PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

dokumen-dokumen yang mirip
V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

PENGARUH LIMBAH SEKAM PADI DAN DAUN PISANG KERING SEBAGAI MEDIA TAMBAHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

BAB III METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TUGAS AKHIR SB091358

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi.

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TAMBAHAN MOLASE DENGAN DOSIS YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TUMBUH CAMPURAN JERAMI PADI DAN TONGKOL JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG YANG BERBEDA

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA LIMBAH SEKAM PADI DAN DAUN PISANG KERING SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (PLEUROTUS OSTREATUS) PADA MEDIA TAMBAHAN SERABUT KELAPA (COCOS NUCIFERA)

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guru Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi.

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat. Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

98 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) ABSTRAK

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TAMBAHAN SERABUT KELAPA (Cocos nucifera)

Pengembangan Media Dasar Jerami untuk Pertumbuhan dan. Produktifitas Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) dengan

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

BAB I PENDAHULUAN. terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG TONGKOL JAGUNG PADA MEDIA TANAM TERHADAP BERAT BASAH JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SEBAGAI BAHAN AJAR BIOLOGI

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) AKIBAT KONSENTRASI PEMBERIAN MOLASE (GULA MERAH)

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur shiitake dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

PENGARUH PUPUK KANDANG AYAM DAN SERBUK GERGAJI SENGON PADAMEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN. DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH(Pleorotus ostreatus )

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

PENGARUH TAKARAN DOSIS BEKATUL PADA MEDIUM SERBUK KAYU KARET TERHADAP HASIL PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

Makalah Seminar Hasil. PENGARUH KOMPOS DAUN GAMAL DAN MOLASE SEBAGAI NUTRISI TAMBAHAN DALAM BAGLOG TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)

PENGARUH KOMBINASI TAKARAN DEDAK DAN LAMA PENGOMPOSAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

III.TATA CARA PENELITIAN


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Peneliti : Imam Mudakir 1 Mahasiswa Terlibat : - : BOPTN Dirlitabmas Kementerian Pendidikaan dan Kebudayaan

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM

Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo. Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN KARDUS DAN AIR LERI TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) YANG DITANAM PADA BAGLOG

PENGOLAHAN LIMBAH BAGLOG JAMUR DENGAN INOKULUM KOTORAN HEWAN SAPI SECARA AEROB UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM NASKAH PUBLIKASI A 420090101 Disusun Oleh: NUNING PURI HANDAYANI A 420100147 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM Nuning Puri Handayani, A 420100147, Program Studi Pendidikan Biologi, Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014. ABSTRAK Jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus) merupakan jamur yang mudah tumbuh dan berkembang dengan baik pada media pertumbuhan yang mengandung lignoselulosa serta zat hara seperti N, P, dan K. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram putih (Pleorotus Ostreatus) dengan menggunakan media campuran serbuk gergaji kayu sengon, ampas tebu, dan arang sekam. Penelitian ini menggunakan desain penelitian satu faktor rancangan acak lengkap yaitu media campuran serbuk gergaji kayu sengon, ampas tebu dan arang sekam dengan bobot total 1500g /baglog dan dilakukan dua ulangan. Hasil penelitian menyatakan jumlah ratarata tertinggi lama penyebaran miselium dengan rerata 33,5 per hari, berat basah jamur tiram puith dengan rerata 135 g, lama hari panen dengan rerata 53,5 per hari pada perlakuan M2 (Media serbuk serbuk gergaji 900 g dan ampas tebu 600 g). Selanjutnya data diuji dengan ANOVA satu jalur. Hasil ini membuktikan bahwa penambahan media campuran serbuk gergaji kayu sengon, ampas tebu, dan arang sekam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram putih. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram putih meningkat pada media campuran serbuk gergaji 900 g dan ampas tebu 600 g. Kata kunci: Jamur tiram putih, kayu sengon, ampas tebu, arang sekam

A. Pendahuluan Jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus) merupakan jamur yang mudah tumbuh dan berkembang dengan baik pada media pertumbuhan yang mengandung lignoselulosa. Banyak limbah organik yang mengandung lignoselulosa umumnya dibuang, dibakar atau berupa pengomposan untuk mengurangi penumpukan sampah. Penumpukan sampah organik ini dapat diatasi dengan cara memanfaatkan limbah yang mengandung lignoselulosa. Media tumbuh atau substrat yang umum digunakan pada jamur tiram adalah serbuk kayu albasiah (sengon). Kayu ini dipilih karena bahannya yang lunak, sehingga memudahkan proses pengukusan dan penyerapan nutrisi serta senyawa-senyawa lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur (Fadillah, 2010). Kayu sengon mengandung selulosa (49,40%), hemiselulosa (24,59%), lignin (26,8%), abu (0,60%), silika (0,20%) (Martawijaya,dkk, 1989). Konsekuensi akan timbul masalah apabila serbuk gergaji sukar diperoleh di lokasi budidaya jamur tiram. Substrat alternatif jamur tiram putih banyak tersedia dan mudah di dapat salah satunya adalah ampas tebu dan arang sekam. Masyarakat dan produsen jamur tiram belum banyak mengetahui kegunaan ampas tebu dan arang sekam sebagai media tanam jamur tiram. Ampas tebu merupakan limbah dari pabrik gula. Sama dengan limbah kapas, limbah ini umumnya ditemukan di daerah tertentu yang menjadi sentra penglohan tebu (Suharjo, 2012). Ampas tebu yang dihasilkan pada pabrik gula cukup besar dapat mencapai 30-40% dari bobot tebu yang diolah. Ampas tebu tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik. ampas tebu mengandung 22,4% C, ratio C/N 33,6, kadar air 5,3%, kadar N 0,25-0,60%, kadar fosfat 0,15-0,22%, dan 0,2-0,38% K 2 O (Hasibuan, 2004). Arang sekam banyak digunakan sebagai pengganti tanah karena bisa menahan zat kimia yang bermanfaat bagi tanaman. Arang sekam mengandung unsur Karbon (C) tinggi, Sumber Kalium (K) untuk

menggemburkan media tanam, Nitrogen (N), dan mangan (Mn) (Redaksi Trubus, 2006). Arang sekam (kuntan) adalah sekam yang berwarna hitam, yang dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna. Komposisi arang sekam paling banyak adalah SiO 2, yaitu 52% dan C sebanyak 31%. Memiliki PH 8,5-9,0 dan menghilangkan pengaruh penyakit khususnya bakteri dan gulma (Istiqomah, 2012). Media serbuk gergaji kayu sengon sudah biasa dipergunakan sebagai media pertumbuhan jamur tiram putih. Ampas tebu dan arang sekam belum banyak orang yang memanfaatkan dan menggunakannya sebagai media penganti atau media campuran serbuk gergaji kayu sengon. Untuk itu pebelitian bertujuan meneliti penggunaan media campuran serbuk gergaji kayu sengon, ampas tebu, dan arang sekam. B. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian dilakukan di Penelitian ini dilaksanakan di Budidaya Jamur Bpk Maksum, Desa Pokoh Baru, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten karanganyar. Pada bulan Januari-Maret 2014. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial (RAL) dengan 1 faktor yaitu media campuran serbuk gergaji kayu sengon, ampas tebu, dan arang sekam 2 kali ulangan. Pelaksanaan penelitian sebagai berikut: Pembuatan Media Pertumbuhan, pertama mengayak serbuk ampas tebu padat dengan menggunakan ayakan berukuran 5mm. Memperoleh serbuk gergaji kayu sengon dan ampas tebu yang seragam karena didalamnya terdapat potongan- potongan kayu dan tebu yang cukup besar dalam serbuk gergaji kayu sengon dan ampas tebu padat. Menimbang bahan-bahan pembuatan media tanam yang akan di gunakan sesuai kebutuhan. Kemudian melakukan penimbang arang sekam sesuai kebutuhan. Menimbangan kapur kawur dan bekatul sesuai kebutuhan. Mencampuran bahan-bahan yang telah ditimbang dicampur dengan serbuk gergji kayu sengon, ampas tebu dan arang sekam, beri air secukupnya. Dalam proses pencampuran diusahakan tidak

terdapat gumpalan karena dengan tidak meratanya media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur. Bahan yang sudah tercampur kemudian ditutup dengan plastik terpal, kemudian melakukan pengomposan selama dua hari. Tujuan pengomposan untuk melapukan bahan-bahan, terutama serbuk kayu sengon dan ampas tebu. Tahap selanjutnya pembungkusan media pada plastik polypropilen. Pembungkusan dilakukan dengan menggunakan plastik polypropilen (PP) karena plastik ini relative tahan terhadap panas. Pembungkusan dilakukan dengan memasukan bahan yang telah dicampur kedalam plastik PP dan dipadatkan dengan botol. Setelah media dipadatkan, ujung plastik disatukan dan dipasang cincin (paralon) kemudian ditutup dengan kertas koran dan diikat dengan karet sehingga bungkusan akan menyerupai botol. Tahapan setelah pembungkusan adalah sterilisasi media. Sterilisasi menggunakan drum bekas yang telah dimodifikasi seperti pengukus sterilisasi dilakukan selama 6-8 jam, dengan suhu 100 C. Tahapan setelah sterilisadi adalah pendinginan media, media didinginkan pada suhu kamar, selama 24 jam sehari. Setelah media disinginkan selama 24 jam, tahapan selanjutnya adalah inokulasi. Pertama menyiapkan alat dan bahan untuk inokulasi mensterilkan telapak tangan, alatalat seperi pinset, api dari spirtus dengan menggunakan alkohol 70%. memakai masker untuk mencegah kontaminasi. mengambil log dan membuka kertas koran penutup. mensterilkan tongkat inokulasi ke dalam alkohol 70% kemudian dibakar dalam api spirtus. mengambil bibit jamur tiram putih dengan jarum osek sebanyak 2 tutup botol paralon dan memasukkan ke dalam log sambil digoyang-goyang agar bibit rata didalam baglog. memasang ketas koran penutup kembali Tahapan selanjutnya inkubasi, menyimpanan media yang telah diinokulasi di ruang tertentu yang bersuhu lebih kurang 25 C atau pada suhu kamar sampai terlihat putih diseluruh permukaan kantong plastik. Tahap yang terpenting adalah pemeliharaan. Tahap pemeliharaan dari masa setelah inkubasi sampai panen. Melakukan penyiraman dengan menggunakan selang

air pada lantai kumbung setiap pagi. Tahap pertumbuhan ini berupa penyobekan baglog. Penyobekan dilakukan pada bagian bawah dengan alat pinset. Penyobekan 2 sampai 3 tempat. Tutup atau kertas koran penutup dibuka.setelah dibuka dalam waktu kurang lebih 7 hari tubuh buah akan tumbuh. Tahap terakhir yaitu pangamatan parameter, lama penyebaran miselium (hari): melaksanakan penghitungan hari sampai miselium memenuhi baglog pada ulangan 1 dan 2. Berat basah (g) ulangan 1 dan 2: menimbang berat basah ulangan 1 dan 2. C. Hasil penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian selama tiga bulan tentang pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram (pleurotus ostreatus) pada media campuran serbuk gergaji kayu sengon, ampas tebu dan arang sekam diperoleh data pengamatan tentang lama penyebaran miselium dan berat basah jamur tiram putih Tabel 1 Rerata pertumbuhan dan produktivitas tiram putih dengan media campuran serbuk gergaji kayu sengon, ampas tebu, dan arang sekam. VARIABEL PENELITIAN Lama penyebaran Berat basah jamur miselium (hari) (g) M 0 38,5 85 M 1 44,5** 75** M 2 33,5* 135* M 3 41,5 105 M 4 34 95 M 5 42,5 92,5 Keterangan: * Rerata jamur tiram putih dengan jumlah paling tinggi ** Rerata jamur tiram putih dengan jumlah paling rendah Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan produktivitas (lama penyebaran miselium dan berat basah jamur) jamur tiram putih dengan media campuran serbuk gergaji kayu sengon, ampas tebu, dan arang sekam

menunjukkan kecenderungan hasil paling tinggi pada perlakuan media M 2 (pertumbuhan dengan dosisi serbuk gergaji kayu sengon 900 g dan dosis ampas tebu 600 g) dengan rerata lama penyebaran miselium 33,5 hari dan berat basah jamur 135 g. Rerata pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram putih paling rendah adalah pada perlakuan M 1 (pertumbuhan dengan dosisi serbuk gergaji kayu sengon 1200 g dan dosis arang sekam 300 g) dengan rerata lama penyebaran miselium 44,5 hari dan berat basah jamur 75 g. Ratarata pertumbuhan dan produktivitas dapat dilihat pada Gambar 2 RERATA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH 140 135 120 100 80 60 85 75 92.5 95 105 Pertumbuhan Miselium Berat Basah Jamur 40 38.5 44.5 33.5 41.5 34 42.5 20 0 M0 M1 M2 M3 M4 M5 Gambar.2 Histogram rerata pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram putih Gambar. 2 menunjukkan bahwa rerata pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram putih pada parameter pertumbuhan miselium pada perlakuan M 1 (Media pertumbuhan dengan dosis serbuk gergaji 1200 g, ampas tebu 0 g, arang sekam 300 g) rerata pertumbuhan miselium paling banyak yaitu 44,5 hari artinya pada perlakuan M 1 pertumbuhan miseliumnya paling lama dibandingkan pada perlakuan lainnya. Pada perlakuan M 2 (Media pertumbuhan dengan dosis serbuk gergaji kayu sengon 900 g dan ampas tebu 600 g) rerata pertumbuhan miselium paling

sedikit yakni 33,5 hari artinya pada perlakuan M 2 pertumbuhan paling cepat dibandingkan pada perlakuan lainnya. Pada media perlakuan M 2 menunjukkan hasil yang nyata dibandingkan perlakuan yang lainnya, karena pada media campuran serbuk gergaji kayu dengon dan ampas tebu memiliki kandungan selulosa, lignin, dan unsur hara yang dibutuhkan jamur tiram putih dalam proses pertumbuhan miselium. Kecepatan pertumbuhan dan penyebaran miselium juga dipengaruhi proses dekomposisi bahan. Proses dekomposisi bahan cepat, maka unsur-unsur hara seperti N, P, K dapat diserap oleh jamur dengan cepat dan pertumbuhan miselium dapat tumbuh dengan optimal. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan miselium selain media, faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan miselium jamur tiram putih. Miselium dapat tumbuh optimal pada suhu sekitar 22-28 C. Pada pembentukan miselium diperlukan kelembapan relatif 70-80%. PH ideal untuk pertumbuhan miselium anatar 5 sampai 7. Kadar air optimum pada media jamur adalah 45-60% (Fadillah, 2010). Pada parameter berat basah jamur pada perlakuan M 1 (Media pertumbuhan dengan dosis serbuk gergaji 1200 g, ampas tebu 0 g, arang sekam 300 g) rerata berat basah jamur tiram putih paling sedikit, yakni 75 g. Pada perlakuan M 2 (Media pertumbuhan dengan dosis serbuk gergaji kayu sengon 900 g dan ampas tebu 600 g) rerata berat basah jamur tiram paling banyak yakni, 135 g. Ampas tebu mengandung karbon, nitrogen, kadar air, fosfat, dan K 2 O. Karbon 22,4%, kadar air 5,3%, kadar nitrogen 0,25-0,60%, kadar fosfat 0,15-0,22%, dan 0,2-0,38% K 2 O (Hasibuan, 2004). Kayu sengon memiliki kandungan selulosa (49,40%), hemiselulosa (24,59%), lignin (26,8%), abu (0,60%), silika (0,20%) (Martawijaya,dkk, 1989). Pada perlakuan M 1 berat basah jamu relatif sedikit.hal ini karena media yang diguanakan kurang unsur hara. Unsur hara pada media optimum akan menghasilkan hasil yang optimum.

D. Simpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada Pengaruh nyata media campuran serbuk gergaji kayu sengon, ampas tebu, dan arang sekam pada perlakuan M 2 terhadap lama penyebaran miselium dengan rerata 33,5 hari, 2. Ada Pengaruh nyata media campuran serbuk gergaji kayu sengon, ampas tebu, dan arang sekam pada perlakuan M 2 terhadap berat basah dengan rerata 135 g, 3. Media campuran serbuk gergaji kayu sengon, ampas tebu dan arang sekam dapat digunakan untuk pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram putih. DAFTAR PUSTAKA Fadillah, Nur. 2010. Tips Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Genius Publisher. Martawijaya, Kartasujana, A.I., Mandang, Y.I, Prawira, S.A, dan Kadir, K. 1989. Altas Kayu Indonesia Jilid II. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan. Hasibuan, B. E. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Istiqomah, Siti. 2012. Menanam Hidroponik. Jakarta: Ganeca Exact. Redaksi Trubus. 2006. Majalah Tanaman Trubus. Jakarta: Trubus Swadaya. Suharjo, Enjo. 2012. Bertanam Jamur Merang Di Media Kardus, Limbah Kapas, Dan Limbah Pertanian. Jakarta: Agro Media.