HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer pada panjang gelombang 505 nm.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer pada panjang gelombang 505 nm."

Transkripsi

1 8 sentrifus. Gelas piala dibilas lagi dengan ml kloroform, kemudian ukuran ekstrak ditepatkan menjadi 5 ml dengan kloroform. Standar kolesterol dibuat dengan konsentrasi 50, 100, 150, 200, dan 250 µg/ml sebanyak masing-masing 5 ml. Blanko dibuat dengan memasukkan 5 ml kloroform ke dalam tabung sentrifus. Masingmasing tabung kemudian ditambahkan 2 ml asam asetat anhidrida dan 0.1 ml asam sulfat pekat, lalu dikocok. Setelah itu tabung disimpan diruang gelap selama 15 menit sampai terbentuk warna hijau kebiruan dan larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm dengan menggunakan spektrofotometer. Konsentrasi kolesterol kuning telur dengan metode Lieberman- Burchard yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar mg/g tepung kuning telur (Lampiran 3). Pengambilan darah dan pengukuran konsentrasi kolesterol darah total (Richmond 1973) Sebelum diambil darahnya, tikus dipuasakan ± 16 jam. Darah diambil dengan menyayat ujung ekor tikus. Sebelumnya, ekor tikus dibersihkan terlebih dahulu menggunakan alkohol 70%. Darah kemudian ditampung dalam tabung Eppendorf sebanyak ± 1 ml per tikus. Darah diinkubasi pada 4 0 C selama 12 jam diikuti dengan sentrifugasi berkecepatan 3000 rpm dengan jari-jari rotor 12 cm selama 10 menit. Serum digunakan untuk penentuan konsentrasi kolesterol total. Konsentrasi kolesterol total darah diukur dengan metode enzimatik cholesterol oxidase phenol amino phenazone (CHOD-PAP) menggunakan kit diagnostik komersial (Randox). Prinsip pengukuran kolesterol dengan metode ini melibatkan enzim yang mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi kolesterol dan reaksi berikutnya menghasilkan perubahan warna yang dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometer. Indikator warna kolorimetri quinoneimin terbentuk dari reaksi hidrogen peroksida dan fenol yang dikatalisis oleh enzim peroksidase. Sebanyak 10 µl serum darah dicampur dengan 1 ml kit pereaksi. Larutan dikocok dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu ruang (25 0 C) sampai terbentuk warna merah muda. Standar dibuat dengan cara yang sama dengan konsentrasi standar kolesterol 25, 50, 100, 150, dan 200 mg/dl. Blanko dibuat dari 1 ml kit pereaksi tanpa penambahan apapun. Adapun pengukuran absorban menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 505 nm. Analisis Data (Mattjik & Sumertajaya 2000) Rancangan acak lengkap digunakan pada rancangan penelitian ini. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode ANOVA (analysis of variance) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α = 0.05.Model rancangan tersebut menurut Mattjik & Sumertajaya (2000) adalah Y ij = µ + τ +ε i Keterangan : Y ij = Pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ = Pengaruh rataan umum. τ = Pengaruh rataan ke-i, i = 1, 2, 3, 4, 5. ε i = Pengaruh galat peerlakuan ke-i dan ulangan ke-j, j = 1, 2, 3, 4, 5. Uji lanjut yang digunakan adalah uji Duncan pada selang kepercayaan 90%, taraf α = 0.1. Semua data dianalisis dengan program SPSS HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstrak Kulit Kayu Mahoni Sebelum dilakukan ekstraksi, serbuk kulit kayu mahoni dihaluskan hingga ukuran mesh. Penghalusan serbuk kulit kayu mahoni ini dilakukan di Fakultas Kehutanan, IPB dengan menggunakan mesin penghalus. Ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan merebus serbuk kulit kayu mahoni dalam air mendidih (100 0 C) selama 4 jam. Metode rebusan ini mengikuti metode yang dilakukan oleh Harjadi (1993). Rendemen yang diperoleh dari ekstraksi adalah 8.12%. Pada penelitian ini jumlah ekstrak yang dihasilkan lebih besar daripada yang dilakukan oleh Mardisadora (2010) yaitu 6.64%. Hal ini dikarenakan lingkungan agrobiofisik tanaman yang digunakan berbeda sehingga mempengaruhi kadar senyawa metabolit sekunder tanaman yang nantinya berpengaruh pula pada rendemen yang dihasilkan. Semakin banyak kandungan metabolit sekunder, semakin banyak pula rendemennya. Produksi metabolit sekunder pada suatu tanaman dipengaruhi salah satunya oleh interaksi lingkungan. Hal ini juga sesuai dengan Hanan (1999) (diacu dalam Mardisadora 2010) yang menyatakan bahwa kandungan senyawa dalam suatu tanaman yang sama bisa berbeda karena adanya pengaruh iklim, keadaan tanah, sinar matahari, dan cara pengolahannya.

2 9 Masa Adaptasi Penelitian ini menggunakan tikus putih galur Sprague Dawley yang berumur ± 3 bulan dengan jenis kelamin jantan. Sehingga konsentrasi kolesterol total dapat diamati tanpa dipengaruhi oleh faktor internal (estrogen) seperti pada hewan betina. Kondisi hewan coba yang sehat merupakan faktor penting dalam penelitian dan merupakan syarat untuk memenuhi asumsi percobaan. Bobot badan dan konsumsi pakan merupakan parameter yang mudah diukur dan diamati untuk memantau kondisi kesehatan hewan coba selama percobaan berlangsung. Lu (1991) menyatakan kenaikan bobot badan dan kecenderungan kenaikan konsumsi pakan hewan coba menunjukkan hewan coba dalam kondisi sehat. Adaptasi dilakukan 10 minggu. Selama masa adaptasi semua tikus mengalami kenaikan bobot badan. Bobot badan ratarata tikus pada awal adaptasi sebesar ± 7.53 gram, sedangkan pada akhir adaptasi diperoleh bobot badan rata-rata tikus sebesar ± gram (Gambar 7). Persentase kenaikan bobot badan sebesar %. Kenaikan bobot badan yang terjadi pada masa adaptasi berkaitan dengan konsumsi pakan standar rataan yang cenderung meningkat, walaupun peningkatannya tidak stabil. Selain itu, diduga usia tikus yang lebih dari 3 bulan sehingga menyebabkan lambatnya pertumbuhan atau kenaikan bobot badan. Kenaikan bobot badan dan kecenderungan peningkatan konsumsi pakan yang terjadi pada setiap individu tikus, menurut Lu (1991) menunjukkan tikus dalam keadaan sehat, kalorinya tercukupi, tidak Bobot Badan (gram) Minggu ke- Gambar 7 Bobot badan masa adaptasi (----- normal, hiperkolesterol, ---- lovas, ekstrak 1, ekstrak 2). ada gangguan pertumbuhan serta tidak adanya zat toksikan dalam pakan. Kondisi tikus yang sehat ini menjadi penting karena dapat memperkecil galat percobaan saat masa percobaan. Masa Peningkatan Kolesterol Hasil pengamatan terhadap perkembangan bobot badan tikus selama masa peningkatan kolesterol terlihat variasi bobot badan tikus sebelum dan sesudah perlakuan (Gambar 8), dibandingkan dengan minggu ke-0 terlihat perbedaan cukup signifikan. Bobot badan kelompok normal(n) terus meningkat selama perlakuan dibandingkan dengan kelompok hiperkolesterol (HK), kelompok lovastatin (L), kelompok perlakuan ekstrak 1 (E1), kelompok perlakuan ekstrak 2 (E2). Pada minggu ke 1 kelompok lovastatin, dan minggu ke 3 kelompok perlakuan 1 serta kelompok perlakuan 2 terjadi penurunan bobot badan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena efek pemberian PTU setiap hari pada kelompok tersebut. PTU adalah suatu zat antitiroid yang dapat menghambat biosintesis tiroksin. Akibatnya tiroksin tidak lagi digabungkan ke protein karena tidak ada trna yang mengenalinya (Marineti 1990) sehingga sintesis protein secara umum terganggu. Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan pada hewan tersebut juga terganggu. Karena protein merupakan zat yang berperan untuk pertumbuhan dan perkembangan mahkluk hidup. Pemberian pakan kolesterol dan PTU selama 6 minggu, telah terjadi peningkatan konsentrasi kolesterol darah. Peningkatan selama 6 minggu ini mampu meningkatkan semua tikus melebihi batas minimal hiperkolesterolemia yaitu lebih dari 130 mg/dl (Malole 1989). Tikus yang digunakan pada saat pemberian pakan kolesterol ini berumur 5 bulan 2 minggu yaitu umur awal tikus adalah 3 bulan kemudian adaptasi selama 10 minggu (2 bulan 2 minggu). Diduga umur tikus yang lebih tua dapat lebih cepat meningkatkan konsentrasi kolesterol darah tikus. Mustika (2010) melaporkan bahwa tikus dengan umur 2 bulan 2 minggu hanya meningkatkan konsentrasi kolesterol sebesar 50.71% yaitu dari mg/dl menjadi mg/dl. Komposisi pakan kolesterol yang digunakan pada penelitian tersebut sama.

3 10 Bobot badan (gram) Minggu ke- Gambar 8 Perkembangan bobot badan tikus selama penelitian (----- normal,...hiperkolesterol, ---- lovas,, -- ekstrak 1, ekstrak 2).. Komposisi pakan kolesterol yang diberikan adalah tepung kuning telur, lemak kambing, dan minyak goreng curah. Bahanbahan tersebut banyak mengandung asam lemak jenuh. Momuat (1996) menyatakan bahwa konsumsi asam lemak jenuh dapat menyebabkan hiperkolesterolemia, sementara asam lemak tak jenuh dapat menurunkan konsentrasi kolesterol plasma. Menurut Murray et al. (2000) asam lemak jenuh merupakan prekursor trigliserida yang akan disimpan dalam jaringan adiposa sehingga bobot badan tikus menjadi besar. Selain itu, menurut Getz & Reardon (2007) pakan yang mengandung banyak lemak berpengaruh terhadap kenaikan bobot badan. Selama masa perlakuan (setelah minggu ke-6 sampai minggu ke-7) bobot badan tikus pada kelompok HK, L, E1 dan E2 terjadi penurunan yang tidak stabil bila dibandingkan dengan kelompok normal (Gambar 8). Hal ini disebabkan efek pemberian ekstrak yang dapat mempengaruhi pola nafsu makan atau akibat-akibat lain yang tidak terdeteksi selama perlakuan, contohnya beberapa kandang yang kotor dan sekam yang basah. Akibatnya perkembangan bobot badan pada kelompok tersebut mengalami penurunan. Pengaruh bobot badan terhadap konsentrasi kolesterol darah disebabkan oleh tiga mekanisme. Pertama, menurut Kasaniemi (1983) peningkatan bobot badan akan menyebabkan hati meningkatkan produksi lipoprotein yang mengandungapo-b (apoprotein-b) yang kemudian meningkatkan konsentrasi VLDL yang berakhir sebagai LDL. Kedua menurut Grundy (1991) dan Murray et al. (2000), peningkatan jumlah sel berarti akan meningkatkan sintesis kolesterol endogen secara keseluruhan, karena setiap sel memiliki kemampuan dalam mensintesis kolestrol yang pada akhirnya akan menekan sintesis reseptor LDL. Ketiga, menurut Getz & Reardon (2007), peningkatan bobot badan berkaitan erat dengan banyaknya pelepasan asam lemak bebas dari jaringan adiposa yang selanjutnya meningkatkan produksi VLDL. Kadar Kolesterol Total Pada akhir penelitian minggu ke-7 rataan konsentrasi kolesterol darah tikus kelompok normal melebihi batas normal (130 mg/dl). Hal ini dikarenakan terjadi lisis saat pengambilan darah (Lampiran 7). Lisis adalah pecahnya membran eritrosit sehingga hemoglobin bebas ke dalam plasma atau medium sekelilingnya (Katzung 2002). Hal ini dapat menyebabkan warna pada serum darah tikus lebih merah dan dapat menyebabkan kesalahan pada pembacaan melalui spektrofotometer. Serum darah tikus yang berasal dari darah yang lisis memiliki nilai absorban yang tinggi sehingga konsentrasi kolesterolnya pun tinggi. Bila kondisi ekor tikus tidak nyaman saat pengambilan darahnya, akan terjadi tekanan pada membran eritrositnya. Hal ini yang menjadi penyebab terjadinya lisis. Selang konsentrsai kolesterol darah pada minggu ke-0 adalah mg/dl hingga mg/dl. Kadar kolesterol total normal dari berbagai hasil penelitian bervariasi sesuai dengan umur tikus yang digunakan, spesies dan jenis pakan yang diberikan. Kadar kolesterol ini lebih besar menurut Malole et al. (1989) yang menyebutkan bahwa kadar kolesterol normal tikus adalah mg/dl. Selama masa peningkatan kolesterol yang berlangsung 6 minggu (dari minggu ke 0 hingga minggu ke 6) terjadi peningkatan konsentrasi kolesterol total pada semua kelompok (Gambar 9). Hal ini sesuai dengan penelitian Juletta (1995) dan penelitian Purwansti (2004) yang melaporkan bahwa pemberian diet kolesterol tinggi dan PTU dengan dosis 0.5 mg/kg BB/ hari secara terus menerus dapat meningkatkan kadar kolesterol total dalam plasma darah tikus. Konsentrasi kolesterol total kelompok normal hanya mampu meningkatkan 18.60% dari mg/dl menjadi mg/dl. Kelompok hiperkolesterol meningkat sebesar % dari mg/dl menjadi mg/dl. Kelompok lovastatin naik sebesar

4 11 Konsentrasi Kolesterol Darah (mg/dl) Normal Hiperkolesterol Lovas Ekstrak 1 Ekstrak 2 Kelompok Gambar 9 Perubahan konsentrasi kolesterol total selama percobaan (-0- minggu ke-0, -2- minggu ke 2, -4- minggu ke 4, -6- minggu ke-6, -7- minggu ke-7) % dari mg/dl menjadi mg/dl. Kelompok E1 naik sebesar % dari mg/dl menjadi mg/dl. Kelompok E2 meningkat sebesar % dari mg/dl menjadi mg/dl. Selama masa peningkatan kolesterol tersebut, pada minggu ke-6 kelompok HK, L, E1, dan E2 rata-ratanya telah melebihi 100% kenaikan kolesterol. Tingginya kenaikan kadar kolesterol disebabkan karena pakan yang diberikan mengandung kolesterol tinggi. Menurut Grundy (1991), konsumsi makanan yang kaya kolesterol dan asam lemak jenuh menekan sintesis reseptor LDL yang dapat meningkatkan kadar kolesterol pada hati. Peningkatan kadar kolesterol ini juga dipicu dengan konsumsi PTU yang dapat menghambat katabolisme kolesterol. Pemberian PTU pada tikus juga mempengaruhi kadar kolesterol darah. PTU merupakan suatu zat antitiroid yang dapat menghambat pembentukan hormon tiroid. Kekurangan hormon tiroid mengakibtkan katabolisme kolesterol menurun sehingga terjadi peningkatan kadar kolesterol dalam darah (Hotimah 2002). Konsentrasi Kolesterol Darah Total Kelompok Normal Rataan konsentrasi kolesterol darah kelompok N pada awal percobaan sebesar ±14.44 mg/dl (Gambar 9), sedangkan pada minggu ke-6 (akhir peningkatan kolesterol) dan ke-7 (akhir pencekokan) sebesar ±27.61 mg/dl dan ±9.12 mg/dl (tidak signifikan secara statistik). Konsentrasi kolesterol darah pada minggu ke-0 hingga minggu ke-6 cenderung stabil. Namun pada minggu ke-7 peningkatan kolesterol darah cukup tinggi. Hal ini dikarenakan umur tikus yang sudah tua, sehingga terjadi kerusakan metabolisme. Setelah diuji, tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Konsentrasi kolesterol darah kelompok N diakhir percobaan lebih besar jika dibandingkan dengan yang dilaporkan Mustika (2010) yaitu tikus kelompok N dengan galur yang sama selama 8 minggu adalah 63.77±6.76 mg/dl. Konsentrasi kolesterol darah ini lebih besar jika dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh Rahayu (2007) dan Santillo et al. (1999). Rahayu (2007) melaporkan tikus kelompok N dengan galur yang sama selama 14 minggu masa percobaan rataan konsentrasi kolesterol darahnya sebesar 71.7±13.10 mg/dl. Selain itu, konsentrasi kolesterol darah juga lebih besar dari yang dilaporkan Purwanti (2004) dengan waktu percobaan yang sama (7 minggu) sebesar 73.87±13.02 mg/dl. Walaupun demikian, rataan semua konsentrasi kolesterol sesuai dengan Malole & Pramono (1989). Konsentrasi Kolesterol Total Darah Kelompok Kontrol Hiperkolesterolemia Rataan konsentrasi kolesterol darah kelompok HK pada awal percobaan sebesar ±16.40 mg/dl (Gambar 9),

5 12 sedangkan pada akhir percobaan (minggu ke-6 dan ke-7) sebesar ±51.62 mg/dl dan 395± Persentase kenaikan konsentrasi kolesterol selama 7 minggu sebesar % (Gambar 9), bila dibandingkan dengan kelompok N kenaikan konsentrasi kolesterol pada HK juga signifikan (p<0.05). Pada minggu ke-7, konsentrasi kolesterol darah kelompok HK lebih besar 85.88% terhadap kelompok normal. Dengan demikian ada pengaruh pakan kolesterol dan PTU yang diberikan pada kelompok HK selama percobaan. Persentase kenaikan kolesterol tersebut lebih besar dibandingkan yang dilaporkan Rahayu (2007) sebesar 65.68% selama 14 minggu pada tikus jantan galur yang sama, komposisi pakan kolesterol 1.05%, dan dosis PTU yang sama. Diduga tingginya komposisi kolesterol pada pakan kolesterol mempengaruhi besarnya kenaikan konsentrasi kolesterol darah. Santillo et al. (1999) menyatakan bahwa kondisi hiperkolesterolemia dapat disebabkan oleh pemberian pakan kolesterol atau PTU. Tikus galur Wistar selama 2 bulan diberi pakan kolesterol 1.5 % mampu menaikkan konsentrasi kolesterol darah sebesar 225% sedangkan induksi hiperkolesterolemia dengan PTU 0.1% (b/v) menaikkan konsentrasi kolesterol darah sebesar 34.92%. Berdasarkan penelitian tersebut, pemberian pakan kolesterol berperan lebih besar dalam mencapai kondisi hiperkolesterolemia. Hal ini sesuai dengan laporan Nofendri (2004) dengan capaian kenaikan kolesterol % dengan komposisi pakan kolesterol 12.5 %, galur tikus yang sama, selama 7 hari tanpa pemberian PTU. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Giri (2007) yang hanya menaikkan kolesterol darah sebesar 44.48% selama 13 minggu pada tikus jantan galur yang sama. Komposisi pakan 1.5% kolesterol, dan dosis PTU yang digunakan sama. Diduga umur tikus yang digunakan pada penelitian ini telah tua sehingga cepat meningkatkan konsentrasi kolesterolnya. Konsentrasi Kolesterol Total Darah Kelompok Lovastatin Kontrol positif pada penelitian ini adalah kelompok L yaitu tikus yang diberi lovastatin dengan dosis 0,2857 mg/kgbb. Lovastatin sebagai agen hiperkolesterolemia mampu menurunkan kadar serum kolesterol, LDL, trigliserol dan VLDL dalam darah (Albert 1989). Tikus kelompok L pada awal percobaan memilki rataan konsentrasi kolesterol darah sebesar ±63.88 mg/dl dan di akhir peningkatan kolesterol (minggu ke-6) sebesar ±98.83 mg/dl (Gambar 9). Setelah itu, kelompok L dicekok lovastatin selama 7 hari. Pada minggu ke-7 konsentrasi kolesterolnya sebesar ± Kinerja lovastatin pada periode ini hanya bersifat mengambat kenaikan kolesterol. Pada minggu ke-7 konsentrasi kolesterol darah kelompok L (45.66%), kelompok HK (85.88%) lebih besar bila dibandingkan dengan kelompok normal (Gambar 10). Walaupun tidak signifikan, terlihat adanya kecenderungan lovastatin untuk menghambat kenaikan kolesterol darah. Kinerja lovastatin akan efektif bila masukan kolesterol eksogen dihentikan. Namun, pada penelitian ini, masukan kolesterol eksogen (pakan kolesterol) tetap diberikan. Hal ini karena penurunan konsentrasi kolesterol darah tikus, hanya fokus pada pengaruh ekstrak kulit kayu mahoni saja sebagai parameter utama. Mekanisme kerja lovastatin yang dipahami dengan baik sampai saat ini adalah bahwa lovastatin berfungsi sebagai inhibitor kompetitif enzim kunci dalam sintesis kolesterol endogen, yaitu enzim HMG-KoA reduktase yang mengkatalisis HMG KoA menjadi mevalonat (Gianturco et. al 1993). Namun Lehninger et al. (2005) menyatakan kolesterol eksogen tidak akan terpengaruh oleh mekanisme tersebut. Artinya konsentrasi kolesterol plasma darah tetap akan naik karena disebabkan asupan pakan kolesterol yang pada penelitian tetap diberikan dari awal sampai akhir percobaan. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2007) dan Darusman et al. (2008). Berdasarkan laporan penelitian Gianturco et al. (1993) dan Darusman et al. (2008) serta Rahayu (2007) dapat diduga bahwa lovastatin tidak bekerja secara efektif ketika pakan tinggi kolesterol tetap diberikan seperti yang terjadi dalam penelitian ini. Namun, Hsu et al. (2007) menyatakan mekanisme lain dari lovastatin dalam mencegah kenaikan konsentrasi kolesterol darah, yang memungkinkan adanya kecenderungan penurunan kolesterol darah walaupun tetap mengkonsumsi pakan

6 13 tinggi kolesterol. Mekanisme regulasi kerja lovastatin yang lain dalam jangka panjang mampu mempengaruhi ekspresi gen sitokrom P450 sebagai salah satu faktor yang mengaktifkan enzim kolesterol 7αhidroksilase, yaitu enzim kunci dalam lintas katabolisme kolesterol menjadi asam empedu. Katabolisme kolesterol menjadi asam empedu akan menurunkan konsentrasi kolesterol darah. Katzung (2002) menyatakan lovastatin dapat menginduksi sintesis reseptor LDL yang menurunkan jumlah LDL yang beredar di darah. Pernyataan ini diperkuat oleh Hsu et al.(2007) yang juga menyatakan adanya hambatan terhadap faktor transkripsi sterol regulatory element binding protein (SREBP) yang mengakibatkan penghambatan biosintesis kolesterol serta meningkatkan ekspresi gen yang membentuk reseptor LDL. Konsentrasi Kolesterol Darah Kelompok Perlakuan Ekstrak 1 dan Kelompok Perlakuan Ekstrak 2 Parameter penting dalam penelitian ini adalah konsentrasi kolesterol darah kelompok ekstrak untuk menguji khasiat ekstrak kulit kayu mahoni sebagai penurun hiperkolesterolemia pada tikus. Tikus kelompok E1 di awal percobaan memiliki rataan konsentrasi kolesterol darah sebesar ±36.05 mg/dl dan di akhir peningkatan kolesterol (Minggu ke- 6) sebesar ± mg/dl (Gambar 9). Setelah diberi ekstrak kulit kayu mahoni, kolesterol darahnya turun menjadi ±17.85 mg/dl. Hasil analisis menunujukkan bahwa pada minggu ke-7 konsentrasi kolesterol darah kelompok E % lebih tinggi terhadap kelompok normal(gambar 10). Bila dianalisis secara statistik dibandingkan dengan kelompok N maka signifikan. Sementara bila dibandingkan dengan kelompok HK tidak signifikan (p>0.05) (Lampiran 8). Hasil analisis menunjukkan kelompok E1 dapat menurunkan konsentrasi kolesterol. Belum terbuktinya khasiat ekstrak kulit kayu mahoni pada kelompok E1 terhadap pengobatan penurunan konsentrasi kolesterol darah diduga salah satunya disebabkan oleh lama waktu pemberian ekstrak yang singkat (7 hari). Purwanti (2004) melaporkan bahwa pemberian serat selulosa mikrobial selama 10 minggu dapat menurunkan konsentrasi kolesterol darah tikus sebesar 30.42%. Rataan konsentrasi kolesterol total kelompok E2 yaitu kelompok yang dicekok oleh ekstrak mahoni dengan dosis 300 mg/kg BB sebelum dan setelah peningkatan kolesterol darah adalah ±56.24 mg/dl dan ±82.57 mg/dl (Gambar 9). Sementara konsentrasi kolesterol darah setelah diberi ekstrak kulit kayu mahoni adalah ± Hasil analisis penurunan konsentrasi kolesterol sebesar 17.53% dari minggu sebelumnya, dan konsentrasinya lebih besar 3.52% terhadap kelompok normal pada minggu ke-7 (Gambar 10). Bila dibandingkan dengan kelompok normal, secara statistik konsentrasi kolesterol darah tikus yang dicekok ekstrak kulit kayu mahoni ini tidak signifikan. Hal ini berarti ekstrak kulit kayu mahoni memiliki kemampuan untuk menurunkan konsentrasi kolesterol darah. Konsentrasi kolesterol darah kelompok E2, secara statistik signifikan bila dibandingkan terhadap konsentrasi kolesterol darah kelompok HK. Pada kelompok E2 terlihat adanya aktivitas ekstrak kulit kayu mahoni dalam menurunkan konsentrasi kolesterol darah (17.53%). Kemampuan ekstrak kulit kayu mahoni dalam menurunkan konsentrasi kolesterol darah diduga karena adanya senyawa-senyawa fitokimia yang terkandung dalam ekstrak kulit kayu mahoni. Ekstrak kulit kayu mahoni yang dipergunakan diketahui mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan triterpenoid (Ningsih 2010). Flavonoid yang terkandung pada ekstrak termasuk ke dalam kelompok flavon dan flavonol. Ningsih (2010) melaporkan bahwa konsentrasi flavonoid yang terkandung adalah setara dengan % (b/b) kuersetin, kuersetin merupakan senyawa golongan flavonol yang paling aktif dan umumnya terdapat pada tanaman. Flavonoid dilaporkan mempunyai kontribusi untuk menurunkan resiko penyakit jantung koroner terkait dengan kemampuannya untuk menurunkan kolesterol dan trigliserida pada serum darah tikus (Monforte et al. 1995). Selain itu beberapa senyawa flavonoid (asam tanat dan rutin) mampu menghambat kenaikan kolesterol total darah masingmasing % dan 20.63% terhadap tikus putih hiperkolestrolemia selama 6 minggu (Park et al. 2002). Tanin di dalam tubuh berkhasiat mengendapkan mukosa protein yang ada pada permukaan usus halus, sehingga dapat mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemeriksaan Tumbuhan 5.1.1. Determinasi Tumbuhan Determinasi tumbuhan dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas dari tumbuhan biji bunga matahari (Helianthus annusl.).

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba 13 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan Pebruari 2008 sampai dengan Mei 2008 di Laboratorium Hewan SEAFAST IPB dan Laboratorium Anatomi Fisiologi dan Farmakologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental yaitu penelitian yang didalamnya terdapat perlakuan untuk memanipulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) sampai saat ini masih menjadi suatu masalah, baik di negara maju maupun negara berkembang dan merupakan penyebab kematian nomor satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

KHASIAT EKSTRAK KULIT KAYU MAHONI (Swietenia macrophylla King.) SEBAGAI PENCEGAH HIPERKOLESTEROLEMIA PADA TIKUS PUTIH RATNA MUSTIKA

KHASIAT EKSTRAK KULIT KAYU MAHONI (Swietenia macrophylla King.) SEBAGAI PENCEGAH HIPERKOLESTEROLEMIA PADA TIKUS PUTIH RATNA MUSTIKA KHASIAT EKSTRAK KULIT KAYU MAHONI (Swietenia macrophylla King.) SEBAGAI PENCEGAH HIPERKOLESTEROLEMIA PADA TIKUS PUTIH RATNA MUSTIKA DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung memiliki kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik, kurang olah raga, kebiasaan merokok dan pola

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis dan trombosis merupakan penyebab utama kematian di dunia. Aterosklerosis dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyebab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar yang menggunakan metode eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor, faktor pertama dengan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Hal ini karena pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lemak plasma. Beberapa kelainan fraksi lemak yang utama adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode eksperimental karena adanya manipulasi terhadap objek penelitian dan adanya kontrol

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian dan Biokimia. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Farmakologi, Gizi Klinik 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Lokasi pengambilan sampel rumput laut merah (Eucheuma cottonii) bertempat di Perairan Simpenan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu

I. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh yang diperlukan untuk mengatur proses kimiawi di dalam tubuh, tetapi kolesterol dalam jumlah tinggi bisa menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

repository.unimus.ac.id

repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke pembuluh darah otak umumnya disebabkan oleh terjadinya aterosklerosis atau penimbunan lemak pada pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan gaya hidup masyarakat mulai banyak terjadi sejalan dengan kemajuan teknologi. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik mulai banyak ditemukan, bahkan sudah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, karena terdapat manipulasi pada objek penelitian dan terdapat kelompok kontrol (Nazir, 2003).

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah peralatan gelas, neraca analitik, pembakar Bunsen, rangkaian alat distilasi uap, kolom kromatografi, pipa kapiler, GC-MS, alat bedah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia penyakit kardiovaskuler (PKV) merupakan penyebab utama kematian, menurut estimasi para ahli badan kesehatan dunia (WHO), setiap tahun sekitar 50% penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut Badan Kesehatan Dunia, 60 % dari seluruh penyebab kematian akibat penyakit jantung adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam plasma baik sebagai kolesterol bebas atau dikombinasikan dengan asam lemak rantai panjang seperti cholesteryl ester. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B dan analisis plasma di Laboratorium Nutrisi Ternak Kerja dan Olahraga Unit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Dislipidemia Dislipidemia adalah suatu keadaan terganggunya metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam jenis penelitan eksperimental karena memberikan perlakuan kepada populasi dan sampel. Menurut Nazir (2003

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh pemberian berbagai level tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada domba Padjadjaran jantan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar dengan metode eksperimental. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah mengenai pengaruh pemberian serat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh peningkatan atau penurunan fraksi lemak dalam plasma. Kelainan fraksi lemak yang utama adalah kenaikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pengujian nilai LD 50 Dari pengujian yang dilakukan menggunakan dosis yang bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada hewan coba dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah 19 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan prepost test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah hewan coba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi hal yang dikhawatirkan banyak orang sejak dahulu. Hal ini tak lepas dari berbagai penyakit yang dapat diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Deninisi Kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi bisa diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat dan biji alpukat (Persea americana Mill). Determinasi dilakukan di Herbarium Bandung Sekolah

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tahap Penelitian. kolesterol. Analisis. Perlakuan IV. n=5. Induksi kolesterol 9 minggu Pembuatan pakan kolesterol. Perlakuan III.

Lampiran 1 Tahap Penelitian. kolesterol. Analisis. Perlakuan IV. n=5. Induksi kolesterol 9 minggu Pembuatan pakan kolesterol. Perlakuan III. LMPIR 16 17 Lampiran 1 Tahap Penelitian. rmal n=10 Hiperlipidemia n=10 Pembedahan awal @ 5ekor nalisis nalisis statistik Perlakuan I n=5 Pencekokan ekstrak selama 5 minggu Pembedahan akhir @ 5ekor Tikus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lemak Lemak adalah salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, lemaktidak larut dalam

Lebih terperinci

EFEK INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL

EFEK INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL EFEK INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL Edy Suwarso 1, dan Dewi Nur Anggraeni 2 1) Departemen Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan 2) Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang. Di Indonesia, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab pertama

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. I = 1,2,...t dan j = 1,2,...r. Y ij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ = Pengaruh rataan umum.

HASIL DAN PEMBAHASAN. I = 1,2,...t dan j = 1,2,...r. Y ij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ = Pengaruh rataan umum. 11 Analisis Lipid Peroksida Hati Pengukuran kadar lipid peroksida hati dilakukan pada akhir perlakuan. Sebanyak 1-2 gram hati disimpan dalam larutan NaCl 0.9% dingin. Hati segar tersebut dibuat 10% b/v

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pesatnya kemajuan teknologi telah banyak membawa perubahan pada pola hidup masyarakat secara global termasuk dalam hal pola makan. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam pembuluh darah yang kadarnya tinggi akan membuat endapan / kristal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam pembuluh darah yang kadarnya tinggi akan membuat endapan / kristal BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol Kolesterol ( C 27 H 45 OH ) adalah alkohol steroid yang ditemukan dalam lemak hewani / minyak, empedu, susu, kuning telur. Kolesterol sebagian besar disintesiskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam penelitian ini diadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta diadakan kontrol terhadap

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari sampai April 2008. B. ALAT

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan eksperimental. Penelitian deskriptif eksploratif meliputi isolasi kitin, transformasi

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2010 di Area Perlindungan Laut Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol merupakan lemak yang berwarna kekuningan dan berbentuk seperti lilin yang diproduksi oleh tubuh manusia terutama di dalam hati. Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test Only BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data dilakukan hanya pada saat akhir penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini perhatian masyarakat terhadap lemak pangan sangat besar terutama setelah diketahui bahwa mengonsumsi lemak berlebihan akan mempengaruhi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tambahan. Bahan utama berupa daging sapi bagian sampil (chuck) dari sapi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tambahan. Bahan utama berupa daging sapi bagian sampil (chuck) dari sapi III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama berupa daging sapi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama lebih kurang 6 (enam) bulan yaitu dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Protozoologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi dapat diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat, angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Saat ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa Linn.) terhadap kadar transaminase hepar pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok. Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok. Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok Pisang adalah salah satu tanaman buah yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011) Taksonomi tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat perkotaan banyak mengalami perubahan di era globalisasi ini, terutama dalam pola konsumsi makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen murni (True Experimental). Penelitian eksperimen murni bertujuan untuk

Lebih terperinci

Negara Indonesia yang kaya akan berbagai macam jenis tanaman, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pelayanan

Negara Indonesia yang kaya akan berbagai macam jenis tanaman, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan negara berkembang, banyak sekali insiden penyakit jantung koroner yang semakin meningkat. Hal ini sangat berkaitan dengan pola hidup dan kebiasaan sehari-hari

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur penentuan lipid serum 1) Prosedur analisis kolesterol total

Lampiran 1 Prosedur penentuan lipid serum 1) Prosedur analisis kolesterol total 86 Lampiran Prosedur penentuan lipid serum ) Prosedur analisis kolesterol total Kolesterol total ditentukan dengan metode enzim cholesterol oxidasepaminophenozone (CHODPAP). Prinsip uji Kolesterol dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat zaman modern ini, setiap individu sibuk dengan kegiatan masingmasing, sehingga cenderung kurang memperhatikan pola makan. Gaya hidup sedentari cenderung

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam darah. Beberapa kelainan fraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit penyebab kematian dan kesakitan pada masyarakat saat ini telah mengalami pergeseran yaitu dari penyakit infeksi (penyakit menular) menjadi penyakit metabolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process adalah suatu proses bertambah tua atau adanya tanda-tanda penuaan setelah mencapai usia dewasa. Secara alamiah seluruh komponen tubuh pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, yaitu suatu metode

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, yaitu suatu metode III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menguji hipotesis sebab akibat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Penetapan Aktivitas Enzim Alanin Amino Transferase Plasma a. Kurva kalibrasi Persamaan garis hasil pengukuran yaitu : Dengan nilai koefisien relasi (r) = 0,998.

Lebih terperinci

HASIL PRAKTIKUM METABOLISME II Perbedaan Kadar Trigliserida Pada Pria Dan Wanita Setelah Mengkonsumsi Kuning Telur

HASIL PRAKTIKUM METABOLISME II Perbedaan Kadar Trigliserida Pada Pria Dan Wanita Setelah Mengkonsumsi Kuning Telur HASIL PRAKTIKUM METABOLISME II Perbedaan Kadar Trigliserida Pada Pria Dan Wanita Setelah Mengkonsumsi Kuning Telur Praktikan : 1. Yeni Vera 2. Leo Pardon Sipayung 3. Taya Elsa Savista Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Jawa Barat dikenal sebagai sentra populasi domba mengingat hampir

PENDAHULUAN. Jawa Barat dikenal sebagai sentra populasi domba mengingat hampir 11 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat dikenal sebagai sentra populasi domba mengingat hampir 59,52% populasi domba nasional berada di Jawa Barat (Departemen Pertanian, 2013), sementara konsumsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Design Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah studi eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control group

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal dasar dalam kehidupan untuk menunjang semua aktivitas mahkluk hidup. Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. hal dasar dalam kehidupan untuk menunjang semua aktivitas mahkluk hidup. Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal dasar dalam kehidupan manusia. Dengan kondisi yang sehat dan tubuh yang prima, manusia dapat melaksanakan proses kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Penyiapan Bahan Daun sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg yang digunakan sudah berwarna hijau tua dengan ukuran yang sama. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2009 di Laboratorium Pemulian Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, sedangkan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolik dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari fraksi lemak di dalam darah, seperti kolesterol, kolesterol ester,

Lebih terperinci

Cara Pemeriksaan Kolesterol Total, kolesterol-hdl, Kolesterol-LDL dan. mutu dengan menggunakan serum kontrol yang nilainya normal dan abnormal.

Cara Pemeriksaan Kolesterol Total, kolesterol-hdl, Kolesterol-LDL dan. mutu dengan menggunakan serum kontrol yang nilainya normal dan abnormal. Lampiran 1 Cara Pemeriksaan Kolesterol Total, kolesterol-hdl, Kolesterol-LDL dan Trigliserida Sebelum dilakukan pemeriksaan, alat dan reagen dilakukan pengendalian mutu dengan menggunakan serum kontrol

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini rimpang jahe merah dan buah mengkudu yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol menghasilkan rendemen ekstrak masing-masing 9,44 % dan 17,02 %.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tomat atau dalam bahasa latin disebut Lycopersicum esculentum

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tomat atau dalam bahasa latin disebut Lycopersicum esculentum I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat atau dalam bahasa latin disebut Lycopersicum esculentum merupakan tanaman holtikultura yang banyak dimanfaatkan sebagai campuran dalam masakan, minuman, saus, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu dampak negatif perkembangan zaman yang begitu pesat saat ini adalah adanya pergeseran pola makan, dari pola makan yang seimbang dan alami menjadi pola makan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, kemajuan teknologi dan sistem informasi memungkinan orang dengan mudah mencapai tujuannya, antara lain adanya fasilitas layanan makanan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 34 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Desember 2007. Penelitian ini dilakukan pada beberapa tempat yaitu : pembuatan tepung kedelai dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan adanya perubahan zaman di kota-kota besar yang berpengaruh pada pola hidup dan pola makan masyarakat yang kurang sehat yaitu makanan yang mengandung

Lebih terperinci