24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

dokumen-dokumen yang mirip
Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Telepon: , , Faksimili: ,

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

G. TALANG, SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

BERITA GUNUNGAPI JANUARI APRIL 2009

Nomor : 432l45lBGL.Yl2014 Sifat I. PENDAHULUAN

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

BADAN GEOLOGI - ESDM

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

ERUPSI G. KARANGETANG 2007 DAN PERKIRAAN KEDALAMAN SUMBER TEKANAN BERDASARKAN DATA ELECTRONIC DISTANCE MEASUREMENT (EDM)

BAB III METODA PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Minggu, 31 Mei 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEBRUARI 2016 PENGIRIMAN AIR BERSIH,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

II. TINJAUAN PUSTAKA

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I - 1

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Rabu, 25 Maret 2009

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

BAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN STATUS POTENSI BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371 Faksimile: 022-7216444, 021-5228372 E-mail: geologi@bgl.esdm.go.id Nomor Sifat Lampiran H a l 24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013 : Penting : 7 Lembar : Peningkatan Status G. Sinabung dari Siaga (level III) menjadi Awas (level IV) tanggal 24 November 2013 pukul 10:00 WIB Yang terhormat, 1. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2. Gubernur Sumatera Utara 3. Bupati Karo Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. I. PENDAHULUAN Gunungapi Sinabung berbentuk strato, secara administratif terletak di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara dan secara geografis terletak pada posisi 3º 10 LU, 98º 23,5 BT dengan ketinggian 2.460 meter di atas permukaan laut. Pasca penurunan aktivitas vulkanik G. Sinabung dari Siaga menjadi Waspada pada tanggal 29 September Oktober 2013, aktivitas vulkanik cenderung menurun namun dengan fluktuasi. Tanggal 1-2 November 2013 aktivitas G. Sinabung terus meningkat sehingga status G. Sinabung dinaikkan dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III) pada tanggal 3 November 2013 pukul 03:00 WIB. II. PENGAMATAN 2.1. Visual Tanggal 20 November 2013. Terjadi 6 kali erupsi, secara umum cuaca berawanmendung, angin tenang, perlahan ke arah Timur, suhu udara 15 C. Gunung tampak jelas tertutup kabut. - Pukul 02:40 WIB,terjadi erupsi abu vulkanik, warna abu-abu tebal, tinggi kolom abu 2.000 meter, tertiup angin ke Baratdaya, amplituda maksimum 120 mm (over scale) selama 31 detik, lama gempa 611 detik (10 menit). - Pukul 04:05 WIB,terjadi erupsi abu vulkanik, warna abu-abu tebal, tinggi kolom abu 1.000 meter, tertiup angin ke Baratdaya, amplituda maksimum 120 mm (over scale) selama 16 detik, lama gempa 508 detik (8,5 menit). - Pukul 05:29 WIB,terjadi erupsi abu vulkanik, warna abu-abu tebal, tinggi kolom abu 3.500 meter, arah abu vulkanik ke Timur Tenggara, amplituda maksimum 120 mm (over scale) selama 31,8 detik, lama gempa 474 detik (7,9 menit). - Pukul 06:19:49 WIB,terjadi erupsi abu vulkanik, warna abu-abu tebal, tinggi kolom abu 2.500 meter, arah abu vulkanik ke timur laut, Timur - Tenggara dengan amplituda maksimum 120 mm (over scale) selama 25 detik, lama gempa 511.09 detik (8,5 menit)

- Pukul 06:41:52 WIB, terjadi erupsi abu vulkanik, warna abu-abu tebal, tinggi kolom abu 2.000 meter, arah abu vulkanik ke Timur Tenggara, amplituda maksimum 120 mm (over scale) selama 1,2 detik, lama gempa 504 detik (8,4 menit). - Pukul 17:16:11 WIB, terjadi erupsi, amplituda maksimum 60 mm dan lama gempa 264 detik (4,4 menit). Asap abu vulkanik tidak terlihat karena gunung tertutup kabut Tanggal 21 November 2013. Cuaca cerah-mendung, angin perlahan ke arah Timur - Baratdaya, suhu udara 16-24 C. Gunung tampak jelas-tertutup kabut, asap putih tipis tinggi 100 meter. Teramati dari titik erupsi baru (Lau Kawar) asap putih tipis tinggi 50 meter. Tanggal 22 November 2013. Cuaca mendung-berawan, angin tenang-perlahan pada pagi hari (ke Timur), suhu udara 17-23 C. Gunung tertutup kabut 0I 0III. Tanggal 23 November 2013. Terjadi 4 kali erupsi, produk erupsi yang diambil pada arah Timurlaut Utara, yaitu di Desa Sigarang-garang dan Desa Kuta Gugung, terdiri dari dua jenis material yaitu : Skoria dan Litik, dengan diameter 3-4 cm pada radius 3,3 km dari pusat erupsi. Secara umum cuaca cerah-mendung, angin perlahan-sedang ke arah Timur, hujan gerimis-deras, suhu udara 17-24 C. Gunung terutup kabut 0I-0III. - Pukul 21:26 WIB, terjadi erupsi, tidak teramati karena kabut, suara gemuruh terdengar selama 2 menit, amplituda gempa letusan maksimum 120 mm (over scale) selama 3 menit, dan lama gempa 13 menit. - Pukul 21:38 WIB, terjadi erupsi, tidak teramati karena kabut, amplituda gempa letusan maksimum 30 mm dan lama gempa 12,5 menit. - Pukul 22:02 WIB, terjadi erupsi, tidak teramati karena kabut, amplituda gempa letusan 5-10 mm dan lama gempa 25 menit - Pukul 23:15 WIB, terjadi erupsi, tidak teramati karena kabut, amplituda 5-10 mm, dan lama gempa 68 menit. Tanggal 24 November 2013 (hingga Pukul 06:00 WIB). Terjadi 5 kali erupsi, secara umum cuaca mendung, angin perlahan ke arah Timur, suhu udara 16 C. Gunung tertutup kabut 0II. - Pukul 00:43 WIB, terjadi erupsi, tidak teramati karena kabut, amplituda gempa letusan maksimum 42 mm, dan lama gempa 10,5 menit. - Pukul 02:32 WIB terjadi erupsi, tidak teramati karena kabut, diawal gempa letusan amplituda gempa maksimum 120 mm (overscale), dan lama gempa 5,5 menit. - Pukul 07:27 WIB, terjadi erupsi abu setinggi 8000 m, terdengar gemuruh selama 1 menit, arah angin ke Timurlaut, diawal gempa letusan amplituda gempa 120 mm (oversacle), lama gempa 15 menit. - Pukul 08:12 WIB, terjadi erupsi abu setinggi 1000 m, diawal gempa letusan amplituda maksimum 120 mm (overscale), lama gempa 10 menit. - Pukul 08:55 WIB, terjadi erupsi abu setinggi 3000 m, diawal gempa letusan amplituda maksimum 120 mm (overscale, selama 12 detik), lama gempa 6 menit. 2.2. Kegempaan Kegempaan vulkanik sejak 5 hari terakhir hingga hari ini (Gambar 1, 2 dan3) : Tanggal 20 November 2013, 6 kali Gempa Letusan, 5 kali Gempa Hembusan (Hb), 56 kali Gempa Vulkanik Dalam (VA), 6 kali Gempa Hybrid. 2 (dua) kali Gempa Tektonik Jauh. Tremor menerus, amplituda maksimum 0,5-5 mm.

Tanggal 21 November 2013, 4 kali Gempa Hembusan (Hb). 1 (satu) kali Gempa Low Frequency (LF), 29 kali Gempa Vulkanik Dalam (VA).Terjadi Gempa Tremor menerus dengan amplituda 0.5-3 mm. Tanggal 22 November 2013, 1 (satu) kali Gempa Low Frequensi (LF). 30 kali Gempa Vulkanik Dalam (VA). 1 (satu) kali Gempa Tektonik Lokal Terasa (TL). 4 kali Gempa Tektonik Jauh. Terjadi Gempa Tremor menerus dengan amplituda 0.5-2 mm. Tanggal 23 November 2013, 1 (satu) kali Gempa Hembusan (Hb). 2 (dua) kali Gempa Low Frequency (LF). 1 (satu) kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB). 38 kali Gempa Vulkanik Dalam (VA). 1 (satu) kali Gempa Tektonik Lokal (TL). 1 (satu) kali Gempa Tektonik Jauh (TJ). Terjadi Gempa Tremor menerus dengan amplituda 0.5-3 mm. Tanggal 24 November 2013 (hingga Pukul 06:00 WIB), 2 (dua) kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB). 2 (dua) kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB). 4 kali Gempa Vulkanik Dalam (VA). 2 (dua) kali Gempa Hybrid. Terjadi Gempa Tremor menerus dengan amplituda 0.5-5 mm. 2.3 DEFORMASI Pengamatan deformasi dengan EDM (Electronic Distance Measurement) dilakukan dari Desa Sukanalu (SNB 1) terhadap dua reflektor, yaitu SNB 2 (elevasi 1436 m), SNB 3 (elevasi 1626 m) yang ada di lereng Timur G. Sinabung dan dari Lau Kawar (SNB 8) terhadap satu reflektor yang ada di dekat rekahan baru lereng Utara G. Sinabung (SNB 9, elevasi 2097 m). Hasil pengukuran jarak dengan EDM dari SNB 1 ke SNB 2 menunjukkan jarak miring berfluktuasi (< 2 mm) pada 17-19 November dan tanggal 20-21 November tidak ada pengukuran karena cuaca hujan dan kabut. Pengukuran terkini baru dapat dilakukan lagi pada tanggal 22 November (Gambar 4). Hasil pengukuran jarak EDM dari SNB 1 ke SNB 3 pada 16-20 November menunjukkan jarak miring memanjang (lk 5 mm) yang diikuti memendek (< 5 mm), setelah itu diikuti jarak memanjang lagi < 2 mm pada tanggal 20-22 November (Gambar 4). Hasil pengukuran jarak EDM dari SNB 8 ke SNB 9 menunjukkan jarak miring memendek (lk 5 mm) yang diikuti memanjang lagi lk. 2 mm pada tanggal 17-19 November. Sejak tanggal 20 November pengukuran EDM hingga saat ini belum bisa dilakukan lagi karena cuaca kabut (Gambar 4). 2.5 SUHU AIRPANAS, FLUKS GAS SO 2 dan ANALISIS KIMIA ABU LETUSAN Pengamatan suhu mata airpanas secara kontinyu pada awal Oktober 2013 sampai 21 November di daerah Payung (kaki gunung ke arah Selatan dari puncak G. Sinabung) yang berkisar pada 53,89-54,04 o C (Gambar 5). Hasil pengukuran fluks SO 2 menggunakan Mini DOAS pada periode 16-18 November 2013 cenderung meningkat yaitu berkisar 150 ton/hari 800 ton/hari (Gambar 5). Fluks SO 2 mencapai nilai tertinggi (~ 800 ton/hari) diukur 1 jam setelah letusan tanggal 18 November. Sejak tanggal 19 November hingga saat ini belum bisa dilakukan pengukuran karena cuaca kabut dan hujan gerimis.

Hasil analisis Ash Leachate dari abu letusan G. Sinabung menunjukkan bahwa rasio Cl/SO4 meningkat dari 0,05 sampai 0,42 sejak letusan pertama tanggal 15 September 2013 hingga letusan tanggal 29 Oktober 2013, hal ini mengindikasikan adanya peningkatan suplai gas magmatik. Setelah terjadi letusan 29 Oktober 2013, nilai rasio Cl/SO4 sempat menurun menjadi 0,07. Sejak tanggal 30 Oktober 2013 hingga pengukuran abu letusan terakhir tanggal 14 November 2013, nilai rasio Cl/SO4 masih berfluktuasi sekitar 0,1 yang mengindikasikan masih adanya gas magmatik (Gambar 6). III. POTENSI BAHAYA Erupsi awanpanas dan erupsi abu-kerikil sangat berpotensi terjadi. Awanpanas berbahaya karena merupakan aliran material vulkanik (campuran abu, gas, dan batuan) bersuhu tinggi (> 200 o C) yang dapat membahayakan jiwa serta dapat membakar benda-benda yang dilalui awanpanas. Jarak luncur awanpanas sejak 10 November 2013 cenderung terus membesar dengan potensi jarak luncur dapat mencapai > 1,5 km sehingga dapat melanda pemukiman di desa-desa Kawasan Rawan Bencana II. Erupsi Abu-kerikil letusan semakin meluas (mencapai jarak > 5 km dari puncak ke beberapa desa tertentu) dapat cukup membahayakan-mengganggu kesehatan dan merusak tanaman di area terdampak. Potensi terjadinya lahar masih tinggi, dikarenakan adanya timbunan abu/material erupsi dan curah hujan tinggi. Potensi lahar kemungkinan terjadi di seluruh lembah-lembah sungai yang berhulu di puncak gunung. Potensi longsor di lereng utara G. Sinabung (Lau Kawar) masih tinggi karena adanya lubang tembusan fumarola baru dan telah terjadi beberapa kali longsor di dua lokasi di lereng utara G. Sinabung dan mengancam pemukiman di daerah Lau Kawar, Ds. Kuto Gugung dan Ds. Sigarang-garang. IV. KESIMPULAN Aktivitas vulkanik G. Sinabung berdasarkan pengamatan visual maupun instrumental masih tinggi. Gempa tremor masih terekam dengan amplituda tremor cenderung meningkat. Jumlah kegempaan vulkanik sejak 5 hari terakhir cenderung naik namun berfluktuasi. Deformasi berdasarkan data EDM dari 16 22 November masih berfluktuasi. Sejak tanggal 20, 23 November saat ini aktivitas erupsi cenderung meningkat (intens) dan sebaran material jatuhan hasil erupsi cenderung meluas. Berdasarkan hasil analisis pemantauan visual, kegempaan, deformasi dan gas, maka status kegiata G. Sinabung terhitung tanggal 24 November 2013 pukul 10:00 WIB dinaikkan dari status Siaga (level III) menjadi Awas (Level IV). Jika terjadi perubahan peningkatan/penurunan aktivitas vulkanik G. Sinabung secara lebih signifikan, maka tingkat kegiatannya dapat dinaikan/diturunkan sesuai dengan tingkat kegiatan dan ancamannya. V. REKOMENDASI Sehubungan dengan G. Sinabung dalam status AWAS, maka kami rekomendasikan: 1. Masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak mendaki dan melakukan aktivitas pada radius 5 km dari Kawah Sinabung. Masyarakat di 17 Desa dan 2 Dusun

Gambar 1. Jumlah harian Gempa Vulkanik Dalam dan Dangkal, serta energi kumulatif.

Gambar 2. Amplituda tremor maksimum, jumlah harian Gempa Low Frequency (LF) dan Hybrid.

Gambar 3. Jumlah harian Gempa Hembusan, Letusan, Tektonik Lokal dan Tektonik Jauh.

Gambar 4. Data pengukuran tiltmeter stasion Sukanalu.

Gambar 5. Data pengukuran suhu di Payung (4,5 km ke arah Selatan puncak), dan fluks gas SO 2.

Gambar 6. Grafik Rasio Cl/SO4 Abu Letusan G. Sinabung.

Gambar 7. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Sinabung (Setelah Revisi)