RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN AKTIVITAS BENTONIT SEBAGAI

SINTESIS NANOPARTIKEL PLATINUM DENGAN VARIASI KADAR GLISERIN DAN UJI AKTIVITASNYA SEBAGAI PEREDAM RADIKAL BEBAS

UJI AKTIVITAS TABIR SURYA PADUAN OKTIL P-METOKSI SINAMAT (OPMS) - NANOPARTIKEL EMAS SEBAGAI BAHAN KOSMETIK

KAJIAN AKTIVITAS BENTONIT SEBAGAI MATRIKS DALAM SEDIAAN FARMASI TABIR SURYA TURUNAN SINAMAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama

Synthesis and Characterization Nanoplatinum with Various Temperature as the Antiaging Material in Cosmetics

Triple Stemcell kombinasi stemcell tanaman yang berasal dari : 1. Sel induk apel (apple stemcell), 2. Sel induk anggur (grape stemcell) dan 3.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur khalkon dan asam sinamat

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

UJI AKTIVITAS PEREDAMAN RADIKAL BEBAS NANOPARTIKEL EMAS DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI SEBAGAI MATERIAL ANTIAGING DALAM KOSMETIK

UJI AKTIVITAS GABUNGAN NANOGOLD-NANOPLATINUM SEBAGAI SENYAWA TABIR SURYA DALAM KOSMETIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan

UNESA Journal of Chemistry Vol. 2 No. 3 September 2013

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EMAS SEBAGAI MATERIAL PENDUKUNG AKTIVITAS TABIR SURYA TURUNAN SINAMAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UNESA Journal of Chemistry Vol. 2, No 3, September 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. cara menghindari paparan berlebihan sinar, yaitu tidak berada di luar rumah pada

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB I PENDAHULUAN. hidup semua makhluk hidup, ternyata juga memberikan efek yang merugikan,

DAN KARAKTERISASI MENGGUNAKAN MATRIK CETOSTEARYL ALCOHOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EMAS MENGGUNAKAN MATRIKS BENTONIT SEBAGAI MATERIAL PEREDAM RADIKAL BEBAS DALAM KOSMETIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LATAR BELAKANG. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOGOLD DENGAN VARIASI KONSENTRASI HAuCl 4 SEBAGAI MATERIAL ANTIAGING DALAM KOSMETIK

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. laki-laki. Keagungan dan kekuasaan laki-laki dapat jatuh dan bertekuk lutut di

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL TABIR SURYA EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN PIDADA MERAH (Sonneratia caseolaris L.)

BAB I PENDAHULUAN. yang esensial dan vital (Tortora dan Derrickson, 2009). Warna kulit ditentukan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041

Hubungi Kami: LINE : brtcofficial. SMS Pin BB : : 2AF92EE7

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS

Journal of Beauty and Beauty Health Education

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

I. PENDAHULUAN. Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu bentuk energi. Setelah energi

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

BAB I P ENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

PENENTUAN UKURAN CLUSTER NANOPARTIKEL EMAS MENGGUNAKAN MATRIK GLISERIN DENGAN INSTRUMEN ZETASIZER NANO

BAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan wrinkle/kerutan kulit, kulit yang kasar, kulit kering,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK MENGGUNAKAN BIOREDUKTOR EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia hospita Linn.) DAN POTENSINYA SEBAGAI TABIR SURYA

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KRIM MALAM TERHADAP PENIPISAN KULIT WAJAH SKRIPSI

AKTIVITAS TABIR SURYA EKSTRAK AKAR BANDOTAN (AGERATUM CONYZOIDES L.)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

BAB I PENDAHULUAN I.1

pektat dan membentuk jembatan yang akan mengikat ion-ionlogam berat dalam suatu larutan(constenla dan Lozano, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu indikator status kesehatan masyarakat. Kesepakatan global Millenium

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

SINTESIS SENYAWA 4-(3-HIDROKSIFENIL)-3-BUTEN-2-ON DAN UJI POTENSINYA SEBAGAI TABIR SURYA

Transkripsi:

RINGKASAN SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah Kebutuhan kosmetik saat ini tidak terbatas pada kosmetik tabir surya yang melindungi kulit dari sinar matahari saja, akan tetapi juga kosmetik antiaging. Kerutan pada kulit dan penuaan bermula dari terbentuknya ikatan silang yang terjadi antar serabut kolagen pada saat terkena sinar matahari terutama sinar ultra violet (UV). Ikatan silang atau cross-link menyebabkan ukuran molekul kolagen makin besar dan berakibat makin liat, sehingga kemampuan absorbsi air menurun. Dengan demikian kemampuan swelling kolagen menurun yang berdampak turgor dan elastisitas kulit menurun, sehingga kulit terlihat kering, kusam, keriput dan lebih gelap, yang dikenal sebagai penuaan (aging). Selain akibat cross-link antar kolagen, warna kulit tidak merata, gelap dan timbulnya noda hitam juga merupakan akibat dari serangan radikal bebas dan meningkatnya aktivitas melanosit pembentuk melanin. Untuk menghindari atau menunda proses penuaan ini maka diperlukan adanya senyawa antiaging. Senyawa antiaging dalam kosmetik pada umumnya berupa vitamin C, vitamin E, hormon, serum dan kolagen. Kolagen umumnya disuntikkan bersama dengan vitamin C dibawah permukaan kulit. Efek jangka panjang suntik vitamin C-kolagen tidak baik bagi kesehatan ginjal. Serum, hormon dan kolagen harganya mahal, cepat rusak, juga mulai dipertanyakan sumbernya, apakah dari sapi atau babi. Hal ini terkait ix

dengan rasa aman bagi sebagian masyarakat. Disamping itu hal yang juga menghantui masyarakat terkait sumber material antiaging, yaitu bahaya virus yang terbawa oleh hewan baik sapi maupun babi dapat tertular pada manusia. Dengan demikian perlu upaya pencarian material antiaging baru yang memiliki aktivitas tinggi dan berasal dari sumber yang dapat diterima di masyarakat. Selain dapat diterima masyarakat, senyawa antiaging diharapkan mampu menstimulasi pembentukan kolagen baru secara alamiah, yaitu dengan mempercepat biosintesis kolagen atau dengan mengurangi keberadaan radikal bebas yang merusak struktur molekul membran termasuk kolagen. Dengan demikian aktivitas senyawa antiaging dapat diukur dengan dua parameter, yaitu aktivitas meningkatkan kuantitas kolagen dan aktivitas menurunkan radikal bebas. Berbekal dari warisan nenek moyang berupa penggunaan susuk emas yang telah memberikan bukti secara faktual dapat mempertahankan kecantikan dan kemudaan kulit wajah penggunanya selanjutnya dilakukan penelitian pemanfaatan nanogold sebagai antiaging dalam kosmetik modern dengan teknologi nanomaterial. Efek logam emas telah diuji dapat meningkatkan kandungan kolagen 50%, melalui peningkatan proliferasi sel dan proses sintesis kolagen oleh sel fibroblas. Emas tidak beracun sebagaimana logam berat merkuri, cadmium dan timbal. Penelitian pendukung memberikan informasi bahwa implan emas modern dalam bentuk logam berukuran mikro yang ditanam disekitar sel otak yang mengalami inflamasi dan apoptosis, dapat memperbaiki kerusakan sel otak. Proses ini x

diawali dengan pelepasan satuan kecil atau klaster atom emas dalam ukuran nanometer yang selanjutnya memberikan rasionalisasi terhadap penggunaan susuk emas dan juga penggunaan nanogold dalam kosmetik, karena itu maka perlu dilakukan sintesis nanogold. Sintesis nanomaterial Au (nanogold) telah dilakukan menggunakan berbagai matriks, diantaranya polipirol untuk keperluan material sensor kolesterol dan serat wool menghasilkan pewarna terbaik bahkan novel colourants. Dalam penelitian ini digunakan matriks gliserin yang merupakan kebaruan dalam sintesis nanogold. Gliserin memiliki bagian miskin elektron berupa H + dan bagian kaya elektron RO - yang akan terikat pada klaster nanogold. Dilakukan variasi konsentrasi HAuCl 4 sebagai material awal untuk mendapatkan informasi pengaruhnya terhadap diameter klaster nanogold. Dengan uji statistik MANOVA antara konsentrasi dengan diameter nanogold dan λ maksimum yang memiliki harga signifikansi 0,00 menunjukkan bahwa hubungan keduanya signifikan, yaitu makin besar konsentrasi secara signifikan diikuti oleh harga diameter dan λ maksimum yang makin besar pula. Besarnya diameter yang dapat terwakili dengan warna koloidal nanogold sangat bersesuaian dengan pengamatan secara visual. Terjadi peningkatan kepekatan warna mulai dari konsentrasi nanogold 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm dan 25 ppm. Setelah itu pada konsentrasi 30 ppm terjadi agregasi antar klaster yang ditandai dengan rusaknya sistem koloid (mengendap), karena itu maka uji aktivitas in vitro dilakukan sampai konsentrasi 25 ppm. xi

Uji aktivitas antiaging terhadap nanogold hasil sintesis dilakukan dengan berbagai teknik, baik in vitro maupun in vivo. Uji aktivitas antiaging sebagai aktivitas peredaman radikal bebas (in vitro) menggunakan radikal bebas buatan, yaitu diphenil pikril hidrasil (DPPH). Persen peredaman maksimum pada konsentrasi nanogold 25 ppm yaitu 66,42 % (DPPH 4%), 56,75% (DPPH 5%) dan 66,27% (DPPH 6%) pada pengukuran 30 menit setelah berinteraksi. Persen peredaman DPPH 4% menjadi 76,06% dengan perpanjangan waktu interaksi 1 jam, mencapai 94,01% untuk 2 jam. Sebagai pembanding dengan metode yang sama yaitu data persen peredaman radikal bebas Vitamin C terhadap DPPH 4 % dengan konsentrasi vitamin C 10 ppm, 20 ppm dan 30 ppm secara berturut-turut : 4,015%, 22,504% dan 41,492% (Suyatno & Ratnasri, 2005). Dengan demikian nanogold sangat potensial sebagai peredam radikal bebas yang sangat mendukung penggunaannya sebagai antiaging dalam kosmetik melalui mekanisme peredaman radikal bebas. Uji aktivitas antiaging nanogold secara in vivo dalam peningkatan kuantitas kolagen menggunakan hewan uji mencit. Hasil analisis statistik Multivariat, nilai signifikansi adalah 0,000,test of Between-Subjects Effects memberikan harga signifikansi 0,000 artinya terdapat hubungan yang sangat kuat dimana kuantitas kolagen makin besar dan jumlah sel fibroblas meningkat pada konsentrasi pemulihan nanogold makin tinggi. Dengan demikian mekanisme antiaging nanogold melalui peningkatan proliferasi sel fibroblas dan biosintesis kolagen. Uji aktivitas nanogold sebagai pendukung tabir surya konvensional OPMS menghasilkan beberapa penegasan. Nanogold ikut ambil bagian dalam mengaktifkan proses resonansi molekul OPMS, sehingga resonansi berjalan makin cepat dan energi xii

UV yang terserap makin besar, karenanya terjadi peningkatan serapan di wilayan UV energy tinggi yaitu pada λ 200 nm. Hal ini dapat dikaitkan dengan kemampuan nanogold dalam menarik elektron (afinitas elektron) yang cukup besar. Dalam OPMS terdapat gugus CH 3 sebagai pendorong elektron, cincin benzena yang dapat beresonansi dan keton terkonjugasi ikatan rangkap yang juga melakukan resonansi sendiri secara terpisah sehingga OPMS memiliki dua puncak serapan. Keberadaan nanogold menjadikan resonansi tersebut bersambung karena tarikan kuat akibat afinitas elektron yang besar yang dimiliki nanogold. Resonansi ini menyerap energi besar, sehingga menyerap UV-Vis pada panjang gelombang 200 nm dan juga menyebabkan absorbansi pada panjang gelombang maksimum OPMS meningkat. Mekanisme antiaging nanogold dapat disimpulkan melalui mekanisme penyerapan sinar UV dan penstabilan resonansi senyawa tabir surya OPMS. Penyerapan sinar UV oleh nanogold dapat mengurangi kerusakan kulit oleh paparan sinar matahari atau photoaging. Dengan berkurangnya photoaging yang menyumbangkan 80% kerusakan kulit oleh faktor luar maka aktivitas penuaan dapat dicegah agar kulit tetap muda dalam waktu lebih lama. Secara keseluruhan nanogold berperan sebagai antiaging melalui berbagai mekanisme antara lain : meredam radikal bebas, meningkatkan proliferasi sel fibroblas, meningkatkan biosintesis kolagen dan menyerap sinar UV. xiii