BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.

SKRIPSI. Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana DIAJUKAN OLEH AGUSTINA

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

Pemberdayaan Pasien. Dr. Budi Wahyuni, MM,MA PKBI-DIY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

MENGIMPLEMENTASIKAN UPAYA KESEHATAN JIWA YANG TERINTEGRASI, KOMPREHENSIF,

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, tentunya banyak menghadapi masalah kesehatan masyarakat (Rihardi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki era baru, yaitu era reformasi yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care). (Depkes RI, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berkualitas. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan

USULAN TENTANG PELAYANAN KESEHATAN LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN TENTANG PKMRS PADA PENYULUHAN KELOMPOU BAGI RS SWANTA SE JABAR BANDUNG, 5 JULI Dr. Henni Djuhaeni, MARS

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

UPTD PUSKESMAS KAMPAR KIRI

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. harus menerapkan sistem jemput bola, dan bukan hanya menunggu bola. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah yaitu: 1. Apa pengertian dari keperawatan keluarga?

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu contoh kebijakan publik yang paling mendasar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 220 juta jiwa dan jumlah dari tahun ke tahun terus

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sejahtera. Seluruh kepentingan masyarakat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN. seluruh jumlah penduduk. Hal ini sama dengan yang disampaikan oleh Badan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

secara jelas sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN HOSPITAL HOMECARE DI RSUD AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. harapan masyarakat sebagai pemakai jasa kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan.

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jika dikaitkan dengan produktivitas kerja (Kementerian Kesehatan, 2005). Gigi

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan jumlah usia lanjut meningkat (Mulyani, 2009). banyak penduduk lanjut usia (Kompas, Edisi 17 April 2012).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bayi terjadi transisi epidemiologis penyakit. Populasi lansia semakin

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT ( PERKESMAS ) PUSKESMAS KESAMBEN TAHUN I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pendunduk yang berusia diatas 60 tahun atau lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh. merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan manusia dan kualitas wilayahnya atau lingkungannya ke arah yang lebih baik. Pembangunan juga merupakan tuntutan masyarakat guna mendapatkan kesejahteraan yang lebih layak dan mencapai kemajuan. Menurut Coralie Bryant dan Louise White, pembangunan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya (Ndraha, 1990:15). Dari pengertian ini pembangunan berarti membangkitkan kemampuan masyarakat dalam mendorong tumbuhnya kebersamaan dan kerjasama dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Di dalam pembangunan salah satu yang harus menjadi prioritas utama adalah dengan melakukan pembangunan di daerah pedesaan. Pembangunan di pedesaan sangatlah penting karena sebagian besar penduduk di Indonesia, yaitu sebesar 60% tinggal di daerah pedesaan (Jayadinata dan Pramandika, 2006:1). Maksud dari pembangunan pedesaan adalah menghilangkan atau mengurangi berbagai hambatan dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa. Untuk mempercepat pembangunan di suatu daerah diperlukan pemberian kebebasan pemerintah pada setiap daerah dalam membangun daerahnya atau pemberian wewenang terhadap suatu daerah agar lebih leluasa dalam meberikan pembangunan yang sesuai dengan kemampuan daerah tersebut. Salah satu pemberian wewenang ini yaitu dengan adanya otonomi daerah. Dimana dengan otonomi seperti yang dijelaskan di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah menjelaskan bahwa prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan undang-undang ( Kaloh, 2007 : 72 ). Dari pengertian ini daerah memiliki kewenangan sendiri dalam mengurusi daerahnya dengan semakin minimnya dominasi birokrasi pusat yang digantikan dengan peran institusi-institusi masyarakat lokal dan adanya semangat partisipasi masyarakat yang sangat dikedepankan (Dwipayana, 2003 : 179 ). Di dalam pelaksanaan otonomi daerah, terdapat sejumlah tantangan yang harus diantisipasi agar pelaksanaan otonomi daerah dapat tercapai dengan baik. Diantara tantangan yang dihadapi oleh daerah adalah tuntutan untuk mengurangi ketergantungan anggaran terhadap pemerintah pusat, pemberian pelayanan publik yang dapat menjangkau seluruh kelompok masyarakat, pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan dan peningkatan otonomi masyarakat lokal dalam mengurus dirinya sendiri. Salah satu bentuk otonomi daerah yaitu dengan melakukan pemekaran kecamatan. Salah satu kecamatan yang melakukan pemekaran yaitu Kecamatan Aek Ledong yang berada pada Kabupaten Asahan. Kecamatan Aek Ledong merupakan kecamatan yang baru dimekarkan dari Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sebagai kecamatan yang baru dimekarkan, Kecamatan Aek Ledong diberikan wewenang dalam mengatur dan mengurus daerahnya. Kecamatan dalam hal ini diberikan wewenang untuk dapat membangun daerahnya dalam berbagai aspek yaitu melakukan pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, politik, ekonomi, sosial

budaya dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada atau dengan kata lain kecamatan ini memiliki wewenang dalam memberikan pelayanan, peningkatan peran serta masyarakat, pembangunan dan pemberdayaan masyarakatnya. Pemberian otonomi daerah ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pelayanan kepada masyarakat, percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah, percepatan pengelolaan potensi daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban, peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. Dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dimaksud, ada dua hal yang penting untuk diperhatikan seiring dengan pemekaran yang terjadi yaitu bagaimana pemerintahan berlangsung dan bagaimana dampaknya di masyarakat setelah pemekaran tersebut berjalan. Artinya, pemekaran tersebut harus mempunyai implikasi positif terhadap kesejahteraan masyarakatnya, salah satunya dengan adanya percepatan pembangunan di wilayah yang dimekarkan tersebut (http://repository.usu.ac.id. Di akses pada tanggal 7 Maret 2012 pada pukul 18.07 Wib). Untuk mewujudkan tujuan dari pemekaran tersebut dilakukan pembangunan daerah demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan untuk menciptakan pemerintahan daerah yang merespon hak-hak komunitasnya yang akan mengikutsertakan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, kebijaksanaan dan memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap pembangunan tersebut semakin dekat dan dapat menjadikan suatu penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan lebih efektif dan efisien.

Kecamatan Aek Ledong merupakan kecamatan yang baru dimekarkan pada tahun 2008. Kecamatan Aek Ledong ini memiliki tujuh desa. Pemekaran Kecamatan ini dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan dan percepatan pelayanan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan desa. Sebelum pemekaran menjadi Kecamatan Aek Ledong, semua urusan pemerintahan harus ke Kecamatan Aek Kuasan yang jaraknya cukup jauh. Hal inilah yang menyebabkan urusan administrasi pemerintahan dan pembangunan desa terhambat. Setelah pemekaran kecamatan, pemerintah Kecamatan Aek Ledong sedang giat melakukan pembangunan dalam berbagai aspek. Salah satu pembangunan yang sedang dilakukan di Kecamatan Aek Ledong yaitu dengan melakukan peningkatan terhadap kualitas sumber daya manusia. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia (Lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada saat ini jumlah orang lansia tahun 2010 mencapai 23,99 juta jiwa atau 9,77 persen dari jumlah penduduk. Sebanyak 57 persen di antaranya tinggal di desa dan 54 persennya adalah perempuan. Tahun 2014, diperkirakan jumlah orang lansia mencapai 28,82 juta jiwa atau 11,34 persen jumlah penduduk (www.health.kompas.com, Diakses pada tanggal 21 juli 2012 pada pukul 15.35 wib). Tingginya jumlah lansia tersebut jika tidak ditangani untuk kedepannya dikhawatirkan akan membawa permasalahan tersendiri bagi pembangunan yang berlangsung. Permasalahan ini nantinya akan berkaitan dengan

kualitas kehidupan sehari hari lansia, yaitu yang berkaitan dengan masalah sosial, kesehatan, produktivitas, semangat dan kebahagiaan. Lansia sering sekali dianggap lemah oleh masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh World Health Organization (WHO) terdapat beberapa asumsi masyarakat yang keliru mengenai lansia yaitu yang pertama masyarakat beranggapan bahwa kaum lansia biasanya lemah dan rapuh fisiknya sehingga sangat rentan terhadap penyakit yang nantinya akan merepotkan di dalam kehidupan sosial. Kedua, kaum lansia tidak memberikan sumbangan apa-apa bagi komunitas. Ketiga, kaum lansia adalah beban bagi masyarakat karena dianggap sebagai orang yang tidak mampu bekerja lagi sehingga masyarakat menganggap tidak akan mampu lagi menanggung dukungan ekonomi dan mahalnya perawatan kesehatan bagi kaum lansia di tahun-tahun mendatang (Hutapea, Ronald, 2005:23-24). Mengingat kondisi dan permasalahan lansia tersebut, maka penanganan masalah lansia harus menjadi prioritas, karena permasalahannya terus ada dengan pertambahan jumlahnya. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah memberikan pelayanan kesehatan bagi para lansia yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai masa tua bahagia. Dalam hal ini, Kecamatan Aek Ledong sebagai kecamatan yang baru dimekarkan melakukan berbagai aspek pembangunan yang salah satunya yaitu memberikan pelayanan kesehatan berupa program yang dikhususkan untuk para lanjut usia (Lansia) yaitu berupa pelayanan kesehatan posyandu usila. Posyandu Usia Lanjut (Usila) adalah program pelayanan kesehatan lanjut usia atau upaya kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dan

bekerjasama dengan pemerintah desa dengan dukungan peran aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lanjut usia. Misalnya pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit degeneratif seperti : Diabetes Melitus, Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok masyarakat lanjut usia. Pelayanan kesehatan lansia ini meliputi kegiatan upaya promotif (upaya promosi berupa penyuluhan), preventif (upaya pencegahan penyakit berupa pemeriksaan penyakit secara berskala), kuratif (pengobatan terhadap penyakit), rehabilitatif (penyembuhan terhadap penyakit) dan rujukan (upaya kuratif dan rehabilitatif kepada pasien berupa rujukan untuk berobat ke spesialis. Didalam pelaksanaan posyandu usila yang menjadi sasaran utamanya yaitu kelompok usia menjelang lanjut usia atau pra lanjut usia yaitu usia 45 tahun sampai dengan kelompok lanjut usia dengan resiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun. Tujuan dari posyandu usila ini yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat. Selain itu, posyandu usila ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran keluarga dalam berperan serta untuk dapat memperhatikan kesehatan para lansia dan juga posyandu usila ini bertujuan meningkatkan kesadaran pada lansia untuk membina sendiri kesehatannya, meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam menghayati dan mengatasi kesehatan lansia. Posyandu usila yang ada di Kecamatan Aek Ledong ini diadakan setiap sebulan sekali. Di posyandu usila ini para lansia menjalani pemeriksaan terhadap kesehatannya. Selain itu, adanya posyandu usila menjadikan para lansia bertemu

dengan para lansia lain. Dengan adanya pertemuan ini sangat mempengaruhi keadaan psikologis para lansia antara satu dengan yang lain. Adanya pelayanan kesehatan posyandu usila ini merupakan pelayanan yang masih dapat dijangkau oleh masyarakat secara khususnya para lansia. Pelayanan kesehatan ini yaitu berupa pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan yang murah, efektif dan efisien bagi lansia. Dengan adanya pelayanan yang baik dari posyandu usila dapat memberikan respon berupa persepsi bagi para lansia untuk dapat menilai pelayanan kesehatan yang dijalankan, yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan kehidupan sosial para lansia. Untuk itu peneliti sangat tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai persepsi lansia terhadap program Posyandu Usila. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang diangkat peneliti yaitu : 1. Bagaimana persepsi lansia terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong pasca pemekaran kecamatan? 2. Bagaimana partisipasi lansia dalam pelayanan kesehatan posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong pasca pemekaran kecamatan? 1.3.Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui persepsi lansia dalam pelayanan kesehatan posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong Pasca pemekaran kecamatan.

2. Untuk mengetahui partisipasi lansia dalam pelayanan kesehatan posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong pasca pemekaran kecamatan. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis bagi penelitian ini yaitu diharapkan hasil penelitian yang diperoleh dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta bermanfaat dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi kesehatan dan sosiologi pembangunan. 1.4.2. Manfaat Praktis Manfaat praktis bagi penelitian ini yaitu diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan terhadap peneliti dan juga dapat memberikan sumbangan bagi pemerintah setempat dalam mengambil kebijakan pembangunan bagi masyarakat khususnya dalam bidang pembangunan kesehatan. Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan peran keluarga dalam memperhatikan kesehatan lansia, dan juga diharapkan masyarakat akan dapat lebih berpartisipasi dalam memperhatikan kesehatannya sendiri dan juga dapat ikut serta memperhatikan kesehatan para lansia. 1.5. Definisi Konsep Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian agar tidak menimbulkan kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini. Maka batasan-batasan konsep yang akan diberikan yaitu :

1. Persepsi yaitu suatu proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur dan menafsirkan respon yang didapat dari sekeliling individu tersebut. Yang menjadi persepsi masyarakat dalam penelitian ini yaitu persepsi lansia terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong pasca pemekaran kecamatan. 2. Lansia adalah kelompok masyarakat yang telah berusia lanjut yang membutuhkan perhatian khusus dalam merawat kesehatan dirinya. Kelompok masyarakat ini yaitu kelompok yang berusia pada kelompok usia menjelang lanjut usia atau pra lanjut usia ( 45-54 tahun ), kelompok lanjut usia (55-64 tahun), kelompok lanjut usia tua ( >65 tahun ) dan kelompok lanjut usia dengan resiko tinggi ( lebih dari 70 tahun ). 3. Partisipasi yaitu suatu bentuk aktualisasi diri dari kesediaannya dan kemauannya baik secara sukarela maupun tidak dalam keterlibatan dan pelibatan masyarakat dalam suatu program. Dalam hal ini, partisipasi yang dimaksud yaitu partisipasi lansia dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan posyandu usila yaitu dalam bentuk keterlibatan lansia dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong. 4. Pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang ditujukan dalam bentuk peningkatan pada kesehatan masyarakat, pencegahan agar masyarakat tidak mengalami sakit dan pengobatan bagi masyarakat yang mengalami sakit. Bentuk dari pelayanan kesehatan yang ada pada penelitian ini yaitu dalam bentuk posyandu. Pelayanan kesehatan posyandu dalam penelitian ini yaitu pelayanan kesehatan posyandu yang ditujukan kepada para

lansia atau yang diberi nama dengan posyandu usila. Bentuk dari pelayanan kesehatan posyandu usila ini yaitu upaya pelayanan kesehatan posyandu dalam bentuk pelayanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan rujukan. 5. Posyandu Usila merupakan salah satu bentuk program pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia agar mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif. Posyandu Usila yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu Posyandu Usila Yang berada di Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan. 6. Pemekaran kecamatan yaitu pembentukan kecamatan baru dengan cara mengembangkannya dari kecamatan yang telah ada dengan tujuan untuk mempercepat pembangunan daerah serta meningkatkan kualitas masyarakatnya. Dalam hal ini, salah satu pembangunan yang dilakukan pemerintah yaitu melakukan peningkatan terhadap pelayanan kesehatan terhadap masyarakatnya khususnya para lansia melalui pelayanan kesehatan posyandu usila. 7. Otonomi Daerah yaitu hak, wewenang dan kewajiban yang diberikan kepada suatu daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat guna meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dan mempercepat pembangunan daerah di berbagai aspek. Dalam penelitian ini pembangunan yang dilakukan yaitu pembangunan kesehatan terhadap masyarakat Kecamatan Aek Ledong.

1.6. Definisi Operasional dan Operasional Variabel 1.6.1. Definisi Operasional Operasional merupakan penggambaran prosedur untuk memasukkan unit-unit ke dalam kategori-kategori. Definisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memasukkan unit-unit analisis ke dalam kategorikategori tertentu dari tiap-tiap variabel ( Prasetyo dan Lina, 2005 : 90 ). 1.6.2. Operasional Variabel A. Variabel Bebas Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelayanan kesehatan posyandu usila dengan indikatornya : 1. Ketersediaan fasilitas fisik di posyandu usila. 2. Ketersediaan fasilitas obat di posyandu usila. 3. Ketersediaan paramedis di posyandu usila. 4. Keterlibatan pemerintah dan lembaga dalam posyandu usila 5. Adanya kejelasan informasi tentang adanya posyandu usila. 6. Adanya kejelasan terhadap prosedur yang dilakukan di dalam posyandu usila. B. Variabel Terikat Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi lansia dengan indikatornya : 1. Pengetahuan lansia tentang adanya program posyandu usila. 2. Keikutsertaan lansia dalam program. 3. Pengetahuan tentang pelayanan dalam program.