BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan uji determinasi di laboratorium Sistematika tumbuhan Fakultas

Lampiran 1 Hasil Determinasi Tanaman

BAB III. Metode Penelitian. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC50 serta nilai SPF

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

BAB I. Pendahuluan. Matahari merupakan sumber energi terbesar bagi bumi. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa. Hal tersebut menyebabkan wilayah Indonesia selalu terpapar sinar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

[NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH]

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

SKRIPSI. Oleh: ROSITA TIVA ALFIANI K

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN LEMPUYANG WANGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB II METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Dan Fraksi Kulit Buah Jengkol (Archidendron jiringa (Jeck) Nielsen Dengan Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak membutuhkan medium untuk merambat. Ultraviolet mempunyai rentang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Cucurbita moschata Duch Poir) yang diperoleh dari Salatiga, Jawa Tengah.

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

39 Universitas Indonesia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel basah. Dikeringkan dan dihaluskan. Disaring

I. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh.

BAB 4 PEMBAHASAN Hasil Kerja Ekstraksi Jahe

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

3 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan Alat Metode Penelitian

AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL EKSTRAK ETANOL DAUN LEMPUYANG EMPRIT

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Anang Budi Utomo, Agus Suprijono, Ardan Risdianto. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. BB buah takokak

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

PENENTUAN AKTIVITAS POTENSI TABIR SURYA EKSTRAK KULIT BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SECARA IN VITRO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

AKTIVITAS PENANGKAP RADIKAL BEBAS EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA DENGAN METODE DPPH (1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. vitro pada bakteri, serta uji antioksidan dengan metode DPPH.

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri keberadaannya. Dewasa ini, banyak penyebab penyebab yang

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

ISOLASI DAN KARAKTERISASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK DARI KULIT BATANG TAMPOI (Baccaurea macrocarpa) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

INTISARI UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... PRAKATA...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Agustiningsih. Achmad Wildan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang. Mindaningsih Sekolah Menengah Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyiapan sampel Kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dalam keadaan basah yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg. Kulit buah naga merah ini dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil (± 5mm) untuk mempercepat proses pengeringan (Sudewo, 2009). Proses pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses enzimatik yang mungkin masih bisa terjadi, sehingga degradasi zat aktif dapat dikurangi. Pengeringan dilakukan dengan bantuan sinar matahari dalam keadaan tertutup kain hitam dikarenakan kain hitam dapat menyerap sinar ultraviolet sehingga UV protektor dari kulit buah naga merah tidak mengalami kerusakan akibat paparan sinar matahari (Nuria et al., 2009). Pengeringan dilanjutkan dengan bantuan oven pada suhu 50 o C. Suhu yang digunakan merupakan suhu yang tidak merusak senyawa flavonoid. Hal ini dikarenakan menurut Chet (2009), pemanasan yang dilakukan pada suhu 80 o C dapat merusak senyawa flavonoid. Setelah proses pengeringan, didapatkan kulit buah naga merah sebanyak 470 gram. Kulit buah naga merah yang sudah kering diekstraksi dengan etanol 95%. Menurut Chaiwut et al. (2012), ekstraksi kulit buah naga menggunakan pelarut etanol 95% akan menghasilkan kapasitas antioksidan tertinggi dengan metode DPPH (656,52 mgteac/g) dan kadar fenolik yang lebih besar (1,28 33

34 mggae/g sampel) dibanding menggunakan pelarut etanol 50% dan air. Perbandingan serbuk dengan pelarut yang digunakan adalah 1:10. Menurut Handayani et al. (2016), perbandingan ini merupakan rasio terbaik untuk mendapatkan kadar fenol, kadar flavonoid dan aktivitas antioksidan (IC 50 ) paling besar. Ekstrak kental etanolik kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) (KBNM-EtOH) yang didapatkan adalah sebanyak 19,273 gram. Ekstrak kental KBNM-EtOH yang digunakan untuk fraksinasi cair-cair hanya sebanyak 5,046 gram. Fraksinasi cair-cair dilakukan untuk memisahkan senyawa yang bersifat polar dengan senyawa yang bersifat semi polar dalam ekstrak kental KBNM-EtOH. Senyawa yang bersifat polar (seperti betasianin dan antosianin) akan tertarik ke dalam pelarut campuran H 2 O-MeOH, sedangkan senyawa yang bersifat semipolar (senyawa flavonoid seperti flavon dan flavonol) akan tertarik ke dalam pelarut etilasetat (AcOEt) (Indriasari, 2012; Pranata, 2013; Budilaksono et al., 2014). Ketika proses fraksinasi, fraksi campuran H 2 O-MeOH ekstrak etanolik kulit buah naga merah (KBNM-MeOH) berada pada lapisan atas, sedangkan fraksi etilasetat ekstrak etanolik kulit buah naga merah (KBNM-AcOEt) berada pada lapisan bawah karena pelarut etilasetat memiliki massa jenis yang lebih besar. Fraksi kental KBNM-AcOEt yang diperoleh adalah sebanyak 2,886 gram. Oleh karena itu, dari hasil perhitungan didapatkan nilai rendemen fraksi kental KBNM-AcOEt terhadap kulit buah naga kering sebesar 2,34% (Lampiran 2).

35 B. Analisis Kualitatif Flavonoid dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam dan fase gerak (Gandjar dan Abdul Rohman, 2012). Fase gerak yang digunakan adalah n-butanol:asam asetat:air (4:1:5) dan fase diam yang digunakan adalah selulosa. Pembanding yang digunakan pada uji KLT ini adalah kuersetin (salah satu golongan flavonoid). Campuran n-butanol:asam asetat:air yang diambil untuk fase gerak adalah pada lapisan atas karena pada lapisan ini mengandung air dan asam asetat yang terdispersi dalam n-butanol. Selulosa dipilih sebagai fase diam dikarenakan fase diam yang lain seperti silika dapat menyebabkan terbentuknya kompleks antara senyawa flavonoid yang banyak mengandung gugus OH dengan logam CaSO 4 pada silika. Fase gerak yang bersifat polar dan fase diam yang bersiat non polar mengakibatkan senyawa flavonoid (kuersetin) akan lebih tertarik pada fase gerak (Christinawati, 2007). Berikut adalah hasil uji KLT yang diamati dibawah sinar tampak, UV 254 nm, UV 366 nm sebelum dan setelah disemprot pereaksi sitroborat: Sinar tampak UV 254 nm UV 366 nm sebelum disemprot UV 366 nm setelah disemprot Gambar 7. Hasil uji KLT(A) Fraksi KBNM-AcOEt (B) Kuersetin

36 Kandungan flavonoid (kuersetin) pada fraksi KBNM-AcOEt dapat diketahui apabila nilai Rf fraksi KBNM-AcOEt sama dengan nilai Rf kuersetin. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai Rf fraksi KBNM-AcOEt adalah 0,9812, sedangkan Rf kuersetin adalah 0,855 (Lampiran 3). Hal ini menunjukkan bahwa kedua nilai Rf berbeda. Sampel Tabel 6. Warna tiap bercak sampel uji pada Plat KLT (A) Fraksi KBNM-AcOEt (B) Standard Kuersetin UV 366 nm UV 366 nm Sinar UV 254 sebelum disemprot setelah disemprot tampak nm sitroborat sitroborat A Kuning Hitam Coklat kehitaman Coklat kehitaman B kuning kuning Kuning kehitaman Flouresensi kuning menyala Warna bercak fraksi KBNM-AcOEt dan standar kuersetin ketika diamati dibawah sinar tampak menunjukkan warna yang sama yaitu warna kuning (warna flavonoid apabila diamati dibawah sinar tampak). Oleh karena itu, bercak fraksi KBNM-AcOEt dan standar kuersetin merupakan senyawa flavonoid (Tabel 6). Bercak fraksi KBNM-AcOEt memiliki karakteristik nilai Rf 98,12 (dikali 100) dengan warna coklat kehitaman yang diamati pada sinar UV, dimana karakteristik ini merupakan sifat senyawa biflavonil (kayaflavon) (Harborne, 1987). Oleh karena itu, bercak fraksi KBNM-AcOEt diduga merupakan senyawa biflavonil (kayaflavon). C. Penetapan Kuantitatif Kandungan Flavonoid Total Analisis flavonoid total fraksi KBNM-AcOEt dilakukan menggunakan metode kolorimetri AlCl 3 berdasarkan Zhinsen et al. (1999) yang telah dimodivikasi oleh Saini et al. (2011). Kandungan flavonoid total dinyatakan dalam gram ekuivalen kuersetin tiap 100 gram subfraksi (% b/b EQ) (Abdul

37 Rohman et al., 2007). Alasan pemilihan kuersetin sebagai standar adalah karena kuersetin merupakan flavonoid golongan flavonol yang dapat membentuk kompleks dengan AlCl 3 (Desmiaty et al., 2009). Berikut adalah hasil uji kandungan flavonoid total kuersetin: Tabel 7. Uji Flavonoid total standar kuersetin konsentrasi (µg/ml) Rerata Absorbansi 400 0.2734 800 0.5196 1200 1.0402 1600 1.3925 2000 1.7219 Nilai absorbansi dan konsentrasi kuersetin dihubungkan untuk membuat suatu persamaan regresi linier. Persamaan regresi linier kuersetin yang didapat yaitu y=0.0009x - 0.1414 dengan R² = 0.9904 (Lampiran 4). Apabila nilai absorbansi fraksi KBNM-AcOEt dimasukkan ke dalam sumbu y dalam persamaan regresi linier kuersetin maka kadar flavonoid dalam sampel (sumbu x) dapat diketahui. Tabel 8. Kandungan total flavonoid Fraksi KBNM-AcOEt Replikasi Kadar flavonoid Total flavonoid Absorbansi ke- dalam sampel (ppm) (% b/b EQ) 1 0.0154 174.2222 16.7521 2 0.0151 173.8889 16.7201 3 0.0094 167.5556 16.1111 Rata- rata 171,8889 16,5278 SD 3,7565 0,3612 Dari hasil perhitungan, rata- rata kadar flavonoid dalam sampel fraksi KBNM-AcOEt adalah 171,8889 ± 3,7565 ppm (Lampiran 4). Larutan stok dibuat dengan melarutkan 10,4 mg fraksi KBNM-AcOEt kedalam 10 ml etanol. Oleh karena itu, rata- rata kadar total flavonoid fraksi KBNM-AcOEt

38 yang didapatkan dari hasil perhitungan adalah 16,5278 ± 0,3612 % b/b EQ (Lampiran 4). Artinya, tiap 100 gram fraksi KBNM-AcOEt ekuivalen atau setara dengan 16,5278 gram senyawa flavonoid kuersetin. Apabila dibandingkan dengan penelitian Chet (2009), fraksi KBNM-AcOEt menunjukkan kadar flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak air kulit buah naga dengan rata-rata kadar flavonoid sebesar 1,8767 ± 0,3287 mg ekuivalen katekin/ 25 gram. D. Analisis Kuantitatif Kandungan Fenolik Total Kandungan fenolik total atau Total Phenolic Content (TPC) fraksi KBNM-AcOEt dilakukan dengan menggunakan metode Folin-Ciocalteu yang telah dikembangkan oleh Singleton dan Rossi (Rahmawati, 2009). Gallic Acid Equivalent (GAE) merupakan acuan umum untuk mengukur sejumlah senyawa fenolik yang terdapat dalam suatu bahan. Pemilihan asam galat adalah berdasarkan ketersediaan substansi yang lebih stabil dan murni serta harga yang lebih murah dibandingkan senyawa standar yang lainnya (Rahmawati, 2009). Berikut adalah hasil uji kandungan fenolik total asam galat: Tabel 9. Uji Fenolik Standar Asam Galat Konsentrasi (µg/ml) Rerata Absorbansi 10 0,119 20 0,231 30 0,352 40 0,433 50 0,544 Hubungan antara nilai absorbansi dan konsentrasi asam galat akan menghasilkan suatu persamaan regresi linier. Persamaan regresi linier asam

39 galat yang didapat adalah y = 0,0105x + 0,0201 dengan nilai R² = 0,9968 (Lampiran 5). Kadar fenol total larutan fraksi KBNM-AcOEt (sumbu x) dihitung dengan memasukkan nilai absorbansi sampel fraksi KBNM-AcOEt kedalam sumbu y. Replikasi ke- Tabel 10. Perhitungan Konsentrasi fenol sampel fraksi KBNM- AcOEt Konsentrasi fenol Absorbansi total larutan (µg GAE/mL sampel) Kadar Fenol Total (mg GAE/100g sampel) 1 0.174 15.4 1509.8039 2 0.171 15.1 1480.3922 3 0.172 15.2 1490.1961 Rata- rata 15,2333 1493,4641 SD 0,1528 14,9757 Dari hasil perhitungan, rata- rata kadar fenol total larutan fraksi KBNM-AcOEt (nilai C) adalah 15,2333 ± 0,1528 µg GAE/mL sampel (Lampiran 5). Pengenceran tidak dilakukan dalam uji ini dan larutan stok yang digunakan adalah 25,5 mg fraksi KBNM-AcOEt yang dilarutkan dalam 25 ml etanol. Oleh karena itu, rata- rata kadar fenol total (TPC) fraksi KBNM-AcOEt yang didapat dari hasil perhitungan adalah 1493,4641 ± 14,9757 mg GAE/100g (Lampiran 5). Artinya, setiap 100 gram fraksi KBNM-AcOEt setara dengan 1493,4641 mg asam galat. Apabila dibandingkan dengan penelitian Chet (2009), fraksi KBNM-AcOEt menunjukkan kadar fenol total yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak air kulit buah naga dengan rata-rata kadar fenol total sebesar 2,7533 ± 0,8879 mg GAE/25g.

40 E. Uji Antioksidan Metode DPPH Daya antioksidan senyawa fenol dan flavonoid fraksi KBNM-AcOEt dapat diketahui dengan melakukan uji penangkapan radikal bebas DPPH. Kuersetin dipilih sebagai pembanding karena kuersetin mempunyai aktivitas antioksidan yang sangat kuat. Bila vitamin C mempunyai aktivitas antioksidan 1, maka kuersetin memiliki aktivitas antioksidan 4.7 (Sugrani et al., 2009). Berikut adalah hasil uji penangkapan radikal bebas DPPH oleh kuersetin dan fraksi KBNM-AcOEt: Tabel 11. Uji penangkapan radikal bebas DPPH Sampel Konsentrasi (µg/ml) Rerata % inhibisi 1 31.132 2 46.275 Kuersetin 3 61.829 4 75.568 5 86.357 100 13.70137 Fraksi 200 23.45538 KBNM- 300 29.74828 AcOEt 400 42.96339 500 50.60069 Nilai % inhibisi didapatkan dari perhitungan yang dilakukan dengan memasukkan nilai absorbansi kedalam rumus % inhibisi (Lampiran 6). Konsentrasi kuersetin dan fraksi KBNM-AcOEt yang dihubungkan dengan nilai % inhibisi akan menghasilkan suatu persamaan regresi linier. Persamaan regresi linier kuersetin yang didapat adalah y = 13,974x + 18,309 dengan R² = 0,9954, sedangkan persamaan regresi linier fraksi KBNM-AcOEt adalah y = 0,0933x + 4,1018 dengan R²=0.9904 (Lampiran 6). Persamaan regresi linier ini digunakan untuk mengetahui nilai IC 50 (sumbu x) dengan cara

41 memasukkan nilai 50 ke dalam sumbu y kedalam persamaan regresi linier yang didapat. Dari hasil perhitungan, maka didapatkan nilai IC 50 kuersetin sebesar 2,2679 µg/ml dan IC 50 fraksi KBNM-AcOEt adalah 491,9421 µg/ml (Lampiran 6). Artinya, pada fraksi KBNM-AcOEt membutuhkan konsentrasi sebesar 491,9421 µg/ml untuk menangkap radikal DPPH sebanyak 50%, sedangkan kuersetin hanya membutuhkan konsentrasi sebesar 2,2679 µg/ml untuk menangkap radikal DPPH sebanyak 50%. Nilai IC 50 yang terlalu besar atau daya antioksidan yang kecil diduga disebabkan karena senyawa flavonoid yang mengikat gugus samping yang dapat menghambat aktivitas antioksidan, sehingga flavonoid tidak dapat menyumbangkan hidrogen dan elektron kepada DPPH (Harborne, 1987; Budilaksono et al., 2014). Selain itu, gugus samping juga dapat menyebabkan flavonoid termetilasi (gugus H menjadi gugus CH 3 ), sehingga sumber proton untuk menangkap DPPH berkurang (Mikamo et al, 2000; Pranata, 2013). Adanya pengganggu seperti protein dan lemak dalam fraksi KBNM-AcOEt diduga juga dapat mengganggu reaksi penangkapan radikal bebas DPPH (Budilaksono et al., 2014). Walaupun, nilai IC 50 dari ketiga fraksi masuk ke dalam katagori lemah jika dilihat dari tingkat aktivitas antioksidan menurut Ariyanto (2006) (>150 µg/ml), namun nilai IC 50 200-1000 µg/ml dinyatakan masih berpotensi sebagai antioksidan (Molyneux, 2004; Pranata, 2013).

42 F. Panjang Gelombang Maksimal dan SPF secara in vitro Uji SPF secara in vitro dilakukan dengan menetapkan panjang gelombang absorbsi maksimum (λ maks) dengan metode spektrofotometri. Scanning spektrofotometer UV-Vis dilakukan pada panjang gelombang antara 260-400 nm untuk mengetahui panjang gelombang maksimum fraksi KBNM-AcOEt pada masing- masing konsentrasi masuk kedalam rentang UVA, UVB, atau UVC. Berikut adalah hasil uji SPF fraksi KBNM-AcOEt: Tabel 12. Scanning panjang gelombang maksimal fraksi KBNM-AcOEt Konsentrasi Daerah λ max (nm) Absorbansi (µg/ml) Ultraviolet 5 314 0.001 B 25 294 0.018 B 50 292 0.034 B 100 262 0.211 C Panjang gelombang maksimum fraksi KBNM-AcOEt konsentrasi 5, 25, dan 50 µg/ml diketahui berada pada rentang daerah UVB (290-320 nm), sedangkan panjang gelombang maksimum fraksi KBNM-AcOEt konsentrasi 100 µg/ml berada pada rentang daerah UVC (200-290 nm) (Tabel 12). Konsentrasi fraksi KBNM-AcOEt yang berada pada rentang UVB dapat dilakukan perhitungan nilai SPF menggunakan rumus yang telah dikembangkan oleh Mansur et al. (1986), sedangkan konsentrasi fraksi KBNM-AcOEt yang berada pada rentang UVC tidak perlu dilakukan perhitungan nilai SPF karena sinar radiasi UVC merupakan radiasi yang tidak sampai ke permukaan bumi karena terserap oleh lapisan ozon (McKinlay, 1987).

43 Rata- rata nilai SPF pada rentang daerah UVB fraksi KBNM-AcOEt adalah 0.0069 ± 0.0071 (Lampiran 7). Menurut Wasitaadmatdja (1997), nilai SPF minimal suatu tabir surya atau agen fotoprotektif adalah 2. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa fraksi KBNM-AcOEt konsentrasi 5, 25, 50 dan 100 mg/l tidak memiliki daya fotoprotektif. Rendahnya nilai SPF pada fraksi KBNM-AcOEt (<2) diduga disebabkan oleh konsentrasi fraksi KBNM-AcOEt yang digunakan terlalu rendah. Menurut Widyastuti et al. (2015), konsentrasi ekstrak etanol kulit buah naga super merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C. Weber) Britton & Rose) menunjukkan efektivitas yang baik sebagai tabir surya pada konsentrasi 900 ppm dengan nilai SPF 22,438, sedangkan pada konsentrasi 100 ppm ekstrak etanol kulit buah naga super merah tidak menunjukkan efektivitas sebagai tabir surya karena nilai SPF kurang dari 2 atau sebesar 1,419.