang dapat mengidentifikasi keenam jenis kayu diatas berdasarkan ciri anatominya. Sistem cerdas yang dibuat adalah sistem neurofuzzy. Untuk kebutuhan training sistem dapat digunakan set sintetis dan set riil. Setelah proses training selesai, proses dilanjutkan dengan proses validasi menggunakan set sintetis validasi. Setelah proses validasi, selanjutnya dilakukan proses testing dengan menggunakan set testing, Pada proses validasi dan testing dilakukan pengukuran kinerjanya, yaitu prosentase kesalahan (% error). Setelah sistem neuro-fuzzy menjalankan proses training, validasi, dan testing, sistem dapat dijalankan secara online dengan memasukkan riil dari ciri anatomi kayu. Berdasarkan masukan ciri anatomi kayu tersebut sistem neuro-fuzzy dapat mengidentifikasi jenis kayu yang sesuai. 6.2 Pemodelan Sistem Model sistem neuro-fuzzy yang digunakan melakukan identifikasi jenis kayu dapat dlihat pada Gambar 6. Keenam parameter ciri anatomi kayu, yaitu: susunan pori, ukuran pori, frekuensi pori, frekuensi jari-jari, lebar jari-jari dan tinggi jari-jari merupakan variabel fuzzy. input layer hidden layer 1 hidden layer 2 output layer Gambar 5. Arsitektur jaringan multilayer L = 3 Proses belajar jaringan multilayer menggunakan paradigma belajar supervised learning dan algoritma belajar backpropagation yang didasari atas aturan koreksi kesalahan. Jaringan multilayer dengan algoritma belajar backpropagation ini disebut dengan Jaringan Backpropagation 6. METODE PENELITIAN 6.1 Kerangka Penelitian Dua tahap pertama dalam kerangka pemikiran adalah menentukan parameter anatomi kayu dan jenis kayu yang digunakan sebagai obyek penelitian. Parameter ciri anatomi kayu yang digunakan Gambar 6. Model sistem neuro-fuzzy identifikasi jenis kayu Fuzzifikasi susunan pori dibuat menjadi lima himpuan fuzzy, yaitu: HSB (hampir seluruhnya berganda), SBB (sebagian besar berganda), SDB (soliter dan berganda), SBS (sebagaian besar soliter), dan HSS (hampir seluruhnya soliter). E-14

Keluaran fuzzifikasi susunan pori bukan nilai keanggotaannya, melainkan logika biner (0 atau 1) berukuran lima bit. Fuzzifikasi ukuran pori terdiri dari: LBK (luar biasa kecil), SK (sangat kecil), K (kecil), AK (agak kecil), AB (agak besar), B (besar), dan SB (sangat besar). Fuzzifikasi frekuensi pori terdiri dari: SJ (sangat jarang), J (jarang), AJ (agak jarang), AB (agak banyak), B (banyak), dan SB (sangat banyak). Fuzzifikasi frekuensi jari-jari terdiri dari: SJ (sangat jarang), J (jarang), AJ (agak jarang), AB (agak banyak), B (banyak), dan SB (sangat banyak). Fuzzifikasi lebar jari-jari terdiri dari: SSP (sangat sempit), SP (sempit), ASP (agak sempit), AL (agak lebar), L (lebar), SL (sangat lebar), dan LBL (luar biasa lebar). Fuzzifikasi tinggi jari-jari terdiri dari: LBP (luar biasa pendek), SP (sangat pendek), P (pendek), AP (agak pendek), AT (agak tinggi), T (tinggi), dan LBT (luar biasa tinggi). Keluaran dari fuzzifikasi dari masing-masing parameter anatomi kayu yang berupa logika biner 0 atau 1 dimasukkan ke dalam jaringan saraf tiruan. Arsitektur jaringan saraf tiruan yang digunakan adalah multilayer feedforward backpropagation. Keluaran jaringan saraf tiruan terdiri dari enam keluaran yang merepresentasikan keenam jenis kayu secara berurutan, yaitu masing-masing: karet, keruing, kapur, akasia, balau, dan jelutung. Bentuk keluaran jaringan saraf tiruan juga berupa logika biner 0 atau 1. 7. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1 Kinerja Proses Training Kinerja yang diukur pada proses training jaringan saraf tiruan adalah jumlah epoch. Hasil simulasi berupa kinerja proses training algoritma training Levenberg-Marquadt (trainlm), Resilent Backpropagation (rainrp), dan Scaled Conjugate Gradient () terlihat pada Tabel 1 dan Gambar 7. Tabel 1. Tabel kinerja proses training algortima belajar trainlm, trainrp, dan Algoritma 100 200 300 400 500 trainlm 7 10 11 15 16 trainrp 16 18 19 21 22 36 38 39 40 47 trainlm 17 18 22 24 24 trainrp 23 24 25 26 27 49 50 51 52 55 Dari Tabel 1 dan Gambar 7 terlihat bahwa masing-masing algoritma, semakin banyak jumlah training, semakin besar jumlah epoch. Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa algoritma yang proses trainingnya tercepat adalah algoritma Levenberg-Marquadt (trainlm), kemudian diikuti oleh algoritma Scaled Conjugate Gradient () dan Resilent Backpropagation (trainrp). Dari Tabel 1 dapat dihitung perbandingan kinerja proses training rata-rata dari ketiga jenis algoritma tersebut adalah trainlm : trainrp : = 1 : 1,35 : 2,79 60 50 40 30 20 10 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Jumlah Data Gambar 7. Grafik kinerja proses training algortima belajar trainlm, trainrp, dan trainlm trainrp 7.2 Kinerja Proses Validasi dan Testing Algoritma Levenberg-Marquadt Pada penelitian ini juga dibandingkan kinerja proses validasi dan testing algoritma Levenberg-Marquadt. Data yang digunakan simulasi adalah sintetis masing-masing sebanyak 100, 200, sampai dengan 1000. Hasil simulasi dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 8. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa mendapatkan kesalahan 0%, yang dibutuhkan harus lebih besar dari 1000. Tabel 2. Tabel kinerja proses validasi dan testing algoritma trainlm Proses 100 200 300 400 500 Validasi 3.600 0.900 0.333 0.325 0.160 Testing 4.300 0.900 0.333 0.225 0.200 Validasi 0.150 0.100 0.050 0.022 0.010 Testing 0.117 0.100 0.050 0.022 0.010 % Error 5.000 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 0.500 0.000 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Jumlah Data Validasi Testing Gambar 8. Grafik kinerja proses validasi dan testing algoritma trainlm E-15

7.3 Kinerja Proses Validasi dan Testing Algoritma Resilent Backpropagation dan Algoritma Scaled Conjugate Gradient Secara tipikal seperti halnya dengan algoritma Levenberg-Marquad, kinerja proses validasi dan testing algoritma Resilent Backpropagation dan algoritma Scaled Conjugate Gradient juga hampir sama. Perbedaan yang jelas hanya terlihat pada jumlah 100, tetapi secara keseluruhan kinerja kedua proses tersebut dapat dikatakan sama. Semakin banyak jumlah training, semakin kecil kesalahan pada proses validasi dan testing. 7.4 Korelasi antara Pola Susunan Data Training dengan Kinerja Proses Training Pada penelitian ini dipelajari mengenai korelasi antara pola susunan training dengan kinerja proses training. Set training yang digunakan adalah riil sebanyak 60 yang terdiri dari masing-masing 10 jenis kayu kapur, keruing, kapur, akasia, balau, dan jelutung. Dari ke- 60 tersebut dibentuk tiga pola susunan training yang berbeda. Masing-masing pola susunan adalah pola 10-10, pola 5-5, dan pola 1-1. Hasil simulasi dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 9. Tabel 3. Kinerja proses rata-rata pola susunan training 10-10, 5-5, dan 1-1 pola susunan training 10-10 pola susunan training 5-5 pola susunan training 1-1 trainlm 11 14 16 trainrp 17 19 21 45 62 69 algoritma Levenberg-Marquadt (trainlm), kemudian masing-masing diikuti oleh algoritma Resilent Backpropagation (trainrp), dan Scaled Conjugate Gradient (). 7.5 Kinerja Proses Online Identifikasi Set Data Riil dengan Training Menggunakan Set Data Training Sintetis Pada penelitian ini juga dipelajari apakah terdapat korelasi antara jumlah training sintetis dengan kesalahan online identifikasi jenis kayu menggunakan riil. Algoritma training yang digunakan adalah algoritma trainlm, trainrp, dan. Set training yang digunakan adalah sintetis masing-masing sebanyak 100, 200, sampai dengan 1000. Untuk masing-masing jumlah dilakukan proses online identifikasi dengan memasukkan set riil berjumlah 60. Kinerja proses online identifikasi dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 10. Tabel 4. Kinerja proses online identifikasi Algoritma Algoritma 100 200 300 400 500 trainlm 12.0 8.5 4.8 3.3 3.0 trainrp 14.0 9.5 5.5 4.3 3.8 15.0 11.0 8.2 6.2 5.8 trainlm 2.8 2.3 2.2 2.0 1.3 trainrp 3.7 3.3 3.2 2.8 2.2 5.0 4.0 3.8 3.3 3.0 18.0 16.0 14.0 12.0 80 70 60 50 40 30 20 10 0 45 17 11 62 19 69 21 14 16 real1010 real0505 real0101 Pola Data Belajar trainlm trainrp Gambar 9. Grafik perbandingan kinerja training algortima training trainlm, trainrp, dan berdasarkan pola susunan set belajar. Dari Tabel 3 terlihat bahwa semakin acak pola susunan, semakin besar epoch. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara kinerja proses training dengan pola susunan training. Dari Gambar 9 terlihat algoritma yang memiliki kinerja training yang paling baik adalah % Error Identifikasi 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Jumlah trainlm trainrp Gambar 10 Grafik kinerja online identifikasidengan training sintetis algoritma trainlm, trainrp, dan Dari Tabel 4 terlihat bahwa semakin banyak jumlah training sinetis algoritma Trainlm, Trainrp, dan Trainscg semakin baik kinerja proses online identifikasi riil, yaitu prosentase kesalahan identifikasi semakin kecil. Untuk jumlah training 100 dari ketiga algoritma, kesalahan online identifikasi sebesar 12%, 14%, dan15%. Untuk jumlah training 1000 dari algoritma Trainlm, Trainrp, dan E-16

Trainscg kesalahan online identifikasi turun menjadi sebesar 1.3%, 2.2% dan 3.0%. Untuk mendapatkan kesalahan online identifikasi lebih kecil dari 1% dari ketiga algoritma, jumlah training sintetis yang digunakan harus lebih besar dari 1000. Dari Gambar 10 terlihat bahwa prosentase kesalahan identifikasi turun cukup signifikan (lebih dari 1%) jumlah training sintetis 100 sampai dengan 400. Untuk jumlah training sintetis 500 sampai dengan 1000, penurunan prosentase kesalahan identifikasi cukup kecil, tidak lebih dari 1%, tetapi tetap terdapat kecenderungan penurunan. 7.6 Kinerja Proses Online Identifikasi Set Data Riil dengan Training Menggunakan Set Data Riil Pada bagian terakhir ini dipelajari kinerja proses identifikasi jenis kayu menggunakan set riil ciri anatomi kayu. Data training yang digunakan selama proses training juga menggunakan riil masingmasing berjumlah 24, 36, 48, dan 60. Hasil proses training dan online identifikasi Tabel 5 dan Gambar 11. Tabel 5. Hasil proses training dan online identifikasi menggunakan riil Jumlah trainlm trainrp %err %err %err 24 5 0 9 0 17 0 36 9 0 14 0 30 0 48 10 0 17 0 34 0 60 11 0 19 0 38 0 40 35 30 25 20 15 10 5 0 24 36 48 60 Jumlah Data Gambar 11. Grafik kinerja online identifikasi dengan training riil Trainlm Trainrp Trainscg Pada Tabel 5 tersebut terlihat bahwa prosentase kesalahan online identifikasi 24, 36, 48, dan 60 sebesar 0%. Demikian juga ketiga jenis algoritma training yang digunakan juga menghasilkan prosentase kesalahan identifikasi sebesar 0%. Dari Gambar 11 terlihat bahwa algoritma yang memiliki kinerja training yang paling baik adalah algoritma Levenberg-Marquadt (trainlm), kemudian masing-masing diikuti oleh algoritma Resilent Backpropagation (trainrp), dan algoritma Scaled Conjugate Gradient (). 8. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Secara umum dapat disimpulkan bahwa Sistem Neuro-Fuzzy Identifikasi Jenis Kayu Bangunan dan Furniture (SNFIK) mempunyai kemampuan identifikasi dengan kesalahan mencapai 0% apabila sistem tersebut menggunakan riil yang sama pada proses training atau menggunakan training sintetis yang lebih besar dari 1000. Dari perbandingan kinerja sistem dapat disimpulkan bahwa: a. Semakin banyak jumlah training, semakin besar jumlah epoch. b. Dari ketiga jenis algoritma training yang digunakan, algoritma yang paling cepat proses trainingnya adalah algoritma Levenberg- Marquadt (trainlm), kemudian masingmasing diikuti oleh algoritma Resilent Backpropagation (trainrp), dan algoritma Scaled Conjugate Gradient (). c. Kinerja proses validasi dan testing algoritma Levenberg-Marquadt, Resilent Backpropagation dan Scaled Conjugate Gradient hampir sama, yaitu semakin banyak jumlah training, semakin kecil kesalahan proses validasi dan testing. Sedangkan kinerja sistem dengan menggunakan riil dapat simpulkan bahwa: a. Terdapat korelasi antara kinerja proses training dengan pola susunan training, yaitu: semakin acak pola susunan semakin besar epochnya. b. Semakin banyak jumlah training sintetis, semakin kecil prosentase kesalahan proses online identifikasi yang menggunakan riil. c. Semakin banyak jumlah riil, ciri yang digunakan pada proses training adalah semakin besar epochnya tetapi menghasilkan prosentase kesalahan sebesar 0%. 8.2 Saran Kekurangan-kekurangan yang muncul dalam penelitian ini disarankan penelitian lanjutan, yaitu: a. Jumlah jenis kayu yang dapat diidentifikasi dapat lebih banyak lagi dan bukan hanya dari jenis kayu bangunan dan furniture saja. b. Sebagai masukan sistem dapat berupa image permukaan bidang geometris kayu, yaitu cross section, radial section, dan tangential section yang diambil melalui kamera mikroskop yang terhubung langsung dengan komputer. c. Untuk menentukan fungsi keanggotaan dapat menggunakan ANFIS atau Probability Neural Network. d. Program SNFIK dibuat menggunakan program compiler, misalnya Visual Basic, Delphi, atau sejenisnya, sehingga dapat berjalan sendiri tanpa program bantu seperti MATLAB. E-17

PUSTAKA Bond B. and Hamner P. Wood Identification for Hardwood and Soft wood Species Native to Tennese. Diakses pada 28 November 2003 http://www.utextension.utk.edu/ Fauset L. Fundamentals of Neural Networks. New Jersey: Prentice-Hall, 1994. Hadikusumo, S.A. dan Prawirohatmodjo S. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993. I-Fang Chung, Chin-Teng Lin. A Neuro-Fuzzy Combiner for Multiobjective Control. International Jurnal of Fuzzy Systems, Vol.2,No.2, 2000. Jang J-SR, Sun C.T, Mizutani E. Neuro-Fuzzy and Soft Computing. Prentice-hall, 1997. Mandang, Y.L. dan Pandit, I.K.N. Seri Manual: Pedoman Identifikasi Jenis Kayu Lapangan. Bogor: PROSEA Indonesia, 2002. Newman, M.F., Burgess, P.F., and Whitmore, T.C. Pedoman Identifikasi Pohon-Pohon Dipterocarpaceae (Sumatera, Pulau Kalimantan, dan Jawa sampai Niugini). Bogor: Prosea Indonesia, 1999. Soerianegara, I. and Lemmens, R.H.M.J. Plant Resources of South-East Asia No. 5(1); Timber trees: Major commercial timbers. Bogor: Prosea Indonesia, 1994. E-18