BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual,

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER KI HADJAR DEWANTARA DENGAN AL- GHAZALI

BAB V PENUTUP. yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA

DAFTAR ISI. Halaman judul Lembar Persetujuan Pembimbing. Lembar Pengesahan Tim Penguji Pernyataan Keaslian Motto. Persembahan Prakata Daftar Tabel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

GURU DAN PENDIDIKAN KARAKTER (Konsep Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya Saat ini)

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari

PERANAN DIREKTUR UTAMA DALAM MEMOTIVASI PEGAWAI DI CV. KENCONO WUNGU SURABAYA SKRIPSI

Aliran Pendidikan di Indonesia

BAB IV. A. Analisis Konsep Ing Ngarsa Sung Tuladha dalam Perspektif Al. harus memberi tuntunan dan menyokong pada anak-anak agar dapat

BAB IV KETELADANAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK. REMAJA (Kajian Pemikiran Ki Hadjar Dewantara)

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.

BAB I PENDAHULUAN. selaku Pimpinan Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

MAKNA PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

PERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA: STUDI KASUS PELAKSANAAN SISTEM AMONG DI SEKOLAH DASAR NEGERI TIMBULHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

BAB IV KONTRIBUSI PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF KI HADJAR DEWANTARA. akhlak anak didik yang nyaris kehilangan karakter di era globalisasi ini, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

EFEKTIVITAS SISTEM AMONG DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK BUDI PEKERTI SISWA DI SMA TAMAN MADYA KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lampiran 1. Foto Ki Hadjar Dewantara

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar TRI HASTINI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IMPLEMENTASI TRILOGI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA DI SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN TAMAN SISWA YOGYAKARTA SKRIPSI

EMI FAUZIAH A

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI SUB RAYON 03 KABUPATEN SEMARANG TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS KEPALA SEKOLAH BERBASIS KETAMANSISWAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Azizah, 2013

PENDEKATAN SISTEM AMONG PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SMK TAMAN SISWA KEDIRI TAHUN /2013 DALAM DINAMIKA MODERNISASI

Kumpulan Soal CPNS Pancasila

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V. PENUTUP SIMPULAN, FORMULASI, DAN REKOMENDASI

Oleh : H. Muhtadi Irvan

Terry menyebutkan adanya 8 buah syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin yang baik, yaitu memiliki:

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Kulonprogo, Kepala SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo,

SOAL CPNS PANCASILA. Petunjuk! Pilihlah jawaban yang paling tepat!

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Baikitu organisasi formal maupun nonformal. Di dalam suatu. organisasi tersebut pasti selalu ada seseorang yang dianggap mempunyai

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM PAI DI SMPN 1 DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI SAMBUTAN MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI PADA ACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2016

KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN, SERTA BATASAN PENDIDIKAN. Ismail Hasan

PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

PEMAHAMAN SISWA TERHADAP PEMIKIRAN PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA DI SMA TAMAN MADYA SE-KOTA YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. potensi sumber daya manusia dipandang sebagai industri jasa yang mempunyai

Tugas Kepala Sekolah Oleh : M. H. B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antar dua pihak

NILAI KARAKTER KEPEMIMPINAN DALAM NOVEL PENAKLUK BADAIKARYA AGUK IRAWAN MN DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI SMA

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN SEKOLAH

IMPLEMENTASI SISTEM AMONG DALAM PENANAMAN KARAKTER DI KELAS IV SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN GUIDED WRITING

RELEVANSI AKHLAK TERHADAP PEMIKIRAN PENDIDIKAN KARAKTER KIHAJAR DEWANTARA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan nama dan bentuk yang berbeda-beda. Akan tetapi, hingga saat ini belum menunjukan hasil yang optimal.

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan dan

Manajemen Ilmu yang mempelajari tentang bagaimana atau mengelola faktor-faktor produksi baik manusia, modal, dana serta mesin-mesin alat perlengka- pa

Resensi Buku. UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology. Laksono, Antropologi Pendidikan.

KONSEP BELAJAR MENURUT KI HADJAR DEWANTARA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. ekstra, baik ditinjau dari segi kebijakan pemerintah maupun persoalan

Jurnal Administratie

BAB I PENDAHULUAN. bebagai model. Ada 22 modal mengajar yang dikelompokan kedalam 4 hal,

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KETERAMPILAN MEMIMPIN 1 Hujair AH. Sanaky, MSI 2 BEBERAPA DEFINISI KEPEMIMPINAN

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga SKRIPSI. Oleh SUMADI NIM

kurikulum. Bahkan, ada yang mengatakan No teacher no education. Maksudnya, tanpa guru, tidak terjadi proses pendidikan. 3

PENGEMBANGAN MODEL EVALUASI METODE PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN GURU

BAB IV GURU PROFESIONAL MENURUT KI HAJAR DEWANTARA DAN RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

BAB II. Tinjauan Pustaka. jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

LATIHAN SOAL UUD 1945 ( waktu : 36 menit )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

PEMBELAJARAN SISTEM AMONG DI TAMAN SISWA TELUK BETUNG BANDAR LAMPUNG. (S k r i p s i) Oleh. Aditia Putra

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013

BAB II TENTANG KEPEMIMPINAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan Akuntansi JAKA PERMATA PUTRA A

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian Tugas Dan Syarat-syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.

BAB I. pasien selama 24 jam. Gillies (1994), menyatakan bahwa 60-70% sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik

Transkripsi:

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data Paparan data temuan penelitian adalah pengungkapan dan pemaparan data maupun temuan yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan baik dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata yang berbentuk dokumentasi yang diperoleh peneliti. Dalam bab ini akan diuraikan data hasil penelitian yang berupa data penelitian dua kasus, yaitu: a) paparan data dan temuan kasus di SMKN 2 Boyolangu Tulungagung, b) paparan data dan temuan kasus di SMKN 3 Boyolangu Tulungagung. Fokus penelitian dari judul penelitian Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar Dewantara di SMKN 2 dan SMKN 3 Boyolangu Tulungagung dengan berupaya semaksimal mungkin untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya. Dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dibahas dalam rumusan masalah ini adalah sebagai berikut; 1. Bagaimana pemikiran nilai-nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam perspektif Ki Hadjar Dewantara? 194

195 2. Bagaimana implementasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam perspektif Ki Hadjar Dewantara di SMKN 2 dan SMKN 3 Boyolangu Tulungagung? 3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat implementasi nilainilai Pendidikan Agama Islam (PAI) perspektif Ki Hadjar Dewantara di SMKN 2 dan SMKN 3 Boyolangu Tulungagung? 1. Pemikiran Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar Dewantara Sebagaimana disebutkan di dalam penegasan istilah bahwa penelitian ini dibatasi pada nilai-nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam perspektif Ki Hadjar Dewantara dari aspek Sistem Among atau Trilogi kepemimpinan pendidikan, yakni Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, dan Tut wuri handayani. Dan, semboyan tersebut sekaligus merupakan motto Ki Hadjar Dewantara. Konsep Sistem Among atau trilogi kepemimpinan pendidikan merupakan salah satu pemikiran Ki Hadjar Dewantara tersebut sangat populer dan hingga sekarang terus diterapkan di dunia pendidikan tanah air. Sistem Among berasal dari Bahasa Jawa yaitu mong atau momong, yang artinya mengasuh anak. Para guru atau dosen disebut pamong yang bertugas mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu dengan kasih sayang. 1 1 Elibrahim, Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, Depok: CV Arya Duta, 2011, 33.

196 Konsep Sistem Among melalui Trilogi kepemimpinan pendidikan Ki Hadjar yang berbunyi Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani mengandung maksud bahwa tanpa adanya keteladanan seorang pemimpin (ing ngarsa sung tuladha), yang pro-aktif mengikuti dinamika dalam masyarakat (ing madya mangun karsa), dan kemudian menerapkan pembinaan dan pengawasan melekat (tut wuri handayani), maka pemahaman dan pelaksanaan pendidikan yang bertujuan memerdekakan jiwa masyarakat mustahil dapat tercapai. 2 Sementara itu, berkenaan dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan secara umum termasuk Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha kebudayaan yang bermaksud memberi tuntunan di dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak-anak agar kelak dalam garis-garis kodrat pribadinya dan pengaruh segala keadaan yang mengelilingi dirinya, anak-anak dapat kemajuan alam hidupnya lahir dan batin menuju ke arah adab kemanusiaan. 3 a. Ing Ngarsa Sung Tuladha Menurut Amir Tengku Ramly, Ing Ngarsa Sung Tuladha berarti ing ngarsa yaitu di depan atau di muka, sun berasal dari kata ingsun yang artinya saya, tuladha berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarsa Sun Tuladha adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi bawahan atau anak buahnya. Dalam 2 3 Ki Priyo Dwiarsa, Sistem Among Mendidik Sikap Merdeka Lahir Batin, dalam http://tamansiswa.org//profile-mainmenu-27/sejarah-tamansiswamainmenu:32.html.12/06/2012-13:13. Ki Hadjar Dewantara, Azas-azas dan Dasar-dasar Ptamansiswa, Cet. III (Yogyakarta: Majlis Luhur Tamansiswa, 1964), 28.

197 hal ini yang harus dipegang teguh oleh seorang pemimpin adalah tauladan. Sebagai seorang pemimpin atau komandan harus memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam segala langkah dan tindakannya agar dapat menjadi panutan bagi anak buah atau bawahannya. 4 Atau dalam pandangan Said Reksodiharjo, 5 bahwa Ing ngarsa artinya di depan, sung berarti asung atau memberi; tuladha berarti contoh atau tauladan. Jadi Ing ngarsa sung tuladha artinya jika pendidik sedang berada di depan, maka hendaklah memberikan contoh atau teladan yang baik terhadap anak didiknya. b. Ing Madya Mangun Karsa Pada Ing Madya Mangun Karsa, kata ing madya artinya di tengah-tengah, mangun berarti membangkitkan atau menggugah dan karsa diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata Ing Madya Mangun Karsa adalah seorang pemimpin di tengah kesibukannya harus mampu membangkitkan atau menggugah semangat kerja anggota bawahannya. Seorang pemimpin hendaknya juga mampu memberikan inovasi-inovasi di lingkungan tugasnya dengan menciptakan suasana kerja yang lebih kondusif untuk keamanan dan kenyamanan kerja. 4 5 Amir Tengku Ramly, Refleksi Motivasi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, dalam makalah yang disampaikan pada seminar nasional menyambut hari pendidikan nasional 2 Mei 2010 di Palembang-Sumatera Selatan 6 Mei 2010 dalam Http://Tamansiswa.org/Visi- Misi.html.23.Pebruari2012/13:20. Said Reksodiharjo, Pendidikan Nasional, Berbagai Sumbangan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara, Jakarta: CV Haji Masagung, 1989, 47.

198 Demikian halnya dengan pandangan Said Reksodiharjo bahwa Ing madya berarti di tengah; mangun berarti membangun, menimbulkan dorongan; karsa artinya kehendak atau kemauan. Dengan demikian makna Ing madya mangun karsa berarti jika pendidik sedang berada di tengah-tengah anak didiknya, hendaklah ia dapat mendorong kemauan atau kehendak mereka, membangkitkan hasrat mereka untuk berinisiatif dan berbuat. c. Tut Wuri Handayani Tut Wuri Handayani, 6 semboyan ini berarti mengikuti di belakang sambil memberi pengaruh. Menurut Ki Hadjar Dewantara, semboyan tersebut maksudnya adalah jangan menari-narik dari depan, biarkanlah mereka mencari jalan sendiri, kalau anak-anak salah jalan barulah si pamong (guru) boleh mencampurkan dirinya. 7 Berdasarkan keterangan di atas bahwa Tut Wuri Handayani berarti mengikuti dari belakang, tetapi tidak melepaskan anak-anak didik dari pengawasan. Maksudnya berjalan di belakang adalah memberi kebebasan kepada anak-anak untuk melatih mencari jalan sendiri. Sementara, tugas sebagai pendidik wajib memberi koreksi bila si anak didik menghadapi suatu bahaya yang tak dapat dihindarinya dengan fikiran atau tenaga sendiri. Memberikan kebebasan kepada 6 7 Ki Hadjar Dewantara menggunakan kata andayani dalam Tut Wuri Andayani, lihat Ki Hadjar Dewantara dalam Asas-asas dan Dasar-dasar Tamansiswa, hlm 23 dan Demokrasi dan Leiderschap, hlm 9. Sementara Abuddin Nata menggunakan kata handayani, lihat Abuddin Nata dalam Tokoh-tokoh Pendidikan Islam di Indonesia, 127. Ki Hadjar Dewantara, Asas-asas dan Dasar-dasar Tamansiswa, Cet. III, (Yogyakarta: Majlis Luhur Tamansiswa, 1964), 23.

199 anak didik seperti itu merupakan ekspresi demokrasi, sedang seorang pemimpin (pamong) memiliki kewajiban mengawasi kepada mereka. Itulah kebijaksanaan Sang pamong (pendidik). 8 Berkaitan dengan konsep Tut Wuri Handayani, Ki Hadjar dalam bukunya yang berjudul Demokrasi dan Leiderschap menjelaskan: Bagi saya sendiri yang menginginkan terlaksananya demokrasi di bawah pimpinan kebijaksanaan, saya berkewajiban menyesuaikan semboyan-semboyan tersebut dengan cita-cita pendidikan serta sifat organisasi, yang harus memadai kepribadian bangsa kita. Seperti diketahui pendidikan Tamansiswa bercita-citakan menyokong berkembangnya jiwa raga anak-anak secara bebas menuju ke arah adab perikemanusiaan. Untuk mencapai cita-cita pendidikan tersebut, kita menggunakan semboyan yang amat singkat, namun amat jelas artinya. Semboyan itu berbunyi Tut Wuri Handayani yang berarti mengikuti di belakang, tetapi tidak melepaskan anak didik kita dari pengawasan. Berjalan di belakang berarti memberi kebebasan kepada sang anak untuk melatih mencari jalan sendiri, sedangkan sebagai pendidik, kita wajib memberi koreksi di mana yang dianggap perlu, misalnya bila anak menghadapi bahaya yang tak dapat dihindarinya dengan fikiran atau tenaga sendiri. Kebebasan inilah yang sebenarnya merupakan demokrasi, sedangkan pimpinan yang wajib terus mengawasi tidak lain daripada kebijaksanaan sang pamong. Dengan perkataan lain di dalam perkembangan hidup anak-anak harus ada demokrasi dan leaderschap atau demokrasi terpimpin. 9 8 9 Ki Hadjar Dewantara, Demokrasi dan Leiderschap, (Yogyakarta: Majlis Luhur Tamansiswa), 127. Ibid, hlm 8-9.