BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Kota Bandung berkembang cukup pesat, hal ini dapat dilihat dari

UKDW BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis retail saat ini mengalami persaingan yang sangat ketat, dimana

DAFTAR ISI Daftar Isi...i Daftar Tabel...iv Daftar Gambar...vi Bab I : Pendahuluan... 1 Bab II : Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran...

BAB I PENDAHULUAN. bidang,baik jumlah maupun waktunya. Bidang usaha yang dapat digeluti

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan zaman, banyak perusahaan baik berskala domestik

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS PADA DIVA CAKE AND COOKIESDI KABUPATEN SUMEDANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Bangunan Wiki Koffie Bandung

BAB I PENDAHULUAN. atau berwirausaha. Kepuasan konsumen merupakan salah satu fokus utama dalam

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Indonesia mempunyai cakupan yang sangat luas, mulai dari tempat wisata

(Diferentiated Marketing)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Destiana, 2015

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perlu mencermati perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Biaya Pengeluaran Rata-rata Per Hari Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan di Jawa Barat Tahun 2006 dan 2008

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROPOSAL USAHA ROTI GORENG BIDANG KEGIATAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap industri otomotif, salah satu sektor industri yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. tarik wisatawan domestik maupun asing. Selain itu Jakarta juga sebagai kota

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. kuliner. Semakin besarnya peluang didalam bisnis kuliner ini membuat terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rohayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. membuat para pelaku usaha untuk berlomba-lomba memberikan pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Mikro, Kecil, dan Menengah adalah entitas yang memiliki kriteria yakni kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Industri Kuliner di Yogyakarta. dibanding tahun sebelumnya (Hermawan,2013).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan

Dampak Banjir Terhadap Inflasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tempat tujuan wisata yang banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ina Kristiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) pada 2011 atau sekitar Rp169,62

2015 PENGEMBANGAN PRODUK BROWNIES BAKAR BERBASIS TEPUNG KACANG MERAH TERHADAP DAYA TERIMA KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. bisnis untuk bisa tetap eksis di bidang usahanya. Secara umum tujuan dari pelaku

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA. KAKI BOGOR H. EFFENDI Fahri Asyari

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia dimana makanan berfungsi memberikan tenaga atau

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini bisnis makanan dan minuman berkembang dengan pesat di

ARDITHA YUSPENTIA, 2015 ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN MENU A LA CARTE DI SAUNG BEUREUM KARAWANG MELALUI PENERAPAN MENU ENGINEERING

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PANDUAN WAWANCARA PEMILIK. Ancaman Pendatang Baru: 1) Menurut Anda, apakah bisnis ini termasuk yang membutuhkan modal

BAB I PENDAHULUAN. pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia atau basic needs.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh negara lain mulai dari. ekonomi, globalisasi dapat diketahui dari satu pihak yang akan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS STRATEGI BISNIS KELUARGA PADA KEDAI KOPI MASSA KOK TONG DI PEMATANGSIANTAR DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS

BAB I PENDAHULUAN. Mie, siapa sih yang tidak mengenalnya? Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa makanan ini mulai digemari anak anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selvi Arini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut

BAB I PENDAHULUAN. didorong oleh perkembangan bisnis yang sangat pesat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peringkat yang paling atas bagi kehidupan suatu organisme, terutama

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja. Hasil kajian World Economic Forum (WEF) terhadap

NASI KEBULI MBAH SOLEH

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dikenal memiliki kekayaan kuliner yang luar biasa. Ada

BAB I LATAR BELAKANG. besar bagi perkembangan UMKM. UMKM merupakan tulang punggung

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM KAPEIN (KAOS PEMUDA INDONESIA) BIDANG KEGIATAN: PKM KEWIRAUSAHAAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek penelitian Sejarah Resto Rumah Soto Padang Gambar 1. 1 Logo Resto Rumah Soto Padang

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

2014 ANALISIS MEAL EXPERIENCE TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN

PROPOSAL KEGIATAN USAHA MARTABAK MANIS MINI

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, pariwisata maupun budaya membutuhkan jasa transportasi yang

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA DAN KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN DEN BEI MOJOKERTO S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di negara ini yang tidak di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan bisnis kuliner di D.I. Yogyakarta cukup

BAB I PENDAHULUAN. yang biasa jika pada suatu kota yang besar terdapat banyak pelaku-pelaku industri

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

I. PENDAHULUAN. UNIT USAHA Satuan Tahun 2009 Tahun 2010 A. Usaha Mikro, Kecil dan (Unit)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha lainnya. Menurut Porter dalam Solihin (2012 :42), intensitas

BAB I PENDAHULUAN. Seorang wirausahawan (entrepreneur) adalah seseorang yang menciptakan

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Pelanggan pada Ngopi Doeloe Cafe

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI MEI 2016 INFLASI 0,18 PERSEN

BAB III EVALUASI BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari banyaknya ragam bisnis restoran yang mulai bermunculan yang tersebar di Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kegiatan-kegiatan usaha dewasa ini bergerak dengan pesat. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

PEMANTAUAN HARGA KEBUTUHAN BAHAN POKOK TAHUN 2017 KABUPATEN TEMANGGUNG

2016 STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA RUMAH MAKAN SAUNG POJOK DADAHA KOTA TASIKMALAYA

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PENERAPAN STRATEGI PEMASARAN PEMBIAYAAN AR-RAHN USAHA MIKRO (ARRUM) PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dampak positif dari globalisasi adalah aksesibilitas informasi dan kemajuan ilmu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era Modern ini, sesuatu yang praktis sangat dibutuhkan

BAB IV HASIL DAN PEBAHASAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pada era globalisasi ini, orang semakin mudah untuk bepergian kemanapun. Ini menjadi celah bagi sektor pariwisata untuk melebarkan sayap industrinya. Industri pariwisata merupakan industri pelayanan barang dan jasa, dimana keduanya merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan industri pariwisata itu sendiri. 1.1. Latar Belakang Menurut A.J. Burkart dan S. Medlik yang dikutip oleh Soekadijo (2003:3), pariwisata berarti perpindahan orang untuk sementara (dan) dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan tersebut. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 disebutkan bahwa kepariwisataan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan dan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana wisata, usaha jasa pariwisata, serta usaha-usaha lain yang terkait. Industri kuliner merupakan salah satu usaha sarana wisata, yang berarti menjadi salah satu faktor pendukung berkembangnya sektor pariwisata di suatu daerah. Dewasa ini, industri kuliner semakin berkembang dan maju serta banyak diminati oleh masyarakat, tak terkecuali di kota Bandung. Sebagai salah satu penyokong di dalam industri pariwisata, industri kuliner tentu memegang peranan yang sangat penting. Karena kemanapun manusia bepergian, tentu akan tetap membutuhkan makanan. Meningkatnya perkembangan di dalam industri pariwisata saat ini memang diikuti oleh perkembangan industri kuliner yang juga ikut berkembang pesat.

2 Potensi yang besar inilah yang mendorong banyak orang untuk ikut menggeluti bisnis di bidang kuliner. Dapat kita lihat saat ini bisnis kuliner menjamur dimana-mana mulai dari kedai kopi di pinggir jalan, food court di mall-mall, hingga pelayanan katering di atas pesawat. Namun menjamurnya bisnis kuliner ini bukan berarti siapa saja dapat berhasil dalam menggelutinya. Banyak yang berhasil, namun tidak sedikit pula yang gagal. Kebanyakan dari para pengusaha ini mengalami kegagalan karena kurangnya pengetahuan serta perencanaan yang matang dalam pelaksanaannya. Padahal industri kuliner itu sendiri merupakan bisnis yang berkegiatan besar dan juga kompleks. Seperti yang diungkapkan oleh Marsum W.A. dalam Restoran dan Segala Permasalahannya (2005:2) bahwa: Meskipun demikian usaha itu haruslah tetap dilakukan dengan realistis. Adalah sangat berbahaya bagi seseorang untuk membuka usaha restoran tanpa mengetahui kesulitan-kesulitannya, tanpa melakukan perencanaan yang bijaksana dan tanpa ditunjang oleh keahlian yang memadai. Hal tersebut dikarenakan kompleksnya kegiatan dalam bisnis kuliner, mulai dari manajemen hingga operasionalnya. Contoh sederhana, bisnis di bidang kuliner sangat menggiurkan karena tampaknya menghasilkan keuntungan yang tinggi. Namun kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan manajemen yang baik akan mengakibatkan angka cooking lost yang tinggi. Hal ini berkenaan dengan bahan baku yang tidak terpakai kemudian membusuk, kesalahan dalam penanganan maupun dalam proses produksi sehingga terbuangnya bahan baku, kesalahan dalam penyimpanan sehingga mengurangi umur simpan bahan baku, dan lain sebagainya. Kejadian-kejadian tersebut adalah hal yang sering terjadi, yang mengakibatkan biaya produksi menjadi membengkak serta mengurangi profit. Bahkan bisa sampai mengakibatkan kerugian.

3 Banyaknya kegagalan yang terjadi dalam bisnis ini menunjukkan bahwa keahlian dan persiapan yang matang memang benar-benar diperlukan, sehingga mampu ikut bersaing dengan pengusaha-pengusaha kuliner lainnya. Terlebih lagi, industri kuliner kini tidak lagi diminati hanya untuk kebutuhan manusia akan makanan, tetapi juga sebagai pengalaman. Oleh karena itu, pesatnya perkembangan industri kuliner di kota Bandung membuat semakin kayanya industri ini dalam hal inovasi produk. Ini berarti semakin ketat pula persaingan yang ada. Itulah mengapa studi kelayakan bisnis dirasa oleh penulis sangat perlu untuk dilakukan dalam menjalankan suatu usaha dalam hal ini di bidang kuliner, untuk menilai sejauh mana potensi yang ada, peluang yang masih mungkin diambil serta mengurangi berbagai resiko yang mungkin terjadi. Namun karena dalam penelitian ini restoran yang diteliti sudah berjalan secara rutin, maka selanjutnya penulis akan menyebutnya sebagai evaluasi kelayakan bisnis. Studi kelayakan bisnis adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil. Hasil dari studi kelayakan bisnis merupakan laporan tertulis, yang isinya menyatakan layak atau tidaknya suatu rencana bisnis untuk direalisasikan. Menurut Jumingan (2009:4) studi kelayakan bisnis menilai keberhasilan suatu proyek dalam satu keseluruhan sehingga semua faktor harus dipertimbangkan dalam suatu analisis terpadu yang meliputi faktor-faktor yang berkenaan dengan aspek teknis, pasar dan pemasaran, keuangan, manajemen, hukum, serta manfaat proyek bagi ekonomi nasional. Kambing Bakar Cairo merupakan salah satu perusahaan yang ikut bergelut di bidang industri kuliner. Dengan mengangkat konsep menu Timur Tengah, restoran ini menjadi salah satu pesaing yang patut untuk dipertimbangkan khususnya di kota Bandung.

4 Restoran Kambing Bakar Cairo telah mendirikan delapan buah cabang hingga saat ini. Berikut cabang-cabang yang sampai saat ini telah berdiri: 1. Jl. Gegerkalong Bandung 2. Jl. Pelajar Pejuang Bandung 3. Jl. Sungai Sambas Jakarta 4. Jl. Wolter Monginsidi Jakarta 5. Jl. Kopo Sayati Bandung 6. Cimahi 7. Jl. Kelapa Nias Jakarta 8. Jl. Cihampelas Bandung Harga yang ditawarkan untuk setiap cabang yang ada di kota Bandung berbeda dengan harga yang ditawarkan pada cabang di kota Jakarta. Di Jakarta, harga setiap menu lebih mahal 20% daripada di kota Bandung. Hal ini disebabkan oleh faktor overhead cost yang lebih tinggi di kota Jakarta, meliputi sewa tempat, labor cost, dan lain sebagainya. Berikut dilampirkan pula daftar menu yang disajikan di restoran Kambing Bakar Cairo cabang Kopo Sayati : Tabel 1.1 Daftar Menu Restoran Kambing Bakar Cairo Food Price Kambing Bakar Cairo Small 42,000 Kambing Bakar Cairo Medium 63,000 Kambing Bakar Cairo Large 81,000 Gule Kambing 32,000 Nasi Goreng Kambing 32,000 Nasi Goreng Telur 15,000 Nasi Goreng Biasa 13,000 Nasi Goreng Kambing + Telur 35,000

5 Tongseng Kambing 32,000 Soto Mesir 32,000 Indomie Kari Kambing 17,000 Telur Dadar 8,000 Roti Maryam Biasa 9,000 Roti Maryam Cokelat 13,000 Roti Maryam Keju 15,000 Roti Maryam Cokelat Keju 18,000 Roti Maryam Ice Cream 17,000 Roti Maryam Cokelat + Ice Cream 20,000 Roti Maryam Keju + Ice Cream 22,000 Roti Maryam Cokelat Keju + Ice Cream 24,000 Nasi Putih 6,000 Kuah Gule 5,000 Emping 10,000 Sumber: Restoran Kambing Bakar Cairo Cabang Kopo Sayati Bandung Dari delapan cabang yang saat ini dimiliki, empat di antaranya berada di kota Bandung dan satu di kota Cimahi. Dari keempat cabang tersebut, satu cabang baru berdiri selama beberapa bulan saja. Setelah melakukan observasi pada beberapa cabang, maka dalam penelitian ini penulis menunjuk satu cabang restoran Kambing Bakar Cairo yang berlokasi di Jl. Kopo Sayati Bandung untuk diteliti. Restoran Kambing Bakar Cairo cabang Kopo Sayati memang memiliki tempat yang strategis untuk dicapai karena posisi restoran berada di tepi jalan utama yang sangat ramai dilalui oleh kendaraan. Bangunan restoran cabang Kopo Sayati terdiri dari dua lantai, dimana lantai pertama restoran menyatu dengan toko kue Mayasari.

6 Lantai pertama restoran terlihat lebih kecil dibandingkan dengan lantai kedua. Suasana restoran sebetulnya cukup bersih sehingga terasa nyaman, namun tampak sederhana. Alasan mengapa cabang Kopo yang dipilih oleh penulis untuk diteliti adalah karena dari keempat cabang yang ada di kota Bandung dan satu cabang di kota Cimahi, cabang Kopo lah yang paling kecil pendapatannya. Sebagai informasi, cabang Gegerkalong sudah berdiri selama lima tahun, cabang Pelajar Pejuang berdiri sekitar dua tahun, cabang Cimahi baru berdiri tujuh bulan dan cabang Cihampelas baru menginjak empat bulan. Sedangkan cabang Kopo Sayati sendiri sudah berdiri selama satu tahun. Berikut adalah tabel jumlah pendapatan cabang-cabang tersebut selama satu tahun terakhir, dimulai dari bulan Oktober 2012 sampai September 2013. Tabel 1.2 Jumlah Pendapatan Masing-Masing Cabang Selama Satu Tahun Terakhir Bulan Cab. Geger Cab. Pelajar Cab. Kopo Cab. Cab. Kalong Pejuang Sayati Cimahi Cihampelas Okt 2012 194.880.000 191.520.000 196.560.000 Nov 2012 201.600.000 168.000.000 107.520.000 Des 2012 174.720.000 169.680.000 84.000.000 Jan 2013 188.160.000 174.720.000 100.800.000 Feb 2013 166.320.000 181.440.000 67.200.000 Mar 2013 147.840.000 141.120.000 80.640.000 185.472.000 Apr 2013 161.280.000 193.200.000 73.920.000 166.656.000 Mei 2013 174.720.000 157.920.000 40.320.000 173.376.000 Jun 2013 199.920.000 184.800.000 60.480.000 155.904.000 Jul 2013 154.560.000 134.400.000 85.680.000 143.808.000 186.816.000 Agt 2013 178.080.000 176.400.000 53.760.000 157.248.000 192.192.000

7 Sep 2013 173.040.000 189.840.000 55.440.000 170.688.000 184.128.000 Total Per Tahun Rata-Rata Per Bulan 2.115.120.000 2.063.040.000 1.006.320.000 1.153.152.000 563.136.000 176.260.000 171.920.000 83.860.000 164.736.000 187.712.000 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kambing Bakar Cairo cabang Kopo memiliki pendapatan yang paling kecil. Dibandingkan dengan cabang Cimahi yang baru sekitar tujuh bulan berdiri, dan dengan cabang Cihampelas yang baru hampir empat bulan berdiri, pendapatannya jauh berbeda. Begitu pula dengan cabang Gegerkalong dan Pelajar Pejuang yang sudah lebih lama berdiri, memiliki pendapatan yang juga jauh lebih tinggi daripada cabang Kopo Sayati. Secara keseluruhan, pendapatan restoran di cabang Kopo hanya sekitar kurang lebih 50% dari cabang-cabang yang lainnya. Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan evaluasi kelayakan bisnis di restoran Kambing Bakar Cairo cabang Kopo Sayati Bandung. Penulis memilih jenis analisis berupa evaluasi kelayakan bisnis yang secara spesifik ditinjau dari aspek pemasaran agar penelitian dilakukan secara mendalam dan menyeluruh berkaitan dengan aspek pemasarannya. Ada banyak faktor yang mungkin mengakibatkan kondisi seperti di atas, namun penulis mengasumsikan bahwa aspek pemasaranlah yang paling dominan menjadi penyebab timbulnya permasalahan-permasalahan tersebut dan nanti akan dijelaskan melalui analisis SWOT. Walaupun letaknya mudah untuk dicapai namun kenyataannya tidak menjamin restoran Kambing Bakar Cairo cabang Kopo Sayati mampu menyaingi pendapatan cabang-cabang lainnya. Kondisi masyarakat sekitar, konsumen potensial yang tersedia di wilayah tersebut, layout restoran, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan aspek pemasaran sangat mungkin mempengaruhi kondisi perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan pemilik restoran dan beberapa karyawan restoran Kambing Bakar Cairo cabang Kopo Sayati, maka

8 hasil analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) dari restoran Kambing Bakar Cairo cabang Kopo Sayati adalah sebagai berikut: Kekuatan (Strength) : 1. Produk-produk yang dijual merupakan produk yang masih jarang terdapat di restoran-restoran lain, yaitu menu berbahan daging kambing rendah kolesterol dan bisa dinikmati oleh berbagai kalangan usia. 2. Cita rasa menu yang ditawarkan sulit untuk ditiru karena resep yang digunakan adalah resep asli dari Timur Tengah dengan bumbu dan rempah yang digunakan juga diimpor dari Timur Tengah. 3. Sudah memiliki jaringan yang bagus untuk memenuhi kebutuhan bahan baku (berupa kambing muda) yang sesuai dengan kriteria yang diperlukan. 4. SOP perusahaan sudah jelas dan dijalankan dengan baik. 5. Lokasi restoran yang mudah untuk ditemukan. 6. Sistem operasional produksi yang semakin baik mulai dari hulu ke hilir (mulai dari pemilihan supply bahan baku hingga produk jadi) sehingga kualitas produk semakin terkendali. Kelemahan (Weakness) : 1. Letak restoran berada di dekat perbatasan kota dan kabupaten (tepi kota). 2. Letak restoran berada di tempat yang lalu lintasnya sering mengalami kemacetan. 3. Area restoran lantai pertama yang menyatu dengan toko kue Mayasari sehingga terkesan sempit. 4. Brand image restoran yang belum kuat. 5. Layout restoran yang sangat sederhana. 6. Fasilitas dan pelayanan jasa yang diberikan kepada pelanggan masih sangat minim.

9 Peluang (Opportunity) : 1. Harga daging kambing yang relatif lebih stabil bila dibandingkan dengan harga daging-daging lainnya seperti daging sapi atau ayam yang fluktuatif. 2. Bahan baku berupa daging kambing mudah untuk diperoleh dan melimpah. 3. Nama kota Bandung saat ini sudah semakin dikenal sebagai kota wisata dan kuliner. 4. Jumlah kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara ke kota Bandung yang semakin meningkat. Ancaman (Threat) : 1. Fluktuasi harga pada bahan-bahan pangan secara global akibat situasi ekonomi nasional di tahun 2013. 2. Pola pikir konsumen yang menganggap daging kambing tidak lebih baik dari daging sapi atau ayam sehingga tingkat konsumsi daging kambing di kota Bandung masih tergolong rendah. 3. Tingkat persaingan yang semakin ketat dalam industri kuliner di kota Bandung. 4. Fasilitas dan pelayanan jasa dari pesaing yang lebih unggul. Dari data di atas penulis menyimpulkan bahwa yang menjadi penyebab utama timbulnya masalah di restoran Kambing Bakar Cairo cabang Kopo Sayati adalah dalam aspek pemasarannya. Dapat dilihat bahwa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada restoran di cabang Kopo Sayati sebagian besar termasuk ke dalam analisis aspek Oleh karena itu maka selanjutnya penulis akan memfokuskan evaluasi kelayakan bisnis ini di dalam aspek pemasarannya saja. Sebaiknya sebelum melakukan pengembangan usaha hendaknya dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam untuk mengetahui apakah usaha yang akan

10 dilakukan itu layak atau tidak layak. Kajian semacam inilah yang oleh Husein Umar (2003:12) dikatakan sebagai studi kelayakan bisnis. Secara spesifik, Husein Umar (2003:8) menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis adalah penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Evaluasi kelayakan bisnis terhadap restoran Kambing Bakar Cairo cabang Kopo Sayati Bandung ini dilakukan untuk menganalisis apakah restoran ini layak untuk dilanjutkan atau tidak ditinjau dari aspek pemasarannya. Aspek pemasaran disini terdiri dari dua faktor utama yaitu faktor permintaan dan faktor penawaran. Evaluasi kelayakan bisnis ini juga tidak sekedar untuk menyatakan layak atau tidak layak usaha ini dilanjutkan, tetapi juga untuk mengevaluasi dan mengendalikan taktik atau strategi yang diambil, yang pada intinya adalah bagaimana caranya penelitian ini mampu membuat perusahaan lebih baik ketika dioperasionalkan di masa yang akan datang. Dermawan Wibisono dalam bukunya Riset Bisnis: Panduan Bagi Praktisi dan Akademisi (2008:7) menyatakan bahwa rencana yang baik dapat gagal jika tidak diimplementasikan dengan benar. Apalagi jika rencana tersebut ditetapkan tanpa dasar yang dapat dipertanggungjawabkan, kemungkinan kegagalan akan lebih besar terjadi dalam penerapannya. Karena dalam hal ini perusahaan yang akan diteliti bukanlah perusahaan yang baru dibentuk, melainkan perusahaan yang sudah berjalan secara rutin, maka tahapan yang akan dilakukan dalam studi kelayakan ini adalah dimulai dari tahap penelitian yaitu berupa pengumpulan data, tahap evaluasi, tahap pengurutan usulan yang layak, rencana pelaksanaan, dan implementasi. 1.2. Rumusan Masalah

11 Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gerakan bisnis restoran Kambing Bakar Cairo cabang Kopo Sayati Bandung? 2. Bagaimana kondisi penawaran produk dari restoran Kambing Bakar Cairo cabang Kopo Sayati Bandung? 3. Bagaimana kelayakan usaha restoran Kambing Bakar Cairo cabang Kopo Sayati ditinjau dari aspek pemasarannya? 4. Langkah apa sajakah yang dapat diupayakan untuk membuat perusahaan tersebut layak untuk dilanjutkan ditinjau dari aspek pemasarannya? 1.3. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana gerakan bisnis restoran Kambing Bakar Cairo cabang Kopo Sayati Bandung. 2. Untuk mengetahui bagaimana kondisi penawaran produk dari restoran Kambing Bakar Cairo cabang Kopo Sayati Bandung. 3. Untuk mengetahui bagaimana kelayakan usaha restoran Kambing Bakar Cairo cabang Kopo Sayati ditinjau dari aspek pemasarannya. 4. Untuk mengetahui langkah apa saja yang dapat diupayakan untuk membuat perusahaan tersebut layak untuk dilanjutkan ditinjau dari aspek pemasarannya. 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini dibuat dan disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Strata Satu (S1) Sarjana Pariwisata Program Studi Manajemen Industri Katering di Universitas Pendidikan Indonesia. Namun

12 diharapkan pula penelitian ini juga mampu memberikan kontribusi, baik secara empiris maupun praktis. Secara empiris, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya dalam bidang serupa. Seperti yang telah diketahui bahwa studi kelayakan bisnis sangatlah penting bagi banyak pihak yang ikut terlibat dalam pembangunan maupun pengoperasian suatu usaha. Namun menurut Husein Umar (2003:29) hingga saat ini belum ada bentuk atau jenis penulisan tertentu (untuk studi kelayakan bisnis) yang dianggap baku. Dengan begitu sangat diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi yang aplikatif bagi studi-studi kelayakan bisnis lainnya. Selain itu, penelitian ini dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada dengan mengaplikasikannya langsung di lapangan. Sehingga dapat diketahui apakah teori yang telah ada bersifat aplikatif atau tidak dengan sistem penerapan langsung. Sedangkan secara praktis, hasil dari penelitian ini dapat diterapkan langsung kepada perusahaan yang diteliti, yaitu restoran Kambing Bakar Cairo cabang Kopo Sayati Bandung. Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan segala permasalahan yang ada dapat dievaluasi kemudian dicarikan solusi yang terbaik. Karena tujuan dari dibuatnya evaluasi kelayakan bisnis ini adalah bagaimana caranya agar usaha yang dijalankan dapat menjadi layak untuk dilanjutkan dan dioperasionalkan secara rutin. Sehingga diharapkan perusahaan yang diteliti memiliki prospek yang baik untuk jangka panjang dan tujuan-tujuan dari perusahaan dapat tercapai dengan baik.