BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang semakin sejahtera, makmur dan berkeadilan. Pembangunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi provinsi jawa tengah dipilih karena Tingkat kemiskinan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari BPS dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

BAB III METODE PENELITIAN. wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian kebijakan-kebijakan. yang diambil pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam proses pembangunan ekonomi, manusia berperan cukup penting

BAB III METODE PENELITIAN. PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun

BAB III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN. Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif

III. METODE PENELITIAN. yaitu infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, infrastruktur air, dan tenaga kerja.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan dan. daerah mengalami pertumbuhan ataupun kemunduran.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Jawa Periode tahun karena di Pulau Jawa termasuk pusat pemerintahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta).

3. METODE. Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kab/Kota di 6 Provinsi Pulau Jawa Periode tahun , peneliti mengambil

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian sebagai sektor unggulan. Karena sektor pertanian merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibandingkan dengan produksi sub-sektor perikanan tangkap.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM)

BAB III METODE PENELITIAN. Bangli, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng.

BAB III MODEL REGRESI DATA PANEL. Pada bab ini akan dikemukakan dua pendekatan dari model regresi data

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode

ANALISIS DATA PANEL TIDAK LENGKAP DENGAN TEKNIK ESTIMASI LEAST SQUARE DUMMY VARIABLE (LSDV) (Studi Kasus pada Pertumbuhan Ekonomi Pulau Jawa)

METODE PENELITIAN. terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Lampung

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa negara Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap bangsa, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat, Rencana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tenggara Barat dengan menggunakan data variabel kemiskinan digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil objek di seluruh provinsi di Indonesia, yang berjumlah 33 provinsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penelitian ada tiga jenis, yaitu data deret waktu (time series), data silang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Todaro (2006), ketimpangan dan memberantas kemiskinan untuk mencapai kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

III. METODE PENELITIAN. Untuk mempermudah penelitian ini pada penulisan masalah yang akan dibahas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap, mental dan kelembagaan, ketimpangan, dan mengatasi kemiskinan (Todaro, 2000).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ASEAN. Pengambilan data penelitian ini dilakukan di 7 (tujuh) Negara ASEAN yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB III. Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. belanja modal sendiri terjadi akibat kebutuhan sarana dan prasarana suatu daerah

BAB III METODE PENELITIAN. minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan).

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

III. METODE PENELITIAN. time series yang bersifat kuantitatif, yaitu data berbentuk angka-angka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1.Variabel penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian bersifat kuantitatif yaitu berupa data tahunan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menganalisis pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja terhadap Produk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh negara-negara sedang

ANALISIS DETERMINAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB III METODOLOGI. Kerangka pikir konseptual yang digunakan dalam studi ini secara rinci tergambarkan dalam Gambar 3.1 berikut ini: LATAR BELAKANG

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya upaya pembangunan Negara Sedang Berkembang (NSB) diidentikkan dengan upaya meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan meningkatnya pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan distribusi pendapatan yang dihadapi NSB dapat terpecahkan. Namun kenyataanya tidak demikian. Hal ini terjadi karena angka-angka yang ditunjukkan oleh pendapatan nasioanal bruto (Gross National Product) atau produk domestik bruto kurang peka dalam mengungkapkan masalah-masalah kemiskinan dan pengangguran. Apalagi ditambah kenyataan bahwa jurang perbedaan antara kelompok kaya dan miskin yang semakin melebar seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi tersebut (Arsyad, 2010). Paradigma baru dalam pembangunan meredefinisikan pembangunan sebagai sebuah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk struktur sosial, sikap masyarakat, dan institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja (Widodo, 2006). Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pembangunan adalah proses mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan merata. Tingkat kesejahteraan secara ekonomi ditunjukkan dengan meningkatnya 1

2 kemakmuran masyarakat yang akan berkorelasi dengan tingkat konsumsi sebagai akibat meningkatnya pendapatan masyarakat. Berbagai upaya telah ditempuh pemerintah untuk meningkatkan taraf kesejahteraan penduduknya baik dari segi kinerja perekonomiannya maupun penciptaan pemerataan kue pembangunan. Upaya tersebut diantaranya mengurangi penduduk miskin dengan meningkatkan tingkat kesejahteraannya. Tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di suatu negara tergantung pada dua faktor utama, yakni: (1) tingkat pendapatan na sional rata-rata, dan (2) lebar sempitnya kesenjangan distribusi pendapatan. Setinggi apapun tingkat pendapatan nasional perkapita yang dicapai oleh suatu negara, selama distribusi pendapatannya tidak merata, maka tingkat kemiskinan di negara tersebut pasti akan tetap parah. Demikian pula sebaliknya, semerata apapun distribusi pendapatan suatu negara, jika tingkat pendapatan nasional rataratanya rendah, maka kemelaratan juga akan semakin meluas (Todaro dan Smith, 2011). Para peneliti kemiskinan telah memiliki konsensus pada Copenhagen Programme of Action of the World Summit for Social Development tahun 1995 yang menyebutkan bahwa kemiskinan mempunyai berbagai wujud, termasuk kurangnya pendapatan dan sumber daya produktif yang memadai untuk menjamin kelangsungan hidup; kelaparan, dan kekurangan gizi; kesehatan yang buruk; keterbatasan akses pendidikan dan pelayanan dasar lainnya; peningkatan morbiditas dan peningkaan kematian akibat penyakit; tunawisma dan perumahan yang tidak memadai; lingkungan yang tidak aman; dan diskriminasi sosial dan pengucilan. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia yaitu terwujudnya suatu masyarakat yang cerdas, adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual.

3 Permsalahan kemiskinan masih menjadi isu utama dalam pembangunan sosial ekonomi di Indonesia. Upaya mengatasi kemiskinan pun telah dilakukan antara lain dengan menyediakan beberapa kebutuhan dasar seperti kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian, bantuan langsung tunai (BLT), dan berbagai program jaring pengaman sosial lainnya. Usaha-usaha ini lumayan berhasil untuk mengangkat derajat hidup rakyat Indonesia, terbukti dengan turunnya angka kemiskinan di Indonesia (gambar 1-1). Gambar 1-1 Perkembangan Kemiskinan di Indonesia Tahun 2004-2011 Gambar Error! No text of specified style in document..1 Sumber: BPS, 2012 Berdasar gambar 1-1 nampak bahwa tingat kemiskinan di Indonesia dari tahun 2004 hingga tahun 2011 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2004 tingkat kemiskinan sebesar 16,66 persen turun hingga menjadi 12,49 persen pada tahun 2011. Hanya terjadi peningkatan di tahun 2006 menjadi 17,75 persen, hal ini terjadi karena pada tanggal 1 September 2005 terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang menyebabkan kenaikkan harga-harga barang kebutuhan sehari-.hari yang mengakibatkan terjadinya penurunan daya beli masyarakat sehingga jumlah penduduk miskin meningkat. Peningkatan jumlah penduduk miskin tersebut berasal dari penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilannya berada di sekitar garis kemiskinan, lalu bergeser posisinya

4 menjadi miskin akibat kenaikan harga BBM dan barang-barang kebutuhan pokok. Namun pada tahun 2006 hingga 2011 kembali terjadi penurunan tingkat kemiskinan yang cukup signifikan, yaitu dari 17,75 persen di tahun 2006 menjadi 12,49 persen di tahun 2011. Kemiskinan pada tingkat nasional jika dilihat berdasar distribusinya, maka pulau Jawa merupakan daerah yang terbesar kantong kemiskinannya. Secara detail hal ini dapat dilihat pada tabel 1-1. Tabel 1-1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau Tahun 2009-2011 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 No Kelompok Pulau Jumlah Jumlah Jumlah % % (Juta) (Juta) (Juta) % 1 Sumatera 5,3 17,3 6,7 21,4 6,5 21,5 2 Jawa 18,1 59,1 17,3 55,8 16,7 55,7 3 Kalimantan 2,2 7,3 2,2 7,1 0,9 3,2 4 Bali dan Nusa Tenggara 1 3,3 1 3,3 2,1 6,9 5 Sulawesi 2,5 8,1 2,3 7,6 2,1 7,2 6 Maluku dan Papua 1,5 4,9 1,5 4,8 1,7 5,5 Total 32,5 100 31 100 30 100 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2012 Berdasarkan data BPS mengenai jumlah dan persentase penduduk miskin menurut provinsi, terdapat persebaran penduduk miskin antar pulau yang nyata perbedaannya. Lebih dari separuh penduduk miskin di Indonesia berada di Pulau Jawa yaitu tahun 2009 sebesar 59,1%, tahun 2011 menurun menjadi 55,7%. Selama rentang tahun 2009 2011, penurunan persentase penduduk miskin terbesar terjadi di Pulau Sulawesi dan kenaikan persentase penduduk miskin terbesar terjadi di Pulau Bali dan Nusa Tenggara. Persentase penduduk miskin di Jawa periode 2009-2010 terbesar diduduki oleh Jawa Tengah pada urutan pertama, Daerah Istimewa Yogyakarta pada urutan kedua dan

5 jawa Timur pada urutan ketiga. Pada tahun 2011 posisi Jawa Tengah bertukar dengan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur tetap pada urutan ketiga dengan angka 14,23 persen. Angka ini di atas tingkat kemiskinan nasional yaitu 12,49 persen. Walaupun demikian penurunan penduduk miskin di Jawa Timur tercatat tercepat dibanding provinsi lainnya yaitu sebesar 1,03 persen (tabel 1-2). Tabel 1-2 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2009-2011 Perkembangan kemiskinan No. Provinsi 2009 2010 2011 2009-2010 2010-2011 1. DKI Jakarta 3,62 3,48 3,75-0,14 0,27 2. Jawa Barat 11,96 11,27 10,65-0,69-0,62 3. Banten 7,64 7,16 6,32-0,48-0,84 4. Jawa Tengah 17,72 16,56 15,76-1,16-0,8 5. DI Yogyakarta 17,23 16,83 16,08-0,4-0,75 6. Jawa Timur 16,68 15,26 14,23-1,42-1,03 Nasional 14,15 13,33 12,49-0,84-0,82 Sumber: BPS Jawa Timur, 2012 Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis masalah kemiskinan dalam sekripsi yang berjudul Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran, dan Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Tahun 2009-2011. B. Rumusan Masalah Menurut Bank Dunia salah satu sebab kemiskinan adalah karena kurangnya pendapatan dan aset (lack of income and assets) untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan dan tingkat kesehatan dan pendidikan yang dapat diterima (acceptable). Di samping itu kemiskinan juga berkaitan dengan keterbatasan lapangan

6 pekerjaan dan biasanya mereka yang dikategorikan miskin ( the poor) tidak memiliki pekerjaan (pengangguran), serta tingkat pendidikan dan kesehatan mereka pada umumnya tidak memadai. Mengatasi masalah kemiskinan tidak dapat dilakukan secara terpisah dari masalah-masalah pengangguran, pendidikan, kesehatan dan masalah-masalah lain yang secara eksplisit berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Dengan kata lain, pendekatannya harus dilakukan lintas sektor, lintas pelaku secara terpadu dan terkoordinasi dan terintegrasi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2011? 2. Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2011? 3. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2011? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelititan ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2011. 2. Menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2011.

7 3. Menganalisis pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2011. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada: 1. Bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pengambilan kebijakan terutama dalam hal kemiskinan. 2. Bagi Bappeda dan BPS sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan perencanaan pembangunan. 3. Sebagai referensi penelitian yang akan datang yang berkaitan dengan kemiskinan. E. Metode Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah penggabungan dari deret waktu (time series) dari tahun 2009-2011 dan deret lintang (cross section) sebanyak 38 data kabupaten/kota di Jawa Timur yang menghasilkan 114 observasi. Dalam model data panel persamaan model dengan menggunakan data gabungan dari time series dan cross section, maka model dapat ditulis dengan : keterangan: Y it = β 0 + β 1 X it + µ it i t = 1, 2,..., N = 1, 2,..., T

8 Y X N T = variabel dependen = variabel independen = banyaknya observasi = banyaknya waktu N T = banyaknya data panel Ada tiga metode data panel (Juanda dan Junaidi, 2012), sebagai berikut: 1. Metode Common-Constant (Pooled Ordinary Least Square /PLS) Pendekatan PLS ini menggunakan metode OLS biasa. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana. Dalam estimasinya diasumsikan bahwa setiap individu memiliki intersep dan slope yang sama (tidak ada perbedaan pada dimensi cross section). Dengan kata lain, regresi panel data yang dihasilkan akan berlaku untuk setiap individu. 2. Metode Fixed Effect (Fixed Effect Model/FEM) Pada metode FEM, intersep pada regresi dapat dibedakan antarindividu karena setiap individu dianggap mempunyai karakteristik tersendiri. Dalam membedakan intersepnya dapat digunakan variabel dummy, sehingga metode ini juga dikenal dengan model Least Square Dummy Variable (LSDV). Model efek tetap ini menambahkan sebanyak (N-1) variabel dummy (D i ) ke dalam model dan menghilangkan satu sisanya untuk menghindari kolinearitas sempurna antar variabel penjelas. Dalam pendekatan efek tetap, akan terjadi degree of freedom. Keputusan memasukkan variabel boneka ini harus didasarkan pada pertimbangan statistik karena dengan melakukan penambahan variabel boneka ini akan dapat mengurangi banyaknya degree of freedom yang pada akhirnya akan mempengaruhi keefisienan dari parameter yang diestimasi.

9 3. Metode Random Effect (Random Effect Model/REM) Keputusan untuk memasukkan variabel boneka dalam model efek tetap (fixed effect) tak dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan konsekuensi (trade off). Penambahan variabel boneka ini akan dapat mengurangi banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Model data panel yang di dalamnya melibatkan korelasi antar error term karena berubahnya waktu karena berbedanya observasi dapat diatasi dengan pendekatan model komponen error (error component model) atau disebut juga model efek acak(random effect). Asumsinya adalah error secara individu juga tidak saling berkorelasi begitu juga dengan error kombinasinya. Dengan menggunakan model efek acak, maka dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan semakin efisien. 4. Estimasi Model Regresi Dengan Panel Data Penelitian ini berusaha menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, dan pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten/kota di Jawa Timur, menggunakan data time series selama 3 tahun terakhir yang diwakili data tahunan dari 2009-2011 dan data cross section sebanyak 38 data mewakili kabupaten/kota di Jawa Timur. Dengan fungsi persamaan data panelnya dapat dituliskan sebagai berikut : K it = α + β 1 Y it + β 2 TPT it + β 3 AMH it + u it

10 keterangan : K Y TPT = tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Jawa Timur = pertumbuhan PDRB atas harga konstan kabupaten/kota di Jawa Timur = tingkat pengangguran kabupaten/kota di Jawa Timur AMH = angka melek huruf kabupaten/kota di Jawa Timur α = intersep β 1, β 2, β 3, β 4 = koefisien regresi variabel bebas u it i = komponen error di waktu t untuk unit cross section i = 1, 2, 3,..., 38 (data cross section kabupaten/kota di Jawa Timur) t = 1, 2, 3 (data time series, tahun 2009-2011) F. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab satu merupakan pendahuluan diawali dengan latar belakang masalah, dan dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode analisis data dan sistematika penulisan. Bab dua merupakan landasan teori yang berisi tentang teori-teori yang terkait dengan kemiskinan meliputi pengertian kemiskinan, macam-macam kemiskinan, penyebab kemiskinan, indikator kemiskinan, faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan, penelitian-penelitian terdahulu dan hipotesis. Bab tiga merupakan metodologi penelitian yang menguraikan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, variabel penelitian, dan definisi operasional, metode analisis data serta estimasi model regresi dengan panel data.

11 Bab empat merupakan gambaran umum penelitian dan analisis data yang menguraikan gambaran umum penelitian, analisis data dan intepretasi ekonomi. Bab lima merupakan penutup berisi tentang kesimpulan dan saran Daftar pustaka berisi sumber-sumber dari literatur yang digunakan dalam penelitian. Lampiran berisi input variabel dan hasil-hasil regresi.