Infeksi jamur yang mampu membentuk biofilm biasanya sulit disembuhkan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang Permasalahan. Infeksi jamur patogen masih menjadi permasalahan

Profil Candida penyebab kandidemia dan pola kepekaan terhadap anti jamur pada pasien sakit kritis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusuno

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) dapat diartikan sebagai

FARMASI USD Mei Oleh : Yoga Wirantara ( ) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. saluran cerna, dan saluran genitourinarius. Bahkan, jamur ini kadang-kadang dijumpai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah istilah yang dipakai untuk infeksi kulit dan selaput lendir

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rongga mulut. Kandidiasis oral paling banyak disebabkan oleh spesies Candida

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mukosa saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan genitalia wanita (Jawetz dkk.,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. HUBUNGAN ANTARA SIFAT DAN METABOLIT Candida spp. DENGAN PA TOGENESIS KANDIDIASIS

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

BAB 1 PENDAHULUAN. menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah menjadi. disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan oleh Candida

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh. jamur Candida sp. Kandidiasis merupakan infeksi

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIFUNGI AIR PERASAN LOBAK (Raphanus sativus L.) TERHADAP Candida albicans SECARA In Vitro

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditempati oleh berbagai penyakit infeksi (Nelwan, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan infeksi karena jamur banyak ditemukan (Nasution, 2005).

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV. PENETAPAN HAYATI DENGAN MIKROBIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Staphylococcus epidermidis (S. epidermidis) merupakan salah satu spesies dari genus bakteri

ISOLASI SPESIES CANDIDA DARI TINJA PENDERITA HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan saat ini banyak industri

BLASTOMYCES DERMATITIDIS ABSTRAK

Mohammad Reynalzi Yugo a dan Ridhawati b. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi. berbagai jenis tanaman herbal. Potensi obat herbal atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu (Pseudohifa).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans dan Aspergillus yang menyebabkan mukormikosis. Selama

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Indonesia, termasuk didalamnya penyakit infeksi jamur. Infeksi jamur sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah sekelompok infeksi yang disebabkan oleh Candida

PENGGOLONGAN OBAT ANTIFUNGI

AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN ALAMANDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit, saluran pencernaan, saluran pernafasan dan saluran kemih. 5 Invasi Candida spp pada

All about Tinea pedis

EFEK XYLITOL TERHADAP RESISTENSI CANDIDA ALBICANS DALAM SERUM (UJI IN VITRO) SKRIPSI

BAB I. PENDAHULUAN. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian

Ringkasan. Ringkasan

BAB 1 : PENDAHULUAN. jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) memiliki aktivitas antibakteri dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur (Ayuningtyas, 2011). Jenis

25 Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Lokasi Pengambilan Contoh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebersihan terutama pada kehidupan sehari hari. Dalam aktivitas yang relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Wani Devita Gunardi, dr. SpMK RS EKA BSD

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, infeksi C.albicans dapat

ISOLASI CANDIDA SP DAN POLA KEPEKAANNYA TERHADAP BERBAGAI ANTIJAMUR DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UGM

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENGUJIAN ANTIBIOTIK ISOLAT STREPTOMYCES DARI RIZOSFER FAMILIA POACEAE TERHADAP Escherichia coli

BAB I PENDAHULUAN. dan penelanan. Kehilangan gigi merupakan tanggalnya gigi dari soketnya yang

bahan yang diperoleh adalah tetap dalam isopropil alkohol dan udara kering menengah diikuti oleh budidaya pada Sabouraud agar.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang di daerah beriklim tropis, termasuk di Indonesia. Candida dapat

BAB I PENDAHULUAN. Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

Pengaruh Frekuensi Menguras Terhadap Jumlah Candida sp. Pada Air Bak Toilet Wanita di SPBU Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 METODE PENELITIAN. (True experiment-post test only control group design). Dalam penelitian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi yang didapat pada pasien di Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Vaginal Candidiasis merupakan infeksi pada vagina dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. dan kandidiasis. Dermatomikosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh

ABSTRAK. PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTICANDIDA INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle Lynn) SEGAR DENGAN SABUN CAIR PEMBERSIH VAGINA KEMASAN SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman binahong (Andredera cordifolia (Tenore) Steen) dan bertekstur kasar (Rochani N, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan praktik kedokteran modern. Saat ini penggunaan kateter

Perbandingan Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) dengan Ketokonazol 2% dalam Menghambat Pertumbuhan Candida sp. pada Kandidiasis Vulvovaginalis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari daun sirih adalah sebagai berikut : 13,14

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Antibiotik merupakan substansi yang sangat. bermanfaat dalam kesehatan. Substansi ini banyak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

ABSTRAK. UJI EFEK ANTIFUNGI EKSTRAK AIR TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria) SECARA IN VITRO TERHADAP Candida albicans

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak

ASPERGILLUS FUMIGATUS

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN GLUKOSA DAN WAKTU INKUBASI PADA MEDIA SDA (Sabaroud Dextrose Agar) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Candida Albicans.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90% onikomikosis disebabkan oleh

(Cryptococcus neoformans)

A. KARAKTERISTIK UMUM FUNGI

Transkripsi:

biofilm pada bakteri, sedangkan biofilm pada jamur yang berkaitan dengan kedokteran masih sedikit. Infeksi jamur yang mampu membentuk biofilm biasanya sulit disembuhkan dengan terapi konvensional karena resisten terhadap agent antimikrobial. Biofilm Candida sp menunjukkan resistensi terhadap antifungal spektrum luas yang tersedia saat ini. Hal ini berimplikasi pada kebutuhan obat antimikrobial dengan target yang spesifik terhadap infeksi berkaitan dengan pembentukan biofilm. Penggunaan obat yang efektif untuk melawan infeksi yang berkaitan dengan pembentukan biofilm dapat membawa perkembangan besar pada pengobatan infeksi jamur (Mary A., 2004) Beberapa pola kepekaan antifungal terhadap Candida sp telah dipelajari dalam beberapa penelitian. Uji aktivitas antifungal dilakukan dengan berbagai macam metode, salah satunya adalah metode dilusi cair. Metode ini digunakan untuk mengukur MIC (Minimum Inhibitory Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimal) yaitu konsentrasi antifungal terkecil yang mampu menghambat pertumbuhan jamur dan mengukur MBC (Minimum Bactericidal Concentration) atau KBM (Kadar Bunuh Minimal) konsentrasi antifungal terkecil yang mampu membunuh pertumbuhan jamur. Penelitian pada 34 pasien dengan kandidiasis vulvovaginalis (KVV/KVVR) di URJ Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo menunjukkan sebanyak 52,94% disebabkan Candida albicans, sedangkan Candida non-albicans sebagai penyebab pada 41,18% pasien. Pola kepekaan in vitro obat antijamur terhadap beberapa spesies Candida, Candida albicans menunjukkan 16,7% resisten terhadap itrakonazol dan 5,6% resisten terhadap flusitosin. Candida glabrata menunjukkan 50% resisten terhadap itrakonazol. Candida tropicalis menunjukkan 75% resisten terhadap itrakonazol dan 25% resisten terhadap flukonazol ( Srihartati dkk., 2011) 11

Penelitian uji kepekaan pada kasus Kandidemia menunjukkan hasil uji kepekaan 101 (92,65) isolat masih peka terhadap flukonazol, hanya tiga isolat sensitive depends on dose (SDD) dan lima isolat resisten terhdap flukonazol. Hasil pemeriksaan terhadap vorikonazol 108 (99,08%) isolat peka sedangkan satu isolat SDD dan tidak ditemukan isolat yang resisten. Flukonazol masih tetap dapat digunakan untuk pengobatan kandidemia, sedangkan penggunaan Vorikonazol harus lebih hati-hati karena dalam waktu kurang dari 10 tahun telah ditemukan isolat SDD yang menunjukkan diperlukan dosis yang lebih tinggi untuk pengobatan kandidemia dengan vorikonazol (Wahyuningsih, 2009) Penelitian tentang Pola Kepekaan Isolat Candida albicans dari Lesi Kandidosis Kutis Terhadap Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol di Poliklinik Mikologi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta terdapat 45 subyek penelitian menunjukkan pola kepekaan isolat C. albicans terhadap ketokonazol 100% sensitif, terhadap itrakonazol 91,1% sensitif, 6,7% intermediate, dan 2,2% resisten, serta terhadap flukonazol 93,3% sensitif dan 6,7% intermediate. ( Agustina, 2010) Penelitian tentang pola kepekaan antifungal Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol terhadap isolat Candida sp yang mampu membentuk biofilm dan melihat perbedaan pola kepekaan antifungal antara isolat Candida sp dalam bentuk Biofilm dengan isolat Candida sp dalam bentuk Planktonik masih jarang dilakukan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka beberapa masalah yang akan diteliti adalah: 1. Apakah isolat klinik Candida sp koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM memiliki kemampuan memproduksi biofilm dan berapakah intensitasnya? 2. Bagaimanakah pola kepekaan isolat klinis Candida sp Planktonik terhadap antifungal Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol berdasarkan nilai MIC ( Minimal Inhibitory Concentration)? 12

3. Bagaimanakah pola kepekaan isolat klinis Candida sp Biofilm terhadap antifungal Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol berdasarkan nilai MIC ( Minimal Inhibitory Concentration)? 4. Apakah terdapat perbedaan pola kepekaan isolat klinis Candida sp Planktonik dengan isolat klinis Candida sp Biofilm koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM terhadap antifungal Ketokonazol, Itrakonazol, dan Flukonazol? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji: 1. Kemampuan memproduksi biofilm dan intensitas biofilm isolat klinik Candida sp koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM 2. Pola kepekaan isolat klinik Candida sp planktonik koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM terhadap antifungal Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol. 3. Pola kepekaan isolat klinik Candida sp biofilm koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM terhadap antifungal Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol. 4. Perbedaan pola kepekaan isolat klinik Candida sp planktonik dengan isolat klinik Candida sp biofilm koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM terhadap antifungal Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol D. Keaslian Penelitian Gordon Ramage dkk. ( 2001) meneliti tentang karakteristik pembentukan biofilm Candida albicans.karakteristik biofilm C albicans pada 96 well microtitre plate diamati secara mikroskopik dan dimonitor aktivitas metabolisme sel biofilm dengan metode colorimetric menggunakan modified tetrazolium salt (2,3-bis(2-methoxy-4-nitro-5-sulfophenyl)-2H-tetrazolium-5-carboxanilide, XTT). Karakteristik pembentukan biofilm Candida 13

albicans terjadi perlekatan awal sejak 0-2 jam hingga tahap pematangan setelah 24-48 jam. Pemeriksaan dengan XTT-reduction menunjukkan hubungan yang linear antara kepadatan sel biofilm dengan aktifitas metabolisme C albicans. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengamatan kemampuan memproduksi biofilm berdasarkan nilai OD dan pemeriksaan kepekaan antifungal dengan pengamatan aktivitas metabolisme berdasarkan uji kolorimetri menggunakan 3-(4,5-dimethyl-2-thiazolyl)-2,5- diphenyl-2h-tetrazolium bromide (MTT) G. Marshall Lyon ( 2010) melakukan penelitian tentang Antifungal Susceptibility Testing of Candida Isolates from the Candida Surveillance Study. Dilakukan pemeriksaan antifungal susceptibility testing untuk memonitor proporsi beberapa spesies Candida yang menyebabkan penyakit invasif. Penelitian meliputi 41 institusi yang terlibat dalam surveillance. Hasil memunjukkan distribusi spesies Candida terbanyak adalah C. Albicans sebanyak 2.567 (43.5%) isolates. Resistensi terhadap fluconazole terjadi pada 1.2% isolat C. albicans dan 5.9% isolat C. glabrata Dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan Antifungal Susceptibility Testing terhadap isolat klinik Candida sp pada Laboratorium Mikrobiologi dan mengamati proporsi spesies Candida albicans dan Candida non albicans Dag I. dkk ( 2010) melakukan penelitian Evaluation of different detection methods of biofilm formation in clinical Candida isolates" dilakukan skrining terhadap 411 isolat klinis Candida spp menggunakan metode microtiter plate ( MTP), visual tube (TM) dan Congo Red Agar (CRA) untuk menentukan kemampuan membentuk Biofilm dan mengevaluasi reliabilitas metode tersebut sebagai metode skrining yang bisa digunakan. Akurasi metode TM dan CRA juga dievaluasi menggunakan MTP sebagai metode rujukan. Sebanyak 159 ( 38,7%) isolat Candida spp menunjukkan adanya biofilm secara fenotipik 14

dengan metode MTP. Dari ketiga metode yang diteliti, metode MTP direkomendasikan sebagai metode yang paling sensitif, mudah dikerjakan dan aplikatif untuk pemeriksaan rutin. Dalam penelitian ini akan dilakukan pemeriksaan produksi biofilm isolat klinik Candida sp dengan metode MTP dan pengukuran produksi biofilm isoalat klinis Candida sp dengan pengecatan Crystal Violet. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini akan memberi sumbangan pada disiplin ilmu mikrobiologi maupun untuk para klinisi antara lain: 1. Mengetahui kemampuan isolat klinik Candida sp koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM dalam memproduksi biofilm 2. Mengetahui pola kepekaan isolat klinik Candida sp planktonik dan isolat klinik Candida sp biofilm koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM terhadap antifungal Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol berdasarkan persentase sensitif dan resisten 3. Memberikan informasi tentang perbedaan pola kepekaan isolat klinik Candida sp planktonik dengan isolat klinik Candida sp biofilm koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM terhadap antifungal Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penatalaksanaan kasus infeksi Candida sp dengan memilih pemberian terapi antifungal yang tepat. 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Candida sp. Candida adalah jamur tergolong yeast sebagai penyebab utama terjadinya mikosis opportunistik di seluruh dunia. Candida ditemukan sebagai flora normal pada kulit, mulut,membran mukosa, vagina dan saluran pencerrnaan. Candida juga bersifat patogen atau berkolonisasi, ditemukan pada lingkungan seperti daun, bunga, air dan tanah. Candida sp berkolonisasi pada permukaan mukosa manusia selama atau segera setelah dilahirkan, terkadang terjadi infeksi endogen. Beberapa genus Candida terutama menyebabkan mikosis sistemik Candidiasis, terutama disebabkan oleh C albicans, C tropicalis, C parapsilosis, C glabrata, C guilliermondii, and C dubliniensis ( Jawetz M.A., 2005) Candida tumbuh sebagai sel-sel ragi bertunas dan oval (berukuran 3-6 µm). Jamur ini juga membentuk pseudohifa ketika tunas-tunas tumbuh tetapi gagal memisahkan diri, menghasilkan rantai sel-sel yang memanjang yang terjepit atau tertarik pada septasi-septasi diantara sel-sel. Candida albicans bersifat dimorfik, yaitu jamur ini juga menghasilkan hifa sejati (Brooks dkk., 2005). Pada media kultur maupun di dalam jaringan, Candida sp dapat dilihat sebagai sel berbentuk oval atau sel bertunas dengan ukuran 3-6 μm. Jamur ini membentuk pseudohyphae apabila proses budding berlanjut dengan tanpa disertai penglepasan sel bentukan baru. Tidak seperti spesies Candida lainnya C. albicans bersifat dimorfik, sehingga dapat dijumpai pula dalam bentuk hyphae (true hyphae). Candida sp dapat ditumbuhkan di atas medium agar pada 37⁰C atau suhu kamar selama 24 jam akan tumbuh membentuk koloni lembut, dan disertai bau khas ragi (Brooks dkk., 2005). 16

C. albicans dapat dibedakan dari spesies Candida yang lainnya dengan cara tes morfologi sederhana, yaitu dengan germ tubes test dan pembentukan chlamydospora. Germ tube test dapat dilakukan dengan menginkubasi jamur dengan serum selama 90 menit pada 37 C. Pada tes ini C. albicans akan mulai untuk membentuk hyphae yang dapat diamati di bawah mikroskop. Pembentukan Clamydospora dapat dilakukan dengan membiakkan C. albicans pada media yang miskin nutrisi. Pemeriksaan menggunakan fermentasi dan asimilasi gula-gula dapat dipakai untuk mengidentifikasi species Candida lain, seperti C. tropicalis, C. parapsilosis, C. guilliermondii, C. kefyr, C. krusei, dan C. lusitaniae. C. glabrata merupakan spesies yang unik karena hanya berbentuk sel ragi tanpa pseudohypha (Brooks dkk., 2005). Candida merupakan organism dimorfik, karena pada tubuh manusia, Candida dapat ditemukan 2 fenotip yang berbeda, yaitu blastospore (blasroconidia), bentuk fenotip yang bertanggung jawab dalam transmisi dan penyebaran, termasuk pada fase bloodstream dan kolonisasi asimptomatik pada vagina, serta germinated yeast, bentuk fenotip yang dapat menginvasi jaringan dan menimbulkan simptomatik karena bentuk ini dapat menghasilkan mycelia (Wibowo dan Taufik A., 2010). a. Klasifikasi Kingdom : Fungi Subkingdom : Dikarya Phylum Subphylum Class Order Genus : Ascomycota : Saccharomycotina : Saccharomycetes : Saccharomycetales : Candida Spesies : Candida albicans (C.P. Robin) Berkhout 1923 17