PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DESA MASDA MAKMUR, RAMBAH SAMO RIAU DARI PEMBUATAN KOMPOS ASAL KOTORAN SAPI PADA SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK

dokumen-dokumen yang mirip
Permintaan daging sapi yang cenderung meningkat setiap tahunnya di Provinsi Riau,

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak bawah pengawasan pemiliknya. Peran ternak domba di lokasi tersebut

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

Kontribusi Usahatani Padi dan Usaha Sapi Potong Terhadap Pendapatan Keluarga Petani di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK. umum perilaku ekonomi rumahtangga petani di wilayah penelitian.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 kiranya dapat

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak komoditas ekspor. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya tersebut seca

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI LADA MELALUI PERBAIKAN SISTEM USAHATANI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan)

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

PERUBAHAN NILAI PENDAPATAN RUMAH TANGGA TANI DI KAWASAN PRIMA TANI LAHAN KERING DATARAN TINGGI IKLIM BASAH KABUPATEN GIANYAR

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

ADOPSI TEKNOLOGI POLA INTEGRASI TERNAK KAMBING DAN TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

USAHATANI SAYURAN-TERNAK SEBAGAI BASIS AGRIBISNIS PEDESAAN DI LAHAN PASANG SURUT BONGKOR KECAMATAN BASARANG

ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK DOMBA JANTAN MENJELANG HARI RAYA IDUL ADHA

PENDAHULUAN. salah satu negara berkembang yang mayoritas. penduduknya memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

POTENSI INTEGRASI TANAMAN - TERNAK DI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

KAJIAN EKONOMIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PANGAN DENGAN TERNAK KAMBING PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN SUMBAWA

POLA PERTANIAN TERPADU TERNAK DAN TANAMAN HORTIKULTURA DI KOTA PEKANBARU

PEMERINTAH KABUPATEN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DESA MASDA MAKMUR, RAMBAH SAMO RIAU DARI PEMBUATAN KOMPOS ASAL KOTORAN SAPI PADA SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK (Impact of Compost Production from Cow Manure on the Income of The Crop Livestock System Famer at Masda Makmur Village, Rambah Samo Riau) YAYU ZURRIYATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau, Jl. Kaharuddin Nasution No. 341 Km. 10, Pekanbaru ABSTRACT The assessment of farmer income at Masda Makmur Village, Rambah Samo - Riau from producing compost of cow manure in crop livestock system was conducted in 2006. The aims of the assessment was to study the increasing of farmer income from making compost. To compare the management pattern between integrated and non integrated crop livestock system, the treatment was devided into: A = use fermentation of rice straws for feeding cow + compost production; B = existing feeding cow and without compost production. Each treatments consisted of 5 cows placed in a group cage. Feces was collected from the cows to produce compost. Data was tabulated and analysed descriptively, while farming system analysis is done by input - output production and sale value of compost, together with its profit. The efficiency of the farming is calculated by B/C analysis ratio. The result showed, average manure production of the cows rice straws were higher than native grass (8.6 kg/head/day vs 6.0 kg/head/day). The profit of producing compost was Rp. 573,750/month with B/C ratio value 4.5. Increasing farmer income at Masda Makmur Village from producing compost between 35 100% from their income without compost production. Key Words: Income, Compost, Cow Manure ABSTRAK Kajian Peningkatan Pendapatan Petani Desa Masda Makmur, Rambah Samo Riau dari Pembuatan Kompos Asal Manur Sapi Pada Sistem Integrasi Tanaman Ternak, dilaksanakan pada tahun 2006. Tujuan kegiatan ini adalah untuk melihat sejauh mana peningkatan pendapatan petani di desa tersebut dari kegiatan pembuatan kompos. Untuk melihat perbandingan antara pola pemeliharaan tanaman padi-ternak sapi secara terintegrasi dengan pola pemeliharaan ternak sapi non integrasi dengan tanaman padi, dibedakan atas perlakuan : A = penggunaan pakan ternak dari jerami padi fermentasi + pembuatan kompos; B = pakan ternak sesuai kebiasaan petani dan tanpa pembuatan kompos (kontrol). Untuk tiap perlakuan terdiri dari 5 ekor ternak sapi, yang ditempatkan dalam kandang kelompok. Selanjutnya untuk mendapatkan bahan pembuatan kompos (produksi manure sapi), dilakukan collecting feses ternak sapi. Data yang didapat ditabulasikan dan dilakukan analisa secara diskriptif, sedangkan untuk analisa usahatani dilakukan analisa input-output produksi dan nilai penjualan kompos serta tingkat keuntungan yang diperoleh. Untuk melihat efisiensi usaha dilakukan analisa B/C ratio. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa rataan produksi manure dari ternak sapi yang diberikan pakan berupa jerami fermentasi lebih banyak dibandingkan dengan ternak sapi yang diberikan pakan hanya berupa rumput alam (8,6 kg/ekor/hari VS 6,0 kg/ekor/hari). Keuntungan yang diperoleh petani dari pembuatan kompos adalah Rp. 573.750/bulan dengan nilai B/C ratio 4,5. Tambahan pendapatan petani di Desa Masda Makmur dari pembuatan kompos adalah antara 35 100% dari pendapatan mereka tanpa pembuatan kompos. Kata Kunci: Preferensi konsumen, Daging, Susu, Telur, DKI Jakarta 254

PENDAHULUAN Sektor yang menjadi andalan perekonomian adalah sektor yang memiliki ketangguhan dan kemampuan tinggi dalam menghadapi segala situasi gejolak perekonomian dunia. Sektor pertanian telah terbukti sebagai salah satu sektor yang dapat diandalkan ditinjau dari pengalaman saat terjadi krisis moneter pada tahun 1997. Sebagai negara agraris, sebagian besar masyarakat Indonesia terutama di pedesaan menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Ironisnya, salah satu subsektor dilingkup sektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan, tingkat kesejahteraan petani relatif masih jauh dari harapan. Keterbatasan luasan skala usaha, kurangnya modal, rendahnya keterampilan dalam berusahatani dan adanya fluktuasi harga jual komoditi pertanian yang tajam, merupakan faktor yang berperan dalam rendahnya tingkat pendapatan yang diterima petani. Untuk itu perlu upaya dari pihak terkait untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Badan Litbang Pertanian sebagai salah satu lembaga pemerintah yang membawa misi untuk kesejahteraan patani melalui riset telah menghasilkan teknologi tepat guna yang dapat diaplikasikan guna peningkatan pendapatan petani. Diversifikasi usahatani dengan sentuhan teknologi adalah salah satu upaya yang dapat ditempuh guna meraih nilai tambah dari kegiatan usahatani tersebut. Tanaman pangan khususnya padi dan ternak sapi merupakan dua komoditi yang memiliki peluang bisnis bagi petani dalam upaya peningkatan pendapatannya. Dengan mengintegrasikan keduanya dalam satu kegiatan usaha akan diperoleh beberapa manfaat yaitu (1) menurunkan biaya pupuk dalam usaha tanaman padi, karena kotoran ternak dapat digunakan sebagai pupuk (2) menurunkan biaya pakan dalam usaha peternakan (3) mengurangi resiko kegagalan dari usahatani (4) menambah pendapatan petani (5) kesuburan lahan pertanian terpelihara (6) membuka lapangan kerja dan (7) meningkatkan produktivitas tanaman padi dan ternak dalam upaya memenuhi kebutuhan beras dan daging (ANONIMUS, 2000). Tulisan ini merupakan hasil dari kajian yang dilakukan di Desa Masda Makmur Kecamatan Rambah Samo, Kabupaten Rokan Hulu-Riau yang bertujuan untuk melihat sejauh mana peningkatan pendapatan petani di desa tersebut dari hasil pembuatan kompos asal kotoran ternak sapi yang dipelihara secara terintegrasi dengan tanaman padi. MATERI DAN METODE Pengkajian ini dilaksanakan pada tahun anggaran 2006, di Desa Masda Makmur, Kecamatan Rambah Samo, Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Untuk melihat perbandingan antara pola pemeliharaan tanaman padi-ternak sapi secara terintegrasi dengan pola pemeliharaan ternak sapi non integrasi dengan tanaman, dibedakan atas perlakuan: A = penggunaan pakan ternak dari jerami padi fermentasi + pembuatan kompos B = pakan ternak sesuai kebiasaan petani dan tanpa pembuatan kompos (kontrol) Untuk tiap perlakuan terdiri dari 5 ekor ternak sapi, yang ditempatkan dalam kandang kelompok. Proses pembuatan jerami padi fermentasi sebagai pakan dan pembuatan kompos dilakukan berdasarkan metode HARYANTO (2003). Selanjutnya untuk mendapatkan bahan pembuatan kompos, dilakukan pengumpulan kotoran ternak sapi. Peubah yang diukur adalah input-output produksi dan nilai penjualan kompos serta tingkat keuntungan yang diperoleh. Untuk melihat efisiensi usaha dilakukan analisa B/C ratio. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan umum lokasi pengkajian Wilayah pengkajian termasuk kategori agroekosistem lahan kering. Menurut ADININGSIH et al. (1996), pengembangan lahan kering sebagai kawasan pertanian pada umumnya menghadapi beberapa kendala antara lain rendahnya tingkat kesuburan tanah, keracunan hara tertentu seperti aluminium, kandungan bahan organik rendah, kekeringan serta ancaman erosi. Penggunaan pupuk organik untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah pada lahan kering sangat dianjurkan. Pemberian bahan organik dapat 255

meningkatkan ketersediaan unsur N, P dan K, memperbaiki porositas dan drainase tanah, kemampuan tanah untuk menyediakan air, serta meningkatkan kapasitas tukar kation tanah (SUWARDJO et al., 1987 dalam FIANA, 2004). Luas lahan kering di Kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2002 tercatat sebesar 23.374 ha. Dari jumlah tersebut, luas lahan yang ditanami padi gogo tercatat sebesar 1.815 ha dan padi sawah tadah hujan sebesar 1.335 ha. Sementara jumlah ternak sapi di Kabupaten tersebut pada tahun yang sama tercatat sebesar 4.815 ekor (BPS KAB. ROKAN HULU, 2002). Desa Masda Makmur adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Rambah Samo, Kabupaten Rokan Hulu. Topografi desa sebagian besar adalah datar sampai berombak (60%) dan sisanya adalah berombak sampai berbukit. Ketinggian tempat adalah 86 dpl dengan suhu udara rata-rata 28 C dan curah hujan 2313 mm/tahun dengan hari hujan 19 hari. Mata pencaharian utama penduduk adalah sebagai petani tanaman pangan dan petani kebun karet/sawit. Tanaman pangan yang banyak diusahakan adalah padi sawah tadah hujan, padi gogo dan kacang tanah. Pola tanam setahun pada lahan kering yang berkembang di masyarakat adalah kacang tanah bera padi. Kegiatan usahatani ternak yang cukup berkembang di lokasi pengkajian adalah usahatani ternak sapi. Jenis ternak sapi yang dipelihara kooperator adalah sapi Bali dengan rataan kepemilikan ternak relatif kecil yaitu 3 4 ekor. Pemberian pakan pada sapi hanya berupa rumput alam. Selain ternak memperoleh rumput dengan cara digembala di areal pemukiman penduduk, peternak juga menyabitkan rumput alam untuk ternak mereka. Untuk penyediaan hijauan pakan, peternak biasanya menempuh jarak hingga 5 km mencari rumput alam. Mereka biasanya menggunakan sepeda motor. Pada saat ini ditengah mahalnya harga bahan bakar minyak, kondisi ini semakin menyulitkan petani, ditambah jika musim hujan jalan desa sulit dilalui karena becek dan licin. Pemberian pakan ternak berupa jerami padi belum diketahui oleh petani. Biasanya jika petani panen padi, jerami hanya ditumpuk di sawah atau dibakar. Walaupun usahatani ternak sapi merupakan usaha sambilan, dan sifatnya sebagai tabungan bagi keluarga tani, tetapi penerimaan dari penjualan sapi dirasakan sangat besar manfaatnya seperti untuk membangun rumah, membeli sepeda motor atau untuk biaya sekolah anak. Sedangkan pendapatan dari penjualan hasil tanaman pangan dan perkebunan digunakan untuk biaya hidup sehari-hari. Tingkat pendapatan petani di Desa Masda Makmur per bulannya adalah antara Rp. 500.000 1.500.000. Produksi kotoran sapi Untuk menghitung potensi ketersediaan bahan baku kompos berupa kotoran sapi, maka dilakukan pengumpulan kotoran yang dilakukan selama 3 hari untuk mendapatkan rata-rata produksi. Pada Tabel 1 disajikan hasil pengumpulan tersebut. Dari Tabel 1 tersebut diatas terlihat bahwa rataan produksi kotoran dari ternak sapi yang diberikan pakan berupa jerami fermentasi lebih banyak dibandingkan dengan ternak sapi yang diberikan pakan hanya berupa rumput alam. Hal ini diduga berhubungan dengan tingkat konsumsi ternak terhadap pakan dan status fisiologis ternak. Analisa usahatani dari pembuatan kompos Dalam penghitungan analisa usahatani dinilai berdasarkan input-output produksi dan tingkat keuntungan yang diterima petani sesuai dengan harga setempat yang berlaku saat kajian berlangsung. Pada perlakuan B (kontrol), kotoran ternak sapi tidak diproses menjadi kompos, sedangkan pada perlakuan A, kotoran ternak sapi serta sisa pakan dan alas kandang diproses menjadi kompos. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa besar tambahan penghasilan petani dari pembuatan kompos asal kotoran sapi. Proses pembuatan kompos mengunakan bahan-bahan tambahan selain kotoran sapi dan sisa pakan/alas kandang yang tujuannya untuk meningkatkan kandungan hara dan mempercepat proses pelapukan dari bahan kompos. Bahan-bahan tersebut adalah Probion dan urea serta TSP, dengan jumlah pemberian masing-masing adalah 2,5 kg per satu ton bahan kompos. Proses pengomposan berlangsung selama 3 minggu, dimana pada 256

Tabel 1. Hasil pengamatan terhadap produksi kotoran ternak sapi Perlakuan Produksi kotoran (kg/ekor) Rataan produksi kotoran Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 (kg/ekor) A 10,7 8,9 6,7 9,1 8,7 9,4 8,0 8,2 10,6 9,3 6,9 9,3 10,0 9,2 6,6 8,7 Rataan 8,8 8,1 8,9 8,6 B 5,2 5,0 7,3 5,0 5,1 6,0 7,0 6,1 5,5 5,2 7,1 6,4 5,2 5,1 7,1 Rataan 6,0 5,8 6,1 6,0 tiap minggunya dilakukan pembalikan bahan kompos. Pada Tabel 2. disajikan analisa usahatani pembuatan kompos. Penghitungan input pembuatan kompos adalah dari 1 (satu) ton bahan baku kompos (manur sapi + alas kandang/sisa pakan), sehingga untuk mendapatkan 1 ton manur sapi dengan rata-rata produksi 8,6 kg/ekor/hari dari pemeliharaan 5 (lima) ekor ternak sapi diperlukan waktu sekitar 24 hari (± 1 bulan). 8,6 kg/ekor/hari x 5 ekor x 24 hari = 1.032 kg Setelah terbentuk kompos akan terjadi penyusutan bahan kompos sebesar 30%, sehingga dari 1 ton bahan kompos diawal pembuatan, akan didapatkan kompos yang telah jadi dan siap digunakan sebanyak 700 kg. Keuntungan yang diperoleh petani dari pembuatan kompos adalah Rp. 573.750/bulan. Dari nilai B/C ratio 4,5 menunjukkan bahwa kegiatan pembuatan kompos secara ekonomi sangat efisien. Artinya dari tiap 1 satuan input yang dikeluarkan akan didapat keuntungan 450% yaitu sebesar 4,5 satuan. Jika petani secara kontinyu membuat kompos setiap bulannya, berarti akan terdapat tambahan pendapatan petani sebesar 35 100% dari pendapatan sebelumnya. Hasil ini sejalan dengan pendapat DIWYANTO (2001), bahwa Tabel 2. Analisa usahatani dari pembuatan kompos di Desa Masda Makmur 2006 Uraian Pembiayaan Input Probion 2,5 kg @ Rp. 20.000 = Rp. 50.000 Urea 2,5 kg @ Rp. 3.500 = Rp. 8.750 TSP 2,5 kg @ Rp. 3.000 = Rp. 7.500 Tenaga kerja 1 orang x 3 hari @ Rp. 20.000 = 60.000 Jumlah Rp. 126.250 Output Kompos 700 kg @ Rp. 1.000 = Rp. 700.000 Keuntungan Rp. 573.750 B/C Ratio 4,5 257

terjadi peningkatan pendapatan petani pada sistem integrasi padi sapi hingga 100%, dimana sekitar 40% dari hasil tersebut berasal dari pupuk organik/kompos. Hal ini cukup menjadi peluang usaha bagi petani ternak sapi, karena terdapat pangsa pasar yang besar baik untuk tanaman pangan maupun tanaman perkebunan, dimana kebutuhan pupuk kompos cenderung mengalami peningkatan sejalan dengan semakin langka dan mahalnya pupuk anorganik. KESIMPULAN Upaya peningkatan pendapatan petani dapat dilakukan dengan sistem usahatani terpadu/terintegrasi antara tanaman-ternak sapi. Pembuatan kompos dari kotoran sapi merupakan salah satu peluang tambahan pendapatan petani dari kegiatan usahatani terpadu tersebut. Tambahan pendapatan petani di Desa Masda Makmur, Kecamatan Rambah Samo, Kabupaten Rokan Hulu-Riau dari pembuatan kompos adalah antara 35 100% dari pendapatan petani tanpa pembuatan kompos dengan nilai B/C Ratio 4,5. Pembuatan kompos dari kotoran ternak dengan sentuhan teknologi merupakan sumber pendapatan baru bagi petani. DAFTAR PUSTAKA ADININGSIH, J.S., M. SUPARTINI, A. KASNO, MULYADI dan W. HARTATIK. 1996. Teknologi Untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Sawah dan Lahan Kering. Pros. Seminar Temu Konsultasi Sumberdaya lahan Untuk Pembangunan Kawasan Timur Indonesia. Puslit Tanah dan Agroklimat, Bogor. ANONIMUS. 2000. Departemen Pertanian. Pengembangan Corporate Farming, Jakarta. BPS KAB. ROKAN HULU, 2002. Rokan Hulu Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rokan Hulu FIANA, Y., IMAM, S., SOEPARMO, W., TARBIATUL, M., LUDY, K., KRISTIANTO dan M. B. NAPPU. 2004. Usahatani Terpadu antara Tanaman Pangan dan Ternak Sapi Sebagai Penghasil Bakalan. Pros. Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman Ternak. Denpasar 20 22 Juli 2004. DIWYANTO, K. 2001. Model Perencanaan Terpadu: Proyek Integrasi Tanaman Ternak (Crop Livestock System). Bahan Diskusi. Puslitbang Peternakan, Bogor. HARYANTO, B. 2003. Penelitian Dan Pengembangan Peternakan Kabupaten Kampar. Laporan Kerjasama Balitbang Kab. Kampar dengan Balitnak, Ciawi, Bogor (unpublish). 258