I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan gabungan dari berbagai suku yang ada di Indonesia. Dari

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. merupakan bagian dari masyarakat setempat ( www. Gebyok.com / search /

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Selatan, Sumatera Barat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

DAFTAR ISI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian...56

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Arti kata Vernakular itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu verna yang

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

POLA RUANG DALAM BANGUNAN RUMAH GADANG DI KAWASAN ALAM SURAMBI SUNGAI PAGU SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN,

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan ibukota Batusangkar. Batusangkar dikenal sebagai Kota Budaya yang

MENGIDENTIFIKASI PERBEDAAN KARAKTERISTIK ARSITEKTUR VERNAKULAR NAGARI SERIBU RUMAH GADANG DAN PERUBAHAN AKIBAT PENGARUH BUDAYA SKRIPSI OLEH

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

BAB 3 METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

BAB V KESIMPULAN. Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi

Ekspresi Vernakular Minangkabau pada Masjid Raya Gantiang

I. PENDAHULUAN. salah satu faktor penyebab keinginan manusia untuk hidup. membentuk sebuah komunitas yaitu masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan suatu negara kaya akan kebudayaan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN MALALAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. beli dan dilanjutkan dengan menggunakan alat tukar seperti uang.

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. jam gadang landamarknya Bukittinggi, baik bagi masyarakat lokal maupun

Rajo Tigo Selo. Rabu, 11/06/ :16 WIB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan

PRESERVASI DAN KONSERVASI (Pelestarian Bangunan dan Lingkungan) Oleh: Jonny Wongso, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya etnis yang mendiami wilayah Indonesia. ciri khas itu adalah tingkat perubahan. Setidaknya dua komponen yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. pijakan dalam menenukan suatu tindakkan seperti prilaku masyarakat seharihari.

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Penelaahan deskriptif dan grafis rumah tradisional di pemukiman etnik tertentu di Indonesia (2)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI Media Utama Buku Ukiran Tradisional Minangkabau

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA ISTANO BASA PAGARUYUNG

BAB II LANDASAN TEORI. Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

SKRIPSI. Pemekaran Nagari Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Pemerintahan Nagari

RGS Mitra 1 of 15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

KAJIAN TOPOLOGI, MORFOLOGI DAN TIPOLOGI PADA RUMAH GADANG MINANGKABAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH:

I. PENDAHULUAN. Lampung Pepadun yang berdialek nyow dan Lampung Saibatin yang berdialek

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. yang kini merupakan Provinsi Aceh. Mereka biasa menyebut dirinya Ureueng

Ragam Hias Tenun Songket Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB III MONOGRAFI KOTA PADANG

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat terdapat pada Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

etnis- Galundi Nan Baselo. Taratak Dusun Koto Nagari. Mangumpua nan taserak manjapuik nan tatingga. benang merah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang besar terdiri dari berbagai berbagai pulau baik dari Sabang sampai Merauke. Tidak hanya negara yang besar tetapi Indonesia merupakan gabungan dari berbagai suku yang ada di Indonesia. Dari berbagai suku yang ada di Indonesia, telah menjadikan Indonesia kaya akan budaya nasional, hal ini dikarenakan setiap suku yang ada mempunyai budaya yang berbeda dengan budaya suku lainnya baik dari segi adat istiadat, tradisi, dan kepercayaan. Budaya adalah merupakan salah satu hasil cipta, rasa, dan karsa (Soemardjan dan Soelaman Soemardi, 1964:12), sedangkan pengertian lainnya mendefenisikan budaya adalah keseluruhan sistem, tindakan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik bersama dari manusia dengan cara belajar (Koentjaraningrat, 1964:12). Selanjutnya kebudayaan adalah kebudayaan yang timbul dari usaha budidaya rakyat Indonesia seluruhnya (Soerjono Soekanto, 1985:21). Dari berbagai macam hasil budaya yang merupakan kebudayan berbentuk material adalah ruamh adat.

2 Rumah adat merupakan rumah tradisional dari suatu masyarakat tertentu yang memilki ciri khas yang sangat khas, baik dari segi bentuknya maupun ornamen ornamen yang ada pada rumah adat yang tidak dimilki oleh rumah biasa, sehingga menjadikan rumah adat sangat berbeda dengan rumah rumah biasa (Drs. Zulkarnaeni, 1995:46). Dari berbagai macam rumah adat yang ada di Indonesia salah asatunya adalah ruamh adat Sumatera Barat, atau yang sering disebut Rumah Gadang. Penamaan Rumah Gadang dikarenakan memilki bentuk fisik yang sangat besar, dalam bahasa Sumatera Barat gadang berarti besar, jadi Rumah Gadang artinya rumah besar, namun sebagian orang menyebut Rumah Gadang Rumah Bagonjong, disebabkan bentuk atap Ruamah Gadang tersebut berbentuk gonjong atau lancip seperti tanduk kerbau (Yulfian Azrial, 1995:42). Rumah Gadang atau Rumah bagonjong memiliki ciri yang sangat khas, kekhasan Rumah Gadang sangat berbeda sekali dengan rumah rumah adat di daerah lainnya. Perbedaan yang sangat mendasar sekali adalah bentuk fisik Rumah Gadang yang sangat besar bila dibandingkan dengan rumah rumah adat yang lainnya. Keberadaan Rumah Gadang yang ada di Sumatera Barat tidak sama namanya dengan Rumah Gadang Rumah Gadang yang ada diseluruh wilayah Sumatera Barat. Seperti halnya yang terdapat di Tiku Pariaman dengan nama Rumah Gadang Puti Gondoriah, selain itu ada juga Rumah Gadang Ustano Rajo Balun yang ada di solok, Rumah Gadang Rajo Disambah dan Rumah Gadang Koto Baru yang terdapat di Sungai Pagu, Solok Selatan. Perbedaan Rumah Gadang tersebut dipengaruhi oleh dua bentuk pemerintahan yang berbeda yaitu antara Koto Piliang dan Bodi Caniago. Pada Koto Piliang bentuk pemerintahannya mengarah pada sistem pemerintahan kerajaan atau yang dikenal dengan Patah tumbuah, hilang baganti yang artinya pemerintahan

3 berdasarkan turun temurun, adapun Koto Piliang dipimpin oleh Datuk Katumanggungan. Pada Rumah Gadang Koto piliang memiliki bentuk gonjong yang lebih banyak, yaitu tiga gonjong kekanan, tiga gonjong kekiri, serta memilki satu gonjong kedepan dan satu gonjong kebelakang. Lain halnya dengan Bodi Caniago yang dipimpin oleh Datuk Parpatiah Nan Sabatang, pada Bodi Caniago bentuk pemerintahannya lebih mengarah pada demokrasi atau yang lebih dikenal dengan Mambasuik dari bumi yang artinya suatu pemimpin dipilih berdasarkan pilihan bersama. Rumah Gadang pada Bodi Caniago memilki gonjong lebih sedikit bila dibandingkan dengan Rumah Gadang Koto Piliang yaitu dua gonjong kekanan, dua gonjong kekiri, serta memilki satu gonjong kedepan dan satu gonjong kebelakang. Perbedaan lain antara Rumah Gadang Koto Piliang dengan rumah Rumah Gadang Bodi Caniago adalah dalam wilayah berdirinya Rumah Gadang. Rumah Gadang Koto Piliang biasanya lebih pada ke daerah dataran tinggi, sedangkan untuk Rumah Gadang Bodi Caniago berada pada wilayah dataran rendah. Salah satu wilayah Sumatera Barat yang masih memilki Rumah Gadang baik bentuknya dari Koto Piliang maupun Bodi Caniago adalah Koto Baru, Sungai Pagu, Nagari Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan. Wilayah ini terletak di bagian Selatan Provinsi Sumatera Barat dengan Ibukota Padang Aro, dengan luas wilayah 3.080,3 km2, Kabupaten Solok Selatan merupakan pemekaran dari Kabupaten Solok pada tahun 2004 dengan jumlah penduduk 133.818 jiwa (Sensus Penduduk 2005).

4 Seperti yang terlihat di perkampungan Rumah Gadang Koto Baru, disini banyak ditemukan Rumah Gadang yang telah berumur ratusan tahun, sehingga Nagari Koto Baru Kecamatan Koto Baru diberi gelar Nagari 1000 Rumah Gadang yang artinya berbagai Rumah Gadang yang ada di Sumatera Barat terdapat di perkampungan ini, seperti tipe Gajah Maharam, Bodi Chaniago, Koto Piliang, Surambi Aceh, dan perpaduan dari tipe tipe bangunan Rumah Gadang yang lain. Secara umum Rumah Gadang memilki bentuk yang sangat khas, salah satunya adalah pola bangun Rumah Gadang. Pola bangun pada Rumah Gadang tidak sama dengan pola bangun dengan rumah adat lain atau rumah biasa, pada pola bangun Rumah Gadang merupkan hasil dari kreasi seni bangunan yang di dalamnya mengandung unsur unsur antara lain bentuk dasar Rumah Gadang, badan Rumah Gadang, serta atap Rumah Gadang. Pola bangun merupakan gaya rancangan suatu bangunan, biasa disebut bentuk bangunan (Drs. Zulkarnaeni, 1995:46), selanjutnya pola bangun merupakan bentuk dasar suatu bangunan atau gambaran suatu bangunan secara umum (Yulfian Azrial, 1998:41). Pola bangun merupakan suatu kebudayaan dalam fikir, alam, cita, dan ungkapan langsung paling jelas, bagaimana suatu masyarakat berfilsafat hidup dan menangani kehidupan, serta merupakan seni ilmu dalam merancang bangunan yang mencakupi semua proses analisa dan perencanaan semua kebutuhan fisik bangunan (http : // thebatastudodesain. Blogspot. com /2009/07). Pada pola bangun Rumah Gadang mengandung nilai nilai yang sangat istimewa hal ini terlihat pada bentuk dasar Rumah Gadang. Bentuk dasar bangunan Rumah

5 Gadang berupa bangunan berbentuk balok segi empat, pada balok segi empat mengembang ke atas dan mengecil ka bawah. Apabila sis sisi yang membentuk balok ini disambung terus sampai ke bawah (ke arah perut bumi), maka seluruh bagian Rumah Gadang tersebut tentu akan bertemu pada sebuah titik. Keistimewaan lain adalah garis melintang dari bangunan Rumah Gadang, Garis melintang dari bangunan Rumah Gadang tampak melengkung tajam dan landai, bagian tengahnya lebih rendah dibandingkan dengan bagian pada sebuah titik. Selain bentuk dasar Rumah Gadang yang sangak khas, hal yang juga membedakan Rumah Gadang dengan rumah adat lain adalah terdapat pada pola bangun yang terlihat dari bentuk badan Rumah Gadang. Badan Rumah Gadang sangat unik sekali, dimana pada badan Rumah Gadang bebentuk lengkung atau landai seperti kapal. Pembentukan pola bangun seperti kapal tersebut tentu mempunyai alasan tersendiri bagi masyarakat Sumatera Barat, berdasakan cerita yang telah turun temurun yang berkembang di Sumatera Barat badan Rumah Gadang diambil atau tiruan bentuk lancang atau kapal. Sesuatu yang menjadi keunikan tersendiri dari pola bangun Rumah Gadang yaitu bentuk atap yang melengkung seperti tanduk kerbau atau seperti susunan sirih dalam cerana. Atap yang lancip atau runcing ke atas disebut gonjong, karena atap tersebut semakin ke atas kelancipannya semakin tajam. Kelancipan atap Rumah Gadang berkaitan dengan cerita tambo yang menyatakan kemenangan orang Sumatera Barat dalam adu kerbau dengan raja dari Jawa dan untuk melestarikan kemenangan atau peristiwa adu kerbau itu, maka orang Sumatera Barat membuat gonjong rumahnya seperti tanduk kerbau.

Berdasarkan lingkungan alam Sumatera Barat, pola bangun pada atap Rumah Gadang yang sangat lancip ternyata sangat berhubungan sekali dengan lingkungan alam Sumatera Barat. Wilayah Sumatera Barat yang berada pada Alam Bukit Barisan banyak mendapat curah hujan yang tinggi, sedangkan atap Rumah Gadang tidak menggunakan seng tetapi atapnya terbuat dari ijuk maka dari itu pola bangun pada atap Rumah Gadang dilancipkan supaya air hujan mudah meluncur kebawah dan juga mengindari dari kelapukan karena mengganti atap Rumah Gadang bukanlah perkara mudah serta biaya yang besar dan butuh waktu yang cukup lama. Atap Rumah Gadang dari bahan ijuk, di pasang diatas kap yang terletak diatas paran yang berkembang kira-kira setengah lingkaran dan seperempat dari lingkaran dari paran tinggi ketuturan(kedua belah sisi batang atap) kap dibuat berpucuk (bagonjong) dan sekurangnya empat buah yang membagi panjamg rumah dua gonjong ditengah berbentuk setengah lingkaran yang dua lagi menyusul kiri dan kanan mengikuti lengkung pertama selanjutnya gonjong ruangan ujung kiri dan kanan mengikuti lengkung sebelumnya hingga gonjong menjadi enam buah. Bila Rumah Gadang mempunyai serambi muko di tambah lagi satu gonjong serambi yang menyatu dengan gonjong tangga. Gonjong serambi dibuat ditengah ruang ganjil yang menyatu antara serambi pucuak dengan raja berbanding sejalan dengan gajah maharam, gonjong disebut juga rabuang mambusuak, pimpiran lentik seperti ular Gerang. Pimpiran adalah bagian pinggiran atap yang dibubuhkan pegangan ijuknya dan di ukir melilit dengan tali ukiran bewarna perak. Pimpiran membujur metik mulai dari titiran yang sekaligus menjadi tiang untuk menupang gonjong, namun dapat di artikan juga pinggiran yang terendah dan tepat air hujan jatuh ketanah(www.minangnet.com). Saat melihat Rumah Gadang, terlihat geometri yang membedakan seolah keluar dari kaidah yang diterapkan pada denah. Atap gonjong terbentuk dari komposisi lebih dinamis, bentuk atap gonjong juga merupakan simbol serta rekaman terhadap sesuatu yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Minangkabau. Namun hal ini di simbolkan oleh atap gonjong lebih bersifat pada sesuatu fisik, seperti yang berasal dari dari alam atau benda kenangan masa lampau secara sederhana bentuk dasar dari gonjong adalah segitiga sama kaki namun dengan jumlah besar sudut kurang dari 180 0. 6

Ada berbagai pendapat mengenai apa yang masyarakat Minangkabau simbolkan dan rekam melalui atap ijuk antara lain : - Atap gonjong merupakan simbol dari tanduk kerbau, karena kerbau merupakan hewan yang dianggap sangat erat kaitannya dengan penamaan daerah Minangkabau. - Atap gonjong merupakan simbol dari pucuk rebung ( bukit rebung ) karena bagi masyarakat Minangkabau, rebung merupakan bahan makanan adat, olahan rebung merupakan hidangan yang selalu ada saat upacara-upacara adat. - Atap gonjong menyimbolkan kapal sebagai rekaman untuk mengenang asal usul nenek monyang orang Minangkabau yang dianggap berasal dari rombongan Iskandar Zulkarnaen yang berlayar dengan kapal dari daerah asalnya yang kemudian tersasar di Minangkabau - Atap gonjong merupakan rekaman terhadap alur Minangkabau yang berbukit terdiri dari pegunungan-pegunungan dan landai-landaian( Sudirman Ismail,52). 7 Banyaknya berbagai hal yang melatarbelakangi pola bangun atap Rumah Gadang tentu tidak terlepas dari kreasi seni yang ada pada daerah Sumatera Barat, sehingga menjadikan Rumah Gadang menjadi sebuah mahakarya yang mengandung nilai-nilai luhur bagi masyarakat Sumatera barat. B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Pola bangun dasar Rumah Gadang Koto Baru Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. 2. Pola bangun badan Rumah Gadang Koto Baru Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selata, Sumatera Barat. 3. Pola bangun atap Rumah Gadang Koto Baru Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat.

8 2. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini tidak terlalu luas jangkauannya maka penulis membatasi masalah yaitu pola bangun atap Rumah Gadang Koto Baru Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. 3. Rumusan Masalah Sesuai pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pola bangun atap Rumah Gadang Koto Baru Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat? C. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: a. Mejelaskan bentuk atap Rumah Gadang Koto Baru Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. b. Menjelaskan struktur atap Rumah Gadang Koto Baru Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. c. Menjelaskan bahwa ijuk sebagai bahan atap Rumah Gadang Koto Baru Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat.

9 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan atau manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Sebagai salah satu wawasan bagi penulis untuk dapat lebih memahami tentang pola bangun pada atap Rumah Gadang Koto Baru Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. 2. Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada civitas akademik khususnya dan masyarakat Sumatera Barat pada umumnya. 3. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang sejarah pola bangun pada atap Rumah Gadang Koto Baru Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. D. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini dibagi menjadi bebeapa bagian yaitu : 1. Subjek Penelitian : Rumah Gadang Koto Baru Nagari Koto Baru KecamatanSungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat 2. Objek Penelitian : Pola bangun atap Rumah Gadang Koto Baru Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat 3. Tempat Penelitian : Nagari Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat 4. Waktu Penelitian : Tahun 2010 5. Disiplin Ilmu : Antopologi Budaya

10 REFERENSI Soemardjan dan Soeleman Soemardi. 1964. Berkenalan Dengan Antropologi. Jakarta. Hal 12. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta: Jakarata. Hal 12. Soejono Soekanto. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. CV. Rajawali: Jakarta. Hal 21. Drs. Zulkarnaini. 1995. Budaya Alam Minangkabau. Usaha Ihklas: Bukittinggi. Hal 46. Yulfian Azrial. 1998. Budaya Alam Minangkabau. Angkasa Raya: Padang. Hal 42. Sensus penduduk Kabupaten Solok Selatan tahun 2005. Drs. Zulkarnaeni. 1995. Budaya Alam Minangkabau. Usaha Ihklas: Bukittinggi. Hal 46 Yulfian Azrial. 1998. Budaya Alam Minangkabau. Angkasa Raya: Padang. Hal 41 Http : // thebatastudodesain. Blogspot. Com / 2009/07. Sudirman Ismail. 2007. Arsitektur Tradisional Minangkabau Nilai-nilai Budaya Dalam Arsitektur Rumah Adat. Bung Hatta University: Padang. Hal 52.