LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2003 NOMOR : 59 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG PENANAMAN DAN LARANGAN MERUSAK POHON PELINDUNG DALAM WILAYAH KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan Tanjung Redeb sebagai Kota SANGGAM dan Kabupaten Berau sebagai daerah tujuan wisata diperlukan penataan dan pemanfaatan tata ruang dan tata guna tanah oleh Pemerintah Daerah, Badan Usaha dan masyarakat semaksimal mungkin sehingga bardaya guna dan berhasil guna; b. bahwa untuk maksud tersebut di atas dipandang perlu untuk menetapkan ketentuan tentang penanaman dan larangan merusak pohon pelindung, hutan kota, taman kota yang diatur dalam suatu Peraturan Daerah.
- 2 - Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72) tentang Penetapan Undangundang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan ( Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-undang ( Memori Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820 ); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3338 ) tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Pemerintah Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
- 3-8. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 08 Tahun 1991 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Berau; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 24 Tahun 2002 tentang Kewenangan Pemerintah Kabupaten Berau ; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Berau ; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 2 Tahun 2003 tentang Rencana Strategis Program Pembangunan Daerah Kabupaten Berau Tahun 2001 2005. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BERAU MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU TENTANG PENANAMAN DAN LARANGAN MERUSAK POHON PELINDUNG DALAM WILAYAH KABUPATEN BERAU BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Berau;
- 4 - b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom sebagai Badan Eksekutif Daerah; c. Kepala Daerah adalah Bupati Berau; d. Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan adalah Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Berau; e. Merusak adalah membuat keadaan tidak utuh / sempurna seperti semula yang diakibatkan oleh penebangan, penggusuran, pengulitan dan tercemari oleh pembuangan bahan - bahan yang mengandung kimia, baik organik maupun anorganik, yang mengakibatkan kerusakan dan kematian pohon atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya; f. Pohon pelindung adalah semua pohon yang ditanam pada lokasi jalur hijau, Daerah Milik Jalan (DMJ), Hutan Kota, Taman Kota, Lingkungan Pemukiman, Lingkungan Perkantoran, Pusat Perdagangan, Kawasan Perindustrian, Lokasi Pendidikan, Taman Hiburan dan Rekreasi, Tempat Olahraga, Lingkungan Perhotelan, dan Taman Pemakaman yang berfungsi sebagai paru - paru kota. g. Hutan Kota adalah suatu lokasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan pemanfaatan tata ruang dan tata guna tanah sebagai hutan kota, yang ditanami dengan berbagai jenis pohon yang berfungsi sebagai kawasan lindung dan kawasan budi daya;
- 5 - h. Taman Kota adalah suatu tempat atau lokasi yang ditanami dengan bermacam jenis pohon hias dan bunga-bungaan, yang diusahakan baik oleh Pemerintah Daerah maupun oleh pihak Badan Usaha Swasta dan masyarakat; i. Badan adalah instansi-instansi Pemerintah dan Badan Usaha Swasta yang berperan serta dalam menunjang kegiatan penghijauan dan memperindah kota; j. Jalur Hijau adalah setiap tanah terbuka yang meliputi taman, lapangan, monumen, taman pemakaman, tepi jalan dan tepi sungai yang mengolahnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah; k. Kawasan adalah suatu wilayah yang ditetapkan sebagai tempat penanaman dan pemeliharaan pohon pelindung. BAB II K E W A J I B A N Pasal 2 (1) Setiap orang yang mendirikan / membangun Kawasan Industri, Pertokoan, Perdagangan, Taman Rekreasi dan Hiburan, Lokasi Perumahan dan Pemukiman Penduduk dan Tempat Olahraga, wajib menyediakan lokasi untuk keperluan penanamanpohon pelindung. (2) Setiap orang wajib memelihara dan menjaga kelestarian pohon pelindung.
- 6 - BAB III L A R A N G A N Pasal 3 (1) Setiap orang dilarang merusak pohon pelindung. (2) Setiap orang dilarang membuang sampah / limbah yang mengandung zat kimia organik dan anorganik pada lokasi pohon pelindung yang mengakibatkan rusak atau matinya pohon pelindung. BAB IV KETENTUAN MEMOTONG DAN MENEBANG POHON PELINDUNG Pasal 4 (1) Pemotongan atau penebangan pohon pelindung dapat dilakukan setelah mendapat ijin dari Kepala Daerah ; (2) Permohonan ijin pemotongan atau penebangan sebagaimana ayat (1) diajukan kepada Kepala Daerah melalui Dinas Tata Kota ; (3) Tata cara permohonan ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Kepala Daerah. BAB V P E M B I N A A N Pasal 5 (1) Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan melaksanakan :
- 7 - a. Pembinaan dan mengkoordinir dalam rangka usaha meningkatkan partisipasi dan kesadaran masyarakat untuk mengolah penghijauan; b. Memberikan saran dan pertimbangan untuk, pembangunan taman yang dilakukan Instansi, Kantor, Sekolah, Rumah Tinggal dan bangunan lainnya; c. Memberikan bantuan tanaman penghijauan pohon pelindung kepada masyarakat. (2) Untuk melaksanakan pembinaan Kepala Daerah dapat membentuk Tim Pembina. BAB VI KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 6 (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil bertugas dan berwenang untuk melakukan penyidikan terhadap siapapun yang melakukan tindak pidana pelanggaran atas ketentuan - ketentuan dalam Peraturan Daerah yang berlaku dalam wilayah hukum di tempat penyidikan ditempatkan. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindak pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan;
- 8 - c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dari kegiatan dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka; d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret tersangka; f. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Mengadakan penghentian penyidikan, setelah mendapat petunjuk dari Kepolisian Republik Indonesia bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwaa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Kepolisian Republik Indonesia memberitahukan hal tersebut kepada Kejaksaan Negeri kepada tersangka atau keluarganya; i. Mengadakan tindakan lainnya menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ; BAB VII KETENTUAN PIDANA
- 9 - Pasal 7 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan pada Pasal 3 dan Pasal 4 diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah); (2) Tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 8 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur dengan Keputusan Kepala Daerah. Pasal 9 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah kabupaten Berau.
- 10 - Ditetapkan di Tanjung Redeb pada tanggal 28 Juni 2003 BUPATI BERAU, ttd Drs. H. MASDJUNI. Diundangkan di Tanjung Redeb Pada tanggal 08 Juli 2003 SEKRETARIS DAERAH, ttd Drs. H. SYARWANI SYUKUR. PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 010055469 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN 2003 NOMOR 59