ADAPTASI SISTEM GASTROINTESTINAL BAYI BARU LAHIR DAN FEEDING SETELAH KELAHIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana

ADAPTASI FISIOLOGIS SISTEM DIGESTIVE PADA NEONATUS. Ikeu Nurhidayah, M.Kep., Ns.,Sp.Kep.An

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

BAB I PENDAHULUAN. Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Hasil Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi September hingga

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2

MODUL FOTOTERAPI PADA BAYI NSA419. Materi Fototerapi Pada Bayi. Disusun Oleh Ns. Widia Sari, M. Kep. UNIVERSITAS ESA UNGGUL Tahun 2018

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB VI PEMBAHASAN. Pengaruh jenis kelamin terhadap frekuensi defekasi masih kontroversial.

MANFAAT ASI BAGI BAYI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan yang mempengaruhi keterlambatan maturitas paru-paru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Neonatus yang baru lahir akan ditimbang dalam beberapa menit setelah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan

ADAPTASI NYERI PERSALINAN DI KLINIK HJ. MARIANI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

ANGGOTA KELOMPOK 1 : 1.Ellaeis Guinea (14006) 2.Febriyanti Dwi S (14007) 3.Herlita Sari M. (14011) 4.Magdalena P. A. C (14015) 5.Natalia Ratna K.

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari

PROSES KELAHIRAN DAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR YANG KAMI INGINKAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan kurang dari 37 minggu (antara minggu) atau dengan

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH KOMPRESI PERUT BAGIAN BAWAH TERHADAP DEFEKASI BAYI BARU LAHIR INFLUENCE OF COMPRESSION OF THE LOWER ABDOMEN TOWARD DEFEKASI NEW BABY BORN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

Written by Administrator Sunday, 07 August :30 - Last Updated Wednesday, 07 September :03

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI DENGAN BBLR. Mei Vita Cahya Ningsih

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom

Gastrointestinal Disorder in Infant Born with Small for Gestational Age

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara gram,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi adalah adanya perubahan berat badan pada neonatus. 2

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertumbuhan Berat Badan Setelah Lahir. a. Pertumbuhan berat badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

Feeding Practice in Small for Gestational Age Born Infant

Keterangan : P1,2,3,...P15 : Pertanyaan Kuesioner. : Jawaban Tidak Setuju. No. Urut Resp

PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

Diterbitkan melalui:

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

Tak perlu khawatir dan jangan dipaksakan,karena nanti ia trauma.

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Bagian Keperawatan. Maternitas PSIK FK UNAIR

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KEPERAWATAN ANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Keseimbangan zat zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA

Rongga Mulut. rongga-mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi,

BAB I PENDAHULUAN gram pada waktu lahir (Liewellyn dan Jones, 2001). Gejala klinisnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan NO. DX Hari/Tanggal Pukul (wib) Tindakan Keperawatan 1 Senin/17 Juni

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

PERGERAKAN MAKANAN MELALUI SALURAN PENCERNAAN

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah Penelitian... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian...

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

INOVASI TERKAIT HIPERBILIRUBINEMIA

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan ekstrauterin. Secara normal, neonatus aterm akan mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah WaterBirth 2.2 Pengertian WaterBirth

ASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI

September 22nd Tentang Kami Terkini & Terpopuler Home

Hasil. rumen domba. efektivitas. cairan Aktifitas enzim (UI/ml/menit) , Protease. Enzim

Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,

CAIRAN AMNION Anatomi Fisiologi Fungsi Cairan Amnion

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

Melindungi kesehatan ibu :

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA ADAPTASI SISTEM GASTROINTESTINAL BAYI BARU LAHIR DAN FEEDING SETELAH KELAHIRAN Ellyta Aizar Ibrahim* ABSTRAK Kesehatan bayi pada kelanjutan perkembangan dan pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kesehatannya saat lahir dan hari-hari pertama kehidupan di luar rahim. Masa transisi dari fetus ke kehidupan neonatal merupakan periode yang sangat kritis. Bayi akan mengalami berbagai perubahan fisiologis untuk beradaptasi dengan lingkungan luar rahim. Salah satu proses adaptasi fisiologis yang harus dilakukan bayi dan diidentifikasi oleh perawat selama periode transisi ini adalah adaptasi sistem gastrointestinal. Feeding yang segera setelah kelahiran sangat penting dalam hubungannya untuk mendukung proses adaptasi kehidupan ekstra-uteri sistem gastro-intestinal bayi baru lahir (BBL) karena bermanfaat untuk merangsang peristaltik usus sehingga isi usus dapat segera dikeluarkan. Feeding yang sangat tepat adalah kolostrum. Efek laksatif dari kolostrum mendukung mempercepat evakuasi mekonium. Kegagalan dalam membersihkan mekonium dengan cepat mempertinggi reabsorbsi usus terhadap bilirubin sehingga dapat meningkatkan level bilirubin indirect. Keadaan ini dapat berpengaruh tidak baik terhadap kesehatan bayi baru lahir akibat peningkatan bilirubin indirect. Keywords: adaptasi, ekstra uteri, feeding PENDAHULUAN Periode neonatus meliputi waktu dari sejak lahir sampai usia 28 hari, merupakan waktu penyesuaian dari kehidupan intrauteri ke ekstra-uteri (Olds, et al., 1980). Setelah lahir neonatus (BBL) harus bisa melakukan perubahan fisiologis yang sangat besar untuk beradaptasi dengan kehidupan baru. Bayi harus berupaya agar fungsifungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang unik. Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri (Gorrie et al., 1998). Penulis adalah * Dosen Keperawatan Maternitas PSIK FK USU Ketidakmampuan bayi beradaptasi dengan kehidupan ekstra-uteri mempengaruhi kondisi kesehatannya dan bahkan dapat berakibat fatal. Hal ini dapat terlihat dari Kematian neonatal terbanyak terjadi selama minggu pertama kehidupan (Saifuddin, dkk., 2000). Selama minggu pertama tersebut, masa 24 jam pertama kehidupan adalah signifikan karena merupakan periode kritis, transisi dari kehidupan intrauteri ke ekstra-uteri. Secara statistik, risiko kematian dan kesakitan selama periode ini sangat tinggi (Olds, et al., 1980). Perawat Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006 43

harus mengidentifikasi perubahan fisiologis yang terjadi segera setelah bayi lahir sampai beberapa hari kemudian untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah dan abnormalitas (Simpson & Creehan, 2001). Salah satu proses adaptasi fisiologis yang harus dilakukan bayi dan diidentifikasi oleh perawat selama periode transisi kehidupan fetus ke neonatus adalah adaptasi sistem gastrointestinal (Gorrie et al., 1998). Adaptasi Sistem Gastrointestinal Bayi Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk memasukkan, mencerna dan mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan fungsi ini (Gorrie, et al., 1998). Saat lahir kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB, atau rata-rata sekitar 50-60 cc, tetapi segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama kehidupan. Lambung akan kosong dalam 3 jam (Olds, et al., 1980) untuk pemasukan makanan dan kosong sempurna dalam 2 sampai 4 jam. (Gorrie, et al., 1998). Spingter cardiac antara esophagus dan lambung pada neonatus masih immatur (Olds, et al., 1980), mengalami relaksasi sehingga dapat menyebabkan regurgitasi makanan segera setelah diberikan (Gorrie, et al., 1998). Regurgitasi juga dapat terjadi karena kontrol persarafan pada lambung belum sempurna (Olds, et al., 1980). BBL mempunyai usus yang lebih panjang dalam ukurannya terhadap besar bayi dan jika dibandingkan dengan orang dewasa. Keadaan ini menyebabkan area permukaan untuk absorbsi lebih luas (Gorrie, et al., 1998). Bising usus pada keadaan normal dapat didengar pada 4 kuadran abdomen dalam jam pertama setelah lahir akibat bayi menelan udara saat menangis dan sistem saraf simpatis merangsang peristaltik (Simpson & Creehan, 2001). Saat lahir saluran cerna steril. Sekali bayi terpapar dengan lingkungan luar dan cairan mulai masuk, bakteri masuk ke saluran cerna. Flora normal usus akan terbentuk dalam beberapa hari pertama kehidupan (Gorrie, et al., 1998) sehingga meskipun saluran cerna steril saat lahir, pada kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5 jam setelah lahir. Bakteri ini penting untuk pencernaan dan untuk sintesa vitamin K (Olds, et al., 1980). Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak sederhana ada pada minggu ke-36-38 usia gestasi. Bayi baru lahir cukup bila mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak (Jensen et al., 2004). Amilase pankreas mengalami defisiensi selama 3-6 bulan pertama setelah lahir. Sebagai akibat, BBL tidak bisa mencerna jenis karbohidrat yang kompleks seperti yang terdapat pada sereal. Selain itu BBL juga mengalami defisiensi lipase pankreas. Lemak yang ada di dalam Asi lebih bisa dicerna dan lebih sesuai untuk bayi dari pada lemak yang terdapat pada susu formula ( Gorrie, et al., 1998). Feses pertama yang dieksresi oleh bayi disebut mekonium, berwarna gelap, hitam kehijauan, kental, konsistensinya seperti aspal, lembut, tidak berbau, dan lengket. Mekonium terkumpul dalam usus fetus sepanjang usia gestasi, mengandung partikel-partikel dari cairan amnion seperti sel kulit dan rambut, sel-sel yang terlepas dari saluran cerna, empedu dan sekresi usus yang lain (Gorrie, et al., 1998 & Olds, et al., 1980). Feses mekonium pertama biasanya keluar dalam 24 jam pertama setelah lahir. Jika tidak keluar dalam 36-48 jam, bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus dan distensi abdomen dan dicurigai kemungkinan obstruksi (Gorrie, et al., 1998 & Simpson & Creehan, 2001). 44 Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006

Tipe kedua feses yang dikeluarkan oleh bayi disebut feses transisional, bewarna coklat kehijauan dan konsistensinya lebih lepas dari pada feses mekonium. Feses ini merupakan kombinasi dari mekonium dan feses susu. Keadaan feses selanjutnya sesuai tipe makanan yang didapat oleh bayi (Gorrie, et a., 1980). Tabel berikut menjelaskan karaktertisik penting sistem pencernaan sebelum dan setelah lahir. Tabel 1. Karakteristik sistem pencernaan sebelum dan setelah kelahiran Sebelum lahir - gastrointestinal relatif inaktif. Fetus menelan cairan amnion dan memperlihatkan gerakan mengisap dan menelan dalam uterus. - tidak ada makanan yang diterima melalui G.I.T. - tidak terjadi pengeluaran feses. Pada keadaan hipoksis atau distres, spingter anal relaksasi dan mekonium terlepas kedalam cairan amnion, mengindikasikan fetal distres. Setelah lahir - bayi dapat mengisap dan menelan, mampu mencerna dan mengeliminasi Asi dan susu formula. - bayi mudah menelan udara selama makan dan menangis. - peristaltik aktif pada bagian abdomen yang lebih bawah karena bayi harus mengeluarkan feses. Tidak adanya feses dalam 48 jam pertama mengindikasikan obstruksi isi usus. Dikutip dari Burrough & Leifer (2001) Feeding Setelah Kelahiran Feeding (pemberian makanan) pertama jika memungkinkan diberikan saat melakukan pengkajian pada BBL. Perawat mengobservasi tanda-tanda yang dapat menggambarkan keadaan hubungan antara trakhea dan esophagus seperti ada tidaknya batuk, keadaan seperti tercekik dan sianosis. Selain pernafasan, mengisap dan menelan merupakan pengalaman tambahan baru setelah kelahiran. BBL biasanya mampu mengisap, menelan dan mengkoordinasi pernafasannya. Setelah lahir, BBL mengalami perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam beberapa fase yang tidak stabil. Selama jam-jam pertama BBL terus mengalami perubahan, dikenal dengan periode reactivity. Pengetahuan tentang periode ini membantu mendukung attachment orang tua-bayi dan pemberian feeding. Terdapat dua periode reactivity yang diselingi dengan periode tidur. Periode pertama reactivity dimulai setelah lahir. BBL berada dalam keadaan diam, bangun dan terjaga. Matanya dibuka dan waspada, berespons terhadap rangsangan, menggerakgerakkan tangan dan kaki dengan energik, berusaha mencari dan tampak lapar. Fase ini akan diikuti dengan dengan fase aktifsiaga. Selama fase aktif-siaga BBL akan memperlihatkan refleks isap yang kuat dan tampak lapar. Ini merupakan waktu yang sangat ideal untuk menyusui pertama. Setelah 30 menit bayi akan mengantuk, tidur dan akhirnya masuk periode tidur terlelap sekitar 2 sampai 4 jam. Selama waktu ini bayi tidak berespons, nadi dan respirasi turun pada nilai normal namun suhu mungkin rendah. Ketika BBL terbangun dari periode tidur, mereka masuk periode kedua reaktivity. Periode ini dapat berlangsung 4 sampai 6 jam. BBL bangun, siaga dan dapat menangis. BBL menjadi berkeinginan terhadap makanan, memperlihatkan aktivitas seperti mencari puting, mengisap dan menelan dan kelihatan lapar. Feeding mungkin dapat dimulai jika ia belum dimulai pada periode awal reactivity. Mekonium mungkin keluar selama periode ini. Sekresi mukus meningkat dan BBL dapat mengalami gag atau regurgitasi (Gorrie, et al., 1998 & Burroughs & Leifer, 2001). Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006 45

Pada beberapa fasilitas, bayi diberikan cairan (air) steril dalam jumlah sedikit sebelum diberikan feeding formula pertama. Fasilitas yang lain memberikan asi atau susu formula untuk semua feeding. Feeding pertama tidak lebih dari 1 ons untuk mengurangi regurgitasi karena overdistensi abdomen. Beberapa bayi dapat mengalami cekukan atau gag selama feeding permulaan dan sebagian yang lain dapat mengalami kebiruan atau sianosis karena terjadi apnea saat pemberian feeding. Pada keadaan ini perawat menghentikan sementara pemberian makanan, disuction jika perlu dan bayi dirangsang agar menangis dengan menggosok-gosok bagian belakang badannya. Banyak BBL yang belajar mengkoordinasikan isapan, menelan dan bernafas saat feeding pertama (Gorrie et al., 1998). Feeding menyebabkan BBL mempunyai stool. Peristaltik menjadi cepat dan meningkat dengan pemberian makanan. Reflek gastrokolik dapat terangsang saat lambung terisi, menyebabkan peningkatan peristaltik usus. Bayi akan mengeluarkan feses selama atau setelah pemberian makanan. Feses mekonium juga dapat keluar ketika dilakukan pengukuran suhu rektal. Meskipun pemeriksaan suhu rektal tidak direkomendasikan, termometer dapat dimasukkan dengan hati-hati ke dalam rektum untuk mengetahui patensi anus dan merangsang pengeluaran feses mekonium (Gorrie et al., 1998). Keterlambatan feeding menyebabkan stasis usus sehingga isi usus yang mengandung mekonium lama dikeluarkan. Mekonium merupakan penyimpan bilirubin dalam jumlah yang sangat besar dan ini dapat diabsrobsi kembali ke dalam sirkulasi jika tertunda dieliminasi. Kegagalan dalam membersihkan mekonium dengan cepat mempertinggi reabsrobsi usus dan meningkatkan bilirubin serum (Simpson & Creehan, 2001). Hal ini dapat terjadi karena bilirubin direct yang ada dalam mekonium dikonversi ulang oleh enzim beta glukoronidase menjadi bilirubin indirect, diabsrobsi oleh dinding usus dan masuk kembali ke sirkulasi enterohepatik. Efek proses ini adalah joundice pada BBL (Melson et al., 1999). Rutinitas beberapa rumah sakit dalam pola pemberian feeding pada BBL berkontribusi terhadap tingginya level bilirubin. Sistem yang tidak mendukung rooming in mengurangi jumlah pemberian feeding seperti penjadwalan pemberian feeding (Simpson & Creehan, 2001). Menyusui dini yang efisien berkorelasi dengan penurunan kadar bilirubin darah. Kadar protein yang tinggi di dalam kolostrum mempermudah ikatan bilirubin dan kerja laksatif kolostrum untuk perjalanan mekonium (bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Skema berikut menggambarkan hubungan antara feeding setelah kelahiran dengan pengeluaran mekonium dan level bilirubin indirect dalam serum setelah kelahiran. 46 Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006

Skema 1. Hubungan feeding setelah kelahiran dengan penurunan level bilirubin setelah kelahiran Feeding segera setelah kelahiran Peningkatan peristaltik usus Eksresi mekonium : waktu & jumlah Eksresi mekonium; waktu & jumlah Penurunan bilirubin indirect Jenis Feeding : kolostrum susu formula air steril Intervensi : pengukuran suhu rectal Penurunan bilirubin indirect KEPUSTAKAAN Burroughs A & Leifer G. (2001). Maternity Nursing an Introductory Text. 8 th edition. Gorrie T.M., McKinney E.S., & Murray S.S. (1998). 2 nd edition. Foundation of Maternal Newborn Nursing. Philadelphia. W.B. Saunders Company. Hastono, S.P. (2001). Modul Analisa Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Melson A. Katrryn et al., (1999). Maternal- Infant Care Planning. Pennsylvania, Springhouse Cooporation. Philadelphia. W.B. Saunders Company. Simpson R.K. & Creehan A.P. (2001). Perinatologi Nursing. Lippincott, Philadelphia. Thomson, E. (1995). Introduction to Maternity and Pediatric Nursing 2 nd edition. WB. Saunders. USA. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006 47