BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Kota Bandar

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk

I. PENDAHULUAN. Administrasi publik yang dipandang oleh Chandler dan Plano dalam Pasolong

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial, politik, pendidikan

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan di suatu daerah merupakan tanggung jawab pemerintah dan

KEBIJAKSANAAN PROMOSI PROGRAM KELUARGA BERENCANA MELALUI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DI BANDAR LAMPUNG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

GAMBARAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. kebudayaan, kota ini merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -


I. PENDAHULUAN. dalam bentuk barang publik maupun jasa publik pada prinsipnya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

I. PENDAHULUAN. tinggi dan tidak terkendalikan akan berpengaruh terhadap semakin menurunnya

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

I. PENDAHULUAN. untuk menyajikan data suatu wilayah. Dengan salah satu fungsi peta tersebut sebagai

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. mencitrakan (to describe), menerangkan sifat bumi, serta menganalisa gejalagejala

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai Undang undang No.17 Tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai penyebab banyaknya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan satu aspek yang penting dalam kehidupan. negara serta wujud dari upaya negara dalam memenuhi kepentingan

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013

KATA PENGANTAR. Pandeglang, 29 November 2013 KEPALA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN PANDEGLANG

I. PENDAHULUAN. tidak segera mendapatkan pemecahannya. Jumlah penduduk yang besar dapat. menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan setiap keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung. Selain merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 40 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

IV. GAMBARAN UMUM. A. Profil Wali Kota Bandar Lampung. Drs. H. Herman HN, MM dilahirkan dari keluarga sederhana pada tanggal 17

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah satu pilar

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Sensus Penduduk tahun 2000 menunjukkan, penduduk Indonesia

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang paling besar jumlah

IV. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. lingkungan memiliki Ketua RT, di Lingkungan Satu terdapat 21 RT dan di

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan berkelanjutan, karena di samping sebagai pelaksana pembangunan, penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung, selain

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono ( 2012:2) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara

BAB I PENDAHULUAN. mengajarkan kepada orang bagaimana memanfaatkan pandangan yang begitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masalah kependudukan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

III. METODELOGI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang selalu meningkat di setiap tahunnya

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung

I. PENDAHULUAN. yang adil, makmur dan sejahtera. Salah satu strateginya adalah melalui

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistika, 2012). Berdasarkan gambar 1.1 terjadi peningkatan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung tumbuh menjadi kota yang memiliki pusat aktivitas pemerintahan dan perekonomian di Provinsi Lampung. Sebagai pusat kegiatan Provinsi Lampung, Kota Bandar Lampung memiliki berbagai fasilitas publik. Berbagai bentuk pelayanan bagi wilayah di Kabupaten atau Kota lain di Provinsi Lampung pun banyak berpusat di Kota ini, baik di bidang perniagaan, jasa, pendidikan, kesehatan, pemerintahan dan sebagainya. Seiring dengan tumbuhnya Kota Bandar Lampung sebagai pusat perekonomian dan pemerintahan, penduduk di Kota Bandar Lampung juga terus meningkat setiap tahunnya. Data tahun 2010-2014 menunjukan bahwa jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung terus mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 1.1: Jumlah Penduduk di Kota Bandar Lampung Tahun Total (jiwa) 1 2010 881.801 2 2011 891.374 3 2012 902.885 4 2013 942.002 5 2014 960.695 Sumber : lampung.bps.go.id Dari tabel 1.1 menunjukan bahwa jumlah penduduk Kota Bandar Lampung terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 tercatat jumlah penduduk Kota Bandar

2 Lampung sebanyak 881.801 jiwa. Tahun 2011 jumlah tersebut meningkat sebesar 1,1% menjadi 891.374 jiwa. Peningkatan terjadi kembali ditahun 2012 sebesar 1,3% menjadi 902.885 jiwa. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, peningkatan jumlah penduduk Kota Bandar Lampung ditahun 2013 justru meningkat signifikan sebesar 4,3% menjadi 942.002 jiwa. (Sumber: lampung.bps.go.id, diakses pada 1 agustus 2014, 14.00 wib). Dengan meningkatnya jumlah penduduk tersebut, Kota Bandar Lampung memiliki kepadatan penduduk 3.086 jiwa per km² (Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Lampung 2013, www.depkes.go.id, diakses pada 3 agustus 2014, 15.00 wib). Peningkatan jumlah penduduk turut mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk di Kota Bandar Lampung. Laju pertumbuhan penduduk menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional atau BKKBN (2012:3) dipengaruhi oleh 3 komponen yaitu migrasi atau mobilitas penduduk, fertilitas (kelahiran), dan mortalitas (kematian). Migrasi atau mobilitas penduduk menjadi salah satu faktor meningkatnya jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung. Tumbuhnya Kota Bandar Lampung sebagai pusat perekonomian dan administrasi pemerintahan, menyebabkan banyak penduduk dari Kota atau Kabupaten lain datang ke Kota tersebut. Faktor lain yang juga ikut meningkatkan jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung adalah fertilitas atau kelahiran. Tingkat kelahiran berkaitan erat dengan fungsi reproduksi dalam sebuah keluarga. Salah satu dari kedelapan fungsi keluarga adalah fungsi reproduksi. Fungsi reproduksi menurut BKKBN (2009:53) adalah fungsi yang hakiki karena manusia harus dapat melanjutkan keturunannya

3 dan diharapkan adalah keturunan yang berkualitas. Fungsi reproduksi memberikan hak suami dan istri dalam sebuah keluarga dapat menyalurkan kebutuhan biologisnya secara sah. Konsep Fertilitas menurut BKKBN (2009:3) adalah kemampuan seorang wanita untuk melahirkan hidup sorang anak. Fertilitas dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Sementara itu, pasangan Usia Subur (PUS) menurut konsep BKKBN (2009:12-16) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas secara langsung. Pasangan Usia Subur (PUS) merupakan salah satu yang mempengaruhi fertilitas secara langsung. Pasangan suami-istri yang tergolong dalam PUS adalah pasangan suami-istri yang produktif, berusia 15-49 tahun dan masih berpotensi menghasilkan keturunan. Pasangan suami-istri yang masih produktif dalam suatu keluarga akan menentukan jumlah kelahiran dalam keluarga tersebut. Jumlah PUS yang tinggi turut mempengaruhi bertambahnya penduduk, termasuk di Kota Bandar Lampung. Tabel 1.2 menunjukkan jumlah PUS di Kota Bandar Lampung Tahun 2013. Tabel 1.2: Data PUS di Kota Bandar Lampung Tahun 2013 Pasangan Usia Subur (PUS) Wanita Usia Subur (15-49 tahun) Kota Bandar 163.340 278.505 Lampung Keluarga Pra Sejahtera (KPS) Jumlah 47.692 75.628 Keluarga Sejahtera I (KS-I) Jumlah 41.067 74.711 Sumber: Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tingkat Kota Tahun 2013 BKKB-PP Kota Bandar Lampung

4 Dari tabel 1.2 diatas terlihat jelas bahwa jumlah PUS Kota Bandar Lampung pada tahun 2013 cukup tinggi. Tingginya PUS tersebut tentunya mempengaruhi tingkat fertilitas. Tabel diatas juga menunjukkan adanya jumlah PUS yang tinggi dari Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera I (KS -I). Jumlah PUS dari KPS dan KS-I sebesar 88.759 jiwa atau 54,3% dari jumlah PUS yang ada di Kota Bandar Lampung. Keluarga yang tergolong KPS dan KS-I adalah keluarga yang termasuk dalam keluarga miskin. Dalam pendataan keluarga, BKKBN membagi keluarga miskin menjadi 2 yaitu, KPS dan KS-I. KPS menurut BKKBN (2009:7) adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan pokok (pangan), sandang, papan, kesehatan, dan spiri tual dan pendidikan. Sedangkan, KS I adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya (socio psychological needs), seperti kebutuhan ibadah, makan protein hewani, pakaian, ruang untuk interaksi keluarga, dalam keadaan sehat, mempunyai penghasilan, bisa baca tulis latin dan keluarga berencana. Fertilitas bukan hanya dipengaruhi oleh PUS dari kelurga yang tergolong mampu, tapi juga di pengaruhi oleh keluarga kurang mampu atau keluarga miskin. Salah satu fungsi yang juga penting dalam suatu keluarga adalah fungsi ekonomi. Sebuah keluarga yang berfungsi ekonomi menurut BKKBN (2009:52) yaitu dengan bertanggung jawab bagi masing-masing anggota keluarga untuk menjamin kebutuhan ekonomi mereka dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

5 PUS dari keluarga yang tergolong miskin hanya melaksanakan fungsi reproduksi tanpa diimbangi dengan fungsi ekonominya. Apabila fungsi reproduksi dilakukan tanpa pembatasan dan fungsi ekonomi tidak dapat terpenuhi secara seimbang, maka tidak akan tercipta keluarga yang sejahtera dan berkualitas, dan kelahiran dari keluarga miskin akan semakin meningkat. Dari tabel 1.2 terlihat jumlah PUS dari keluarga miskin (KPS dan KS-I) cukup tinggi. Jumlah PUS dari KPS dan KS- I ini tersebar di 20 kecamatan di Kota Bandar Lampung. Tabel 1.3 di bawah ini menunjukan jumlah KPS dan KS-I, di Kota Bandar Lampung pada tahun 2013. Tabel 1.3: Data KPS dan KS-I Kota Bandar Lampung Tahun 2013 No Kecamatan KPS KS-I 1 Kedaton 2.616 2.654 2 Sukarame 2.676 2.920 3 T.Karang Barat 4.388 2.487 4 Panjang 4.868 4.211 5 T.Karang Timur 2.383 2.075 6 T.Karang Pusat 2.983 4.468 7 T.Betung Selatan 3.494 2.447 8 T.Betung Barat 2.512 1.855 9 T.Betung Utara 2.690 3.163 10 Rajabasa 1.566 2.808 11 Tanjung Seneng 1.156 3.237 12 Sukabumi 4.396 4.201 13 Kemiling 3.057 7.330 14 Enggal 1.233 2.490 15 T.Betung Timur 4.273 2.496 16 Way Halim 4.206 4.548 17 Kedamaian 2.816 3.649 18 Langkapura 2.399 2.090 19 Labuhan Ratu 1.873 4.314 20 Bumi Waras 4.123 3.039 Jumlah 59.709 66.482 Sumber : Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tingkat Kota Tahun 2013 BKKB-PP Kota Bandar Lampung Dari tabel 1.3 diatas menunjukan bahwa tahun 2013 jumlah KPS dan KS-I sebesar 126.191 jiwa. Jumlah KPS sebesar 47,3% dengan jumlah tertinggi tersebar di Kecamatan Panjang sebesar 8,1% dan terendah berada di Kecamatan Tanjung

6 Seneng sebesar 1,9%. Sedangkan jumlah KS-I sebesar 52,7% dengan jumlah tertinggi tersebar di Kecamatan Kemiling sebesar 11,0% dan terendah di Kecamatan Teluk Betung Barat sebesar 2,7%. Data KPS dan KS-I tahun 2013 menunjukan bahwa masih tingginya jumlah keluarga yang tergolong miskin di Kota Bandar Lampung. Pembatasan tingkat kelahiran ( fertilitas) menjadi salah satu upaya dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk, termasuk dari KPS dan KS-I. Undangundang Nomor 52 tahun 2009 Tentang Pembangunan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera bahwa pengendalian kuantitas penduduk salah satunya lewat pengendalian kelahiran. Dalam rangka mengendalikan laju pertumbuhan penduduk terutama dari keluarga yang termasuk dalam KPS dan KS-I, maka pemerintah membentuk sebuah program nasional yang disebut dengan Keluarga Berencana (KB) bagi KPS dan KS-I. Keluarga-keluarga yang tergolong dalam keluarga miskin ini, berpotensi meningkatkan pertumbuhan penduduk di Kota Bandar Lampung. Maka dari itu, keikutsertaan masyarakat miskin juga diperlukan untuk menekan tingkat kelahiran, khususnya di Kota Bandar Lampung. Program KB bagi KPS dan KS-I diciptakan untuk mempermudah masyarakat miskin dalam mendapatkan akses pelayanan untuk ber-kb. BKKBN (2012:3) menerangkan bahwa program KB bagi KPS dan KS-I dilaksanakan oleh BKKBN atau BKKB-PP (Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan) tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota bekerja sama dengan Pemerintah Daerah. Program KB ini diperuntukan bagi tergolong KPS dan KS-I

7 dapat memperoleh pelayanan KB secara gratis melalui program Jaminan Kesehatan Masyarakat atau Daerah ( Jamkesmas atau Jamkesda). Program ini dapat diperoleh di rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, klinik kesehatan milik pemerintah, dan mobil KB keliling yang telah disediakan pemerintah. Peraturan Kepala BKKBN Nomor: 406/PER/E1/2012 Program KB tentang Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana dalam Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, menetapkan bahwa dalam rangka meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB khususnya bagi keluarga miskin perlu adanya penyempurnaan pedoman pelayanan KB berkualitas bagi masyarakat miskin yang dibiayai pemerintah melalui program Jaminan Kesehatan Masyarakat atau Daerah (Jamkesmas atau Jamkesda). Peraturan Kepala BKKBN diatas menjadi dasar untuk menjamin kebutuhan ber-kb bagi KPS dan KS-I. Hal ini di tegaskan dalam Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 pasal 58 Tentang Pembangunan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, pasal 41 ayat 1 paragraph 2 tentang keluarga berencana menyebutkan bahwa pemerintah menjamin kebutuhan dasar bagi penduduk miskin. BKKBN memiliki visi yaitu Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun 2015. Untuk mewujudkan penduduk yang tumbuh seimbang perlu dilakukan upaya pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk, dan pengarahan mobilitas penduduk. Upaya pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui KB. Melalui program KB maka setiap keluarga dapat merencanakan kehidupannya menjadi lebih baik yaitu dengan membentuk keluarga kecil yang berkualitas, termasuk keluarga yang tergolong KPS dan KS-I.

8 Namun, pada kenyataanya masih terdapat masalah dalam pelaksanaan program KB bagi KPS dan KS-I. Masih terdapat keluarga miskin yang termasuk dalam PUS akan tetapi tidak ber-kb. Masyarakat miskin dengan tingkat pendidikan dan kesejahteraan yang rendah memiliki angka kelahiran yang jauh lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat pendidikan dan kesejahteraan yang lebih tinggi. Masyarakat miskin sebagian besar cenderung kurang memperhitungkan dalam memiliki anak. Dari hasil prariset dan wawancara yang dilakukan peneliti pada 6 Oktober 2014, di Kampung Umbul Asem Laut, Kelurahan Keteguhan, Kecamatan Teluk Betung Barat, menunjukan keluarga miskin memiliki angka kelahiran yang tinggi. Ibu S salah satu warga kampung Umbul Asem Laut, Kelurahan Keteguhan, Kecamatan Teluk Betung Barat yang berusia 45 tahun, mengatakan memiliki 14 orang anak dan tidak pernah ber-kb. Wawancara juga dilakukan peneliti dengan Ibu K, warga di kampung Umbul Asem Darat, Kelurahan Keteguhan, Kecamatan Teluk Betung Barat. Ibu K berusia 41 tahun menuturkan dirinya memiliki 10 orang anak. Sedangkan, hasil wawancara yang dilakukan pada 29 Oktober 2014, di Komplek UKA, Kelurahan Karang Maritim, Kecamatan Panjang, menunjukan pula bahwa terdapat angka kelahiran yang cukup tinggi dari keluarga miskin. Salah satunya, ibu M berusia 40 tahun memiliki 5 orang anak. Kebanyakan keluarga miskin cenderung tidak ber-kb karena berbagai alasan. Salah satu yang menjadi alasan yaitu biaya, apalagi penggunaan beberapa alat kontrasepsi KB untuk jangka panjang tidaklah murah. Keterbatasan ekonomi membuat keluarga miskin ini mendahulukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Rendahnya upah bekerja dan banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi,

9 membuat urusan ber-kb bukanlah menjadi kebutuhan yang diutamakan. Ibu S warga Umbul Asem Laut, Kelurahan Keteguhan, Kecamatan Teluk Betung Barat, mengatakan alasan lain tidak pernah ber-kb karena menganggap masa produktifnya dalam memiliki anak akan berhenti dengan sendirinya. Selain itu, minimnya pendapatan keluarga dan masih terdapat anak-anak ibu S yang masih bersekolah. Berbeda dengan ibu S, ibu K memilih tidak menggunakan KB sejak tahun 1991. Ibu K menuturkan beliau tidak ber-kb karena mengalami keguguran sebanyak 4 kali padahal telah menggunakan KB. Selain itu, keterbatasan biaya juga menjadi alasan ibu K tidak ber-kb. Penyebab lainnya, yaitu ketidaktahuan keluarga miskin tentang program KB yang bisa didapatkan secara gratis, termasuk tata cara pengurusan administrasi untuk mendapatkan pelayanan KB. Ibu S, ibu K dan ibu M mengatakan tidak mengetahui jika layanan KB bisa didapatkan secara gratis. Pelayanan ber-kb di Puskesmas justru didapatkan dengan mengeluarkan biaya sekitar 20-25 ribu. Mereka mengakui memiliki Jamkesmas atau Jamkesda namun tidak mengetahui jika bisa digunakan untuk ber-kb. Kebanyakan pelayanan KB di peroleh dari praktek Bidan swasta atau apotik dengan harga yang sama. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 1.4. Tabel 1.4: Jumlah Peserta KB dan Bukan Peserta KB KPS dan KS-I tahun 2013 Jumlah Peserta KB Jumlah PUS Bukan Peserta KB No Menurut Jalur Pelayanan Hamil Ingin anak Ingin anak Tidak ingin anak lagi Pemerintah Swasta segera ditunda 1 KPS 19.760 11.224 1.755 4.063 5.080 5.810 2 KS-I 17.760 8.982 1.502 3.790 4.815 4.273 Jumlah 57.671 31.088 Sumber : Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tingkat Kota Tahun 2013, BKKB-PP Kota Bandar Lampung

10 Dari tabel 1.4 jelas terlihat bahwa PUS yang termasuk peserta KB dari KPS dan KS-I tahun 2013 sebesar 57.671 jiwa. Sedangkan, PUS yang tidak termasuk dalam peserta KB sebesar 31.088 jiwa. Selain penyebab diatas, banyak PUS dari keluarga miskin melakukan pernikahan di usia yang relatif muda. Rendahnya keinginan melanjutkan pendidikan dan terbatasnya biaya menjadi penyebab meningkatnya perkawinan di usia muda. Ibu B warga kampung Umbul Asem Darat, Kelurahan Keteguhan, Kecamatan Teluk Betung Barat, berusia 19 tahun yang memiliki 2 orang anak, menjelaskan bahwa dirinya menikah di usia 15 tahun. Ibu B hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) dan tidak melanjutkan sekolahnya karena memilih bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Jika PUS pada keluarga miskin memiliki jumlah yang besar, tentunya jumlah kelahiran juga semakin tinggi. Apabila angka kelahiran pada penduduk miskin tidak dikendalikan justru akan menambah jumlah penduduk dan dapat mempersulit jalannya pembangunan. Perlunya dilakukan pembatasan kelahiran pada setiap keluarga secara tepat tanpa mengurangi hak-hak reproduksi dalam keluarga tersebut. Oleh karena itu, program KB bagi keluarga KPS dan KS-1 diharapkan dapat mengendalikan jumlah penduduk. Untuk mencapai visi penduduk tumbuh seimbang tahun 2015, keikutsertaan dari keluarga miskin memiliki peran yang penting. Masih banyaknya permasalahanpermasalahan terkait pelaksanaan program, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Evaluasi Dampak Program KB bagi Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera 1 (KS-I) di Kota Bandar Lampung (Studi di BKKB-PP Kota Bandar Lampung).

11 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan program KB bagi Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera 1 (KS-1) di Kota Bandar Lampung? 2. Bagaimana dampak program KB bagi Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera 1 (KS-1) di Kota Bandar Lampung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan-permasalahan pokok yang terdapat dalam penelitian ini, maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Mengevaluasi pelaksanaan program KB bagi Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera 1 (KS-1) di Kota Bandar Lampung. 2. Mengevaluasi dampak program KB bagi Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera 1 (KS-1) di Kota Bandar Lampung D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dalam Ilmu Administrasi Publik, khususnya studi tentang evaluasi kebijakan publik. 2. Secara Praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi dasar Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKB-PP) Kota Bandar Lampung dalam menyempurnakan kebijakan, khususnya kebijakan Keluarga Berencana (KB) di waktu yang akan datang.