TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD)

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jumingan Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KINERJA, PARTISIPASI, DAN MANFAAT BAGI ANGGOTA KOPERASI

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

ANALISIS KINERJA DAN PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI PETERNAK KELINCI (KOPNAKCI) KABUPATEN BOGOR DEPO PANCA SATRIA

Dalam UU No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 1disebutkan

PARTISIPASI ANGGOTA DAN KINERJA GABUNGAN KELOMPOK TANI AGROPURNA MITRA MANDIRI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, RENTABILITAS SEBAGAI SALAH SATU PENGUKUR TINGKAT EFISIENSI MODAL KERJA PADA KPRI KOPENDIK WONOGIRI TAHUN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber Data, dan Metode Pengumpulan Data

VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN. 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan

LANDASAN TEORI. dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep

BAB III LANDASAN TEORI. Basic.NET 2003 dan Microsoft SQL Server Menurut Anoraga (1995:8), koperasi berasal dari kata co dan operation,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menghadapi persoalan kurangnya kemakmuran yang hebat

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II PROFIL KOPERASI SERBA USAHA WIRA KARYA LESTARI SMK HKBP. A. Sejarah Ringkas Koperasi Serba Usaha Wira Karya Lestari SMK

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan akhir suatu perusahaan dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. tepat untuk membangun perekonomian Indonesia yaitu dengan memberdayakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengatasi persoalan anggotanya. Khusus dalam bidang usaha, karena koperasi

PENGUKURAN KINERJA DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan manajemen

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Mengenai Kondisi Internal dan Eksternal KUD Puspa Mekar

BAB 1 PENDAHULUAN

ANALISIS KINERJA KOPERASI PEGAWAI BIOTEK LIPI DENGAN PENDEKATAN PENILAIAN TANGGA PERKEMBANGAN MUHAMMAD KHOERURIJAL

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan koperasi di Indonesia dalam Perekonomian Nasional berperan

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN tentang perkoperasian menyebutkan bahwa Koperasi Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan ekonomi yang menonjol di Indonesia saat ini diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengelolaan sumber daya ekonomi dalam suatu iklim. pengembangan dan pemberdayaan Koperasi yang memiliki peran strategis

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menunjang keberhasilan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Pengertian koperasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk memajukan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan koperasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Transpormasi kelembagaan tani menjadi Kelembagaan Ekonomi Petani tidak terelakkan lagi, sejalan dengan tuntunan untuk melakukan penguatan organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. koperasi. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan strategi pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan dari pembangunan terdahulu, yaitu pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. makmur maka ketiga sektor kekuatan ekonomi itu harus saling berhubungan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KUD SUMBER MAKMUR KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN BREBES

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian nasional dan perubahan lingkungan strategis

VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi pancasila. Secara ideologis normatif sumber dari dasar penjabaran

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan. tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Dewasa ini dunia bisnis telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ada tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan. Tujuan perekonomian Indonesia adalah mewujudkan. masyarakat adil dan makmur. Oleh karena itu perekonomian Indonesia

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPMA (KOPERASI MAHASISWA) DI UMS DITINJAU DARI RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi (cooperative) bersumber dari kata co-operation yang artinya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi berasal dari kata co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan (Widiyanti dan

VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. demikian, hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN. kerja untuk memenuhi hasrat dan keinginan maupun cita-citanya, bantuan dana ini

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan.

SKRIPSI. Disusun oleh: TRI PRASETIYA B

I. PENDAHULUAN. Industri susu di Indonesia merupakan salah satu industri pangan yang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

BAB I PENDAHULUAN. koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar asas

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah

ANALISIS PERANAN MODAL SENDIRI TERHADAP SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI KREDIT CU BINA KASIH PEMATANGSIANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS RENTABILITAS, LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS UNTUK MENILAI KEBERHASILAN USAHA PADA KUD DHEWI SRI DI GATAK SUKOHARJO

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Transkripsi:

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD) KUD dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani mengenai kemudahan untuk memperoleh sarana dan prasarana produksi pertanian dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. KUD memusatkan pada skala ekonomi yang besar agar dapat melayani masyarakat luas, sehingga menghasilkan SHU yang besar pula (Ismawan 1996). Pendirian KUD memiliki tujuan untuk melayani berbagai kepentingan masyarakat pedesaan, bersifat serba usaha dengan wilayah kerja mencakup unit desa. KUD berperan sebagai lembaga pelayanan di desa yang dituntut untuk menampung, mengembangkan, dan membina berbagai kegiatan usaha anggotanya secara efektif dan efisien sehingga tujuan KUD dapat tercapai (Suarta 1997). Awal berdirinya KUD hanya mencakup koperasi pertanian, koperasi desa dan koperasi serba usaha di desa-desa, akan tetapi selanjutnya KUD mampu mengembangkan usahanya ke bidang-bidang lain seperti peternakan (Firdaus & Susanto 2004). Keberadaan KUD melalui program yang dikembangkan pemerintah membuat berdirinya koperasi menjadi top down approach. Dukungan kuat dari pemerintah baik dalam bentuk peraturan, perundangan maupun berbagai bentuk fasilitas bukan saja mampu meningkatkan taraf hidup anggotanya tetapi juga sebagai sarana untuk melaksanakan program-program pemerintah. KUD selama ini mendapat perhatian istimewa dari pemerintah karena sebagian kegiatannya merupakan program-program pemerintah (Prawirokusumo 1996). Sipayung (2003) menyatakan bahwa kebijakan pemerintah sebaiknya diarahkan pada peningkatan kemampuan KUD mengelola dirinya sendiri untuk meningkatkan kemampuan manajerial serta penguasaan keterampilan yang berhubungan dengan unit usaha yang dikelola koperasi sehingga meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Menurut Prawirokusumo (1996), beberapa program pemerintah seperti pengadaan pangan, distribusi pupuk, pinjaman kredit, ditugaskan kepada KUD, dan banyak diantaranya tanpa diimbangi dengan kemampuan organisasi dan manajemennya. Pelaksanaan program pemerintah inilah yang lebih menonjol

sehingga KUD lebih dikenal sebagai kebijaksanaan pemerintah. Sementara peranan anggota baik sebagai pemilik maupun pengguna jasa belum banyak dirasakan. Terkait dengan pengembangan sektor pertanian, pola KUD menyebabkan rendahnya kreativitas para pengurus koperasi dalam menghasilkan berbagai jenis produk komoditas pertanian (Baga 2010). Hal ini menjadi tuntutan dan tantangan yang harus dihadapi untuk membangun koperasi pertanian yang mempunyai basis anggota yang nyata sebagai wadah dan sarana efektif untuk memberdayakan anggotanya, meningkatkan kesejahteraan serta berperan aktif dalam usaha dan pembangunan pertanian secara optimal. 2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Koperasi Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pengukuran kinerja yang dilakukan oleh koperasi merupakan tujuan dari beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya. Kinerja koperasi yang diukur yaitu kinerja organisasi, kinerja usaha dan kinerja keuangan. Kinerja yang baik diperlukan untuk mendukung kesejahteraan anggota. Program yang akan dilaksanakan koperasi membutuhkan dukungan dari semua unsur yang ada dalam koperasi termasuk kinerja koperasi. Kinerja keuangan pada koperasi masih cenderung dipengaruhi oleh bantuan dan modal dari luar seperti lembaga-lembaga pengembangan swadaya pemerintah maupun semi pemerintah (Purba 2011; Retno 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Ilhami (2011) di Koperasi Keluarga Pegawai ITB menunjukkan bahwa permodalan berasal dari modal sendiri lebih besar dibandingkan dengan modal dari luar. Penelitian yang dilakukan oleh Sipayung (2003) meyatakan bahwa jika ditinjau dari aspek permodalan, pemanfaatan modal luar masih cukup tinggi karena kelemahan KUD dalam menghimpun modal sendiri. Hal ini terkait dengan keterbatasan KUD di dalam menghimpun modal sendiri yang berasal dari anggota serta adanya kesempatan dan peluang bagi KUD untuk menggunakan modal yang berasal dari luar. Tingginya modal yang bersumber dari luar akan berdampak negatif terhadap permodalan KUD karena pada akhirnya menjadi tunggakan sehingga akan meningkatkan beban. Sumber permodalan akan ikut menentukan

kinerja keuangan koperasi tersebut sehingga perlu diperhatikan seberapa proporsi permodalan yang berasal dari luar dan dari dalam koperasi. Kinerja keuangan dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio. Analisis rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio aktivitas usaha. Rasio likuiditas pengukurannya terdiri dari rasio lancar dan rasio cepat. Rasio solvabilitas pengukurannya terdiri dari rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio modal sendiri dengan aktiva tetap, rasio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang, rasio total hutang dengan total aktiva, dan rasio hutang dengan total modal sendiri. Rasio rentabilitas diukur dari rasio laba bersih, rasio operasional, rasio tingkat pengembalian modal sendiri, dan rasio tingkat pengembalian investasi. Pengukuran rasio aktivitas usaha terdiri dari rasio perputaran total aktiva, rasio perputaran aktiva tetap, rasio perputaran piutang, dan rasio perputaran persediaan. (Dartiana 2005; Himpuni 2009; Jakiyah 2011; Purba 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Purba (2011) menggunakan uji Friedman, perbandingan kinerja Koperasi Kelompok Tani (KTT) Lisung Kiwari, gapoktan dan poktan yang dinilai berdasarkan tujuh indikator yaitu: pertemuan atau rapat, keterlibatan anggota dalam mengelola, keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, keterlibatan anggota dalam kegiatan bersama, usaha berorientasi kepada kepentingan anggota, kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota, dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan untuk meningkatkan pengetahuan anggota dan pengurus. Terlihat dari tujuh indikator yang dinilai ada beberapa indikator merupakan partisipasi dari anggota. Hal ini menandakan bahwa kinerja koperasi dipengaruhi oleh partisipasi anggota. Kinerja organisasi gapoktan terlihat baik pada indikator keterlibatan anggota dalam mengelola kelompok, keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, usaha berorientasi kepada kepentingan anggota, kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan untuk meningkatkan kemampuan anggota (Purba 2011). Koswara (2011) melakukan penilaian kerja secara deskriptif, penilaian kinerja dari segi organisasi dikatakan baik terlihat dari telah disusunnya struktur organisasi sesuai

dengan tujuan organisasi, interaksi pengurus dan anggota, dan peningkatan kemampuan anggota melalui penyuluhan dan pembinaan. Penilaian kinerja yang dilakukan Retno (2011) dengan metode analisis deskriptif dan metode Importance Performance Alaysis dengan indikator yang dinilai berdasarkan prinsip-prinsip koperasi yang diterapkan oleh pengurus Koperasi Peternak Garut Selatan (KPGS) Cikajang yaitu: adanya peningkatan jumlah anggota tiap tahun, pencatatan keanggotaan koperasi, aturan/tata cara penyelenggaraan rapat akhir tahun yang ketat, audit keuangan, pencatatan simpanan pokok dan wajib milik anggota koperasi, keterkaitan usaha koperasi dengan kegiatan usaha anggota, pemberian bagi hasil yang adil, sanksi bagi anggota yang tidak menaati peraturan, penyelenggaraan RAT koperasi tepat waktu, pendidikan dan pelatihan bagi anggota dan pengurus koperasi, penerangan dan penyuluhan bagi anggota koperasi, ketersediaan media informasi, penyediaan anggaran bagi anggota, kerjasama usaha dengan koperasi lain yang menguntungkan, kerjasama usaha dengan pemasok, penyerapan tenaga kerja oleh koperasi, melakukan pembayaran pajak dan retribusi dan ketersediaan dana pembangunan kerja. Atribut yang menjadi prioritas utama yaitu sanksi bagi anggota yang tidak menaati peraturan, pendidikan dan pelatihan bagi anggota koperasi, dan kerjasama usaha dengan koperasi lain yang sejenis. Kinerja koperasi mengalami peningkatan sesuai dengan volume usaha yang dilaksanakan oleh koperasi. Retno (2011) menyatakan bahwa peningkatan kinerja usaha KPGS Cikajang mengalami peningkatan karena unit-unit usaha yang ada di KPGS Cikajang memperoleh keuntungan cukup besar, terutama unit usaha susu dan simpan pinjam. Pengembangan kinerja usaha dan keuangan KPGS Cikajang meliputi modal luar, modal sendiri, dan volume usaha. Penilaian kinerja yang dilakukan oleh Himpuni (2009) menggunakan analisis Balanced Scoredcard. Penilaian kinerja dilihat dari empat perspektif adalah keuangan, anggota, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Hasil analisis menunjukkan bahwa berdasarkan perspektif anggota KUD Sumber Alam memiliki kinerja yang baik, sedangkan perspektif anggota, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan memiliki kinerja cukup baik. Penilaian kinerja yang dilakukan oleh Handayani (2011) dan Jakiyah (2011) menggunakan

analisis Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) melihat empat indikator meliputi visi koperasi, kapasitas, sumberdaya dan jaringan kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja koperasi dalam penelitian ini diacu dari metode yang digunakan pada penelitian Handayani (2011) dan Jakiyah (2011). Faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu visi koperasi, kapasitas, jaringan kerja dan sumberdaya. Perbedaannya yaitu dalam penelitian ini tidak mengukur kinerja koperasi namun hanya mengetahui dari keempat faktor tersebut, faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kinerja koperasi. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja koperasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu partisipasi anggota sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba (2011). 2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Partisipasi merupakan faktor yang paling penting dalam mendukung keberhasilan atau perkembangan suatu organisasi. Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan berkembangnya koperasi diantaranya: partisipasi anggota, pengetahuan anggota, rasa kebersamaan, rasa kekeluargaan dan jumlah anggota (Suarta 1997). Anggota merupakan titik awal yang menentukan proses partisipasi berlangsung (Hendar & Kusnadi 2005). Tingginya partisipasi anggota sangat besar pengaruhnya terhadap KUD dalam menjalankan kegiatan usaha untuk mencapai tujuannya (Suarta 1997). Melalui partisipasi segala aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan direalisasikan. Partisipasi anggota dapat dikelompokkan menjadi partisipasi anggota terhadap organisasi, usaha, dan permodalan. Partisipasi dalam bidang organisasi dilihat dari kehadiran dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan keaktifan anggota dalam memberikan saran kepada pengurus dan manajemen (Dartiana 2005; Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Partisipasi dalam bidang usaha dilihat dari keaktifan melakukan pembelian terhadap barang yang disediakan oleh koperasi (Dartiana 2005; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Koswara (2011) menambahkan partisipasi dalam bidang usaha yaitu keaktifan anggota dalam memanfaatkan unit usaha raw milk dan pakan konsentrat. Partisipasi dalam bidang permodalan yaitu dilihat dari keaktifan dalam membayar

simpanan wajib, simpanan sukarela, dan simpanan lain-lain (Dartiana 2005; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Partisipasi anggota dapat terlihat jelas dari partisipasi dalam bidang permodalan (Kusumah 1987). Partisipasi anggota yang dinilai rendah yaitu terkait dengan partisipasi dalam bidang permodalan yaitu kesadaran dalam hal membayar iuran wajib dan sukarela (Handayani 2011). Kusumah (1987) menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi adalah kondisi sosial dan ekonomi anggota. Kondisi sosial anggota terkait dengan status penguasaan lahan, penyuluhan perkoperasian, dan hubungan dengan pengurus. Kondisi ekonomi yang mempengaruhi partisipasi yaitu luas penguasaan lahan, produktivitas usahatani, pendapatan luar usahatani, ongkos angkut barang, ongkos transport ke kantor KUD, dan keperluan modal luar keluarga. Partisipasi anggota dalam KUD sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial merupakan suatu aktivitas yang timbul sebagai hasil dari dua faktor yaitu faktor internal yang terletak pada inidvidu dan faktor eksternal yang terdapat pada organisasi (Tenang 1993; Azhar 2007). Penilaian partisipasi yang dilakukan oleh Tenang (1993) dan Azhar (2007) adalah dengan menggunakan analisis Chi- Square dan korelasi Rank Spearman. Faktor individu yaitu terkait pengetahuan tentang KUD, luas penguasaan lahan usahatani, status kepemilikan lahan usahatani, pendapatan usahatani, umur anggota KUD dan lama menjadi anggota KUD (Tenang 1993; Azhar 2007). Faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi yaitu persepsi tentang tujuan organisasi, hubungan pengurus dan anggota, pelayanan KUD, dan jarak tempat tinggal anggota dengan KUD (Tenang 1993). Anggota koperasi yang memiliki partisipasi yang tinggi dalam kegiatan KUD dan mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap organisasi adalah anggota yang memiliki hubungan baik dengan pengurus koperasi (Tenang 1993; Kusumah 1987). Hubungan yang semakin baik antara pengurus dan anggota cenderung akan meningkatkan partisipasi anggota dalam kegiatan KUD (Tenang 1993; Kusumah 1987). Terdapat hubungan yang positif antara partisipasi dengan pengetahuan petani tentang koperasi, presepsi yang baik terhadap tujuan KUD dan lamanya menjadi anggota (Tenang 1993; Kurnia 2006; Azhar 2007). Faktor

kondisi sosial ekonomi yang semakin baik akan meningkatkan keaktifan anggota dalam melakukan transaksi (Kusumah 1987). Partisipasi anggota dengan jumlah lahan yang dimiliki anggota memiliki hubungan yang negatif. Semakin besar luas lahan atau skala usaha maka akan semakin kecil partisipasi terhadap koperasi (Tenang 1993; Kusumah 1987). Faktor pendapatan luar usahatani berpengaruh negatif terhadap partisipasi anggota, semakin besar perolehan pendapatan luar usahatani maka semakin kurang aktif tingkat partisipasi terhadap KUD (Kusumah 1987). Partisipasi anggota timbul karena manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh oleh anggota. Peningkatan pendapatan merupakan salah satu manfaat ekonomi yang diperoleh anggota yang akan meningkatkan tingkat partisipasi anggota (Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Alat analisis yang digunakan untuk mengukur korelasi antara manfaat sosial terhadap partisipasi anggota adalah korelasi Rank Spearman (Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Alat analisis yang digunakan untuk mengukur korelasi antara manfaat sosial dan ekonomi terhadap partisipasi anggota adalah korelasi Rank Spearman (Dartiana 2005; Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Manfaat sosial memiliki korelasi positif terhadap partisipasi anggota (Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Semakin tinggi manfaat sosial yang diperoleh anggota maka keinginan untuk berpartisipasi akan semakin tinggi. Manfaat ekonomi memiliki korelasi yang positif terhadap partisipasi anggota (Dartiana 2005; Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Manfaat ekonomi lebih memberikan kontribusi terhadap partisipasi anggota daripada manfaat sosialnya (Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Dartiana (2005) mengukur manfaat ekonomi terhadap tiga jenis partisipasi yaitu partisipasi dibidang organisasi, usaha, dan permodalan. Manfaat ekonomi memiliki nilai korelasi paling kuat terhadap partisipasi permodalan. Semakin tinggi manfaat ekonomi yang diterima anggota maka semakin tinggi partisipasi permodalan. Manfaat ekonomi memiliki nilai korelasi paling lemah terhadap partisipasi dibidang organisasi. Manfaat ekonomi lebih berpengaruh terhadap tingkat partisipasi dibandingkan dengan manfaat sosial yang diterima oleh anggota (Koswara 2011).

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota pada penelitian ini yaitu manfaat sosial dan ekonomi bagi anggota. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Koswara (2011), Handayani (2011), dan Jakiyah (2011). Partisipasi anggota dalam penelitian ini dilihat dari partisipasi di bidang permodalan, organisasi, dan usaha. Partisipasi dalam bidang permodalan dilihat dari simpanan pokok, wajib, dan sukarela. Partisipasi dalam bidang organisasi dilihat dari kehadiran dalam RAT, pemahaman mengenai koperasi, keaktifan dalam meberikan evaluasi dan saran, kesediaan menjadi pengurus, dan keinginan bergabung menjadi anggota koperasi. Partisipasi dalam bidang usaha yaitu pembelian pakan konsentrat, pembelian kebutuhan di waserda, dan melakukan pinjaman. 2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manfaat Sosial dan Ekonomi Bagi Anggota Koperasi Koperasi dalam pergerakannya harus dapat memberikan pelayanan kepada anggota baik secara sosial maupun ekonomi. Manfaat sosial merupakan manfaat yang diperoleh anggota secara sosial. Manfaat sosial memberikan gambaran adanya sikap kebersamaan dan hubungan harmonis antara setiap manusia. Manfaat ekonomi memberikan gambaran terhadap reaksi anggota terhadap aktivitas bisnis yang dilakukan oleh koperasi. Anggota akan berpartisipasi secara maksimal jika adanya peningkatan manfaat yang diterima anggota. Manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh anggota dipengaruhi oleh kinerja koperasi dalam memberikan pelayanan dan hubungan dengan anggotanya. Semakin baik kinerja koperasi maka pelayanan yang diberikan akan semakin baik. Hal ini akan berdampak pada tingginya manfaat sosial dan ekonomi yang diterima anggota (Himpuni 2009; Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Tingginya manfaat sosial dan ekonomi yang diterima oleh anggota akan berdampak pada loyalitas dan partisipasi anggotanya. Semakin tinggi manfaat yang diterima oleh anggota maka akan semakin tinggi loyalitas dan partisipasi anggotanya. Manfaat sosial bagi anggota yang dilakukan oleh Koswara (2011); Jakiyah (2011) adalah kerjasama yang baik dengan pengurus, hubungan baik sesama anggota dan peningkatan pengetahuan. Manfaat sosial lainnya yaitu pembinaan

dan pelatihan dan kepuasan terhadap pelayanan pengurus koperasi (Jakiyah 2011). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2011) manfaat sosial yang dirasakan anggota adalah adanya pola pertukaran atau resiprocity antar anggota dalam bentuk proses jual beli, mendidik anggota koperasi untuk memiliki semangat sesuai kemampuan demi terwujudnya tatanan sosial yang adil dan beradab, mendorong terbentuknya tatanan sosial yang didasarkan atas kekeluargaan dan persaudaraan, mendorong suatu tatanan sosial yang bersifat demokratis sehingga hak dan kewajiban setiap anggota lebih terlindungi, dan turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. Manfaat ekonomi yang diperoleh anggota antara lain jaminan pemasaran dan harga produk yang dihasilkan, kemudahan memperoleh sarana produksi pertanian, dan kepuasan harga input (Dartiana 2005; Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Jasa simpan pinjam terkait kemudahan memperoleh pinjaman dan tingkat bunga yang rendah juga merupakan manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota (Jakiyah 2011). Manfaat ekonomi lainnya yang dirasakan anggota yaitu peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota koperasi (Dartiana 2005; Handayani 2011). Dartiana (2005) menambahkan bahwa manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota adalah kepuasan terhadap bantuan kredit sapi perah dan kemudahan pembayaran harga input. Hasil penelitian yang dilakukan Dartiana (2005) adalah keberadaan koperasi dirasakan anggota terutama sebagai wadah pengumpul dan pemasaran hasil pertanian. Manfaat sosial yang diperoleh anggota dalam penelitian ini dilihat dari hubungan antar anggota, hubungan anggota dengan pengurus, pelayanan dan fasilitas yang disediakan, dan pembinaan dan pelatihan. Manfaat ekonomi yang diperolah anggota dalam penelitian ini dilihat dari penambahan pendapatan yang dirasakan anggota, kemudahan memperoleh pakan dan kebutuhan di waserda, harga pakan dan kebutuhan di waserda yang ditawarkan oleh koperasi, dan kemudahan memperoleh pinjaman.