PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN PRODUK SARANG BURUNG WALET BERORIENTASI EKSPOR DI JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANG BANGUN SISTEM PENELUSURAN DAGING SAPI DI PT.X

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 416/Kpts/OT.160/L/4/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: 406/Kpts/OT.160/L/4/2014 TENTANG

China pada tanggal 24 April 2OI2 telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN SISTEM TRACEABILITY DALAM PENANGANAN DAN PENGOLAHAN KOMODITAS PRODUK PERIKANAN INDONESIA UNTUK EKSPOR

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Tahapan Penelitian 3.2.1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rancang Bangun Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok Distribusi Daging Sapi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. sistem sedang berjalan dan diperlukan untuk berbagai perubahan yang dirasa

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MATERIAL PRODUK KEMASAN MENGGUNAKAN METODE FIFO PADA PT. CRS

MENTERI PERTANIAN. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISIS Analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau

PERANCANGAN APLIKASI FARMASI HOSPITAL INFORMATION SYSTEM DI SILOAM HOSPITALS

BAB I PENDAHULUAN.

Tugas Akhir. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Parkir. Universitas Komputer Indonesia, Bandung

BAB I PENDAHULUAN.

Rancang Bangun Perangkat Lunak untuk Workflow Pengelolaan Surat Menyurat Dinas Bagian Surat Masuk Di Kabupaten Buton Utara

Good Agricultural Practices

BAB I PENDAHULUAN.

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan penyedia jasa pengiriman barang memegang peranan yang sangat penting.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menghadapi persaingan bisnis yang ketat. keuntungan-keuntungan dari teknologi internet dan teknologi mobile application,

Rancangan Aplikasi Persediaan Barang Pada TB. Putra Mas Pangkalpinang Melati Suci 1), Sujono 2)

GAMBARAN UMUM TENTANG PERDAGANGAN SARANG BURUNG WALET INDONESIA. Ani Mardiastuti

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini sistem informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN SISTEM SERTIFIKASI INSTALASI KARANTINA IKAN (IKI) DAN CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK (CKIB) ONLINE. http : //ckib.bkipm.

1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56,

1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pembayaran kredit saat ini terus berkembang pesat. Ini

BAB VI : PENUTUP 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian


BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang terletak di Jl. Raya Kedung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sesuai amanat Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1988

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

ABSTRAK... vii. KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... xv. DAFTAR GAMBAR... xvi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah...

BAB 1 PENDAHULUAN. modernisasi bagi perpustakaan tersebut. perpustakaan, baik dari segi institusi ataupun dari segi pengguna (patron) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2 meningkatkan daya saing PT Panorama Transportasi tbk. sebagai perusahaan di bidang transportasi taksi. Dalam menjawab permasalan tersebut maka diper

BAB I PENDAHULUAN. Adapun masalah yang dihadapi oleh SMK ISLAM PLUS YAPIA dalam belajar mengajar dan dapat menumbuhkan semangat adalah :

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Pada dasarnya perancangan sistem yang dibuat oleh peneliti adalah


BAB 1 PENDAHULUAN. keuntungan hingga jutaan dolar AS. Pengalaman menunjukkan bahwa sebuah

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS ILMU KOMPUTER

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara, karena pendidikan dapat mengembangkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, masyarakat di daerah-daerah konflik,

STIKOM SURABAYA DAFTAR ISI. Halaman

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

USER MANUAL Cash Management (CM)

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI INVENTORI BERBASISKAN RFID PADA PT. ABC

BAB I PERSYARATAN PRODUK

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kamera CCTV (Closed Circuit Television). Perangkat CCTV dapat

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang begitu cepat terjadi pada semua bidang,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir di semua bidang kegiatan usaha telah memanfatkan

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Perancangan Sistem Cara kerja sistem

Gambar 4.1 Flowchart

BAB II LANDASAN TEORI

1. BANTEN FARM. Statistik Per September 2016

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/M-DAG/PER/10/2011 TENTANG BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURAT PERNYATAAN ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR

ANALISA KEBUTUHAN DAN DESAIN SISTEM INFORMASI PRODUK BERBASIS WEB DI PT. ANGHAUZ INDONESIA

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN...

II. METODE PENELITIAN. A. Studi Literatur

PERANCANGAN SISTEM INFOR- MASI REKRUTMEN DAN SELEK- SI KARYAWAN BERBASIS WEB DI PT. QWORDS COMPANY INTER- NATIONAL

BAB I PENDAHULUAN. atau perlengkapan (supplies). Persediaan merupakan asset yang sangat penting

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

MODEL TRACKING DAN TRACING PADA SISTEM TRACEABILITY RANTAI PASOK MINUMAN SARI APEL

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengambilan keputusan. Salah satu peran teknologi informasi dalam

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK INDUSTRI ITS (2014) 1-6 1 PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN PRODUK SARANG BURUNG WALET BERORIENTASI EKSPOR DI JAWA TIMUR Luluk Rahmawati dan Iwan Vanany Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:vanany@ie.its.ac.id, luluk.rahmawati27@yahoo.com Abstrak Produk sarang burung walet merupakan komoditas yang memiliki nilai tinggi. Indonesia merupakan negara yang menghasilkan sarang walet terbesar di dunia yaitu sekitar 80%. Produk sarang walet Indonesia beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan harga jual yang drastis karena ditemukannya kandungan nitrit yang tinggi dan dikawatirkan terkena flu burung. Oleh karena itu, diperlukan sistem penelusuran yang mampu melakukan penelusuran mulai dari asal sarang walet disi hingga sampai di tangan konsumen akhir. Sistem penelusuran tersebut akan dapat memberikan informasi terkait dengan sarang walet seperti tanggal si sarang walet, kandungan nitrit, dan jenis sarang walet dengan menggunakan bar code. Tugas Akhir ini mencoba melakukan perancangan sistem penelusuran sarang burung walet berorientasi ekspor di Jawa timur yang berbasis on line dan dapat digunakan oleh multi user. Untuk menggambarkan model perancangan sistem penelusuran digunakan Unified Modeling Language (UML) yang meliputi Use Cases Diagram, Class Diagram, dan Statechart Diagram. Hasil dari uji coba dan verifikasi oleh pihak pelaku bisnis sarang walet dan pakar IT dengan kuesioner menunjukkan bahwa sistem penelusuran yang dibuat telah sesuai dengan kondisi di lapangan dan memberikan manfaat bagi pelaku bisnis sarang walet untuk melakukan operasional bisnis. Kata Kunci Sarang Walet, Unified Modeling Language, Sistem Penelusuran, Bar code Produk, Serial Shipping Container Code I. PENDAHULUAN ndonesia merupakan negara penghasil sarang burung Iwalet dengan si sekitar 400 ton per tahun. Sebesar 90% sarang burung walet Indonesia di ekspor ke China dengan harga sekitar Rp.37 juta per kilogram [1]. Sedangkan harga jual sarang walet di dalam negeri berkisar antara Rp.12 juta hingga Rp.13 juta per kilogram [2]. Produk sarang walet ini sendiri memberikan banyak manfaat antara lain yaitu untuk kesehatan tubuh dan untuk keindahan kulit [3]. Berdasarkan pemaparan Amsyari (2013) pada saat ini ekspor sarang burung walet ke China belum bisa dilakukan secara langsung dan masih dalam negosiasi walaupun MOU sudah ditanda tangani sejak bulan April 2012. Beberapa hal yang menjadi hambatan yaitu adanya masalah teknis yang belum disepakati antara lain terkait dengan peninjauan langsung ke rumah burung walet dan tempat proses sarang walet oleh tim dari China (CNCA) serta masalah kandungan Nitrit (NO 2 ) dalam sarang walet yang ditetapkan maksimum 30 ppm [4]. Direktur Jendral Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Bachrul Chairi, menjelaskan alasan China menolak sarang burung walet adalah bahwa burung walet Indonesia saat ini tidak sesuai dengan standar sehingga tidak dapat diterima dan burung walet Indonesia telah dicampur dengan zat pewarna. Akibat dari ditolaknya sarang burung walet Indonesia oleh China ini adalah terjadinya penurunan harga jual burung walet yang biasanya dihargai US$ 2000/kg, sekarang hanya US$ 500-700/kg. Selain itu, saat ini pihak dari Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan akan melakukan verifikasi terhadap 8 perusahaan utama pengekspor sarang burung walet ke China. Tujuan dari dilakukannya verifikasi ini adalah agar sarang burung walet dapat diterima kembali oleh China dengan harga yang kompetitif. Verifikasi meliputi pemeriksaan tempat sarang burung walet, tempat pengembangan sarang burung walet, kesehatan serta kepengurusan si sarang burung walet [5]. Selama dua tahun lebih sarang walet tidak dapat diekspor secara langsung ke China melainkan harus melalui pihak ketiga yaitu Malaysia, Kanada, Amerika Serikat, dan Hongkong padahal China adalah tujuan ekspor utama sarang walet Indonesia. Hal ini disebabkan oleh boikot yang dilakukan oleh China akibat merebaknya isu flu burung dan dikhawatirkan sarang walet Indonesia ter-suspect flu burung. Selain itu boikot yang dilakukan oleh China juga disebabkan oleh kualitas sarang walet Indonesia yang berada di bawah standar internasional. Berdasarkan pemaparan dari Menteri Pertanian RI, Suswono, Kementerian Pertanian sedang menyelesaikan proses regulasi teknis ekspor sarang walet ke China agar ekspor sarang walet dapat dilakukan dengan transparan dan tidak ada pihak yang dirugikan baik dari konsumen China maupun produsen sarang walet Indonesia. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-DAG/PER/7/2012 sarang burung walet yang akan diekspor ke China harus memenuhi dua persyaratan utama. Pertama, telah memenuhi proses seleksi, pencucian, pembersihan dari kotoran, pemanasan sama atau lebih dari 70ºC (tujuh puluh derajat celcius) dalam waktu sekurang-kurangnya 3,5 detik (tiga koma lima detik). Kedua, dibungkus dalam kemasan dan dicantumkan label yang memuat informasi dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa China sekurangkurangnya mengenai nama dan berat, nomor registrasi dan nama produsen peternak walet, nama, alamat, nomor registrasi produsen, persyaratan

JURNAL TEKNIK INDUSTRI ITS (2014) 1-6 2 penyimpanan, tanggal si, nomor kontrol veteriner (NKV) dan informasi terkait lainnya [6]. Menurut hukum Uni Eropa, sistem penelusuran atau traceability system adalah kemampuan untuk melacak pangan, pakan, makanan yang dihasilkan oleh hewan atau zat yang akan digunakan untuk konsumsi, melalui semua tahapan si, pengolahan dan distribusi [7]. Traceability menjadi sangat penting karena traceability adalah sebagai salah satu syarat legal bagi impor untuk masuk di beberapa negara [8]. Traceability juga dibutuhkan ketika suatu bisnis makanan mengidentifikasikan risiko yang dapat ditelusuri kembali pada sumber makanan tersebut dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah dengan cepat dan mencegah yang terkontaminasi dari jangkauan konsumen [7]. Sistem penelusuran atau traceability memberikan banyak manfaat antara lain adalah mampu mendukung keamanan pangan, memudahkan penelusuran recall serta membantu proteksi dan menghindari pemalsuan [8]. Karakteristik sistem penelusuran antara lain adalah membutuhkan identifikasi, penelusuran, dan pemeliharaan informasi yang berkaitan dengan dan pergerakkannya [9]. Terdapat dua jenis pengidentifikasi antara lain yaitu pengidentifikasi eksternal dan pengidentifikasi biometric yang digunakan untuk melengkapi pada penelusuran hewan. Pengidentifikasi eksternal meliputi metode manual dengan menggunakan label kertas, stempel, dan label plastik atau dengan metode elektronik seperti Radio Frequency Identification (RFID). Keuntungan dari penggunaan pendekatan ini adalah pada kemampuan untuk menyandikan jenis informasi yang berbeda (simbol barcode dapat mengandung informasi yang berhubungan dengan dan sejarah prosesnya), dan data relatif mudah dibaca terutama dengan menggunakan metode elektronik. Peneliti telah melakukan penelusuran literature di berbagai database jurnal internasional seperti sciencedirect namun belum ada penelitian terkait dengan sistem penelusuran untuk sarang walet. Penelitian pendahulu tentang sistem penelusuran adalah penelitian yang dilakukan oleh Li et al (2010) yaitu perancangan sistem penelusuran mentimun dengan menggunakan PDA (Personal Digital Assistant)-based record-keeping dan decision support system (PRDS). Pada penelitian tersebut diberikan contoh aplikasi pada pemberian rekomendasi untuk melakukan pemupukan dan penggunaan pestisida dengan menggunakan teknik khusus untuk keseimbangan pemupukan dan pedoman dalam memberikan pestisida yang aman di China. Sistem penelusuran pada penelitian tersebut memungkinkan beberapa user yaitu teknisi dan petani untuk menggunakan sistem penelusuran mentimun di China. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sistem penelusuran yang dibangun memberikan manfaat baik bagi teknisi maupun petani. Dengan adanya PRDS teknisi tidak perlu lagi melakukan distribusi dan pengumpulan data yang ditulis dikertas lalu mengetik di computer lagi karena data masuk ke dalam sistem secara langsung sedangkan bagi petani manfaat PRDS adalah dapat mencari informasi dan bertanya dengan menggunakan modul peta dengan nyaman. Sampai saat ini tidak banyak pengusaha sarang burung walet yang berorientasi ekspor memiliki sistem traceability untuk nya khususnya bagi Asosiasi Pengusaha Sarang Walet Indonesia (APPSWI) di Jawa Timur. Padahal sistem penelusuran ini dirasa penting untuk memenuhi persyaratan dari beberapa Negara importir terutama China. Pada penelitian ini akan dilakukan perancangan sistem penelusuran yang terintegrasi antar user atau para pelaku rantai pasok sarang walet. Berdasarkan isu tentang penolakan sarang burung walet Indonesia tersebut maka dalam penelitian ini akan dilakukan perancangan sistem penelusuran sarang burung walet untuk mempermudah stakeholder yang terlibat dalam melakukan penelusuran sarang burung walet mulai dari hulu hingga hilir yaitu mulai dari petani, tengkulak, pedagang pengepul, pedagang besar, hingga eksportir. Perancangan sistem penelusuran sarang burung walet ini akan menggunakan barcode sebagai pengidentifikasi (product identifier) karena cukup mudah digunakan dan dapat mengandung informasi yang berhubungan dengan dan sejarah proses pembuatan sarang burung walet sehingga dalam setiap tahap si sarang walet dan perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya dapat terekam dengan baik. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Distribusi Produk Sarang Burung Walet Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-DAG/PER/7/2012, sarang burung walet adalah yang berasal dari air liur burung walet (Collacolia sp.) yang berfungsi sebagai tempat untuk bersarang, bertelur, menetaskan dan membesarkan anaknya serta memerlukan proses lebih lanjut sebelum di konsumsi. Menurut Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 374/Kpts/KH.210/L/5/2010 tentang Petunjuk Teknis dan Pemeriksaan Sarang Burung Walet dan Sriti dalam pubilkasi pada situs resmi Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang (2013), sarang burung walet dapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu [10]: 1. Sarang putih (Edible-nest Swiftlet) Sarang walet ini dihasilkan oleh walet jenis Aerodramus fushipagus dengan ciri-ciri berbentuk seperti mangkuk dibelah, warnanya putih, bening, Kristal, utuh, tidak retak maupun cacat, serta bersih dari kotoran dan bulu. Ukuran dari sarang walet jenis ini adalah berkisar antara 6-10 cm dan tinggi mangkukan kurang lebih 4-5 cm. 2. Sarang hitam (Black-nest Swiftlet) jenis Aerodramus maximus dengan cirri-ciri sarang walet yang dilapisi oleh liur dan tampak berwarna hitam karena bulu-bulu direkatkan pada dinding gua batu kapur dengan liur. Ukuran dari sarang jenis ini adalah berkisar antara 5-7 cm. 3. Sarang rumput (White Bellied Swiftlet) jenis Collacalia esculanta, Aerodramus fushipagus atau Aerodramus maximus. Sarang walet jenis ini cenderung berwarna kehijauan karena bercampur

JURNAL TEKNIK INDUSTRI ITS (2014) 1-6 3 dengan lumut, rumput kering, daun pinus, dan cemara. 4. Sarang sriti lumut (Mostnest Swiftlet) jenis Collacalia vanikorensis dengan cirri-ciri berwarna hijau dan sarang yang telah lama akan mempunyai warna cokelat kehitaman dan kering. 5. Sarang merah (Red nest) jenis Aerodramus fushipagus yang merupakan sarang yang memiliki harga yang paling mahal. Sarang merah yang memiliki kualitas yang baik tidak terdapat noda dan kotoran pada sarangnya. Ukuran dari sarang walet jenis ini adlaah sekitar 9 cm dengan bobot dapat mencapai 9 gram. Menurut Mardiastuti (1997), jaringan distribusi sarang burung walet dapat terjadi secara pendek maupun panjang. Rantai distribusi yang pendek terjadi bila dari petani atau peternak walet langsung menyalurkan ke pengusaha atau eksportir. Sedangkan rantai distribusi secara panjang melibatkan kelima pelaku dalam jaringan distribusi. Petani/ Walet Tengkulak/ Makelar Petani/ Walet Alur Distribusi Pedagang Pengumpul (a) Alur Distribusi Pedagang Besar/ Antar Pulau Pengusaha/ Eksportir Pengusaha/ Eksportir (b) Gambar 1 Alur Distribusi Produk Sarang Walet (a) Rantai Distribusi Panjang, (b) Rantai Distribusi Pendek [11] 2.2 Sistem Penelusuran (Traceability System) Pengertian dari traceability system menurut hukum Uni Eropa adalah kemampuan untuk melacak pangan, pakan, makanan yang dihasilkan oleh hewan atau zat yang akan digunakan untuk konsumsi, melalui semua tahapan si, pengolahan dan distribusi [7]. Traceability menjadi sangat penting karena sebagai salah satu syarat legal bagi impor untuk masuk di beberapa negara [8]. Sistem penelusuran atau traceability memberikan banyak manfaat antara lain adalah mampu mendukung keamanan pangan, memudahkan penelusuran recall serta membantu proteksi dan menghindari pemalsuan [8]. Standar ISO 8402 mendefinisikan sistem penelusuran (traceability system) sebagai sebuah kemampuan untuk menunjukkan asal, sejarah proses, kegunaan dan sumber dengan mengacu pada dokumen yang tertulis. ISO 8402 tidak mendefinisikan parameter yang diukur atau bagimana sejarah atau asal harus ditentukan [9]. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa menurut Golan diuraikan tiga kunci parameter yang dapat digunakan untuk mengenali sistem penelusuran yaitu pertama, luas sistem yang merupakan jumlah informasi yang didokumentasikan, seperti perawatan yang dilakukan oleh dokter hewan, rezim pakan, atau atau silsilah hewan. Kedua, kedalaman sistem yaitu bagaimana ujung yang paling belakang dan yang paling depan pada sistem penelusuran. Ketiga, ketelitian yaitu merupakan tingkat kepastian dimana sistem penelusuran dapat menunjukkan sesuatu perpindahan dari suatu dengan tepat, dan didiskripsikan dengan keterangan tingkat eror yang dapat diterima, atau apa yang seharusnya terjadi jika ada kesalahan pada penelusuran. 2.3 Unified Modeling Language (UML) Unified Modeling Language (UML) diluncurkan oleh Object Management Group (OMB) pada tahun 1997. Tujuan dari UML adalah untuk menyediakan pengembangan komunitas dengan desain bahasa yang stabil dan sederhana yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan membangun aplikasi komputer. Dengan menggunakan UML para profesional teknologi informasi saat ini dapat membaca dan menyebarkan rencana struktur dan rancangan sistem [12]. UML terdiri dari beberapa diagram antara lain adalah use case diagram, class diagram, sequence diagram, statechart diagram, activity diagram, component diagram, dan deployment diagram. 2.4 Global Trade Item (GTIN) Global Trade Item (GTIN) adalah penomoran unik secara global yang digunakan untuk mengidentifikasikan atau jasa secara unik. GTIN tidak mengandung informasi terkait dengan atau item yang diidentifikasi, namun GTIN memberikan kunci untuk mengakses informasi dan data dari database. Informasi dan data dapat digunakan untuk mendukung proses bisnis dalam jangkauan yang luas seperti menejemen inventory, pemesanan kembali secara otomatis, analisa penjualan atau secara sederhana untuk mendaftarkan sebuah penjualan. Pada transaksi di retail, ketika bar code di-scan pada Point of Sale (POS), GTIN diwakili oleh bar code yang ada di data base. Data diperlukan dalam penjualan khususnya harga dari item yang diakses dan dilaporkan balik ke POS ketika ditambahkan ke tagihan pelanggan. Perusahaan yang menggunakan GTIN akan menggunakan Company Prefix serta nomor item dan GS1 Check Digit. Sebuah perusahaan akan diberikan Company Prefix ketika bergabung pada anggota organisasi GS1. Berikut adalah contoh dari struktur data pada GTIN-13. GS1 Company Prefix Item Reference Check Digit N 1 N 2 N 3 N 4 N 5 N 6 N 7 N 8 N 9 N 10 N 11 N 12 N 13 Gambar 2 Struktur Data GTIN-13 [13] 2.5 Serial Shipping Container Code (SSCC) Serial Shipping Container Code (SSCC) adalah standar yang dirancang untuk memberikan kode dan simbol standar yang dapat digunakan untuk semua bagian dalam rantai pasok mulai dari manufaktur hingga transporter, untuk melacak distribusi. SSCC lebih banyak digunakan pada area sistem penelusuran yang melacak dan menelusuri kontainer pengirim. SSCC sesuai untuk mengidentifikasi campuran tertentu, memungkinkan barang dagangan yang dikemas secara berbeda dari kemasan transportasi satu ke transportasi lain [14].

JURNAL TEKNIK INDUSTRI ITS (2014) 1-6 4 SSCC terdiri dari 18 digit angka yang tidak memiliki arti. SSCC akan menjadi unik ketika sudah dipastikan unik meliputi seluruh dunia. Berikut adalah struktur dari SSCC yang didefinisikan oleh UCC dan EAN Internasional. Identifikasi kondisi eksisting traceability sarang walet Mulai Pengumpulan data melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan Studi Pustaka Penggambaran flowchart pada aliran traceability sarang walet dan menentukan letak trace point Menetapkan data-data yang direkan maupun di lacak pada sistem penelusuran sarang walet Gambar 3 Struktur SSCC [14] Struktur SSCC terdiri dari beberapa komponen antara lain adalah : 1. Extension digit, yaitu digunakan untuk meningkatkan kapasitas dari SSCC 2. UCC/EAN company prefix, memungkinkan SSCC digunakan pada sistem terbuka dan perusahaan harus memperoleh UCC/EAN company prefix untuk dapat membuat SSCC 3. Serial reference number, memungkinkan keterangan otomatis terkait dengan informasi mengenai isi kontainer, tujuan, jumlah pemesanan dan sebagainya 4. Check digit, dihitung dari tujuh belas digit sebelumnya berdasarkan algoritma standar dari UCC/EAN. Verifikasi dari check digit memungkinkan perangkat lunak untuk secara otomatis untuk memastikan bahwa nomor telah dibuat dengan benar. Check digit juga digunakan untuk meningkatkan integritas data ketika manual entry digunakan seperti pada kasus bar code yang tidak dapat dibaca oleh scanner. III. METODOLOGI PENELITIAN Gambar 4 merupakan metodologi penelitian yang digunakan pada penelitian ini yang menjelaskan langkahlangkah yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Penentuan sistem pemberian label Pembuatan program perangkat lunak untuk sistem penelusuran sarang walet Uji coba perangkat lunak Verifikasi dan analisa sistem penelusuran sarang walet Ya Penarikan kesimpulan dan saran Selesai Gambar 4 Metodologi Penelitian IV. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Asosiasi Pedagang Sarang Walet Indonesia (APPSWI) merupakan wadah bagi para peternak dan pedagang (pengepul dan eksportir) sarang walet yang ada di Indonesia yang didirikan pada tanggal 18Juli 1996 di Surabaya dan terdaftar di Depkumham Jakarta. ASBI bergabung dengan APPSWI pada tanggal 9 Agustus 2006. APPSWI mempunyai lokasi sekretariat di Jl. Kertopaten 19 E Surabaya. Adapaun susunan dari pengurus Asosiasi Pedagang Sarang Walet Indonesia (APPSWI) adalah Pembina, Penasehat, Ketua, Ketua Bidang Budidaya dan pelestarian, Ketua Bidang Perdagangan, Ketua Bidang Organisasi, Sekertaris, Bendahara, Wakil sekertaris, Wakil bendahara, Biro Penelitian dan Pengembangan (R&D), Biro Sosial dan Ekonomi, Biro Humas. 4.2 Pengolahan Data Di dalam pengolahan data dilakukan penentuan titik penelusuran sarang burung walet yang ditunjukkan pada Gambar 5. Tidak Mulai Pengiriman ke pengepul 2 1 3 SSCC 5 8 7 4 BP Pengepul Penerimaan sarang Penyortiran sarang berdasarkan bentuk, kadar air, bulu, dan warna Pengiriman ke eksportir 6 11 Pembuatan sertifikat Pengambilan Sampel Oleh Badan Karantina Penyortiran sarang berdasarkan grade, bentuk, kadar air, warna, kandungan hama dan nitrit. Penerimaan sarang 14 Mengirim ke luar negeri Selesai 18 20 SSCC 16 15 13 BP 9 10 SSCC 12 Eksportir 17 19 Gambar 5 Titik Penelusuran Sistem Penelusuran Produk Sarang Burung Walet

JURNAL TEKNIK INDUSTRI ITS (2014) 1-6 5 Di dalam perancangan sistem penelusuran ini terdapat label dan serial shipping container code yang digunakan untuk mengidentifikasi dan. Barcode terdapat pada pengepul dan eksportir sedangkan serial shipping container code digunakan pada peternak, pengepul, dan eksportir. Gambar merupakan contoh label yang ada pada pengepul, dan Gambar 6 dan Gambar 7 merupakan contoh serial shipping container code peternak. Gambar 6 Label Produk Pengepul VI. Implementasi dan Analisa Sistem Penelusuran Produk Sarang Burung Walet `Pada rancangan sistem penelusuran pada penelitian ini terdapat beberapa menu antara lain adalah halaman utama, menu registrasi, menu akses sebagai peternak, menu akses sebagai pengepul penerima, menu akses sebagai pengepul sortir, menu akses sebagai pengepul pengirim, menu akses sebagai eksportir penerima, menu akses sebagai eksportir sortir, menu akses sebagai eksportir pengirim, menu akses sebagai Badan Karantina Pertanian, menu sebagai administrator (APPSWI), kontak, dan menu penelusuran. Di dalam jurnal ini diberikan contoh dari tampilan menu akses sebagai peternak. Pada menu peternak terdapat dua sub menu yaitu sub menu cetak label dan sub menu peternak. Berikut ini adalah tampilan dari kedua sub menu tersebut. Gambar 9 merupakan tampilan dari sub menu cetak label peternak yang terdiri dari beberapa field. Gambar 7 SSCC V. PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN PRODUK SARANG BURUNG WALET Pada bagian ini dilakukan perancangan sistem penelusuran untuk sarang burung walet berorientasi ekspor di Jawa Timur yang meliputi perancangan use cases diagram, class diagram, statechart diagram, activity diagram, dan sequence diagram untuk proses-proses yang ada dalam sistem penelusuran. Namun karena keterbatasan halaman maka hanya use case diagram saja yang ditampilkan. Use cases diagram digunakan untuk menunjukkan proses-proses yang ada di dalam sistem penelusuran yang dilakukan oleh masing-masing pelaku sesuai dengan kapasitasnya masing-masing Di dalam sistem Pengepul (penerima) Pengepul (sortir) Pengepul pengirim Eksportir Penerima Eksportir Sortir Eksportir Pengirim Badan Karantina Pertanian APPSWI Cetak label sarang walet Cetak label label label Cetak label label label Cetak label label label Cetak label sarang walet label label Penelusuran Cetak sertifikat dari Badan Karantina Pertanian Persetujuan pendaftaran Di luar sistem Konsumen Gambar 8 Use Case Diagram Sistem Penelusuran Gambar 9 Tampilan Sub Menu Cetak Label Pengiriman Tabel 1 berikut ini adalah penjelasan dari field-field yang ada di dalam sub menu cetak label. Tabel 1 Penjealsan Field dalam Sub Menu Cetak Label Pengiriman No Field Isi Field Keterangan 1 Nama Combo box Sarang walet 2 Bentuk Combo box Sudut, mangkuk 3 Bulu Combo 4 Warna 5 6 7 8 9 No Pengiri man No Blasket Jumlah Produk Kadar Air Waktu Pemetik an box Combo box Date time picker Sedikit, banyak Putih, Tidak Putih Sesuai dengan nomor Sesuai dengan nomor blasket Sesuai dengan jumlah dalam blasket Sesuai dengan kadar air dari Waktu sekarang

JURNAL TEKNIK INDUSTRI ITS (2014) 1-6 6 perbaikan terhadapa sistem penelusuran sarang burung walet yang telah dirancangan yang hanya mencakup wilayah Jawa Timur saja. Gambar 10 Tampilan Database Label Pengiriman Gambar 10 merupakan tampilan dari database label peternak. Database berisi data terkait dengan sarang burung walet seperti data bentuk sarang walet, bulu dari sarang walet, daerah lokasi peternak, jumlah sarang walet yang dikirim, nomor, nomor blasket, dan waktu pemetikan. Selain itu juga ada pilihan menu-menu yang dapat digunakan seperti proses untuk merubah, menghapus, dan mencetak label. Label hanya bisa dibaca oleh pengepul penerima setelah peternak menekan tombol permanen yang berarti label sudah tercetak karena setelah dipermanenkan label tidak dapat dicetak ulang dan data tidak dapat dirubah. VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 7.1 Kesimpulan Di dalam perancangan sistem penelusuran sarang burung walet dibuat flowchart proses bisnis dari usaha sarang burung walet kemudian dibuat model diagram dengan menggunakan use case diagram, Class diagram, Statechart, Activity, dan sequence diagram. Sistem penelusuran yang telah dirancang selanjutnya dilakukan uji coba oleh user dan pakar teknologi informasi dengan memberikan kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner dari user dapat disimpulkan bahwa sistem penelusuran sarang burung walet memberikan manfaat bagi pebisnis sarang walet karena dapat memberikan beberapa manfaat antara mempermudah dalam melakukan dokumentasi data-data terkait dengan sarang walet serta mempermudah dalam melakukan kontrol / sarang walet. Sedangkan hasil kuesioner dari pakar teknik informasi diperoleh kesimpulan bahwa tampilan dari rancangan sistem penelusuran sudah baik dan penggunaan tombol dalam sistem juga baik. Digunakan pendekatan Benefit Cost Ratio (BCR) untuk mengetahui layak atau tidaknya sistem penelusuran. Nilai BCR=4,97 untuk investasi dengan pembelian komputer dan BCR=10,88 untuk investasi tanpa pembelian komputer. 7.2 Saran Saran diberikan oleh penulis untuk APPSWI dan penelitian selanjutnya. APPSWI sebaiknya melakukan sosialisasi kepada para pebisnis usaha sarang walet yang ada di Jawa Timur untuk terlibat dengan penggunaan sistem penelusuran ini setelah perangkat lunak sistem penelusuran sarang burung walet telah dibuat. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mencakup seluruh wilayah yang ada di Indonesia dan memberikan UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Iwan Vanany yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, Bapak Rosich Amsyari selaku Sekertaris Jenderal APPSWI yang banyak memberikan informasi terkait dengan sarang walet, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. DAFTAR PUSTAKA [1] Wijaya, P. 2013. Ekspor sarang burung walet ke China terhambat nitrit. Merdeka.com. [2] Anonimous. 2013b. Pemerintah Diharapkan Hentikan Ekspor 'Rematerial' Sarang Walet. Merdeka.com. [3]Anonimous. 2013a. Mengolah Sarang Burung Walet. Kompas.com. [4] Amsyari, R. Kendala dan Keinginan Pasar Ekspor untuk Produk Komoditas Sarang Burung Walet (Collocalia Fushipaga). Diskusi Traceability System untuk Produk Sarang Walet Berorientasi Ekspor, 19 September 2013 LPPM ITS Surabaya. [5] Nurhayat, W. 2013. Sarang Burung Walet RI Ditolak China, Ini Penjelasan Kemendag. Detik.com. [6] MENPERDAG 2012. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia In: INDONESIA, M. P. R. (ed.). Jakarta: Menteri Perdagangan Republik Indonesia. [7] COMMISSION, E. 2007. Food Traceability [Online]. Directorate-General Health and Consumer Protection. Available: ec.europa.eu/food/food/.../traceability/factsheet_t race_2007_en.pdf [Accessed 2 Oktober 2013]. [8] Vanany, I. Electronic Traceability System untuk Sarang Walet Berorientasi Ekspor. Diskusi Traceability System untuk Produk Sarang Walet Berorientasi Ekspor, 19 September 2013. [9] Loftus, R. 2005. Traceability of biotech-derived animals: application of DNA technology. 24, 231-242. [10] BKP. 2013. Mengenal Sarang Burung Walet dan Sriti [Online]. Available: http://karantinasemarang.org/laboratoriumkarantina/read/mengenal-sarang-burung-waletdan-sriti [Accessed 21 November 2013]. [11] Mardiastuti, A. 1997. Gambaran Umum Tentang Perdagangan Sarang Burung Walet Indonesia. Diskusi Kebijakan Pemerintah tentang Perdagangan Sarang Burung Walet, 27 Juni 1997. [12] Bell, D. 2003. UML Basic: An Introduction to the Unified Modeling Language. [13] GS1. 2013. Bar code Types [Online]. Available: http://www.gs1.org/barcodes/technical/bar_code _types [Accessed 8 Oktober 2013]. [14] EAN 1998. An Intrpduction to the Serial Shipping Container Code. EAN.