AKUMULASI LIPID DI HATI DAN AKIBATNYA TERHADAP FUNGSI HATI PADA KELINCI HIPERLIPIDEMIA MUHAMMAD IQBAL

dokumen-dokumen yang mirip
AKUMULASI LIPID DI HATI DAN AKIBATNYA TERHADAP FUNGSI HATI PADA KELINCI HIPERLIPIDEMIA MUHAMMAD IQBAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEK INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

MATERI DAN METODE. Materi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

1 Universitas Kristen Maranatha

MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI

KONSENTRASI LIPID PEROKSIDA HATI KELINCI HIPERLIPIDEMIA YANG DIBERI SENYAWA HIPOLIPIDEMIK AULINE MULIASARI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 PROFIL LIPID MENCIT HIPERLIPIDEMIA SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME II EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

POTENSI HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) TERHADAP HATI TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL QAMARUDDIN ARYADI

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

ABSTRAK. Meigi Suwarto, 2013 : dr. Kartika Dewi, M.Kes. Sp.Ak.PA (K) : dr. Jeanny Ervie Ladi, M.Kes., PA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hal dasar dalam kehidupan untuk menunjang semua aktivitas mahkluk hidup. Kesehatan

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB III METODE PENELITIAN

PROFIL KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG SATE DAGING SAPI SKRIPSI ROHMAH RETNO WULANDARI

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh

ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan

BAB III METODE PENELITIAN

Dewi Luksri Anjaniwati, Richa Yuswantina, Sikni Retno K. ABSTRACT

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

THE EFFECT OF JATI BELANDA LEAVES (Guazuma ulmifolia Lamk.) EXTRACT ON LOWERING TRIGLYCERIDE LEVEL IN PEOPLE WITH DYSLIPIDEMIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer pada panjang gelombang 505 nm.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

AKUMULASI LIPID DI HATI DAN AKIBATNYA TERHADAP FUNGSI HATI PADA KELINCI HIPERLIPIDEMIA MUHAMMAD IQBAL PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

ABSTRAK MUHAMMAD IQBAL. Akumulasi Lipid di Hati dan Akibatnya Terhadap Fungsi Hati pada Kelinci. Dibimbing oleh SULISTIYANI dan POPI ASRI KURNIATIN. Tujuan penelitian ini adalah menghubungkan kondisi hiperlipidemia dengan fungsi hati dan konsentrasi lipid hati kelinci. Penelitian ini menggunakan 20 ekor kelinci yang terbagi dalam 4 kelompok percobaan, yaitu normal, hiperlipidemia, lovastatin, dan ekstrak. Kelompok lovastatin dan ekstrak dijadikan pembanding. Di akhir percobaan, kelinci dibedah untuk dianalisis konsentrasi lipid total hatinya dengan metode gravimetri. Fungsi hati dianalisis dengan mengukur aktivitas aspartat aminotransferase (AST) dan alanin aminotransferase (ALT) menggunakan metode spektrofotometri pada panjang gelompang 340 nm. Hasil percobaan menunjukkan bahwa induksi pakan kolesterol 0,25% menyebabkan akumulasi lipid di dalam hati. Secara statistik, konsentrasi lipid hati kelompok hiperlipidemia, lovastatin, dan ekstrak lebih tinggi berturut-turut 107,9%, 119,6%, dan 97,9% dari kelompok normal (p<0,05). Kondisi hiperlipidemia yang terjadi (141,11-374,61 mg/dl kolesterol) tidak mengganggu fungsi hati kelinci. Sepanjang percobaan, aktivitas enzim ALT semua kelompok perlakuan (berkisar antara 31,777 U/liter dan 57,152 U/liter) tidak melebihi aktivitas enzim ALT kelompok normal yaitu 70,282 U/l. Pemberian lovastatin dan ekstrak penurun kolesterol dalam penelitian ini tidak mempengaruhi fungsi hati.

ABSTRACT MUHAMMAD IQBAL. Lipid Accumulation in The Liver and Its Effect on Liver Function of Hyperlipidemic Rabbit. Under the Direction of SULISTIYANI and POPI ASRI KURNIATIN. The aim of this study is to corelate rabbit s liver function and lipid liver concentration with hyperlipidemic condition. Twenty rabbits were used in this study and were divided into four experimental groups: normal, hyperlipidemic, lovastatin, and extract group. Lovastatin and extract group were used as a comparison. At the end of the experiment, animals liver were taken to determine its total lipid using gravimetry method. The liver function was analyzed by measuring the aspartate aminotransferase (AST) and the alanine aminotransferase (ALT) activities with spectrophotometry method at 340 nm. The result showed that the 0,25% cholesterol diet induced lipid accumulation in the liver. Statisticaly, the lipid liver concentrations of hyperlipidemic, lovastatin, and extract group were 107,9%, 119,6%, and 97,9% higher than normal group (p<0,05). The hyperlipidemic condition (141,11-374,61 mg/dl) did not affect liver function. It was shown that the ALT enzyme activity of experimental groups (between 31,777 U/liter and 57,152 U/liter) is lower than the normal group of 70,282 U/l. Similarly, lovastatin and cholesterol lowering extract also did not affect the liver function.

AKUMULASI LIPID DI HATI DAN AKIBATNYA TERHADAP FUNGSI HATI PADA KELINCI HIPERLIPIDEMIA MUHAMMAD IQBAL Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biokimia PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Judul Skripsi Nama NIM : Akumulasi Lipid di Hati dan Akibatnya Terhadap Fungsi Hati pada Kelinci : Muhammad Iqbal : G44104024 Disetujui Komisi Pembimbing drh. Sulistiyani, M.Sc., Ph.D. Ketua Popi Asri Kurniatin, S.Si., Apt. Anggota Diketahui Dr. drh. Hasim, DEA Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP Muhammad Iqbal, demikian nama lengkap penulis kelahiran Jakarta, 4 Mei 1986. Lebih dari separuh hidupnya dijalani di Jakarta, sejak lahir sampai lulus dari SMUN 61 Jakarta pada tahun 2004. Sejak diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama, penulis memulai kehidupannya di Bogor. Selama menjalani perkuliahan, di waktu-waktu senggangnya penulis aktif di beberapa media cetak dalam dan luar kampus seperti Koran Kampus IPB, Buletin Teumurui, Buletin Izzatul Fikri, Rostrum Media Indonesia, dan majalah Community Development. Saat ini, penulis aktif di majalah Agro Observer sebagai jurnalis. Perjalanan panjangnya di dunia jurnalistik tidak membuatnya lupa akan bidang awalnya, Biokimia. Penulis mengikuti Praktek Lapangan di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia pada tahun 2007. Forum-forum diskusi kecil dibentuknya untuk mempertajam pengetahuan biokimianya.

PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya kepada sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis memilih tema hiperlipidemia dengan judul Akumulasi Lipid di Hati dan Akibatnya Terhadap Fungsi Hati pada Kelinci. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2007 sampai Februari 2008 di kandang dan Laboratorium Biokimia Hewan dan Tumbuhan, Program Studi Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini diselesaikan dengan sebagian dana dari hasil kerja sama penelitian Departemen Biokimia dengan Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB / PT Bintang Toedjoe. Penulis mengucapkan terima kasih kepada drh. Sulistiyani, M.Sc., Ph.D. selaku pembimbing utama dan Popi Asri Kurniatin, S.Si., Apt. selaku pembimbing anggota. Penulis juga berterima kasih kepada keluarga dan temanteman yang telah memberikan dukungan moril dan materil. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan. Bogor, September 2008 Muhammad Iqbal

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN... 1 TINJAUAN PUSTAKA... 1 Fungsi Hati dan Gangguan-Gangguannya... 2 Enzim AST dan ALT... 3 Lovasatatin dan Senyawa Penurun Kolesterol Alami... 4 Kelinci... 4 BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat... 5 Metode Penelitian... 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan dan Lipid Total Hati... 7 Aktivitas AST dan ALT... 8 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan... 10 Saran... 10 DAFTAR PUSTAKA... 11 LAMPIRAN... 13

DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Hati dan bagian-bagiannya... 3 2 Struktur Lovastatin... 4 3 Kelinci... 5 4 Konsentrasi kolesterol dari semua kelompok dan waktu... 8 5 Konsentrasi trigliserida dari semua kelompok dan waktu... 8 6 Grafik korelasi antara konsentrasi kolesterol dengan konsentrasi lipid hati... 8 7 Grafik perubahan aktivitas enzim AST tertransformasi... 9 8 Grafik perubahan aktivitas enzim ALT tertransformasi... 10 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Rancangan penelitian... 14 2 Aktivitas enzim ALT... 15 3 Aktivitas enzim AST... 18 4 Konsentrasi lipid total hati... 21 5 Analisis ANOVA Aktivitas Enzim... 22 6 Aktivitas enzim ALT sebelum tertransformasi... 24 7 Aktivitas enzim AST sebelum tertransformasi... 25 8 Aktivitas enzim ALT sesudah tertransformasi... 26 9 Aktivitas enzim AST sesudah tertransformasi... 27

PENDAHULUAN merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler. Hingga tahun 2010, penyakit kardiovaskuler diperkirakan masih menduduki peringkat teratas jenis penyakit yang menyebabkan kematian. Angka kematian di seluruh dunia akibat penyakit kardiovaskuler adalah 30%, dari semua penyebab kematian. Penyakit jantung, stroke, dan hipertensi merupakan penyakit yang tergolong penyakit kardiovaskuler. Di Indonesia, jenis penyakit ini sejak 1992 menempati peringkat pertama penyebab kematian, bahkan mencapai 26,4 persen pada 2001. Secara umum, penyakit kardiovaskuler akan menjadi penyebab kematian pertama di negara berkembang, menggantikan kematian akibat infeksi (Kompas 2004). Penyebab utama hiperlipidemia adalah diet tinggi lemak jenuh. Beberapa negara melakukan usaha preventif untuk mengurangi terjadinya hiperlipidemia, misalnya negara bagian California, Amerika Serikat yang menetapkan standar makanan sehat yang diizinkan dijual di sekolah. Standar itu adalah kandungan kalori lemak dalam makanan tidak lebih dari 35 persen. Kandungan lemaknya tak lebih dari 10 persen dan gula juga tak lebih dari 35 persen (Sinar Harapan 2003). merupakan salah satu penyebab penyakit kardiovaskuler. Keadaan hiperlipidemia berkaitan erat dengan metabolisme lipid dan metabolisme lipid banyak dilakukan di dalam hati. Jadi, selain kardiovaskuler, ada kemungkinan kondisi hiperlipidemia juga mempengaruhi fungsi hati. Berbagai penelitian sebelumnya menganalisis fungsi hati berkaitan dengan zat aktif suatu tanaman obat, misalnya Marliana (2005) dan Firmansyah (2007). Kristiani (2003) mengamati pengaruh ekstrak daun Jati Belanda terhadap tikus yang hiperlipidemia. Ada juga penelitian yang mengamati pengaruh daun Jati Belanda pada kelinci yang hiperlipidemia (Andriani 2004). Namun, sejauh ini, belum ada penelitian yang mengamati hubungan antara kondisi hiperlipidemia dengan fungsi hati. Penelitian-penelitian tersebut tidak menghubungkan pengaruh antara hiperlipidemia dan fungsi hati. Masingmasing penelitian tersebut hanya membahas bagian hiperlipidemianya saja atau membahas hubungan antara hiperlipidemia dan fungsi hati tetapi hanya pada hewan coba tikus. Penelitian ini bertujuan menghubungkan kondisi hiperlipidemia dengan konsentrasi lipid hati dan fungsi hati kelinci. Hipotesis penelitian ini adalah kondisi hiperlipidemia menyebabkan terjadinya akumulasi lipid di dalam hati kelinci. Hipotesis kedua, kondisi hiperlipidemia menyebabkan terganggunya fungsi hati kelinci yang ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas enzim ALT dan AST dalam plasma darah kelinci. Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa kondisi hiperlipidemia pada kelinci menyebabkan akumulasi lipid di hati tetapi tidak mempengaruhi fungsi hatinya. TINJAUAN PUSTAKA Gangguan metabolisme yang melibatkan peningkatan konsentrasi lipoprotein pada plasma disebut hiperlipoproteinemia atau hiperlipidemia. Akibat klinis utamanya adalah pankreatitis akut dan aterosklerosis. Pengontrolan konsentrasi trigliserida pada orang yang terkena pankreatitis akut dapat mencegah serangan kembali penyakit tersebut (Katzung 2002). disebabkan oleh beberapa hal, yaitu obat-obatan, rokok, gangguan penyimpanan glikogen, diabetes, penyakit hati, hipotiroidisme, transplantasi (jantung, hati, atau ginjal), dan obesitas (Adams 2005). Wanita hamil mempunyai kemungkinan hiperlipidemia yang lebih tinggi (Kleiner 1958). Keadaan ini dapat diatasi dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan. Beberapa makanan baik dikonsumsi untuk menurunkan konsentrasi kolesterol dalam darah, salah satunya adalah tempe kedelai (Purwanto 2003). Jenis obat antihiperlipidemia yang diberikan dapat berupa kolestiramin dan kolestipol, yaitu jenis obat yang berfungsi meningkatkan ekskresi asam empedu dan membantu metabolisme lemak tubuh. Selain itu, dapat pula digunakan obat-obatan golongan statin. Dengan penggunaan obat ini, dilaporkan terdapatnya penurunan konsentrasi LDL hingga 20-25 persen (Mochtar 2005). Sebagian besar kolesterol darah diproduksi oleh hati. Obat-obatan seperti klofibrat (Atromid-S), bezafibrat

(Bezalip), dan asam nikotinat dapat membantu mengurangi produksi kolestrerol oleh hati (Cawson 1990). Lipid mengikat protein tertentu sehingga dapat memasuki aliran darah. Gabungan lipid dan protein ini disebut lipoprotein. Lipoprotein dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan ukurannya, yaitu kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL), intermedier density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Kompleks lipoprotein membawa apoprotein khas pada sisi luarnya yang berfungsi sebagai molekul pengenal untuk reseptor membran. Kilomikron mentranspor lipid bahan makanan dari usus ke dalam jaringanjaringan. Kilomikron terbentuk di dalam mukosa usus dan masuk ke dalam darah melalui sistem limfe. Kilomikron kehilangan bagian terbesar triasilgliserolnya secara cepat dengan bantuan lipoprotein lipase sehingga beralih menjadi residu kilomikron yang dimasukkan ke dalam hati. VLDL, IDL, dan LDL mentranspor triasilgliserol, kolesterol, dan fosfolipid dari hati ke jaringan. VLDL dibentuk di dalam hati. VLDL beralih menjadi IDL dan LDL melalui pelepasan asam lemak. HDL berfungsi mengantar kolesterol berlebih dalam jaringan ke hati (Koolman 1995). Transpor kolesterol dari hati ke jaringan dilakukan oleh LDL. Pengambilannya memerlukan suatu reseptor spesifik pada permukaan sel, dikenal dengan reseptor LDL (Grundy 1991). Jika fungsi reseptor itu menghilang, misalnya pada hiperlipidemia familial, akan terjadi peningkatan konsentrasi kolesterol dalam darah. Gangguan hiperlipidemia ditemukan dalam lima tipe. tipe pertama adalah hiperkilomikronemia, biasanya disebabkan oleh defisiensi lipoprotein lipase yang dibutuhkan untuk metabolisme kilomikron. Tipe kedua adalah hiperlipidemia dengan konsentrasi LDL dan Apoprotein B tinggi, disebabkan oleh penurunan jumlah reseptor LDL berafinitas tinggi. Tipe ketiga adalah hiperlipidemia dengan konsentrasi IDL tinggi, disebabkan adanya kelainan pada metabolisme VLDL menjadi LDL. Tipe keempat adalah hiperlipidemia dengan konsentrasi VLDL tinggi. Tipe ini yang paling banyak terjadi di negeri Barat, biasanya bersifat sekunder akibat penyakit lain. tipe kelima terjadi ketika VLDL dan kilomikron terakumulasi. tipe ini disebabkan oleh gangguan katabolisme trigliserida (Gan 1991). Berbagai penelitian yang ada, terutama Bogalusa Heart Study dan PDAY research group (Tracy SE et al. 1995; Urbina E et al. 2003), menunjukkan bahwa gangguan hiperlipidemia dapat mempercepat proses aterosklerosis. Lemak dalam darah akan menimbulkan suatu proses kompleks pada pembuluh darah meliputi pelekatan monosit, agregasi platelet, dan pembentukan trombus. Berbagai proses kompleks ini pada akhirnya akan memperberat aterosklerosis yang ada serta menimbulkan penyumbatan pembuluh darah. Akibat penyumbatan ini, organ-organ yang disuplai oleh pembuluh darah akan mengalami kekurangan atau bahkan penghentian suplai darah. Keadaan inilah yang pada akhirnya akan menyebabkan jantung koroner, stroke, dan penyakitpenyakit vaskuler lainnya. Wanita memperlihatkan konsentrasi kolesterol serum yang lebih rendah, konsentrasi HDL yang lebih tinggi, dan kejadian penyakit kardiovaskuler yang lebih rendah daripada laki-laki. Banyak faktor selain genetik yang menyebabkan konsentrasi kolesterol plasma tidak beraturan, yaitu kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, diet kaya lemak, sedikit olahraga, dan sering stres. Semuanya cenderung menurunkan konsentrasi kolesterol HDL atau meningkatkan konsentrasi kolesterol LDL (Boyer 2002). Fungsi Hati dan Gangguan-Gangguannya Hati merupakan salah satu organ terbesar pada manusia dengan bobot sekitar 1,5 kg. Beberapa pembuluh darah masuk dan keluar dari hati, seperti vena hepatika dan arteri hepatika (Gambar 1). Walaupun bobot hati hanya sekitar 2-3% dari bobot tubuh, namun hati terlibat dalam 25-30% pemakaian oksigen (Koolman 1995). Fungsi hati adalah untuk membentuk kantong empedu dan isinya, menyimpan dan melepaskan karbohidrat, membentuk urea, metabolisme kolesterol, membentuk protein plasma, melakukan banyak fungsi yang berhubungan dengan metabolisme lemak, menginaktivasi beberapa hormon polipeptida, mengurangi dan menghubungkan hormon steroid adrenokortikal dan gonad, menyintesis 25- hidroksikolekalsiferol, dan melakukan detoksifikasi berbagai obat dan racun (Ganong 1991).

rusak dapat ditanggulangi dengan cara transplantasi hati. Namun, transplantasi hati masih termasuk operasi yang paling berbahaya (Calne 1985). Faktor-faktor yang menyebabkan gangguan fungsi hati, yaitu kekurangan nutrisi (sistein, tokoferol, dan vitamin B kompleks), konsumsi alkohol yang berlebihan, virus, obat-obatan (parasetamol, CCl 4, dan aspirin), dan aflatoksin (Lu 1995). Gambar 1 Hati dan bagian-bagiannya. Hati mempunyai sistem enzim yang aktif untuk menyintesis triasilgliserol, fosfolipid, kolesterol, dan lipoprotein plasma. Selain itu, enzim hati juga aktif mengubah asam-asam lemak menjadi bendabenda keton (Martin 1984). Menurut Koolman (1995), hati dapat mengatur konsentrasi asam amino dalam plasma. Jadi, hati dapat memecahkan kelebihan asam amino dengan cara mengubah nitrogen menjadi urea dan mentranspornya ke ginjal. Banyak protein dan peptida plasma dibentuk dan dipecah di dalam hati. Hepatosit juga berfungsi menyintesis protein albumin serum (Sadikin 2001). Jumlah fosfatidilkolin mikrosom hati dapat mempengaruhi kemampuan hati untuk memetabolisasi obat (Gibson 2006). Terganggunya fungsi hati biasanya ditandai dengan menguningnya warna kulit, membran mukosa, dan naiknya konsentrasi bilirubin (50 mg/l), enzim ALT, AST, dan GGT dalam darah (Lu 1995). Banyak sekali jenis penyakit hati, di antaranya sirosis hati, hepatitis, penyakit kuning, sindrom Reye, penyakit Wilson, dan tumor hati (Kaplan 1989). Laporan National Cancer Institute menyatakan bahwa laki-laki yang terkena penyakit hati jumlahnya dua kali lipat lebih banyak daripada wanita. Selain itu, manusia dengan usia lebih dari 55 tahun terkena penyakit hati beberapa kali lipat lebih banyak daripada manusia dengan usia kurang dari 55 tahun. Gangguan pada hepatosit akan mengganggu proses sintesis albumin serum. Akan tetapi, konsentrasi albumin serum yang rendah belum tentu disebabkan oleh terganggunya fungsi hati (Sadikin 2001). Pada sirosis hati, koagulasi intravaskuler hampir selalu disertai dengan fibrinolisis (99,86%), sedangkan kemungkinan fibrinolisis tanpa disertai koagulasi intravaskuler ditemukan sebanyak 70% (Tambunan 1993). Organ hati yang telah Enzim ALT dan AST Alanin aminotransferase (ALT; EC 2.6.1.2) dan aspartat aminotransferase (AST; EC 2.6.1.1) merupakan jenis enzim intraseluler yang berfungsi mengkatalis pemindahan gugus amino dari alfa amino ke asam alfa keto. Enzim ALT memindahkan gugus amino dari alanin ke ketoglutarat sehingga terbentuk piruvat dan glutamat. Sedangkan AST juga memindahkan gugus amino dari aspartat ke ketoglutarat sehingga terbentuk oksaloasetat dan glutamat (Kaplan 1989). Letak AST di mitokondria organ hati, jantung, dan ginjal. Sedangkan ALT terdapat di sitosol hati saja dan jumlahnya pun lebih sedikit dibandingkan jumlah AST. Jadi, di antara kedua enzim ini yang lebih mencerminkan fungsi hati adalah ALT. Enzim ALT dan AST penting dalam diagnosis kerusakan hati. Kerusakan sel-sel hati menyebabkan enzim-enzim ini bocor dari sel yang rusak ke dalam aliran darah. Pengukuran konsentrasi enzim AST dan ALT di dalam serum darah dapat memberikan informasi tentang tingkat kerusakan hati (Lehninger 2005). Pada keadaan fungsi hati yang terganggu, peningkatan aktivitas ALT biasanya lebih banyak daripada AST (Kaplan 1989). Enzim ALT dan AST juga penting di dalam obat-obatan industrial untuk menentukan apakah orang-orang yang terpapar tetraklorida, kloroform, atau pelarut lain yang digunakan dalam industri kimia menderita kerusakan hati. Pelarut-pelarut ini menyebabkan degenerasi hati, yang mengakibatkan kebocoran berbagai enzim ke dalam darah dari sel hati yang terluka. Transaminase, yang sangat aktif di dalam hati dan yang aktivitasnya dapat dideteksi dalam jumlah sangat kecil, sangat bermanfaat dalam pemantauan serum darah orang-orang yang terpapar senyawa kimia industri. Analisis berbagai aktivitas enzim di dalam serum darah memberikan informasi

diagnostik yang berharga bagi berbagai gangguan hati (Lehninger 2005). Menurut Kaplan (1989), selain enzim AST dan ALT, ada empat enzim lagi yang dapat dijadikan indikator terganggunya fungsi hati, yaitu alkalin fosfatase (EC 3.1.3.1), Gamma-glutamiltransferase (EC 2.3.2.2), 5 -nukleotidase (EC 3.1.3.5), dan laktat dehidrogenase (EC 1.1.1.27). Semuanya sudah umum digunakan. Namun, AST dan ALT tetap lebih baik karena paling cepat keluar dari hati yang terganggu dibanding keempat enzim lainnya. Beberapa penelitian sebelumnya menggunakan enzim AST dan ALT sebagai indikator fungsi hati. Marliana (2005) menganalisis fungsi hati dengan enzimenzim ini setelah hati tikus yang digunakannya dirusak dengan induksi parasetamol. Setelah rusak, tikus dicekoki dengan ekstrak daging buah mahkota dewa. Tujuannya adalah ingin mengetahui potensi tumbuhan ini sebagai hepatoprotektor. Firmansyah (2007) menganalisis khasiat hepatoproteksi ekstrak daun sangitan dengan konsep metode yang sama seperti Marliana (2005). Lovastatin dan Senyawa Penurun Kolesterol Alami Penelitian ini menggunakan lovastatin dan penurun kolesterol alami untuk campuran pakan kelinci kelompok 3 dan 4. Kelompok ini dijadikan sebagai pembanding kelompok 1 dan 2, yaitu kelompok normal dan kelompok hiperlipidemia. Lovastatin adalah anggota dari golongan obat statin yang digunakan untuk menurunkan konsentrasi kolesterol dan mencegah penyakit kardiovaskuler. Obat ini merupakan statin pertama yang diterima oleh FDA (Food and Drugs Administration) pada bulan Agustus 1987 (Goodman 2001). Zat ini bekerja sebagai inhibitor enzim 3- hidroksi 3-metilglutaril-Koenzim A reduktase (HMG-KoA reduktase, EC 1.1.1.34) dan berstruktur mirip dengan HMG-KoA (Gambar 2). HMG-KoA reduktase adalah enzim yang berperan dalam pembentukan kolesterol (Katzung 2002). Lovastatin diisolasi dari Aspergillus terreus (Gringauz 1997). Lovastatin digunakan sebagai praobat (prodrug) pertama terhadap pasien yang mempunyai risiko tinggi terkena serangan jantung sebagai akibat hiperlipidemia. Gambar 2 Struktur lovastatin. Sekitar 30% dari lovastatin yang dikonsumsi akan diserap oleh tubuh (Goodman 2001). Dosis hariannya pada manusia bervariasi, antara 10 mg dan 80 mg (Katzung 2001). Senyawa penurun kolesterol juga bisa didapatkan dari makanan. Isoflavon di dalam kedelai dapat membantu menurunkan konsentrasi kolesterol dalam darah (Koswara 2006). Efek penurunannya sama dengan yang disebabkan oleh penurun kolesterol sintetik. Terapi diet menggunakan protein kedelai ini menjadi lebih efektif jika dibandingkan dengan menggunakan makanan rendah lemak saja. Bawang putih juga dapat menurunkan kolesterol darah (Nugroho 1999). Senyawa tiosulfinat dalam bawang putih yang sebagian besar terdiri atas allisin mampu menurunkan 25,3% kolesterol darah, tidak berbeda jauh dengan Bezafibrate, penurun kolesterol sintetik, yang mampu menurunkan 27,2% kolesterol darah. Selain kedelai dan bawang putih, mahkota dewa juga dapat menurunkan kolesterol (Harmanto 2005). Penumpukan kolesterol di dindingdinding pembuluh darah sehingga mengurangi suplai oksigen ke otak, hati, dan organ lain di dalam tubuh. Pengurangan pembentukan kolesterol dalam tubuh dapat mengurangi risiko terjadinya aterosklerosis dan penyakit turunannya. Kelinci Kelinci merupakan salah satu hewan coba yang sering digunakan manusia. Kelinci yang banyak dipelihara sekarang berasal dari kelinci liar di Eropa. Pada umumnya, kelinci yang ada di Indonesia adalah kelinci yang dibawa dari Belanda. Kelinci jenis ini mempunyai ukuran yang relatif kecil, yaitu berbobot kurang dari 2 kg, dibandingkan kelinci dari Amerika dan Selandia Baru yang mempunyai bobot rata-

rata 5 kg. Jenis kelinci yang paling sering digunakan sebagai hewan percobaan adalah bangsa New Zealand White (Gambar 3), California, Dutch Belted, dan Lops. Percobaan biomedis yang meliputi kegiatan diagnosis, penelitian, dan produksi banyak menggunakan hewan coba ini. Selain itu, penelitian tentang manfaat dan toksisitas berbagai zat juga memanfaatkan kelinci sebagai hewan coba (Malole 1989). Pemilihan jenis kelinci percobaan yang akan digunakan tergantung pada tujuan penelitian. Untuk produksi antiserum lebih cocok menggunakan kelinci yang besar. Untuk ujiuji kualitatif akan lebih efisien jika menggunakan kelinci yang kecil. Kelinci mempunyai kemampuan bertahan yang tinggi pada berbagai macam cuaca tetapi perkembangannya akan lebih optimal pada daerah beriklim sedang. Hewan ini mempunyai tabiat memakan kotorannya sendiri. Kotoran kelinci dibagi dua, yaitu kotoran yang dikeluarkan pada siang hari dan pada malam hari. Kotorannya di malam hari lebih lunak dan berlendir. Kotoran malamnya inilah yang sering dimakan oleh kelinci. Rata-rata kelinci mempunyai rentang hidup 5-10 tahun, berat dewasa untuk kelinci jantan sebesar 1,5-7 kg, kecepatan tumbuh 15-20 g/hari hingga umur 8 minggu dan 100-150 g/minggu hingga umur 26 minggu. Setiap hari seekor kelinci minum 80-100 ml air/kg berat badan (Smith 1988). Kelinci dapat mengalami berbagai macam penyakit seperti coccidiosis, kudis, dan penyakit oleh tungau, misalnya Sarcoptes scabei (Smith 1988). Ketika sudah terkena penyakit, kelinci sulit sembuh. Beberapa cara untuk mencegah penyakit pada kelinci, yaitu akomodasi yang baik, makanan tersedia terus-menerus, dan pemeriksaan berkala. Gambar 3 Kelinci New Zealand White. Kelinci yang hiperlipidemia mempunyai konsentrasi trigliserida dan kolesterol di atas normal. Konsentrasi trigliserida normal pada kelinci adalah 124-156 mg/dl sedangkan konsentrasi kolesterol normalnya adalah 35-53 mg/dl (Malole 1989). Menurut Smith (1988), konsentrasi kolesterol normal kelinci adalah 10-80 mg/dl. Pengukuran konsentrasi ini dilakukan menggunakan serum darah. Darah kelinci biasanya diambil dari pembuluh darah vena atau arteri telinga dengan menggunakan jarum atau pisau. Selain itu, pengambilan darah juga dapat dilakukan dari jantung, cara ini biasanya dilakukan untuk mengambil seluruh darah yang ada pada kelinci. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Hewan yang digunakan adalah kelinci turunan New Zealand White jantan dewasa yang sehat dengan bobot awal rata-rata 1500-2000 gram. Kelinci diperoleh dari Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor. Kelinci dipelihara dalam kandang individual yang dialasi dengan penyaring kotoran dan dilengkapi dengan tempat minum dan makan. Pakan kelinci terdiri atas empat macam. Pakan pertama adalah pakan standar tipe RB-12 yang diperoleh dari Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor. Kandungan yang ada di dalamnya yaitu protein kasar 17,01%, serat kasar 12,8%, kalsium 0,84%, P total 0,81%, lisin 0,8%, metionin 0,67%, dry meter (DM) kadar air 11,2, dan digest energy (DE) 2590 kkal/kg. Pakan kedua adalah pakan aterogenik, yaitu pakan yang dibuat dengan cara menambahkan 5% minyak kelapa sawit dan kolesterol 0,25%. Kolesterol didapat dari kuning telur ayam. Pakan ketiga adalah pakan yang mengandung lovastatin dengan konsentrasi 0,57 mg per kg bobot badan kelinci. Pakan yang terakhir adalah pakan ekstrak, yaitu formula penurun kolesterol dari PT Bintang Toedjoe. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah reagen ALT dan AST Randox, EDTA, HCl 25%, akuades, petroleum benzena, kertas saring, tisu, dan kertas lakmus biru. Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, alat-alat bedah, neraca, kuvet, spektrofotometer UV, oven, eksikator, kondensor, labu destilasi, Bunsen, vial, siring, dan sentrifus.

Desain Percobaan Metode Penelitian Kelinci sebanyak 20 ekor dibagi menjadi empat kelompok yang masingmasing terdiri atas 5 ekor kelinci. Kelompok I diberi pakan standar saja. Kelompok II diberi pakan standar dan kolesterol. Kelompok III diberi pakan standar, kolesterol, dan lovastatin. Kelompok IV diberi pakan standar, kolesterol, dan ekstrak pakan penurun kolestrerol. Semua kelinci diadaptasikan terlebih dahulu selama 14 hari di dalam kandang individual. Selama masa adaptasi, semua kelinci diberikan pakan standa dan air minum yang diberikan secara berlebih (ad libitum). Tahap selanjutnya adalah perlakuan yang dilakukan selama 9 minggu. Semua kelinci kelompok II, III, IV diberi pakan standar yang dicampur dengan kolesterol dan minyak sawit (pakan kolesterol). Kelinci kelompok III diberi pakan kolesterol dan lovastatin sedangkan kelinci kelompok IV diberi pakan kolesterol dan ekstrak penurun kolesterol dari PT Bintang Toedjoe. Total jumlah pakan perlakuan setiap kelinci adalah 80 gram/hari. Pakan diberikan setiap pagi sebelum pukul 08.00. Selama perlakuan, pakan yang dikonsumsi per hari dihitung dan bobot badan kelinci setiap satu minggu sekali ditimbang. Darah diambil setiap dua minggu sekali sebanyak lima kali untuk dianalisis aktivitas enzim ALT dan ASTnya. Pengambilan Darah Darah diambil dari pembuluh vena yang ada di telinga kelinci sebanyak 1 ml dengan menggunakan siring. Darah diambil dari bagian vena telinga kelinci karena vena kelinci tipis dan mudah sobek. Selain itu, telinga merupakan bagian tubuh kelinci yang tidak memiliki bulu yang lebat sehingga mudah untuk mencari venanya (Smith 1988). Ketika terjadi pendarahan, telinga kelinci ditekan dengan kapas agar pendarahan berhenti kemudian pengambilan darah dilakukan di pembuluh darah di atasnya, yaitu pembuluh darah yang lebih besar. Darah yang telah diambil sebanyak 1 ml dimasukkan ke tabung gelas yang telah diisi dengan EDTA sebanyak 0,1 ml. Darah penuh dan EDTA dikocok perlahan lalu disentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Supernatan hasil sentrifus adalah plasma yang siap dianalisis. Pengukuran Aktivitas ALT dan AST (Bergmeyer 1986) Plasma darah kelinci sebanyak 0,1 ml dicampur dengan 1 ml reagen. Setelah satu menit didiamkan, absorban dibaca pada panjang gelombang 340 nm dan diulangi lagi pada menit ke-2, 3, dan 4. Plasma yang diukur absorbansinya diinkubasikan pada suhu kamar. Reagen yang digunakan dalam pengukuran ALT mengandung bufer Tris, L- alanin, -oksoglutarat, Laktat dehidrogenase (LD), dan NADH. Sedangkan reagen AST mengandung bufer Tris, L-aspartat, - oksoglutarat, Laktat dehidrogenase, dan NADH. Reaksi pada pengukuran aktivitas ALT terbagi dalam dua tahap. Pertama L-alanin bereaksi dengan -oksoglutarat dengan bantuan enzim ALT dari sampel menjadi L- glutamat dan piruvat. Reaksi kedua, piruvat yang dihasilkan dari reaksi pertama akan bereaksi dengan NADH menggunakan katalis enzim LD menghasilkan laktat dan NAD. Pengukuran aktivitas AST juga terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama, L-aspartat bereaksi dengan -oksoglutarat dengan bantuan enzim AST dari sampel menjadi L- glutamat dan oksaloasetat. Kemudian oksaloasetat akan bereaksi dengan NADH menghasilkan L-malat dan NAD. Perhitungan aktivitas ALT = 1746 x A Hg 340 nm/menit. Perhitungan aktivitas AST = 1746 x A Hg 340 nm/menit. Angka 1746 ini merupakan hasil konversi dari unit substrat NADH yang berubah menjadi NAD. Pengukuran Konsentrasi Lipid Hati (Hamilton 1995) Hati kelinci diambil setelah pengambilan darah minggu ke-9 dilakukan. Kelinci terlebih dahulu dibunuh dengan membiusnya menggunakan eter. Sampel hati disimpan di dalam freezer bersuhu -8ºC selama 6 bulan. Bobot hati total ditimbang. Hati yang telah digerus sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam gelas piala lalu ditambahkan dengan 30 ml HCl 25% dan 20 ml akuades. Campuran kemudian dididihkan hingga hampir kering (sekitar 30 menit). Hasil hidrolisis dicuci dengan air hangat dan

disaring sampai bebas asam. Hidrolisat dalam kertas saring dikeringkan dengan oven bersuhu 100 C. Kertas saring yang telah dikeringkan kemudian dibungkus dengan kertas saring lagi lalu kedua ujungnya ditutup dengan kapas kemudian dimasukkan ke dalam kondensor. Kondensor dihubungkan dengan labu destilasi yang telah dioven 100 C selama 1 jam dan dikeringkan dengan eksikator. Petroleum Benzena sebanyak 75 ml dimasukkan melalui kondensor. Selanjutnya dilakukan ekstraksi selama 3 jam. Labu destilasi kemudian dikeringkan di dalam oven bersuhu 100 C selama 1 jam. Setelah didinginkan, labu ditimbang sebagai bobot akhir. Data yang diperoleh diolah sebagai berikut: Persen konsentrasi lemak hati = (c-b)/a x 100% Keterangan: a = bobot sampel b = bobot labu destilasi kosong c = bobot labu destilasi dan lemak Analisis Statistika Penelitian ini dirancang dengan amenggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Data dianalisis dengan metode Anova (Analysis of Variance). Perbedaan pengaruh perlakuan diuji dengan uji lanjutan Duncan. Namun, Anova tidak lagi dapat digunakan ketika data-data yang didapat mempunyai keragaman yang besar. Variabel lain telah mempengaruhi data. Ada dua pilihan untuk menganalisis data seperti ini. Pertama dengan mencari variabel yang mempengaruhi keberagaman data tersebut lalu menganalisisnya dengan Ancova (Analysis of covarian). Kedua, datanya ditransformasi sehingga keberagamannya menurun (Baihaki 1979). HASIL DAN PEMBAHASAN Lipid Total Hati dan Keadaan Konsentrasi lipid di dalam hati pada kelompok normal berbeda nyata dengan kelompok hiperlipidemia, lovastatin, dan ekstrak (Tabel 1). Data ini menunjukkan bahwa induksi pakan kolesterol yang diberikan menyebabkan akumulasi lipid di dalam hati. Kelompok hiperlipidemia, lovastatin, dan ekstrak memperlihatkan konsentrasi yang lebih tinggi berturut-turut 107,9%, 119,6%, dan 97,9% dari kelompok normal. Konsentrasi lipid hati total kelompok perlakuan (hiperlipidemia, lovastatin, dan ekstrak) tidak menunjukkan perbedaan (p<0,005). Padahal, lovastatin dan ekstrak penurun kolesterol seharusnya menunjukkan konsentrasi lipid hati total yang lebih rendah daripada kelompok hiperlipidemia. Kemungkinan ini karena keadaan hiperlipidemia yang sudah terlalu parah. Namun, konsentrasi lipid total hati pada kelompok ekstrak cenderung lebih rendah dibanding kelompok hiperlipidemia. Hasil ini membuktikan bahwa ekstrak penurun kolesterol cenderung dapat menurunkan lipid total hati. Sedangkan kelompok lovastatin mempunyai lipid total hati yang lebih tinggi daripada kelompok hiperlipidemia. Hal ini berlawanan dengan penelitian Mehta et al. (2003) yang menyimpulkan bahwa lovastatin dapat menurunkan konsentrasi lipid hati kelinci. Penumpukan lipid di dalam hati bisa jadi disebabkan oleh terhambatnya pembentukan apolipoprotein di dalam hati sebagai penyusun VLDL karena terhambatnya biosintesis protein tersebut. Atau memang regulasi pembentukan VLDL dari kelinci itu yang lambat. Jadi, bahanbahan lipid tidak dapat diangkut ke luar sehingga terjadi penumpukan lipid di dalam hati (Grundy 1991). Konsentrasi lipid hati kelinci nomor 32 yang masuk dalam kelompok hiperlipidemia tidak dimasukkan ke dalam perhitungan konsentrasi lipid hati karena penghitungan duplo yang dilakukan memberikan hasil yang berbeda jauh, yaitu 6,3569% b/b dan 2,4629% b/b. Kesalahan penghitungan mungkin terjadi akibat tertinggalnya sebagian homogenat hati di dalam homogenizer dan gelas ukur. Dengan demikian, jumlah ulangan kelompok hiperlipidemia hanya tiga, satu mati sebelum dibedah dan satu lagi tidak dipakai datanya. Tabel 1 Konsentrasi lipid hati Kelompok g/100g bobot hati Normal 3,633±0,344 b 7,552±1,242 a Lovastatin 7,979±2,101 a Ekstrak 7,189±2,944 a Ket: b berbeda nyata terhadap a

Bahan percobaan yang digunakan berasal dari hewan yang telah diteliti parameter lipid darahnya oleh kelompok peneliti lain (Sulistiyani et al. 2007). Untuk menganalisis keadaan hiperlipidemia pada kelinci yang digunakan maka data kolesterol (Gambar 4) dan trigliserida (Gambar 5) dari tim tersebut akan digunakan sebagai data sekunder. Sebelum perlakuan, nilai rata-rata konsentrasi kolesterol semua kelinci adalah 38,22±11,97 mg/dl. Ini menunjukkan bahwa sebelum perlakuan, konsentrasi kolesterol semua kelinci ada dalam keadaan normal sesuai dengan Smith (1988). Kelompok normal nilainya relatif stabil sejak awal sampai akhir percobaan, yaitu berkisar 30,89-35,14 mg/dl. Peningkatan konsentrasi kolesterol pada kelompok hiperlipidemia, lovastatin, dan ekstrak terjadi pada hari ke-14 dan 28 kemudian menurun pada hari ke-42 dan 49. Nilai maksimum konsentrasi kolesterol terjadi pada hari ke-28. Kelompok hiperlipidemia, lovastatin, dan ekstrak telah mengalami hiperlipidemia pada hari ke-14, dengan nilai berkisar antara 141,11mg/dL dan 374,61 mg/dl. Kolesterol (mg/dl) 400 350 300 250 200 150 100 50 0 0 14 28 42 49 Hari ke- Normal Lovastatin Ekstrak Gambar 4 Konsentrasi kolesterol dari semua kelompok dan waktu (Sulistiyani et al. 2007). Trigliserida (mg/dl) 120 100 80 60 40 20 0 0 14 28 42 49 Hari ke- Normal Lovastatin Ekstrak Gambar 5 Konsentrasi trigliserida dari semua kelompok dan waktu (Sulistiyani et al. 2007). Data konsentrasi kolesterol dalam darah tersebut akan dikorelasikan dengan konsentrasi lipid total hati. Hasil perbandingan memberikan korelasi positif (Gambar 6). Artinya, semakin banyak kolesterol yang ada dalam darah, semakin banyak juga lipid yang tertumpuk di dalam hati. Korelasi positif ini kemungkinan terjadi karena regulasi VLDL hati lambat atau apoprotein untuk pembentukan VLDL lambat terbentuk, sehingga pembentukan VLDL tidak secepat masuknya lipid dari darah ke hati. Akibatnya, lipid tertumpuk di hati. Kemungkinan lain, pembentukan asam empedu terbatas, sehingga kolesterol tertumpuk di dalam hati Namun, bisa jadi keadaan hiperlipidemia terbentuk setelah penumpukan lipid di dalam hati. Ketika konsentrasi kolesterol di dalam sel meningkat maka sel menekan sintesis reseptor LDL. Ini mengakibatkan tertumpuknya LDL di dalam darah yang juga berarti meningkatkan kolesterol darah (Grundy 1991). % Konsentrasi Lipid Hati 14.0000 12.0000 10.0000 8.0000 6.0000 4.0000 2.0000 y = 0.0082x + 4.8346 R 2 = 0.2083 0.0000 0.00 200.00 400.00 600.00 Kolesterol Hari ke-49 (mg/dl) Series1 Linear (Series1) Gambar 6 Korelasi antara konsentrasi kolesterol dengan konsentrasi lipid hati. Aktivitas AST dan ALT Fungsi Hati Sebelum Percobaan Data aktivitas AST sebelum percobaan (hari ke-0) sangat rendah, yaitu berkisar antara 0,349 U/liter dan 5,471 U/liter (Tabel 2). Padahal aktivitas enzim AST kelinci normal menurut Malole (1989) adalah 42,5-98,0 U/liter. Kemungkinan reagen memang sudah rusak akibat keteledoran sehingga tidak dapat digunakan. Rusaknya reagen ini bisa jadi karena kesalahan teknis ketika botol reagen sudah dibuka. Pipet yang digunakan untuk mencampur reagen mungkin belum dicuci dengan sempurna sehingga bersifat asam yang kemudian menyebabkan enzim laktat dehidrogenase yang ada di dalam reagen rusak. Untuk seterusnya, data AST pada awal percobaan tidak dapat digunakan.

Adapun aktivitas enzim ALT kelompok normal sebesar 59,131±47,835 U/liter. Sedangkan kelompok, Lovastatin, dan Ekstrak berturut-turut 47,957±14,692 U/liter, 54,708±8,384 U/liter, dan 46,909±22,237 U/liter. Rata-rata aktivitas enzim ALT populasi sebelum percobaan adalah 52,176±25,932 U/liter. Menurut Kaplan (1989), enzim ALT bisa stabil sampai 7 hari jika didinginkan dalam lemari es bersuhu 2-8 C. Hal ini menjelaskan mengapa aktivitas enzim ALT tidak rusak walaupun analisis dilakukan dua hari setelah pengambilan darah. Antara AST dan ALT, yang lebih mencerminkan fungsi hati adalah ALT karena enzim ini hanya terdapat dalam sitosol hati saja, sedangkan AST ada di hati, jantung, dan ginjal (Lehninger 1982). Aktivitas enzim ALT sebelum percobaan masih dalam keadaan normal berdasarkan Malole (1989), yaitu 48,5-78,9 U/liter. Jika dibandingkan dengan data tersebut, maka fungsi hati semua kelompok sebelum percobaan tidak mengalami gangguan. Fungsi Hati Ketika Percobaan Data aktivitas enzim yang didapat sebagian besar memiliki keragaman yang tinggi sehingga keandalan datanya menjadi rendah. Untuk itu, data ditransformasi dengan cara menambahkan data dengan 0,5 lalu hasilnya diakarkan (Baihaki A 1979). Tujuan dari transformasi data ini adalah untuk memperkecil standar deviasi pada data. Memang nilai hasil transformasi tidak menunjukkan nilai aktivitas yang sesungguhnya, tapi nilai ini masih bisa diolah seperti biasa. Aktivitas AST semua kelompok meningkat pada hari ke-14 (Gambar 7). Sedangkan pada hari ke-28 semua kelompok mengalami penurunan. Penurunan drastis terjadi pada kelompok lovastatin, yaitu sebesar 36,12%. Pada hari ke-42, semua kelompok mengalami peningkatan dengan jumlah peningkatan terbesar pada kelompok hiperlipidemia, yaitu 40,41%. Penurunan terjadi lagi pada hari ke-49, kecuali pada kelompok lovastatin yang mengalami peningkatan sebesar 8,10%. Aktivitas ALT pada hari ke-14 memberikan hasil yang bervariasi (Gambar 8). Kelompok normal dan hiperlipidemia mengalami peningkatan berturut turut sebesar 18,51% dan 1,25%. Sedangkan kelompok lovastatin dan ekstrak mengalami penurunan berturut-turut sebesar 4,69% dan 0,01%. Pada hari ke-28, semua kelompok mengalami penurunan aktivitas kecuali kelompok ekstrak yang meningkat aktivitasnya sebesar 11,07%. Pada hari ke- 42, semua kelompok mengalami peningkatan aktivitas, kecuali kelompok ekstrak yang mengalami penurunan aktivitas Aktivitas AST Tertransformasi 7 6 5 4 3 2 1 0 0 14 28 42 49 Hari ke- Normal Lovastatin Ekstrak Gambar 7 Perubahan aktivitas enzim AST tertransformasi. Kelompok Tabel 2 Aktivitas enzim selama perlakuan Aktivitas enzim AST (U/liter) pada hari ke- 0 14 28 42 49 Normal 1,513±2,456 42,020±30,198 35,269±26,069 40,507±25,850 35,502±22,484 4,190±5,984 15,714±16,747 12,804±1,484 26,627±12,531 20,661±8,454 Lovastatin 0,349±0,664 37,714±40,203 13,968±8,534 22,349±3,625 27,354±15,149 Ekstrak 5,471±8,071 15,248±6,603 15,481±9,744 18,042±5,444 16,645±5,438 Kelompok Aktivitas enzim ALT (U/liter) pada hari ke- 0 14 28 42 49 Normal 59,131±47,835 76,824±35,543 74,729±33,247 87,067±57,953 53,660±20,783 47,957±14,692 50,052±21,870 31,777±11,032 38,121±14,948 35,211±3,846 Lovastatin 54,708±8,384 49,819±10,326 37,830±5,302 45,862±8,448 54,592±20,751 Ekstrak 46,909±22,237 46,676±23,394 57,152±23,314 40,042±14,726 50,168±30,998

Aktivitas ALT Tertransformasi 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0 14 28 42 49 Hari ke- Normal Lovastatin Ekstrak Gambar 8 Perubahan aktivitas enzim ALT tertransformasi. sebesar 15,85%. Variasi terjadi kembali pada hari ke-49. Kelompok normal dan hiperlipidemia mengalami penurunan aktivitas berturut-turut sebesar 18,96% dan 2,69%. Sedangkan kelompok lovastatin dan ekstrak mengalami peningkatan berturutturut sebesar 8,02% dan 9,69%. Dari datadata ini terlihat bahwa semua kelompok belum menunjukkan kekonsistenan kenaikan atau penurunan aktivitas enzim ALT. Keempat perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda (p>0,05). Aktivitas enzim dari semua kelompok dan semua waktu bersifat homogen. Secara deskriptif, kedua enzim menunjukkan nilai yang fluktuatif. Efek kerusakan hati tidak tampak sama sekali, ditunjukkan dengan aktivitas ALT dari semua kelompok di semua waktu tidak melebihi batas normal aktivitas ALT. Hanya kelompok normal pada hari ke-42 yang aktivitasnya mencapai 87,067 U/liter, melebihi aktivitas normal sebanyak 10,351%. Bahkan, aktivitas AST dari semua kelompok dan semua waktu tidak melebihi batas normal sama sekali. Jadi, data setelah transformasi tetap menunjukkan bahwa fungsi hati kelinci tidak terganggu akibat kondisi hiperlipidemia. Selain itu, pemberian lovastatin dan ekstrak penurun kolesterol terbukti tidak mempengaruhi fungsi hati. Enzim AST dan ALT sudah umum digunakan dalam penentuan fungsi hati. Fungsi hati yang menurun menyebabkan kedua enzim ini keluar dari sel hati kemudian masuk ke aliran darah (Lehninger 1982). Jadi, jika aktivitas enzim ini meningkat, maka ada kemungkinan fungsi hati hewan tersebut menurun. Namun, menurut Maciejewska-Paszek I et al (2007) dalam penelitiannya menggunakan kelinci, tidak mungkin menentukan penurunan fungsi hati dengan penentuan enzim AST dan ALT jika perilaku yang diberikan tidak berdosis tinggi. Ketika itu, penelitiannya menggunakan Parasetamol yang digunakan untuk merusak hati diberikan kepada kelinci empat kali sehari dengan dosis 50 mg/kg bobot badan. Ia menggunakan indikator lain, yaitu AKBR (Arterial Ketone Body Ratio). Satuan AKBR adalah nilai perbandingan antara asetoasetat dengan 3-hidroksibutirat. Ternyata nilainya lebih sensitif untuk menganalisis kerusakan metabolisme hati. Penelitian lain ada yang menggunakan induksi pakan kolesterol dengan konsentrasi tinggi, yaitu 2%. Hasilnya, induksi pakan tersebut dapat menurunkan aktivitas enzim AST dan ALT di dalam hati sampai 50% karena banyak yang keluar ke dalam darah. Peningkatan aktivitas enzim-enzim tersebut di dalam darah menunjukkan bahwa fungsi hatinya terganggu (Birkner E et al. 2007). Pada penelitian ini, induksi pakan hanya mengandung kolesterol sebesar 0,25% dan minyak kelapa sawit sebesar 5%. Mungkin ini yang menyebabkan fungsi hati kelinci masih belum terganggu. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kondisi hiperlipidemia (141,11-374,61 mg/dl) pada kelinci yang diinduksi dengan pakan kolesterol sebesar 0,25% selama 49 hari menyebabkan terjadinya akumulasi lipid di dalam hati kelinci. Kelompok hiperlipidemia, lovastatin, dan ekstrak memperlihatkan konsentrasi yang lebih tinggi berturut-turut 107,9%, 119,6%, dan 97,9% dari kelompok normal. Pemberian lovastatin dan ekstrak penurun kolesterol tidak dapat menurunkan konsentrasi lipid total hati. Fungsi hati dalam penelitian ini berdasarkan aktivitas AST dan ALT di dalam darah tidak terganggu. Saran Penelitian serupa dilakukan dengan menggunakan konsentrasi kolesterol yang divariasikan, antara konsentrasi 0,25% dan 2%, agar dapat ditentukan konsentrasi kolesterol minimal untuk mengganggu fungsi hati kelinci. Analisis fungsi hati disarankan menggunakan analisis AKBR (Arterial Ketone Body Ratio) sebagai indikator fungsi hati supaya hasilnya lebih sensitif dalam menentukan gangguan fungsi hati. Penelitian serupa juga dapat diperdalam

dengan ikut menganalisis aktivitas enzim AST dan ALT di dalam hati. DAFTAR PUSTAKA Adams LB. 2005. Guidelines for Adolescent Nutrition Service. http://www.epi.umn.edu/let/pubs/img/a dol_ch10.pdf. [9 Agu 2007]. Andriani HSY. 2004. Ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) mencegah hiperlipidemia dan perkembangan aterosklerosis eksperimen pada kelinci [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Baihaki A, Sudradjat M. 1979. Perancangan dan Analisis Percobaan Jilid 1. Bandung: Bagian Statistika Fakultas Pertanian Unpad. Birkner E, Zalejska-Fiolka J, Kasperczyk A, Kasperczyk S, Grucka-Mamczar E, Stawiarska-Piete B, Birkner K. 2007. The influence of methionine, selenomethionine, and vitamin E on liver metabolic pathways and steatosis in high-cholesterol fed rabbits. Biol Trace Elem Res 120:179-194. Boyer R. 2002. Concepts in Biochemistry. Edisi ke-2. USA: Brooks/Cole. Calne RY. 1985. A Colour Atlas of Liver Transplantation. Weert: Wolfe Medical Publication. Cawson R, Spector R. 1990. Drugs and Medicines. New York: Oxford University Press. Danuwarsa. 2006. Analisis proksimat dan asam lemak pada beberapa komoditas kacang-kacangan. Buletin Teknik Pertanian 11:1-3. Firmansyah M. 2007. Khasiat hepatoproteksi ekstrak daun sangitan (Sambucus javanica Reinw. ex Blume.) pada tikus putih galur Sprague Dewley yang diberi parasetamol [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Gan S, Setiabudy R, Sjamsudin U, Bustami ZS, editor, 1991. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru. Ganong WF. 1991. Review of Medical Physiology. Connecticut: Appleton & Lange. Gaspersz V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Bandung: Armico. Gibson GG. 2006. Pengantar Metabolisme Obat. Terjemahan Iis Aisyah. Jakarta: UI press. Goodman, Gilman. 2001. The Pharmacological Basis of Therapeutics. Tenth Edition. USA: Mc Graw Hill. Gringuz A. 1997. Introduction to Medicinal Chemistry: How Drugs Act and Why. New York: Wiley VCH. Grundy SM. 1991. Multifactorial etiology of hypercholesterolemia: implication for prevention of coronary heart disease. Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology 11:1619-1635. Harmanto N. 2005. Mengusir Kolesterol dengan Mahkota Dewa. Jakarta: Agromedia Pustaka. Katzung BG. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika. Kaplan LA, Pesce JA. 1989. Clinical Chemistry: Theory Analysis and Corelation. Edisi ke-3. New York: Mosby. Kleiner IS, Orten JM. 1958. Human Biochemistry. Fifth Edition. USA: The CV Mosby. Kompas. 2004. Kardiovaskuler tetap paling mematikan. http://54.203.71.11/kompascetak/0404/29/humaniora/997088.htm [4 Jul 2007]. Koolman J, Rohm KH. 1995. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Wanandi SI, penerjemah; Jakarta: Hipokrates. Terjemahan dari: Color Atlas of Biochemistry. Koswara S. 2006. Isoflavon, senyawa multimanfaat dalam kedelai. [terhubung berkala]. ebookpangan.com [12 Jun 2008]. Kristiani EBE. 2003. Ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) sebagai obat alternatif untuk hiperlipidemia: kajian in vivo dan in vivo [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid II. Thenawidjaja M, penerjemah; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry. Lu FC. 1995. Toksikologi Dasar: Asas, Organ, Sasaran, dan Penilaian Risiko. Edisi ke-2. Jakarta: UI press. Maciejewska-Paszek I, Pawlowska-Goral K, Kostrzewski M, Kurzeja E, Wardas M, Rzepecka-Stojko A. 2007. The

influence of small doses of paracetamol on rabbit liver. Experimental and Toxicologic Pathology 59:139-141. Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Bogor. Marliana N. 2005. Potensi ekstrak daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) sebagai hepatoprotektor pada tikus putih galur Sprague Dewley [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Martin DW, Mayes PA, Rodwell VW. 1984. Biokimia. Dharma A, Kurniawan AS; Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. Terjemahan dari: Review of Biochemistry. Mehta LK, Balaraman R, Amin AH, Bafna PA, Gulati OD. 2003. Effect of fruits of Moringa oleifera on the lipid profile of normal and hypercholesterolemic rabbits. http://www.sciencedirect.com/science. [3 Sep 2008]. Mochtar I. 2005. pada anak. http://www.kompas.com/kesehatan/new s/0502/23/070927.htm. [3 Jul 2007]. [National Cancer Institute]. Liver and intrahepatic bile duct. http://seer.cancer.gov/publications/ethni city/liver.pdf. [9 Agu 2007]. Nugroho AK. 1999. Bawang putih (Allium satirum L.) sebagai penurun kolesterol darah. Buletin PioGAMA 1. Purwanto A. 2003. Efek gizi tempe terhadap hiperlipidemia pasien rawat jalan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. [laporan penelitian]. Jakarta: Depkes RI. Sadikin M. 2001. Biokimia Darah. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Sinar Harapan. 2003. Junk food dilarang di sekolah. http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kes ehatan/2005/0729/kes2.html [4 Jul 2007]. Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press. Stryer L. 1996. Biokimia. Volume 2. Edisi 4. Terjemahan Mohamad Sadikin. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sulistiyani et al. 2007. Fitofarmaka sebagai pencegah penyakit jantung koroner: khasiat penurun kolesterol darah dan antiaterosklerosis formula berbasis ekstrak daun Jati Belanda. Laporan RAPID 2007 Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB. Bogor. Tambunan KC. 1993. Gangguan hemostasis pada sirosis hati dan saran penatalaksanaannya di Indonesia [disertasi]. Jakarta: Program Pascasarjana, Universitas Indonesia. Tracy RE, Newman WP, Wattigney WA, Berenson GS. 1995. Risk factors and atherosclerosis in youth autopsy. ETATS-UNIS 310:37-41. Urbina E, Srinivasan S, Kieltyka R, Tang R, Bond M, Chen W, Berenson G. 2003. Correlates of carotid artery stiffness in young adults. Atherosclerosis 176:157-164.