Analisis Keanekaragaman..I Wayan Karmana 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITAN

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian adalah indeks keanekaragaman (H ) dari Shannon, indeks

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan sampel secara langsung dari lokasi pengamatan.

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu mengadakan kegiatan

KEANEKARAGAMAN FAUNA TANAH PADA PERKEBUNAN JAMBU BIJI SEMI ORGANIK DAN ANORGANIK DI DESA BUMIAJI KOTA BATU. Aniqul Mutho

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

BAB III METODE PENELITIAN

Konsep Keanekaragaman METODE Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITAN

Bio Lectura Volume 02, Nomor 01, Oktober 2014

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. segala cara untuk menetapkan lebih teliti atau seksama dalam suatu

IDENTIFIKASI MAKROFAUNA TANAH DI ZONA PASIF TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KLOTOK KOTA KEDIRI

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia. 1

BAB III METODE PENELITIAN. secara langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah

BAB III METOE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

MATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang,

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

KAJIAN KOMUNITAS EKOR PEGAS (COLLEMBOLA) PADA PERKEBUNAN APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL.) DI DESA TULUNGREJO BUMIAJI KOTA BATU

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah (Marlinda, 2008). Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan metode observasi. odorata dilakukan pada 3 lokasi yang berbeda berdasarkan bentuk lahan,

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. 1 Sehingga dalam jenis

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. peroleh dari lahan pertanian organik dan lahan pertanian intensif di Desa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA DI GUDANG BERAS

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. esculentum Mill.), serangga pollinator, tumbuhan T. procumbens L.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN KOMUNITAS EKOR PEGAS (COLLEMBOLA) PADA PERKEBUNAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI DESA TULUNGREJO BUMIAJI KOTA BATU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972).

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo pada bulan Mei sampai Juli

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai bulan Februari

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA PERKEBUNAN APEL SEMI ORGANIK DAN ANORGANIK DESA PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni Juli 2012 dan bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan medium atau substrat tempat hidup bagi komunitas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

Keanekaragaman Arthropoda Tanah di Perkebunan Teh PTPN XII Bantaran Blitar. Mariatul Qiptiyah ( )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENILITIAN. Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara,

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

Transkripsi:

ANALISIS KEANEKARAGAMAN EPIFAUNA DENGAN METODE KOLEKSI PITFALL TRAP DI KAWASAN HUTAN CANGAR MALANG I WAYAN KARMANA FPMIPA IKIP Mataram ABSTRAK Analisis terhadap keanekaragaman ( diversity) merupakan suatu hal yang sangat penting dalam ekologi, karena indeks keanekaragaman menunjukkan kestabilan suatu komunitas. Dalam penelitian ini dilakukan analisis keanakeragaman yang meliputi parameter keanekaragaman (diversity) yang utama yaitu: kekayaan spesies ( richness), indeks keanekaragaman ( index of diversity), kemerataan (evenness), dominansi spesies (dominance) dan kepadatan absolut (absolute density). Berdasarkan sampel yang diambil di kebun cabe dan brokoli di hutan Cangar, maka diketahui indeks keanekaragaman kebun cabe secara matematis lebih tinggi dari kebun brokoli, namun indeks keanekaragaman kedua tempat tersebut termasuk kategori keanekaragaman sedang. Kata kunci: keanekaragaman, pitfall trap, epifauna PENDAHULUAN Studi dan penelitian dibidang ekologi dan lingkungan cukup banyak mengungkap tentang keanekaragaman (diversity) suatu komunitas. Hal ini disebabkan karena keanekaragaman menunjukkkan indikator kestabilan suatu komunitas. Dimana kestabilan ini menunjukkan bahwa suatu komunitas akan relatif stabil walaupun banyak gangguan terhadap komunitas tersebut. Menurut Dharmawan dkk. (2005), bahwa keanekaragaman spesies merupakan karakter komunitas yang penting dibicarakan secara mendalam baik secara konsep maupun aplikasinya di lapangan. Odum (1998) dan Fachrul (2008) mengatakan bahwa keanek aragaman identik dengan kestabilan suatu ekosistem, yaitu jika keanekaragaman suatu ekosistem tinggi, maka kondisi ekosistem tersebut cenderung stabil. Keanekaragaman yang utama adalah kekayaan spesies atau richness (S), kemerataan atau evenness (E), dan indeks keragaman atau index of diversity (H ). Disamping itu juga parameter yang lain seperti: kepadatan absolut atau absolute density (KA) dan dominansi spesies atau dominance (C) Tujuan dari studi (penelitian) ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan keanekaragaman (diversity) komunitas arthropoda di permukaan tanah ( epifauna) yang terdapat di kebun cabe dan brokoli di kawasan Hutan Cangar, Batu-Malang dengan menggunakan metode koleksi perangkap sumuran (pitfall trap). METODE PENELITIAN Alat dan Bahan 1. Alat-alat: Kantong plastik (bekas wadah air minum gelas), soil tester, loupe, termometer, cetok, hygrometer, kertas label, isolasi transparan, jarum, kamera, dan gunting. 2. Bahan: Alkohol 70%, formalin, dan kertas tissue. Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian 1. Menentukan lokasi pengambilan sampel di lapangan sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan. Pada penelitian ini ditentukan lokasi di kebun cabe dan kebun brokoli. 2. Setelah penentuan lokasi, dilakukan penentuan teknik pengambilan sampel berdasarkan keadaan dan karakteristik lokasi. Pada penelitian ini teknik yang digunakan adalah teknik acak karena lokasi relatif homogen. Analisis Keanekaragaman..I Wayan Karmana 1

3. Sebelum penempatan gelas plastik dilakukan pengukuran ph, suhu dan kelembaban tanah dengan alat soil tester. Dilakukan juga pengukuran suhu dan kelembaban udara di lokasi penempatan gelas plastik, masingmasing dengan termometer dan hygrometer kemudian mencatatnya. 3. Menempatkan gelas plastik sejumlah yang telah ditentukan berdasarkan teknik pengambilan sampel. Pada pengamatan ini ditempatkan 25 gelas plastik pada lokasi seluas 25 m 2, dimana pada setiap 1 m 2 ditempatkan satu gelas plastik pada lokasi yang telah ditentukan yaitu kebun cabe dan brokoli. 4. Penempatan gelas plastik dilakukan dengan cara menanamnya pada titik lokasi yang telah ditentukan, dimana permukaan gelas plastik benar-benar rata dengan permukaan tanah serta diusahakan tidak sampai ada tanah yang masuk ke dalam gelas plastik. 5. Setiap gelas plastik yang di tanam diisi dengan alkohol 70% setinggi 1-2 cm dari dasar gelas plastik dan setelah itu gelas plastik ditutup dengan daun-daunan agar tidak terlalu jelas terlihat. 6. Penanaman gelas plastik yang telah berisi alkohol 70% dilakukan pada sore hari pukul 16.00 WIB sampai besok pagi hari jam 08.00 WIB. 7. Esok hari pukul 08.00 WIB semua gelas plastik yang tertanam ( pitfall trap) di ambil, baik yang ada di kebun cabe maupun yang ada di kebun brokoli. 8. Dilakukan pengamatan dan identifikasi serangga tanah yang ada pada setiap gelas plastik berdasarkan ciriciri morfologinya. 9. Selanjutnya berdasarkan ciri-ciri morfologi serangga yang diperoleh di klasifikasikan berdasarkan kesamaan genus atau kesamaan spesiesnya. 10. Menghitung jumlah atau macam spesies/genus/ordo (takson) yang diperoleh setiap gel as plastik dan menghitung jumlah cacah individu pada masing-masing spesies/genus/ordo (takson) yang ditemukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari hasil pengamatan keanekaragaman arthropoda di permukaan tanah ( epifauna) menggunakan pitfall trap pada kebun cabe dan brokoli ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Macam Takson, Status, Jumlah Individu di Kebun Cabe dan Brokoli dengan Pitfall Trap No Nama Takson Status (Peranan) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Lipan/kaki seribu (Centipedes) Kaki Sejuta (Hilipedes) Jangkrik (Orthoptera grilidae) Collembola Coleoptera kogsinidiae Coleoptera corculidae Laba-laba (Arachnoidae araneae) Kaki Sepuluh (Isopoda) Kecoak Herbivora Hama/ herbivora Herbivora/Pengurai Jumlah Individu Kebun Kebun Cabe Brokoli 5 3 7 2 20 15 2 6 2 0 7 0 Ket Beracun Jumlah 46 26 Data faktor lingkungan abiotik yang diukur pada lokasi pengamatan ini adalah faktor ph tanah, kelembaban tanah, suhu tanah, suhu udara, dan kelembaban udara yang tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Data ph Tanah, Kelembaban Tanah, Suhu Tanah, Kelembaban Udara, dan Suhu Udara di Kebun Cabe dan Brokoli Lokasi ph Tanah Kelembaban Tanah Suhu Tanah Kelembaban Udara Suhu Udara Kebun Cabe 7 45 % 46 0 C 41 % 29 0 C Kebun Brokoli 6,5 49 % 45 0 C 40 % 35 0 C Analisis Keanekaragaman..I Wayan Karmana 2

Berdasarkan data hasil pengamatan, maka dilakukan analisis (perhitungan) terhadap beberapa parameter keanekaragaman ( diversity) yang utama yaitu: kekayaan spesies ( richness), indeks keanekaragaman ( index of diversity), kemerataan ( evenness), dominansi spesies ( dominance), dan kepadatan absolut ( absolute density) sebagai berikut. 1. Kekayaan spesies (richness) S = 9 S = 4 2. Keanekaragaman (index of diversity) a. Kebun Cabe H = - pi ln pi H = 0,2412 + 0,2865 + 0,3621 + 0,0832 + 0,1363 + 0,1368 + 0,2865 +0,0832 = 1,699, = 1,70 (kategori sedang) b. Kebun Brokoli H = - pi ln pi = 0,2491 + 0,1973 + 0,3173 + 0,3383 = 1,102 = 1,10 (kategori sedang) 3. Kemerataan (evenness) E = H / ln S E = H / ln S = 1,70/ ln 9 = 1,10/ ln 4 = 0,77 = 0,79 4. Dominansi spesies (dominance) C = pi 2 C = pi 2 = 0,2518 = 0,4052 = 0,25 = 0,41 5. Kepadatan absolut (absolute density) a. Kebun Cabe KA = Jumlah individu suatu jenis Luas area yang berisi jenis = 46/25 = 1,84 individu/m 2 = 2 individu/m 2 b. Kebun Brokoli KA = Jumlah individu suatu jenis Luas area yang berisi jenis = 26/25 = 1,04 individu/m 2, dibulatkan = 1 individu/ m 2 Hasil analisis parameter-parameter keanekaragaman tersebut di atas dapat dilihat Tabel 3. Tabel 3. Analisis Data Keanekaragaman Epifauna di KebunCabe dan Kebun Brokoli Lokasi Parameter Keanekaragaman S H E C Density Kebun Cabe 9 1,70 0,77 0,25 2 ind/m 2 Kebun Brokoli 4 1,10 0,79 0,41 1 ind/m 2 Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data dapat dideskripsikan dan dilakukan pembahasan terhadap beberapa aspek/parameter mengenai keanekaragaman ( diversity) komunitas arthropoda yang diamati pada lokasi kebun cabe dan brokoli, kawasan kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, di daerah Cangar-Batu Malang. Keanekaragaman yang diamati pada pengamatan ini yang utama adalah kekayaan spesies atau richness (S), kemerataan atau evenness (E), dan indeks keragaman atau index of diversity (H ). Disamping itu juga dicari parameter yang lain seperti: kepadatan absolut atau absolute density (KA) dan dominansi spesies atau dominance (C). Pengamatan parameter-parameter tersebut sesuai dengan pernyataan Dharmawan dkk. (2005) bahwa keanekaragaman spesies merupakan karakter komunitas yang penting dibicarakan secara mendalam Analisis Keanekaragaman..I Wayan Karmana 3

baik secara konsep maupun aplikasinya di lapangan. Dimana keanekaragaman merupakan kombinasi dari jumlah spesies penyusun suatu komunitas atau kekayaan spesies ( richness) dan jumlah cacah individu pada masing-masing spesies atau kemerataan ( evenness). Selanjutnya Suheriyanto (2008) memperkuat dengan menyatakan bahwa indeks keanekaragaman spesies tergantung dari kekayaan spesies dan kemerataan spesies. Berdasarkan data pengamatan dan hasil analisis data terlihat bahwa jumlah spesies (S) di kebun cabe lebih banyak atau lebih tinggi dari jumlah spesies (S) di kebun brokoli. Hal ini berarti lebih banyak arthropoda yang tertarik di kebun cabe daripada borokoli. Jumlah spesies ini juga berkaitan dengan kepadatan ( density) pada kebun cabe (2 individu/m 2 ) yang lebih banyak dibandingkan dengan kebun brokoli (1 individu/m 2 ). Fenomena ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah spesies ada kecenderungan semakin baik atau tinggi keanekaragamannya, walaupun jumlah spesies ini belum menjamin untuk itu, tetapi jika dilihat dari indeks keanekaragamannya menunjukkan bahwa di kebun cabe memang relatif lebih stabil dari brokoli karena indeks keanekaragaman (H ) kebun cabe = 1,70 lebih tinggi dari indeks keanekaragaman di kebun brokoli = 1,10., walaupun kemerataann spesiesnya (E) rela tif sama antara kebun cabe (0,77) dengan brokoli (0,79), tetapi jumlah kekayaan spesies (S) pada cabe jauh lebih banyak dari brokoli, sehingga indeks keanekaragam kebun cabe lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1998) dan Fachrul (2008) yang mengatakan bahwa keanekaragaman identik dengan kestabilan suatu ekosistem, yaitu jika keanekaragaman suatu ekosistem tinggi, maka kondisi ekosistem tersebut cenderung stabil. Keadaan tersebut akan menyebabkan rantai-rantai makanan yang lebih panjang dan lebih banyak simbiosis dan kemungkinan yang lebih besar untuk kendali umpan balik, yang mengurangi goyangan-goyangan dan karenanya lebih meningkatkan kemantapan (Daly, & Ehrlich, 1978; Suheriyanto, 2007). Namun jika diperhatikan dari pengkategorian (klasi fikasi) nilai indeks keanekaragaman di kebun cabe adalah = 1,70 dan di kebun brokoli = 1,10 keduanya memang masih termasuk pada keanekaragaman yang sedang, karena berada pada interval nilai keanekaragaman: 1 H 3 yang menurut Fachrul (2007) termasuk kategori keanekaragaman sedang melimpah. Walaupun demikian secara nilai kuantitatif matematis tetap lebih tinggi pada kebun cabe dibandingkan kebun brokoli. Keanekaragaman juga dipergunakan untuk mengetahui pengaruhi faktor lingkungan abiotik terhadap komunitas (Fachrul, 2008). Oleh karena itu perbedaan indeks keanekaragaman antara kebun cabe dan brokoli (walaupun secara kategori sama-sama termasuk sedang) akan dipengaruhi juga oleh kondisi lingkungan di kedua tempat itu. Kondisi ph di kebun cabe relatif netral (ph=7) akan memberikan kondis i yang lebih membuat arthropoda atau individu lebih bertahan hidup daripada kondisi yang asam seperti di brokoli (ph=6,5). Begitu juga halnya dengan kelembaban tanah yang tidak terlalu tinggi dan suhu tanah yang tidak terlalu dingin akan lebih disukai oleh arthropoda terutama fauna di permukaan tanah (epifauna), hal ini dapat dilihat pada data lingkungan abiotik, menunjukkan bahwa kelembaban tanah di kebun cabe serta suhunya tidak terlalu basah dan dingin bila dibandingkan dengan di kebun brokoli. Disamping itu posisi kebun cabe agak tinggi dan letaknya agak jarang dilewati oleh manusia dibandingkan dengan kebun brokoli yang relatif mudah untuk dilintasi oleh manusia. Ini juga salah satu faktor yang diduga menyebabkan secara matematis nilai indeks keanekaragaman di kebun brokoli lebih rendah daripada kebun cabe. Keanekaragaman juga akan berkontribusi terhadap proses aliran energi dalam komunitas tersebut. Berdasarkan data hasil pengamatan terlihat bahwa komponen rantai makanan yang terdiri dari herbivor, karnivor, omnivor, dan dekomposer (Dharmawan, 2005; Soetjipta, 1993) yang ada pada kebun cabe cukup lengkap ada dan jumlahnya proporsional (sesuai piramida makanan), sehingga akan menyebabkan proses aliran energi berjalan stabil. Pada brokoli terdapat komponen rantai makanan yang cukup lengkap, namun kurang proporsional, sehingga relatif akan kurang stabil aliran energinya bila dibandingkan dengan kebun cabe. Pada kebun cabe komponen rantai makanan itu antara lain herbivor meliputi: Jangkrik ( Orthoptera grilidae) dan Coleoptera kogsinidiae yang berperan sebagai konsumen tingkat pertama. Karnivornya adalah: Lipan/kaki seribu (Centipedes), Coleoptera corculidae, dan Laba-laba ( Arachnoidae araneae) yang merupakan predator dan berfungsi sebagai konsumen tingkat kedua. Sedangkan dekomposernya adalah : Kaki sejuta (Hilipedes), Collembola, dan Kaki Sepuluh (Isopoda). Sedangkan pada kebun brokoli herbivornya adalah hanya Jangkrik ( Orthoptera grilidae) saja yang berperan sebagai konsumen tingkat pertama, karnivornya adalah Coleoptera corculidae dan Coleoptera kogsinidiae yang berperan sebagai konsumen tingkat kedua. Sementara dekomposernya hanya Collembola saja. Kalau dianalisis pada kedua kebun samasama lengkap komponen rantai makanannya, hanya saja pada kebun cabe jumlah masing-masing spesies lebih banyak dan lebih variatif., sehingga ini diduga cukup berperan dalam kestabilan. Analisis Keanekaragaman..I Wayan Karmana 4

Satu hal yang sangat menarik disini adalah ditemukannya Collembola yang berperan sebagai dekomposer jumlahnya yang cukup banyak baik di kebun cabe maupun kebun brokoli, ini berarti kedua tempat termasuk tempat yang subur karena Collembola berperan sebagai perombak serasah, kayu-kayu yang membusuk, timbunan daun kering yang akan mengubah zat-zat organik menjadi zat anorganik, sehingga keberadannya sangat penting artinya di suatu komunitas atau ekosistem ( Borror, 1996; Sarah, 1997; Syamsuri, 2007)). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan keanekaragaman arthropoda di permukaan tanah (epifauna) sebagai berikut. 1. Indeks keanekaragaman ( index of diversity) komunitas kebun cabe adalah = 1,70, sedangkan pada kebun brokoli adalah = 1,10 dan keduanya termasuk kategori keanekaragaman yang sedang. 2. Kekayaan spesies (richness) komunitas kebun cabe adalah = 9, sedangkan pada kebun brokoli = 4. 3. Kemerataan (evenness) komunitas kebun cabe = 0,77 sedangkan pada kebun brokoli = 0,79. 4. Dominansi spesies ( dominance) komunitas kebun cabe adalah = 0,25 sedangkan pada kebun brokoli = 0,41. 5. Kepadatan absolut ( absolute density) komunitas kebun cabe adalah = 2 individu/m 2 sedangkan kebun brokoli = 1 individu/m 2. 6. Nilai indeks keanekaragaman komunitas kebun cabe secara matematis lebih tinggi dari pada komunitas kebun brokoli yang berarti kebun cabe relatif lebih stabil dibandingkan dengan kebun brokoli. Namun secara kategori keduanya termasuk keanekaragaman yang sedang. Saran-saran Terkait dengan simpulan di atas, maka disarankan perlunya meningkatkan parameter-parameter keanekaragaman, sehingga dapat meningkatkan kestabilan, kemantapan dan keseimbangan komunitas yang nantinya berimplikasi terhadap kualitas biotik dan abiotik lingkungan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Borror, D.J., Triplehorn, C.A. & Johnson, N.F. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga, Edisi Keenam, Terjemahan: Soetiyono Partosoedjono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Daly, J.T.& Ehrlich, P. 1978. Introduction to Insect Biology and Diversity.: Mc Graw-Hill International Book Company. Tokyo Dharmawan, A. dkk. 2005. Ekologi Hewan. UM-Press. Malang Fachrul, N.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta Krebs, C.J. 1999. Ecological Methodology, Second Edition. Addison Wesley Longman, Inc. California Odum, E.P. 1998. Dasar-dasar Ekologi, Edisi Ketiga, Terjemahan: Tjahyono Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Sarah, H. 1997. The Collembola, (Online), http://www.missouri.edu~biocish/sminth.html, diakses 11 Mei 2009. Soetjipta. 1993. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi, Dirjen Dikti, Depdikbud. Yogyakarta Suheriyanto, D. 2008. Ekologi Serangga.UIN- Malang Press. Malang Syamsuri, I. dkk. 2007. Biologi 1B. Penerbit Erlangga Jakarta. Analisis Keanekaragaman..I Wayan Karmana 5